Maut Tidak Menunggu Taubatmu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

Maut Tidak Menunggu Taubatmu

OLeh : Ustadz Ruly W. El Hamasyi

Prolog :

“Kullu nafsin dzaiqotul maut (setiap jiwa-jiwa yang bernafas pasti akan mencicipi kematian)”

Pernahkan kita berpikir bahwa ajal tidak pernah menunggu hingga kita bertaubat?

Ibnu Umar berkata: “Aku bersama Rasulullah, lalu seorang lelaki Ansar datang kepada Baginda
mengucapkan salam lalu bertanya : Wahai Rasulullah. Manakah antara kaum mukminin yang paling
utama? Baginda menjawab : Yang paling baik akhlaknya antara mereka. Dia bertanya lagi : Manakah di
antara kaum mukminin yang paling cerdas?"

“Baginda menjawab : Yang paling banyak mengingat kematian antara mereka dan paling bagus
persiapannya selepas kematian. Mereka itu orang cerdas,”
(Hadis Riwayat Imam Ibnu Majah)

Senantiasa mengingati mati dan membuat persiapan untuk ke alam kubur dan alam akhirat.

Di akhirat kelak kita akan ditanya apakah yang telah kita lakukan di dunia.

🌸🌷🌸
Bukankah segala perbuatan kita diketahui oleh Allah SWT ?

“Katakanlah (wahai Muhammad): “Sebenarnya maut yang kamu larikan diri daripadanya itu, tetap
menemui kamu; kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui segala yang ghaib
dan yang nyata, lalu Dia memberitahu kepada kamu apa yang kamu telah lakukan (serta
membalasnya).” (Surah Al-Jumu’ah :8.)

Dan perlu diingat, kita hidup di dunia bukanlah untuk bersenang-senang semata-mata tetapi berusaha
bersungguh-sungguh mengamalkan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
Manusia di ciptakan adalah untuk beribadah kepada ALLAH SWT . maka berusahalah untuk
mendapatkan ridha ALLAH SWT, bukan untuk mencari kesenangan dunia yang sementara.

Sungguh berbahagia orang yang senantiasa mengingat segala dosa yang telah dilakukan oleh dirinya
sendiri demi sebuah perubahan diri menuju taubat nasuha.

Tetapi alangkah ngerinya apabila kita selalu menunda amal perbuatan baik dan taubat karena merasa
usia masih muda dan merasa akan hidup lama di dunia ini padahal maut akan menjemput kapan dan di
mana saja kita berada tanpa kita ketahui.

Firman Allah SWT : “….Barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim” (QS.Al-Hujurat:11)

Orang yang cerdas adalah orang yang senantiasa mengingat kematian dan mempersiapkan segala amal
perbuatan untuk menghadapi-Nya.
Maka sudahkah kita menyiapkan kematian itu dengan persiapan yang sungguh-sungguh, agar kita
menjumpai diri dalam khusnul khotimah.

Ingatlah.

Bahwa hidup ini adalah perjalanan panjang, yang kita tidak tahu dimana akan berhenti berjumpa dengan
maut.

Maka dari itu, setiap aktivitas yang dijalani harus bermekar indah sebagai ibadah. Sehingga lukisan
kenikmatan surga meringankan semua beban kehidupan duniawi dalam diri mereka.

🌸🌷🌸
Mari kita lihat dan bayangkan :

- Lukisan kenikmatan surga meringankan langkah kaki mereka menyusuri napak tilas perjuangan yang
penuh onak dan duri.

- Tak ada duri yang sanggup menghentikan langkah mereka. Sebab duri itu justru memberinya
kenikmatan jiwa saat jiwa duniawinya sedang bermandikan sungai surga.

- Lukisan kenikmatan surga melahirkan semua kehendak dan kekuatan yang terpendam dalam dasar
kepribadiannya.

- Tak ada kehendak akan kebaikan yang tak menjelma jadi realita.

- Tak ada tenaga raga yang tersisa dalam dirinya, semua larut dalam arus karya dan amal.

Mari kita lihat dan bayangkan :

- Lukisan kedahsyatan neraka memburamkan semua keindahan syahwat dalam pandangan mata
hatinya.

- Lukisan kedahsyatan neraka mematikan semua kecendrungan pada kejahatan. Sebab kejahatan itu
sendiri telah berubah menjadi neraka dalam jiwanya, saat sebelah kakinya telah terjerembab kedalam
neraka dengan satu kejahatan, dan kaki yang satu akan menyusul dengan kejahatan kedua.
- Lukisan kedahsyatan neraka menghilangkan semua rasa 'kehilangan, kepahitan dan penyesalan' dalam
dirinya saat ia mencampakkan kenikmatan syahwati.

Lukisan surga dan neraka memberi mereka kesadaran yang teramat dalam akan waktu.

Makna kehidupan menjadi begitu sakral, suci dan agung ketika ia diletakkan dalam bingkai kesadaran
akan keabadian.

Kaki mereka menapak di bumi, tapi jiwa mereka mengembara di langit keabadian.

Dari telaga keimanan ini mereka meneguk semua kekuatan jiwa untuk dapat mengalahkan hari-hari.

Yaa ALLAH... Kuatkanlah Kami.

Seperti apakah kenikmatan yang bisa diberikan syahwat duniawi kepadamu, jika ia engkau letakkan
dalam neraka jiwamu..?

Seperti apa pulakah kepahitan yang dapat diberikan penderitaan duniawi kepadamu, jika ia engkau
simpan dalam surga jiwamu..?

Mulai dari detik ini,

Mari kita berazzam dan ikhtiarkan dalam jiwa. Untuk menyiapkan kematian dengan indah, agar
berujung pada khusnul khotimah.

Jika diri terselimuti dengan noktah hitam dosa, maka akhiri dengan taubatan nasuha.

Iringi dengan amal kebajikan agar dosa terampuni, serta muhasabahi agar tidak terulang lagi.

Ingatlah!!!

MAUT TAK MENUNGGUMU TAUBATMU!

Wa Allahu'alam

@rlw.elhamasyi

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Mardia
Kalau kita sedikit² ingat kematian sampai² kalau mau pergi atau melakukan sesuatu yang tidak maksiat
sering berpikir atau malas mengerjakan bagaimana ya ustadz?

🌷Jawab:
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca
do’a:

َّ‫ك أَعُو َّذُ ِإنِى اللَّ ُه َّم‬ ََّ ِ‫ل ْال َعجْ َِّز م‬
ََّ ‫ن ِب‬ َ ‫ْن َو ْال َك‬
َِّ ‫س‬ َِّ ‫ل َو ْال َه َر َِّم َو ْال ُجب‬
َِّ ‫ك َوأَعُو َّذُ َو ْالبُ ْخ‬
ََّ ‫ِن ِب‬ َِّ ‫عذَا‬
َّْ ‫ب م‬ َِّ ‫ن َّْالقَب‬
َ ‫ْر‬ َّْ ِ‫ت ْال َمحْ َيا ِفتْنَ َِّة َوم‬
َِّ ‫َو ْال َم َما‬

“Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min
‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat. (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan,
rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari
siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” (HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)

Faedah dari hadits di atas:

1. Dianjurkan untuk membiasakan do’a tersebut.

2. Do’a tersebut berisi permintaan agar kita diberi keselamatan terhindar dari sifat-sifat jelek yang
disebutkan di dalamnya.[1]

3. Do’a tersebut berisi permintaan agar kita tidak terjerumus dalam sifat-sifat jelek tersebut.[2]

4. Meminta perlindungan dari sifat ‘ajz, yaitu tidak adanya kemampuan untuk melakukan kebaikan.
Demikian keterangan dari An Nawawi rahimahullah.[3]

5. Meminta perlindungan dari sifat kasal, yaitu tidak ada atau kurangnya dorongan (motivasi) untuk
melakukan kebaikan padahal dalam keadaan mampu untuk melakukannya. Inilah sebagaimana yang
dijelaskan oleh An Nawawi rahimahullah.[4] Jadi ‘ajz itu tidak ada kemampuan sama sekali, sedangkan
kasal itu masih ada kemampuan namun tidak ada dorongan untuk melakukan kebaikan.

6. Meminta perlindungan dari sifat al jubn,artinya berlindung dari rasa takut (lawan dari berani), yaitu
berlindung dari sifat takut untuk berperang atau tidak berani untuk beramar ma’ruf nahi mungkar.[5]
Juga do’a ini bisa berarti meminta perlindungan dari hati yang lemah.[6]

7. Meminta perlindungan dari al harom, artinya berlindung dari kembali pada kejelekan umur (di masa
tua).
Ada apa dengan masa tua? Karena pada masa tua, pikiran sudah mulai kacau, kecerdasan dan
pemahaman semakin berkurang, dan tidak mampu melakukan banyak ketaatan.[7]

8. Meminta perlindungan dari sifat bukhl, artinya berlindung dari sifat pelit (kikir). Yaitu do’a ini berisi
permintaan agar seseorang bisa menunaikan hak pada harta dengan benar, sehingga memotivasinya
untuk rajin berinfak (yang wajib atau yang sunnah), bersikap dermawan dan berakhlak mulia. Juga do’a
ini memaksudkan agar seseorang tidak tamak dengan harta yang tidak ada padanya.[8]

9. Meminta perlindungan dari siksa kubur.

10. Menunjukkan adanya siksa dan fitnah kubur, karena bagaimana mungkin sesuatu yang dimintai
perlindungan, namun hal itu tidak ada. Sungguh mustahil!!! Ibnu Hajar Al Makki mengatakan, “Dalam
doa perlindungan terhadap siksa kubur ini terdapat bantahan telak terhadap Mu’tzilah yang
mengingkari adanya siksa kubur.”[9]

11. Meminta perlindungan dari fitnah (cobaan) ketika hidup dan mati. Ibnu Daqi Al ‘Ied mengatakan,
“Fitnah kehidupan adalah fitnah yang dihadapi manusia semasa ia hidup yaitu berupa fitnah-fitnah
dunia (harta), fitnah syahwat, kebodohan dan yang paling besar dari itu semua.

Semoga Allah melindungi kita darinya- yaitu cobaan di ujung akhir menjelang kematian. Sedangkan
fitnah kematian yang dimaksud adalah fitnah ketika mati. Fitnah kehidupan bisa kita maksudkan pada
segala fitnah yang ada sebelum kematian. Boleh jadi fitnah kematian juga bermakna fitnah (cobaan) di
kubur.”[10]

0⃣2⃣ Arika
Ustadz bagaimana cara taubatan nasuha yang benar?

🌷Jawab:
Taubatan Nasuha yang benar :
1. Menyesali Perbuatan dosa tersebut.
2. Memohon Ampunan ALLAH SWT.
3. Tidak akan mengulangi kembali.
4. Segera meminta maaf bila ada kaitan bermuamalah dengan orang lain.
5. Perbanyak amal sholeh untuk bisa menebus kesalahan kemarin.

Wa Allahu'Alam

0⃣3⃣ Nene
Bolehkah kita jadikan ziarah kubur sebagai rutinitas agar kita senantiasa mengingat mati?

🌷Jawab:
Hukum Ziarah Kubur
Ziarah kubur adalah sebuah amalan yang disyari’atkan. Dari Buraidah Ibnul Hushaib radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫القبور زيارة عن نهيتكم كنت‬، ‫فزوروها‬

“Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah” [3]

Bolehkah wanita berziarah kubur?

Para ulama berselisih dalam hal ini. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan
ada 5 pendapat ulama dalam masalah ini :

Disunnahkan seperti laki-laki


- Makruh
- Mubah
- Haram
- Dosa besar[4]

Ringkasnya, pendapat yang paling kuat –wallahu a’lam– adalah wanita juga diperbolehkan untuk
berziarah kubur asal tidak sering-sering.

Hal ini berdasarkan beberapa alasan :

Pertama: Keumuman sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang sudah lewat :

‫القبور زيارة عن نهيتكم كنت‬، ‫فزوروها‬

“Dahulu aku melarang kalian dari ziarah kubur, maka sekarang berziarahlah”[5]

Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membedakan antara laki-laki dan wanita.

Kedua: Hadits-hadits yang menunjukkan bolehnya wanita berziarah lebih shahih daripada hadits yang
melarang wanita berziarah. Hadits yang melarang wanita berziarah tidak ada yang shahih kecuali hadits
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu :

‫القبور زوارات لعن هللا رسول أن‬

“Rasulullah melaknat wanita yang sering berziarah kubur”[6]

Ketiga: Lafazh ‫ زوارات‬dalam hadits di atas menunjukkan makna wanita yang sering berziarah. Al Hafizh
Ibnu Hajar menukil perkataan Imam Al Qurthubi : “Laknat dalam hadits ini ditujukan untuk para wanita
yang sering berziarah karena itulah sifat yang ditunjukkan lafazh hiperbolik tersebut (yakni ‫[”) زوارات‬7].
Oleh karena itu, wanita yang sesekali berziarah tidaklah masuk dalam ancaman hadits ini.

Keempat: Persetujuan (taqrir) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap seorang wanita yang sedang
menangis di sisi kubur kemudian beliau hanya memberikan peringatan kepada wanita tersebut seraya
berkata,

‫اصبرى و هللا اتقى‬

“Bertaqwalah engkau kepada Allah dan bersabarlah!”[8]

Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah mengingkari perbuatan wanita tersebut. Dan
sudah diketahui bahwa taqrir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hujjah.

Kelima: Wanita dan laki-laki sama-sama perlu untuk mengingat kematian, mengingat akhirat,
melembutkan hati, dan meneteskan air mata dimana hal-hal tersebut adalah alasan disyari’atkannya
ziarah kubur. Kesimpulannya, wanita juga boleh berziarah kubur

Keenam: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan keringanan kepada para wanita untuk berziarah
kubur. Dalilnya adalah hadits dari shahabat Abdullah bin Abi Mulaikah :

‫المقابر من يوم ذات أقبلت عائشة أن‬، ‫لها فقلت‬: ‫قالت أقبلت؟ أين من المؤمنين أم يا‬: ‫بكر أبي بن الرحمن عبد أخي قبر من‬، ‫لها فقلت‬: ‫أليس‬
‫قالت القبور؟ زيارة عن نهى هللا رسول كان‬: ‫نعم‬: ‫بزيارتها أمر ثم‬

“Aisyah suatu hari pulang dari pekuburan. Lalu aku bertanya padanya : “Wahai Ummul Mukminin, dari
mana engkau?” Ia menjawab : “Dari kubur saudaraku Abdurrahman bin Abi Bakr”. Lalu aku berkata
kepadanya : “Bukankah Rasulullah melarang ziarah kubur?” Ia berkata : “Ya, kemudian beliau
memerintahkan untuk berziarah” “[9]

Ketujuh: Disebutkan dalam kisah ‘Aisyah yang membuntuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke
pekuburan Baqi’ dalam sebuah hadits yang panjang, ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah,

‫قال هللا؟ رسول يا لهم أقول كيف‬: ‫قولي‬: ‫والمسلمين المؤمنين من الديار أهل على السالم‬، ‫والمستأخرين منا المستقدمين هللا ويرحم‬، ‫إن وإنا‬
‫لالحقون بكم هللا شاء‬

“Ya Rasulullah, apa yang harus aku ucapkan kepada mereka (penghuni kubur-ed)?” Rasulullah
menjawab, “Katakanlah : Assalamu’alaykum wahai penghuni kubur dari kalangan kaum mukminin dan
muslimin. Semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang dating
kemudian. Dan insya Allah kami akan menyusul kalian”[10]

Syaikh Al Albani rahimahullah berkata setelah membawakan hadits ini : “Al Hafizh di dalam At Talkhis
(5/248) berdalil dengan hadits ini akan bolehnya berziarah kubur bagi wanita”[11]
Dengan berbagai argumen di atas jelaslah bahwa wanita juga diperbolehkan berziarah kubur asalkan
tidak sering-sering.

0⃣4⃣ ieRMa
Sebagai manusia kita pasti pernah melakukan kesalahan kepada sesama, namun kadang kala kita tidak
sengaja atau pun sering lupa dengan kesalahan yang telah kita lakukan. Namun kita telah memohon
ampun dan bertaubat atas dosa kita kepada ALLAH.
Apakah dosa kepada sesama tadi terampuni ustadz walaupun tidak meminta maaf langsung?

🌷Jawab:
Ingatlah ayat,

َّ‫ِي يَا قُ ْل‬


ََّ ‫ِين ِعبَاد‬ ََّ ‫علَى أَس َْرفُوا الَّذ‬ َ ‫ل أ َ ْنفُ ِس ِه َّْم‬
ََّ ‫طوا‬ ُ َ‫ن ت َ ْقن‬
َّْ ِ‫َللا َرحْ َم َِّة م‬ ََّّ ِ‫َللاَ إ‬
ََِّّ ‫ن‬ َُّ ‫وب يَ ْغف‬
ََّّ ‫ِر‬ َُّ ُ‫الرحِ ي َُّم ْالغَف‬
ََّ ُ‫ور ه ََُّو إِنَّ َّهُ َجمِ يعًا الذُّن‬ َّ (53) ‫َربِ ُك َّْم إِلَى َوأَنِيبُوا‬
‫ن لَ َّهُ َوأ َ ْس ِل ُموا‬
َّْ ِ‫ل م‬ َّْ َ ‫اب يَأْتِيَ ُك َُّم أ‬
َِّ ‫ن قَ ْب‬ َُّ َ‫ل ث ََُّّم ْالعَذ‬ ََّ ‫ون‬
ََّ ‫ص ُر‬ َ ‫( ت ُ ْن‬54)

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada
Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat
ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).

Setiap Dosa Bisa Diampuni.


Ayat di atas adalah seruan untuk segenap orang yang terjerumus dalam maksiat, baik dalam dosa
kekafiran dan dosa lainnya untuk bertaubat dan kembali pada Allah.

Ayat tersebut memberikan kabar gembira bahwa Allah mengampuni setiap dosa bagi siapa saja yang
bertaubat dan kembali pada-Nya.

Walaupun dosa tersebut amat banyak, meski bagai buih di lautan (yang tak mungkin terhitung).

Sedangkan ayat yang menerangkan bahwa ALLAH tidaklah mengampuni DOSA SYIRIK, itu maksudnya
adalah bagi yang tidak mau bertaubat dan dibawa mati.

Artinya jika orang yang berbuat syirik bertaubat, maka ia pun diampuni.

Lihat keterangan Ibnu Katsir mengenai ayat di atas dalam kitab tafsir beliau.
Dalam ayat lain disebutkan,

َّ‫ن يَ ْعلَ ُموا أ َ َل ْم‬


ََّّ َ ‫َللا أ‬ َُّ َ‫ن الت َّ ْوبَ َّةَ يَ ْقب‬
َََّّ ‫ل ه ََُّو‬ َّْ ‫ع‬
َ ‫ِعبَا ِدَِّه‬

“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya?” (QS. At
Taubah: 104).

َّ‫ل َو َم ْن‬
َّْ ‫سو ًءا يَ ْع َم‬ ْ َ‫س َّهُ ي‬
ُ ‫ظ ِل َّْم أ َ َّْو‬ َ ‫ِر ث ََُّّم نَ ْف‬
َِّ ‫َللا يَ ْست َ ْغف‬
َََّّ ‫َللا يَ ِج َِّد‬ ً ُ‫غف‬
َََّّ ‫ورا‬ َ ‫َرحِ ي ًما‬

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun
kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’: 110).

Untuk Dosa kepada Sesama Manusia.

1. Bertaubat dan minta Ampun pada ALLAH SWT.

2. Meminta maaf pada yang bersangkutan.

3. Mengembalikan pada pemilik-nya bila ada yang di pinjam.

4. Bila sekian lama tak bisa bertemu juga dengan yang bersangkutan, maka barang pinjaman tersebut
bisa di niatkan di sedekahkan (atas nama pemilik barang) pada yang membutuhkan senilai barang
tersebut.

5. Masalah di maafkan atau tidak kita kembalikan pada ALLAH...

Wa Allahu'alam

0⃣5⃣ iKa
Ustadz bagaima kita tahu bahwa taubat kita diterima Ustadz?

🌷Jawab:
Ingatlah ayat,

َّ‫ي يَا قُ ْل‬


ََّ ‫ِين ِعبَا َِّد‬ََّ ‫علَى أَس َْرفُوا الَّذ‬ َ ‫ل أ َ ْنفُ ِس ِه َّْم‬
ََّ ‫طوا‬ ُ َ‫ن ت َ ْقن‬
َّْ ِ‫َللا َرحْ َم َِّة م‬ ََّّ ‫َللاَ ِإ‬
ََِّّ ‫ن‬ َُّ ‫وب يَ ْغف‬
ََّّ ‫ِر‬ َُّ ُ‫الرحِ ي َُّم ْالغَف‬
ََّ ُ‫ور ه ََُّو ِإنَّ َّهُ َجمِ يعًا الذُّن‬ َّ (53) ‫َر ِب ُك َّْم ِإلَى َوأَنِيبُوا‬
‫ن لَ َّهُ َوأ َ ْس ِل ُموا‬َّْ ِ‫ل م‬َِّ ‫ن قَ ْب‬ ْ َُّ َ‫ل ث ََُّّم ْال َعذ‬
َّْ َ ‫اب يَأتِيَ ُك َُّم أ‬ ََّ ‫ون‬
ََّ ‫ص ُر‬ َ ‫( ت ُ ْن‬54)

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada
Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat
ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).

Setiap Dosa Bisa Diampuni.


Ayat di atas adalah seruan untuk segenap orang yang terjerumus dalam maksiat, baik dalam dosa
kekafiran dan dosa lainnya untuk bertaubat dan kembali pada Allah.
Ayat tersebut memberikan kabar gembira bahwa Allah mengampuni setiap dosa bagi siapa saja yang
bertaubat dan kembali pada-Nya.

Walaupun dosa tersebut amat banyak, meski bagai buih di lautan (yang tak mungkin terhitung).

Sedangkan ayat yang menerangkan bahwa ALLAH tidaklah mengampuni DOSA SYIRIK, itu maksudnya
adalah bagi yang tidak mau bertaubat dan dibawa mati.

Artinya jika orang yang berbuat syirik bertaubat, maka ia pun diampuni.

Lihat keterangan Ibnu Katsir mengenai ayat di atas dalam kitab tafsir beliau.
Dalam ayat lain disebutkan,

َّ‫ن َي ْعلَ ُموا أ َ َل ْم‬


ََّّ َ ‫َللا أ‬ َُّ ‫ن الت َّ ْو َب َّةَ َي ْق َب‬
َََّّ ‫ل ه ََُّو‬ َّْ ‫ع‬
َ ‫ِع َبا ِدَِّه‬

“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya?” (QS. At
Taubah: 104).

َّ‫ل َو َم ْن‬
َّْ ‫سو ًءا َي ْع َم‬ ْ َ‫س َّهُ ي‬
ُ ‫ظ ِل َّْم أ َ َّْو‬ َ ‫ِر ث ََُّّم نَ ْف‬
َِّ ‫َللا َي ْست َ ْغف‬
َََّّ ‫َللا َي ِج َِّد‬ ً ُ‫غف‬
َََّّ ‫ورا‬ َ ‫َرحِ ي ًما‬

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun
kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’: 110).

0⃣6⃣ Nita
Bagaimana caranya agar kita bisa benar² bertaubat tanpa kembali lagi melakukan dosa tersebut, karena
setiap ingin bertaubat pasti ada bisikan yang mengatakan "aaahh...nanti aja lah taubatnya, coba sekali
lagi, ini untuk terakhir kali nya", namun kata² itu terus terngiang apabila hendak benar-benar bertaubat,
seolah-olah menjadi penghalang bagi saya apabila ingin bertaubat.

Mohon bimbingannya ustadz!

🌷Jawab:
Yakinkan diri sendiri dan selalu mengingat akan kematian yang mencabutmu kapan saja...!!

Seringlah membaca ayat² siksaan ALLAH di Neraka.

0⃣7⃣ Nurulhuda
Apa hukumnya memakai cadar menurut Madzhab Syafi'i.

Mohon jawaban besertakan Referensi.

🌷Jawab:
Wanita bercadar seringkali diidentikkan dengan orang arab atau timur-tengah.

Padahal memakai cadar atau menutup wajah bagi wanita adalah ajaran Islam yang didasari dalil-dalil Al
Qur’an, hadits-hadits shahih serta penerapan para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam serta para
ulama yang mengikuti mereka.

Sehingga tidak benar anggapan bahwa hal tersebut merupakan sekedar budaya timur-tengah.

Berikut ini pendapat-pendapat para ulama madzhab, tanpa menyebutkan pendalilan mereka, untuk
membuktikan bahwa pembahasan ini tertera dan dibahas secara gamblang dalam kitab-kitab fiqih 4
madzhab.

Lebih lagi, ulama 4 madzhab semuanya menganjurkan wanita muslimah untuk memakai cadar, bahkan
sebagiannya sampai kepada anjuran wajib.

Beberapa penukilan yang disebutkan di sini hanya secuil saja, karena masih banyak lagi penjelasan-
penjelasan serupa dari para ulama madzhab.

1. Madzhab Hanafi

Pendapat madzhab Hanafi, wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai cadar hukumnya sunnah
(dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah.

*) Asy Syaranbalali berkata:

‫ األصح في وظاهرهما باطنهما وكفيها وجهها إل عورة الحرة بدن وجميع‬، ‫المختار وهو‬

“Seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam serta telapak tangan luar,
ini pendapat yang lebih shahih dan merupakan pilihan madzhab kami“ (Matan Nuurul Iidhah)

*) Al Imam Muhammad ‘Alaa-uddin berkata:

‫ وكفيها وجهها إل عورة الحرة بدن وجميع‬، ‫ رواية في وقدميها‬، ‫صوتها وكذا‬، ‫ األشبه على بعورة وليس‬، ‫ الفتنة إلى يؤدي وإنما‬، ‫تمنع ولذا‬
‫للفتنة الرجال بين وجهها كشف من‬

“Seluruh badan wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam. Dalam suatu riwayat, juga
telapak tangan luar. Demikian juga suaranya. Namun bukan aurat jika dihadapan sesama wanita. Jika
cenderung menimbulkan fitnah, dilarang menampakkan wajahnya di hadapan para lelaki” (Ad Durr Al
Muntaqa, 81)

*) Al Allamah Al Hashkafi berkata:


‫ كالرجل والمرأة‬، ‫ رأسها ل وجهها تكشف لكنها‬، ‫س َدلَت ولو‬
َ ‫ جاز َو َجافَت َّهُ عليه شيئًا‬، ‫يندب بل‬

“Aurat wanita dalam shalat itu seperti aurat lelaki. Namun wajah wanita itu dibuka sedangkan kepalanya
tidak. Andai seorang wanita memakai sesuatu di wajahnya atau menutupnya, boleh, bahkan dianjurkan”
(Ad Durr Al Mukhtar, 2/189)

*) Al Allamah Ibnu Abidin berkata:

َّ‫ الفتنة فتقع وجهها الرجال يرى أن لخوف الكشف من تُمنَ ُع‬، ‫بشهوة إليها النظر يقع قد الكشف مع ألنه‬

“Terlarang bagi wanita menampakan wajahnya karena khawatir akan dilihat oleh para lelaki, kemudian
timbullah fitnah. Karena jika wajah dinampakkan, terkadang lelaki melihatnya dengan syahwat” (Hasyiah
‘Alad Durr Al Mukhtaar, 3/188-189)

*) Al Allamah Ibnu Najiim berkata:

‫ مشايخنا قال‬: ‫للفتنة زماننا في الرجال بين وجهها كشف من الشابة المرأة تمنع‬

“Para ulama madzhab kami berkata bahwa terlarang bagi wanita muda untuk menampakkan wajahnya
di hadapan para lelaki di zaman kita ini, karena dikhawatirkan menimbulkan fitnah” (Al Bahr Ar Raaiq,
284)

Beliau berkata demikian di zaman beliau, yaitu beliau wafat pada tahun 970 H, bagaimana dengan
zaman kita sekarang?

2. Madzhab Maliki

Mazhab Maliki berpendapat bahwa wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai cadar hukumnya
sunnah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah. Bahkan sebagian ulama
Maliki berpendapat seluruh tubuh wanita adalah aurat.

*) Az Zarqaani berkata:

‫ جسدها جميع من والكفين الوجه غير مسلم أجنبي رجل مع الحرة وعورة‬، ‫صتها دلليها حتى‬ َّ ‫ وق‬. ‫ وباطنهما ظاهرهما والكفان الوجه وأما‬،
‫ طب أو شهادة من عذر بال شابة ولو مكشوفين رؤيتهما فله‬، ‫ فيحرم لذة قصد أو فتنة لخوف إل‬، ‫ ألمرد كنظر‬، ‫والقلشاني للفاكهاني كما‬

“Aurat wanita di depan lelaki muslim ajnabi adalah seluruh tubuh selain wajah dan telapak tangan.
Bahkan suara indahnya juga aurat. Sedangkan wajah, telapak tangan luar dan dalam, boleh
dinampakkan dan dilihat oleh laki-laki walaupun wanita tersebut masih muda baik sekedar melihat
ataupun untuk tujuan pengobatan. Kecuali jika khawatir timbul fitnah atau lelaki melihat wanita untuk
berlezat-lezat, maka hukumnya haram, sebagaimana haramnya melihat amraad. Hal ini juga
diungkapkan oleh Al Faakihaani dan Al Qalsyaani” (Syarh Mukhtashar Khalil, 176)
*) Ibnul Arabi berkata:

‫ عورة كلها والمرأة‬، ‫ بدنها‬، ‫ وصوتها‬، ‫ لضرورة إل ذلك كشف يجوز فال‬، ‫ لحاجة أو‬، ‫ عليها كالشهادة‬، ‫ ببدنها يكون داء أو‬، ‫عما سؤالها أو‬
َُّّ ‫عندها ويعرض َي‬
‫عن‬

“Wanita itu seluruhnya adalah aurat. Baik badannya maupun suaranya. Tidak boleh menampakkan
wajahnya kecuali darurat atau ada kebutuhan mendesak seperti persaksian atau pengobatan pada
badannya, atau kita dipertanyakan apakah ia adalah orang yang dimaksud (dalam sebuah persoalan)”
(Ahkaamul Qur’an, 3/1579)

*) Al Qurthubi berkata:

‫ ـ المالكية علماء كبار من وهو ــ منداد ُخويز ابن قال‬: ‫ الفتنة وكفيها وجهها من وخيف جميلة كانت اذا المرأة إن‬، ‫وإن ؛ ذلك ستر فعليها‬
ً
‫عجوزا كانت‬ ‫وكفيها وجهها تكشف أن جاز مقبحة أو‬

“Ibnu Juwaiz Mandad – ia adalah ulama besar Maliki – berkata: Jika seorang wanita itu cantik dan
khawatir wajahnya dan telapak tangannya menimbulkan fitnah, hendaknya ia menutup wajahnya. Jika ia
wanita tua atau wajahnya jelek, boleh baginya menampakkan wajahnya” (Tafsir Al Qurthubi, 12/229)

*) Al Hathab berkata:

‫ والكفين الوجه ستر عليها يجب الفتنة المرأة من ُخشي إن أنه واعلم‬. ‫ الوهاب عبد القاضي قاله‬، ‫شرح في زروق أحمد الشيخ عنه ونقله‬
‫ الرسالة‬، ‫التوضيح ظاهر وهو‬

“Ketahuilah, jika dikhawatirkan terjadi fitnah maka wanita wajib menutup wajah dan telapak tangannya.
Ini dikatakan oleh Al Qadhi Abdul Wahhab, juga dinukil oleh Syaikh Ahmad Zarruq dalam Syarhur
Risaalah. Dan inilah pendapat yang lebih tepat” (Mawahib Jaliil, 499)

*) Al Allamah Al Banaani, menjelaskan pendapat Az Zarqani di atas:

َّ ً : ‫ المذهب مشهور إنه‬، ‫ الوهاب عبد القاضي عن الوجوب أيضًا الحطاب ونقل‬، ‫يجب ل أو‬
‫قائال الفرصة اغتنام في مرزوق لبن الذي وهو‬
‫ ذلك عليها‬، ‫ بصره غض الرجل على وإنما‬، ‫ عياض عن َم َّواق نقل مقتضى وهو‬. ‫صل‬
َّ ‫الجميلة بين الوغليسية شرح في زروق الشيخ وف‬
‫ عليها فيجب‬، ‫فيُستحب وغيرها‬

“Pendapat tersebut juga dikatakan oleh Ibnu Marzuuq dalam kitab Ightimamul Furshah, ia berkata:
‘Inilah pendapat yang masyhur dalam madzhab Maliki’. Al Hathab juga menukil perkataan Al Qadhi
Abdul Wahhab bahwa hukumnya wajib. Sebagian ulama Maliki menyebutkan pendapat bahwa
hukumnya tidak wajib namun laki-laki wajib menundukkan pandangannya. Pendapat ini dinukil
Mawwaq dari Iyadh. Syaikh Zarruq dalam kitab Syarhul Waghlisiyyah merinci, jika cantik maka wajib, jika
tidak cantik maka sunnah” (Hasyiyah ‘Ala Syarh Az Zarqaani, 176)
3. Madzhab Syafi’i

Pendapat madzhab Syafi’i, aurat wanita di depan lelaki ajnabi (bukan mahram) adalah seluruh tubuh.
Sehingga mereka mewajibkan wanita memakai cadar di hadapan lelaki ajnabi. Inilah pendapat
mu’tamad madzhab Syafi’i.

*) Asy Syarwani berkata:

‫ عورات ثالث لها إن‬: ‫ الصالة في عورة‬، ‫ والكفين الوجه سوى ما بدنها كل أي ـ تقدم ما وهو‬. ‫ إليها األجانب لنظر بالنسبة وعورة‬: ‫جميع‬
‫ المحارم وعند الخلوة في وعورة المعتمد على والكفين الوجه حتى بدنها‬: ‫ـ والركبة السرة بين ما أي ـ اهـ» الرجل كعورة‬

“Wanita memiliki tiga jenis aurat, (1) aurat dalam shalat -sebagaimana telah dijelaskan- yaitu seluruh
badan kecuali wajah dan telapak tangan, (2) aurat terhadap pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh
termasuk wajah dan telapak tangan, menurut pendapat yang mu’tamad, (3) aurat ketika berdua
bersama yang mahram, sama seperti laki-laki, yaitu antara pusar dan paha” (Hasyiah Asy Syarwani ‘Ala
Tuhfatul Muhtaaj, 2/112)

*) Syaikh Sulaiman Al Jamal berkata:

‫ وكفين وجه غير‬: ‫ الصالة في عورتها وهذه‬. ‫ المحارم الرجال وعند مطلقًا المسلمات النساء عند عورتها وأما‬، ‫ والركبة السرة بين فما‬. ‫وأما‬
‫البدن فجميع األجانب الرجال عند‬

“Maksud perkataan An Nawawi ‘aurat wanita adalah selain wajah dan telapak tangan’, ini adalah aurat
di dalam shalat. Adapun aurat wanita muslimah secara mutlak di hadapan lelaki yang masih mahram
adalah antara pusar hingga paha. Sedangkan di hadapan lelaki yang bukan mahram adalah seluruh
badan” (Hasyiatul Jamal Ala’ Syarh Al Minhaj, 411)

*) Syaikh Muhammad bin Qaasim Al Ghazzi, penulis Fathul Qaarib, berkata:

‫ وكفيها وجهها إل عورة الحرة المرأة بدن وجميع‬، ‫ الصالة في عورتها وهذه‬، ‫بدنها جميع فعورتها الصالة خارج أما‬

“Seluruh badan wanita selain wajah dan telapak tangan adalah aurat. Ini aurat di dalam shalat. Adapun
di luar shalat, aurat wanita adalah seluruh badan” (Fathul Qaarib, 19)

*) Ibnu Qaasim Al Abadi berkata:

‫ والكفين الوجه عدا ما رقيقة ولو األنثى من ستر ما فيجب‬. ‫ عورة لكونهما ليس الحياة في سترهما ووجوب‬، ‫غالبًا الفتنة لخوف بل‬

“Wajib bagi wanita menutup seluruh tubuh selain wajah telapak tangan, walaupun penutupnya tipis.
Dan wajib pula menutup wajah dan telapak tangan, bukan karena keduanya adalah aurat, namun karena
secara umum keduanya cenderung menimbulkan fitnah” (Hasyiah Ibnu Qaasim ‘Ala Tuhfatul Muhtaaj,
3/115)
*) Taqiyuddin Al Hushni, penulis Kifaayatul Akhyaar, berkata:

‫ وتمثيل صورة فيه ثوب في يصلي أن ويُكره‬، ‫ النظر عن يحترزون ل أجانب وهناك مسجد في تكون أن إل متنقبة والمرأة‬، ‫من خيف فإن‬
‫النقاب رفع عليها حرم الفساد إلى يجر ما إليها النظر‬

“Makruh hukumnya shalat dengan memakai pakaian yang bergambar atau lukisan. Makruh pula wanita
memakai niqab (cadar) ketika shalat. Kecuali jika di masjid kondisinya sulit terjaga dari pandnagan lelaki
ajnabi. Jika wanita khawatir dipandang oleh lelaki ajnabi sehingga menimbulkan kerusakan, haram
hukumnya melepaskan niqab (cadar)” (Kifaayatul Akhyaar, 181)

4. Madzhab Hambali

*) Imam Ahmad bin Hambal berkata:

‫الظفر حتى عورة ــ الحرة المرأة من أي ــ منها شيء كل‬

“Setiap bagian tubuh wanita adalah aurat, termasuk pula kukunya” (Dinukil dalam Zaadul Masiir, 6/31)

*) Syaikh Abdullah bin Abdil Aziz Al ‘Anqaari, penulis Raudhul Murbi’, berkata:

« ‫ ذوائبها حتى عورة البالغة الحرة وكل‬، ‫ الرعاية في به صرح‬. ‫ الصالة في عورة فليس وجهها إل اهـ‬. ‫حتى عورة فكلها خارجها وأما‬
‫الركبة إلى السرة بين ما عورتها مثلها إلى وبالنسبة والخنثى الرجل إلى بالنسبة وجهها‬

“Setiap bagian tubuh wanita yang baligh adalah aurat, termasuk pula sudut kepalanya. Pendapat ini
telah dijelaskan dalam kitab Ar Ri’ayah… kecuali wajah, karena wajah bukanlah aurat di dalam shalat.
Adapun di luar shalat, semua bagian tubuh adalah aurat, termasuk pula wajahnya jika di hadapan lelaki
atau di hadapan banci. Jika di hadapan sesama wanita, auratnya antara pusar hingga paha” (Raudhul
Murbi’, 140)

*) Ibnu Muflih berkata:

« ‫ أحمد قال‬: ‫ طالب أبو ونقل اآلية في لمن إل زينتها تبدي ول‬:‫ عورة ظفرها‬، ‫ شيئًا تبين فال خرجت فإذا‬، ‫ ُخفَّها ول‬، ‫ القدم يصف فإنه‬،
َُّّ
‫وأحب‬ ََّّ ‫زرا لكـمها تجعل أن إل‬
‫ي‬ ً ‫يدها عند‬

“Imam Ahmad berkata: ‘Maksud ayat tersebut adalah, janganlah mereka (wanita) menampakkan
perhiasan mereka kecuali kepada orang yang disebutkan di dalam ayat‘. Abu Thalib menukil penjelasan
dari beliau (Imam Ahmad): ‘Kuku wanita termasuk aurat. Jika mereka keluar, tidak boleh menampakkan
apapun bahkan khuf (semacam kaus kaki), karena khuf itu masih menampakkan lekuk kaki. Dan aku
lebih suka jika mereka membuat semacam kancing tekan di bagian tangan’” (Al Furu’, 601-602)

*) Syaikh Manshur bin Yunus bin Idris Al Bahuti, ketika menjelaskan matan Al Iqna’ , ia berkata:
« ‫ أي » وهما‬: ‫ الكفان‬. « ‫» بدنها كبقية النظر باعتبار « الصالة أي » خارجها عورة « البالغة الحرة من » والوجه‬

“’Keduanya, yaitu dua telapak tangan dan wajah adalah aurat di luar shalat karena adanya pandangan,
sama seperti anggota badan lainnya” (Kasyful Qanaa’, 309)

*) Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata:

‫األجانب الرجال عن الوجه ستر وجوب المسألة هذه في الراجح القول‬

“Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah wajib hukumnya bagi wanita untuk menutup wajah dari
pada lelaki ajnabi” (Fatawa Nurun ‘Alad Darb, http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article
4913.shtml)

Cadar (Niqob) Adalah Budaya Islam

Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa memakai cadar (dan juga jilbab) bukanlah sekedar budaya timur-
tengah, namun budaya Islam dan ajaran Islam yang sudah diajarkan oleh para ulama Islam sebagai
pewaris para Nabi yang memberikan pengajaran kepada seluruh umat Islam, bukan kepada masyarakat
timur-tengah saja. Jika memang budaya Islam ini sudah dianggap sebagai budaya lokal oleh masyarakat
timur-tengah, maka tentu ini adalah perkara yang baik. Karena memang demikian sepatutnya, seorang
muslim berbudaya Islam.

Diantara bukti lain bahwa cadar (dan juga jilbab) adalah budaya Islam :

Sebelum turun ayat yang memerintahkan berhijab atau berjilbab, budaya masyarakat arab Jahiliyah
adalah menampakkan aurat, bersolek jika keluar rumah, berpakaian seronok atau disebut dengan
tabarruj.

Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman:

ََّّ ‫ل بُيُوتِ ُك‬


َّ‫ن فِي َوقَ ْر َن‬ ََّ ‫ن َو‬ ََّ ‫ْاألُولَىَّ ا ْل َجا ِه ِليَّ َِّة تَبَ ُّر‬
ََّ ْ‫ج تَبَ َّرج‬

“Hendaknya kalian (wanita muslimah), berada di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian ber-tabarruj
sebagaimana yang dilakukan wanita jahiliyah terdahulu” (QS. Al Ahzab: 33)

Sedangkan, yang disebut dengan jahiliyah adalah masa ketika Rasulullah Shallalahu’alihi Wasallam
belum di utus. Ketika Islam datang, Islam mengubah budaya buruk ini dengan memerintahkan para
wanita untuk berhijab. Ini membuktikan bahwa hijab atau jilbab adalah budaya yang berasal dari Islam.

Ketika turun ayat hijab, para wanita muslimah yang beriman kepada Rasulullah Shallalahu’alaihi
Wasallam seketika itu mereka mencari kain apa saja yang bisa menutupi aurat mereka. ‘Aisyah
Radhiallahu’anha berkata:

‫ت َّما‬ ََّ ‫ن َو ْليَض ِْرب‬


َّْ َ‫ْن ( ْاآليَ َّة ُ َه ِذَِّه نَزَ ل‬ ََّّ ‫علَى بِ ُخ ُم ِر َِّه‬ ََّّ ‫ن ) ُجيُوبِ ِه‬
َ ‫ن‬ ََّّ ‫شقَّ ْقنَ َها أ ُ ْز َره‬
ََّ ‫ُن أ َ َخ ْذ‬ َِّ َ‫ن ْال َح َواشِي قِب‬
َّْ ِ‫ل م‬
َ َ‫ن ف‬ ْ َ‫بِ َها ف‬
ََّ ‫اخت َ َم ْر‬

“(Wanita-wanita Muhajirin), ketika turun ayat ini: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dada (dan leher) mereka.” (QS. Al Ahzab An Nuur: 31), mereka merobek selimut mereka lalu mereka
berkerudung dengannya.” (HR. Bukhari 4759)

Menunjukkan bahwa sebelumnya mereka tidak berpakaian yang menutupi aurat-aurat mereka sehingga
mereka menggunakan kain yang ada dalam rangka untuk mentaati ayat tersebut.

Singkat kata, para ulama sejak dahulu telah membahas hukum memakai cadar bagi wanita.

Sebagian mewajibkan, dan sebagian lagi berpendapat hukumnya sunnah.

Tidak ada diantara mereka yang mengatakan bahwa pembahasan ini hanya berlaku bagi wanita
muslimah arab atau timur-tengah saja. Sehingga tidak benar bahwa memakai cadar itu aneh, ekstrim,
berlebihan dalam beragama, atau ikut-ikutan budaya negeri arab.

Wa Allahu'alam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSiNG STaTeMeNT💘

"KETAKUTAN dan KETENANGAN menghadapi SAKARATUL MAUT tergantung kita memahami DUNIA dan
AKHIRAT, serta PERSIAPAN PERBEKALAN-nya..."

Ya Allah....
janganlah SEDETIKPUN Engkau lepas dari Ingatanku...
Karena jiwaku selalu ada dalam GENGGAMAN-Mu....
Berilah kami kesempatan BERTAUBAT sebelum mati...
Berilah RAHMAT-Mu pada waktu Sakaratulmaut...
Berilah AMPUNAN-Mu ...bahkan setelah kematian...
Ya Allah ...
LUNAKKANLAH dalam Sakaratul maut kami...
HIASILAH kuburan kami dengan taman-taman SURGA-Mu...
Dan kami BERLINDUNG dari dahsyatnya siksa api NERAKA...

Engkaulah sebaik-sebaik Pelindung...


Engkaulah sebaik-baik Penolong..

Anda mungkin juga menyukai