Khutbah Jumat - Kabar Dari Al-Qur'an Yang Paling Menakutkan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

‫‪Home  Khutbah Jumat ‬‬

‫‪KHUTBAH JUMAT‬‬

‫‪Khutbah Jumat: Kabar Dari Al-Qur’an Yang‬‬


‫‪Paling Menakutkan‬‬

‫‪Khutbah Jumat:‬‬

‫‪Kabar Al-Qur’an yang Paling Menakutkan‬‬


‫‪Oleh: Majalah ar-risalah‬‬

‫اﻟﺨ ْﻴ ِﺮ َﻣ ْﺠ َﻤﻌً ﺎ ِﻟﻜُﻞ َﺧ ْﻴ ٍﺮ َو َﻓ ِﻀﻴﻠَ ٍﺔ‪َ ،‬وا ْر َﺷﺪَ َﻧﺎ ِﻓﻲ َﻣ َﺠﺎ ِﻟ ِﺴﻨَﺎ اﻟَﻰ ُﺟ ْﻤـﻠَ ِﺔ‬ ‫ْاﻟ َﺤ ْﻤﺪُ ِ اﻟ ِﺬي َﺟﻌَ َﻞ َﻣ َﺠﺎ ِﻟ َﺲ َ‬
‫ﻳﻚ ﻟَ ُﻪ‪َ ،‬و َﻧ ْﺸﻬَ ﺪُ ان َﺳﻴﺪَ َﻧﺎ َو ُﻗﺪْ َو َﺗﻨَﺎ ُﻣ َﺤﻤﺪً ا ﻋَ ْﺒﺪُ‬ ‫اب َﺟ ِﻠﻴﻠَ ٍﺔ‪َ ،‬و َﻧ ْﺸﻬَ ﺪُ ان ﻻ اﻟَﻪَ اﻻ ا ُ َو ْﺣﺪَ ُه ﻻ َﺷ ِﺮ َ‬ ‫آدَ ٍ‬
‫اﻟﻬﺪَ اﻳَ ِﺔ‪َ ،‬ﺻﻠﻰ ا ُ ﻋَ ﻠَ ْﻴ ِﻪ َوﻋَ ﻠَﻰ آ ِﻟ ِﻪ َو َﺻ ْﺤ ِﺒ ِﻪ او ِﻟﻲ‬ ‫ا ِ َو َر ُﺳ ُ‬
‫ﻮﻟ ُﻪ َﻧ ِﺒﻲ اﻻ ْﻟ َﻔ ِﺔ َواﻟﺮ ْﺣ َﻤ ِﺔ َواﻻ َﺧ ِ‬
‫ﺎء َو ِ‬
‫اﻟﻨﺎس ِﻟ َﺮب‬
‫ُ‬ ‫اﻗﺘَ َﻔﻰ ا َﺛ َﺮ ُﻫ ْﻢ اﻟَﻰ ﻳَ ْﻮ ِم ﻳَ ُﻘﻮمُ‬
‫اﻟﻤ َﺠﺎ ِﻟ ِﺲ اﻟﺼﺎ ِﻟ َﺤ ِﺔ‪َ ،‬و َﻣ ْﻦ َﺗ ِﺒﻌَ ﻬُ ْﻢ َو ْ‬
‫اﺟ َﺤ ِﺔ َو َ‬‫ﻮل اﻟﺮ ِ‬ ‫اﻟﻌُ ُﻘ ِ‬
‫اﻟﻌَ ﺎﻟَ ِﻤ َ‬
‫ﻴﻦ‬
‫ ) َوﻟَ َﻘﺪْ َوﺻ ْﻴﻨَﺎ‬:‫ﺎل َﺗﻌَ ﺎﻟَﻰ‬ َ ‫اﻳﻬَ ﺎ ْاﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ُﻤ ْﻮ َن ا ْو ِﺻ ْﻴﻜُ ْﻢ ِﺑﺘَ ْﻘ َﻮى ا ِ َﺗ‬
َ ‫ َﻗ‬.‫ َو ِﺻﻴ ُﺔ ا ِ ﻟَﻜُ ْﻢ َو ِﻟﻼو ِﻟ ْﻴ َﻦ‬، ‫ﻌﺎﻟَﻰ‬
ِ ‫وا َﻓﺎن ِ َﻣﺎ ِﻓﻰ اﻟﺴ َﻤ‬
‫ﺎوات َو َﻣﺎ‬ ْ ‫ﻮا ا َ َوان َﺗﻜْ ُﻔ ُﺮ‬ ْ ‫ﺎب ِﻣﻦ َﻗ ْﺒ ِﻠﻜُ ْﻢ َواﻳﺎﻛُ ْﻢ ان اﺗ ُﻘ‬
َ َ‫ﻮا ْاﻟ ِﻜﺘ‬ْ ‫ﻳﻦ او ُﺗ‬ َ ‫اﻟ ِﺬ‬
ِ
ً ً
131:‫ﺎن ا ُ َﻏ ِﻨ ّﻴﺎ َﺣ ِﻤﻴﺪا( )اﻟﻨﺴﺎء‬ َ َ ‫اﻷر ِض َوﻛ‬ ْ ‫)ﻓﻰ‬ ِ

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah

Puji syukur selalu kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala .


Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya lah kita dapat
menunaikan tugas kita sebagai seorang hamba. Dengan rahmat-Nya
pula, Kita dapat menghadiri majelis shalat jumat ini. Yang mana, majelis
ini telah menjadi kebutuhan bagi kita. Agar ruhiyah kita semakin hidup.

Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, nabi
Muhammad ‫ﷺ‬. Kepada ahlu baitnya, sahabatnya dan para pengikutnya
yang selalu meneladani sunnahnya hingga hari akhir. Amma Ba’du:

Melalui mimbar jumat ini, khatib wasiatkan kepada diri kami dan para
jamaah pada umumnya. Marilah kita tingkatkan kualitas dan kuantitas
takwa kita kepada Allah. Yaitu, dengan cara meningkatkan amal ibadah
yang dikerjakan dengan penuh keihlasan, dengan penuh rasa khauf dan
dengan segenap rasa raja. Dan, dengan meninggalkan kemaksiatan
dengan segenap kemampuan kita. Semoga, takwa tersebut dapat
menjadi bekal terbaik untuk hari akhirat. Dapat menjadi penerang di
gelapnya alam barzakh. Dan, dapat menolong kita di hari akhir kelak.
Amin ya rabbal ‘alamin.

Hadirin jamaah jumat rahimakumullah

Ada satu kisah yang dapat kita ambil hikmahnya. Pada suatu malam.
Ketika Khalifah Umar bin Khathab sedang dalam suatu perjalanan, beliau
bertemu dengan sekelompok ka lah. Di padang pasir tersebut, malam
sangat gelap menutup pandangan setiap pengendara. Sahabat Abdullah
bin Mas’ud berada dalam ka lah itu. Khalifah Umar memerintahkan
seseorang untuk bertanya kepada ka lah tersebut, “Dari manakah
kalian? Dan hendak ke mana kalian”. Abdullah menjawab “Min fajjin
‘amiq, ila baitil atiq. Dari lembah yang dalam menuju baitullah al-atiq.”

Jawaban tersebut membuat Umar mengira bahwa di ka lah pasti ada


orang yang sangat alim. Kemudian diperintahkannya pula untuk
bertanya, “Ayat Qur’an manakah yang paling agung? Ayat apakah yang
paling kuat hukumnya? Dan ayat Quran manakah yang paling luas
cakupannya?”
Setiap pertanyaan dijawab dengan sangat baik oleh Abdullah. Hingga
tiba satu pertanyaan, “Kabar ayat Al-Qur’an manakah yang paling
menakutkan?” Jawab Abdullah,

َ‫ون ا ِ َو ِﻟﻴﺎ َوﻻ‬ َ ً ‫ﺎب َﻣ ْﻦ ﻳَ ﻌْ َﻤ ْﻞ ُﺳ‬


ِ ُ‫ﻮءا ﻳُ ْﺠ َﺰ ِﺑ ِﻪ َوﻻَ ﻳَ ِﺠﺪْ ﻟ ُﻪ ِﻣ ْﻦ د‬ ِ َ‫ﻟَ ْﻴ َﺲ ِﺑﺎ َﻣﺎ ِﻧﻴﻜُ ْﻢ َوﻻَ ا َﻣﺎ ِﻧﻲ اﻫْ ِﻞ ْاﻟ ِﻜﺘ‬
ً ‫َﻧ ِﺼ‬
‫ﻴﺮا‬

“Pahala dari Allah bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong. dan


tidak pula menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan
kejahatan niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia
tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain Allah.”
(QS. An Nisa’: 123)

Shahabat Abdullah bin Mas’ud menilai ayat ini memberikan kabar yang
menakutkan. Dan pendapat itu disetujui oleh sahabat Umar. Kabar
menakutkan yang pertama ada pada kalimat ‘pahala itu bukanlah seperti
angan-anganmu’. Mereka khawatir jika sebagian pahala atau bahkan
seluruh amal mereka tidak diterima oleh Allah, padahal mereka adalah
generasi terbaik umat ini. Karena itu, semestinya kita lebih layak untuk
takut dan khawatir. Sebab, semakin seseorang memiliki ilmu dan banyak
amal, dia semakin takut kepada Allah.

Selama ini, boleh jadi kita sering mengingat kebaikan yang pernah kita
lakukan, berbagai ibadah yang telah kita jalankan. Lalu kita
mengkalkulasi, begitu banyak pahala yang menurut kita telah kita
kumpulkan. Semestinya kita khawatir, jangan-jangan nilai di sisi Allah
sebenarnya jauh dari angan-angan kita.

Kelak akan banyak orang yang kecele. Mereka merasa telah berbuat
yang sebaik-baiknya, padahal apa yang dianggapnya baik, ternyata
bukan kebaikan menurut Allah,

َ ‫ﻮن اﻧﻬُ ْﻢ ﻳُ ْﺤ ِﺴﻨ‬


‫ُﻮن ُﺻﻨْﻌً ﺎ‬ ِ ‫ﻳﻦ َﺿﻞ َﺳﻌْ ُﻴﻬُ ْﻢ ِﻓﻲ ْاﻟ َﺤ َﻴ‬
َ ‫ﺎة اﻟﺪ ْﻧ َﻴﺎ َو ُﻫ ْﻢ ﻳَ ْﺤ َﺴ ُﺒ‬ َ ‫اﻟ ِﺬ‬

“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan


dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-
baiknya.” (QS. al-Kah : 104)

Ibnu Qayyim al-Jauziyah menafsirkan maksud orang merugi dalam ayat


ini, “inilah hasil amalan yang bukan diperuntukkan Allah, atau tidak
mengikuti sunnah Rasulullah ‫ﷺ‬.” Maka selayaknya kita senantiasa
memperhatikan dan mengevaluasi amal kita, sebelum dan sesudahnya.
Sebelum beramal, selayaknya kita bertanya, “liman a’mal? wa kaifa
a’mal?”, untuk siapa saya beramal? Dan bagaimana saya mesti beramal?
Jawaban yang pertama adalah dengan mewajibkan hati kita untuk ikhlas,
yakni tidak beramal dan berbuat kecuali hanya karena Allah semata.
Adapun pertanyaan kedua, “bagaimana saya mesti beramal?”
Jawabannya, haruslah dengan mutaba’ah, mengikuti sunnah Rasulullah
‫ﷺ‬. Karena,

‫ﻼ ﻟَ ْﻴ َﺲ ﻋَ ﻠَ ْﻴ ِﻪ ا ْﻣ ُﺮ َﻧﺎ َﻓﻬْ َﻮ َرد‬


ً ‫َو َﻣ ْﻦ ﻋَ ِﻤ َﻞ ﻋَ َﻤ‬

“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada


perintah dariku, maka tertolak.” (HR. Bukhari)

Amal yang diterima oleh Allah, hanyalah amal yang ikhlas dan benar.
Sementara kita tidak bisa menjamin, bahwa semua yang kita lakukan
sudah ikhlas seperti yang diperintahkan, baik qablal amal, ‘indal amal
dan ba’dal amal, sebelum, ketika dan sesudah beramal. Tidak heran jika
seorang ulama salaf mengatakan, “Ikhlas sesaat adalah kebahagiaan
abadi, hanya saja, ikhlas itu berat.” Sufyan ast-Tsauri juga berkata, “Aku
tidak pernah mengobati penyakit yang lebih berat dari mengobati
niatku.”

Hadirin jamaah jumat rahimakumullah

Orang yang yang beribadah tapi tidak ikhlas atau tidak benar, Kelak akan
tertipu oleh angan-angannya. Namun, orang yang benar-benar tertipu
adalah orang yang telah melakukan beberapa kebajikan, namun
pahalanya harus dibagi-bagi lantaran kezhaliman yang dilakukannya.
Pahalanya kebaikannya pun habis dan bahkan masih menanggung dosa
orang yang dizhalimi. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

َ ‫ﺎة َوﻳَ ّﺄ ِﺗ ْﻲ َﻗﺪْ َﺷﺘَ َﻢ ﻫ ََﺬا َو َﻗ َﺬ َف‬


‫ﻫﺬا‬ ٍ َ ‫ﺎم َو َزﻛ‬
ٍ ‫ﻼ ٍة َو ِﺻ َﻴ‬ َ ‫ان ْاﻟ ُﻤ ْﻔ ِﻠ َﺲ ِﻣ ْﻦ اﻣ ِﺘ ْﻲ ﻳَ ﺎ ِﺗ ْﻲ ﻳَ ْﻮ َم ْاﻟ ِﻘ َﻴ‬
َ ‫ﺎﻣ ِﺔ ِﺑ َﺼ‬
‫ﻫﺬا ِﻣ ْﻦ َﺣ َﺴﻨَﺎ ِﺗ ِﻪ َﻓﺎ ْن‬
َ ‫ﻫﺬا ِﻣ ْﻦ َﺣ َﺴﻨَﺎ ِﺗ ِﻪ َو‬ َ ‫ﻫﺬا َﻓ ُﻴﻌْ َﻄﻰ‬ َ ‫ﻫﺬا َو َﺿ َﺮ َب‬ َ ‫ﻫﺬا َو َﺳ َﻔ َﻚ دَ َم‬ َ ‫ﺎل‬ َ ‫َواﻛ َ َﻞ َﻣ‬
‫اﻟﻨﺎر‬
ِ ‫َﻓ ِﻨ َﻴ ْﺖ َﺣ َﺴﻨَﺎ ُﺗ ُﻪ َﻗ ْﺒ َﻞ ا ْن ﻳُ ْﻘ َﻀﻰ َﻣﺎ ﻋَ ﻠَ ْﻴ ِﻪ ُإ ِﺧ َﺬ ِﻣ ْﻦ َﺧ َﻄﺎﻳَ ﺎ ُﻫ ْﻢ َﻓ ُﻄ ِﺮ َﺣ ْﺖ ﻋَ ﻠَ ْﻴ ِﻪ ُﺛﻢ ُﻃ ِﺮ َح ِﻓ ْﻲ‬

“Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang


yang datang pada Hari Kiamat dengan pahala shalat, shaum maupun
zakat. Akan tetapi dia telah mencela ini, menuduh itu, memakan harta si
anu, menumpahkan darah si anu, memukul si anu, lalu kebaikannya
diberikan kepada si ini, kebaikan lain diberikan kepada si itu, hingga
ketika kebaikannya telah habis sementara kezhalimannya belum
terlunasi, maka dosa orang yang dizhalimi ditimpakan kepadanya, lalu
dia dilemparkan ke neraka.” (HR Muslim)

Hadirin jamaah jumat rahimakumullah


Hal kedua dalam ayat tersebut yang membuat takut para shahabat
adalah kalimat, “Barangsiapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi
pembalasan dengan kejahatan itu.”

Padahal mereka adalah orang yang sedikit melakukan dosa. Karena


sedikitnya, mereka bisa mengingat, kapan dan dosa apa yang telah
mereka lakukan. Itupun, mereka takut jika dosa yang pernah mereka
lakukan menyebabkan jatuhnya sanksi yang menimpa mereka. Karena
dosa bisa mendatangkan musibah, baik berupa sangsi di dunia maupun
siksa di akhirat.

Telah dikabarkan bahwa Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬,


“Wahai Rasulullah, bagaimana akan ada keberuntungan setelah ayat ini,
maka setiap apa yang (dosa) yang kami lakukan maka kami akan
dibalas?” Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, “Semoga Allah mengampunimu wahai Abu
Bakar, bukankah kamu pernah sakit? Bukankah kamu pernah kelelahan?
Bersedih? Bukankah kamu pernah mengalami ditimpa cobaan?” Abu
Bakar menjawab: “ya” kemudian beliau bersabda, “Maka itu semua
adalah balasan bagi kalian.” (HR. Muslim)

Dalam hadits ini ada ancaman yang menakutkan, namun juga ada
hiburan yang melegakan, di mana setiap kesusahan dan penderitaan
sekecil apapun yang dialami oleh seorang muslim itu adalah kafarah
(penebus) bagi dosa.

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari jahatnya jiwa kami dan


buruknya amal-amal kami. Amin ya rabbal alamin.

،‫ﻴﻢ‬ ُ ‫اﻟﻐ ُﻔ‬


ُ ‫ﻮر اﻟﺮ ِﺣ‬ ُ ‫ﺘﻐ ِﻔ ُﺮو ُه ﻳَ ْﻐ ِﻔ ْﺮ ﻟَﻜُ ْﻢ ا‬
َ ‫ﻧﻪ ُﻫ َﻮ‬ ْ ‫ َﻓ‬،‫ﻴﻢ ﻟﻲ َوﻟَﻜُ ْﻢ‬
ْ ‫ﺎﺳ‬ َ ‫ﺘﻐ ِﻔ ُﺮ ا َ اﻟﻌَ ِﻈ‬ ْ ‫أﺳ‬ْ ‫ﻮل َﻗ ْﻮﻟﻲ ﻫ ََﺬا َو‬ ُ ‫أﻗ‬ ُ
ُ ‫ﺘﺠ ْﺐ ﻟَﻜُ ْﻢ ا‬
‫ﻧﻪ ُﻫ َﻮ اﻟ َﺒﺮ اﻟﻜ َ ِﺮﻳْ ُﻢ‬ ِ ‫َوادْ ﻋُ ﻮ ُه ﻳَ ْﺴ‬

Khutbah Kedua

‫ﻳﻚ ﻟَ ُﻪ‬
َ ‫ َو َﻧ ْﺸﻬَ ﺪُ ان ﻻ اﻟَﻪَ اﻻ ا ُ َو ْﺣﺪَ ُه ﻻ َﺷ ِﺮ‬، ُ‫اﻟﻤﻜَﺎن‬ َ ‫ ﻻ ﻳَ ُﺤﺪ ُه اﻟﺰ َﻣﺎنُ َو‬،‫ﺎن‬ ْ
ِ ‫اﻟ َﺤ ْﻤﺪُ ِ َو ِﻟﻲ اﻻ ْﺣ َﺴ‬
ُ ‫ ادﺑ َُﻪ َر‬،‫ﻴﻢ‬
‫ﺑﻪ‬ ِ ‫اﻟﺨ ُﻠ ِﻖ اﻟﻌَ ِﻈ‬
ُ ‫ﺎﺣ ُﺐ‬ ِ ‫ﻮﻟ ُﻪ َﺻ‬ ُ ‫أﺷﻬَ ﺪُ ان َﺳﻴﺪَ َﻧﺎ َو َﻧ ِﺒﻴـﻨَﺎ ُﻣ َﺤﻤﺪً ا ﻋَ ْﺒﺪُ ُه َو َر ُﺳ‬
ْ ‫ َو‬، ُ‫اﻟﺤ ِﻤﻴﺪ‬َ ‫اﻟﻮ ِﻟﻲ‬ َ
‫ َوﻋَ ﻠَﻰ‬،‫ار‬ َ َ َ َ
ِ ‫ َﺻﻠﻰ ا ُ ﻋَ ﻠ ْﻴ ِﻪ َوﻋَ ﻠﻰ آ ِﻟ ِﻪ َو َﺻ ْﺤ ِﺒ ِﻪ اﻻﺑ َْﺮ‬،‫ َواﻛْ َﺮ َﻣ ُﻪ َﻓ َﺠﻌَ ﻠ ُﻪ َﺧ ِﻠﻴﻠ ُﻪ َو َﺣ ِﺒﻴ َﺒ ُﻪ‬،‫َﻓﺎ ْﺣ َﺴ َﻦ َﺗﺎ ِدﻳ َﺒ ُﻪ‬
َ ‫ﺎد ا ِ اﻻ ْﺧ َﻴ‬
‫ﻳﻦ‬
ِ ‫ﺎر اﻟﻰ ﻳَ ْﻮ ِم اﻟﺪ‬ ِ ِ ‫ﻴﻬ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ِﻋ َﺒ‬ِ ‫َﺗ ِﺎﺑ ِﻌ‬

ِ ‫َﻓ َﻴﺎ ِﻋ َﺒﺎدَ ا‬

(( ‫آﻣﻨ ُْﻮا َﺻﻠ ْﻮا ﻋَ ﻠَ ْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠ ُﻤ ْﻮا َﺗ ْﺴ ِﻠ ْﻴ ًﻤﺎ‬ ِ ‫ﻼ ِﺋﻜَﺘَ ُﻪ ﻳُ َﺼﻠ ْﻮ َن ﻋَ ﻠَﻰ‬
َ ‫اﻟﻨﺒﻲ ﻳَ ﺎ اﻳﻬَ ﺎ اﻟ ِﺬﻳْ َﻦ‬ َ ‫))ان ا َ َو َﻣ‬
‫ﺖ ﻋَ ﻠَﻰ َﺳﻴ ِﺪﻧﺎ‬ ‫وﺳ ّﻠ ْﻤ َ‬
‫ﺖ َ‬ ‫آل َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ‪ ،‬ﻛ َ َﻤﺎ َﺻﻠ ْﻴ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫وﺳﻠ ْﻢ ﻋَ ﻠﻰ َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ َوﻋَ ﻠﻰ ِ‬ ‫اﻟﻠﻬُ ﻢ َﺻﻞ َ‬
‫آل َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ‪ ،‬ﻛ َ َﻤﺎ ﺑَﺎ َرﻛْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ﺖ‬ ‫َﺎركْ ﻋَ ﻠﻰ َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ َوﻋَ ﻠﻰ ِ‬ ‫اﻫ ْﻴ َﻢ‪َ ،‬وﺑ ِ‬
‫آل َﺳﻴ ِﺪﻧﺎ اﺑ َْﺮ ِ‬
‫اﻫ ْﻴ َﻢ َوﻋَ ﻠﻰ ِ‬ ‫اﺑ َْﺮ ِ‬
‫َ‬
‫اﻫ ْﻴ َﻢ‪ِ ،‬ﻓﻲ اﻟﻌَ ﺎﻟ ِﻤ ْﻴ َﻦ اﻧ َﻚ َﺣ ِﻤ ْﻴﺪٌ َﻣ ِﺠ ْﻴﺪٌ ‪َ ،‬و ْار َض ﻋَ ﻨﺎ َﻣﻌَ ﻬُ ْﻢ‬
‫آل َﺳﻴ ِﺪﻧﺎ اﺑ َْﺮ ِ‬ ‫َ‬ ‫ﻋَ ﻠَﻰ َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ اﺑ َْﺮ ِ‬
‫اﻫ ْﻴ َﻢ َوﻋَ ﻠﻰ ِ‬
‫اﺣ ِﻤ ْﻴ َﻦ‬
‫ِﺑ َﺮ ْﺣ َﻤ ِﺘ َﻚ ﻳَ ﺎ ا ْر َﺣ َﻢ اﻟﺮ ِ‬

‫ﺎء ِﻣﻨْﻬُ ْﻢ َواﻻ ْﻣ َﻮ ِ‬


‫ات‪ ،‬اﻧ َﻚ َﺳ ِﻤ ْﻴﻊٌ‬ ‫َﺎت‪َ ،‬و ْاﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤ ْﻴ َﻦ َو ْاﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ َﻤ ِ‬
‫ﺎت‪ ،‬اﻻ ْﺣ َﻴ ِ‬ ‫اﻏ ِﻔ ْﺮ ِﻟ ْﻠ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ِﻨ ْﻴ َﻦ َو ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨ ِ‬
‫اﻟﻠﻬُ ﻢ ْ‬
‫ﺎء‬
‫ﺐ ُﻣ ِﺠ ْﻴ ُﺐ اﻟﺪﻋَ ِ‬ ‫َﻗ ِﺮﻳْ ٌ‬

‫اﺟﻌَ ْﻞ َﺗ َﻔﺮ َﻗﻨَﺎ ِﻣ ْﻦ ﺑَﻌْ ِﺪ ِه َﺗ َﻔﺮ ًﻗﺎ َﻣﻌْ ُﺼ ْﻮ ًﻣﺎ‪َ ،‬وﻻ َﺗﺪَ ْع ِﻓ ْﻴﻨَﺎ َوﻻ‬
‫اﺟﻌَ ْﻞ َﺟ ْﻤﻌَ ﻨَﺎ ﻫ ََﺬا َﺟ ْﻤﻌً ﺎ َﻣ ْﺮ ُﺣ ْﻮ ًﻣﺎ‪َ ،‬و ْ‬
‫اﻟﻠﻬُ ﻢ ْ‬
‫َﻣﻌَ ﻨَﺎ َﺷ ِﻘﻴﺎ َوﻻ َﻣ ْﺤ ُﺮ ْو ًﻣﺎ‬

‫ﻼ َم َو ْاﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤ ْﻴ َﻦ‪َ ،‬و َوﺣ ِﺪ ُﺻ ُﻔ ْﻮ َﻓﻬُ ْﻢ‪َ ،‬وا ْﺟ ِﻤﻊْ ﻛ َ ِﻠ َﻤﺘَ ﻬُ ْﻢ ﻋَ ﻠَﻰ َ‬
‫اﻟﺤﻖ‪َ ،‬واﻛْ ِﺴ ْﺮ َﺷ ْﻮﻛ َ َﺔ‬ ‫اﻟﻠﻬُ ﻢ ا ِﻋﺰ اﻻ ْﺳ َ‬
‫ﻴﻦ‬
‫ﺒﺎدكَ ا ْﺟ َﻤ ِﻌ َ‬‫ﻼ َم َواﻻ ْﻣ َﻦ ِﻟ ِﻌ ِ‬ ‫ﻴﻦ‪َ ،‬واﻛْﺘُ ِﺐ اﻟﺴ َ‬ ‫اﻟﻈﺎ ِﻟ ِﻤ َ‬

‫ﺎب‬
‫اﻟﻮﻫ ُ‬
‫ﺖ َ‬ ‫َرﺑﻨَﺎ ﻻ ُﺗ ِﺰ ْغ ُﻗ ُﻠ ْﻮ َﺑﻨَﺎ ﺑَﻌْ ﺪَ ا ْذ ﻫَﺪَ ﻳْ ﺘَ ﻨَﺎ‪َ ،‬وﻫ ْ‬
‫َﺐ ﻟَﻨَﺎ ِﻣ ْﻦ ﻟَﺪُ ْﻧ َﻚ َر ْﺣ َﻤ ًﺔ‪ ،‬اﻧ َﻚ ا ْﻧ َ‬

‫ﺎﺳ ِﺮﻳْ َﻦ‬ ‫َرﺑﻨَﺎ َﻇﻠَ ْﻤﻨَﺎ ا ْﻧ ُﻔ َﺴﻨَﺎ َوا ْن ﻟَ ْﻢ َﺗ ْﻐ ِﻔ ْﺮ ﻟَﻨَﺎ َو َﺗ ْﺮ َﺣ ْﻤﻨَﺎ ﻟَ َﻨﻜُ ْﻮ َﻧﻦ ِﻣ َﻦ َ‬
‫اﻟﺨ ِ‬

‫اﻟﻨﺎر‬
‫ِ‬ ‫اﻵﺧ َﺮ ِة َﺣ َﺴﻨ ًَﺔ َو ِﻗﻨَﺎ ﻋَ َﺬ َ‬
‫اب‬ ‫َرﺑﻨَﺎ آ ِﺗﻨَﺎ ﻓﻲ اﻟﺪ ْﻧ َﻴﺎ َﺣ َﺴﻨ ًَﺔ َوﻓﻲ ِ‬

‫ِﻋ َﺒﺎدَ ا ِ‬

‫ﺎء َو ْاﻟ ُﻤ ْﻨﻜ َ ِﺮ َو ْاﻟ َﺒ ْﻐ ِﻲ ﻳَ ِﻌ ُﻈﻜُ ْﻢ ((‬


‫اﻟﻘ ْﺮﺑَﻰ َوﻳَ ﻨْﻬَ ﻰ ﻋَ ِﻦ ْاﻟ َﻔ ْﺤ َﺸ ِ‬
‫ﺎء ِذي ُ‬ ‫ْ‬
‫ان ا َ ﻳَ ﺎ ُﻣ ُﺮ ِﺑﺎﻟﻌَ ﺪْ ِل َواﻻ ْﺣ َﺴ ِ‬
‫ﺎن َواﻳْ ﺘَ ِ‬
‫ﺎء َو ْاﻟ ُﻤ ْﻨﻜ َ ِﺮ َو ﻟَ ِﺬﻛْ َﺮ ا ِ اﻛْ َﺒ ُﺮ َو ا ُ‬ ‫ﻼ َة َﺗﻨْﻬَ ﻰ ﻋَ ِﻦ ْاﻟ َﻔ ْﺤ َﺸ ِ‬
‫ﻼ َة ان اﻟﺼ َ‬ ‫ﻟَﻌَ ﻠﻜُ ْﻢ َﺗ َﺬﻛ ُﺮ ْو َن َ‬
‫((‪.‬و ا ِﻗ ِﻢ اﻟﺼ َ‬
‫ﻳَ ﻌْ ﻠَ ُﻢ َﻣﺎ َﺗ ْﺼﻨَﻌُ ْﻮ َن‬

‫‪Share this:‬‬

‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬

‫‪Like this:‬‬

‫‪Loading...‬‬

‫‪Tentang Arrisalah‬‬ ‫‪Majalah‬‬

‫‪© 2020 - majalah ar-risalah. All Rights Reserved.‬‬


‫‪Website Design: ar-risalah cipta media‬‬

Anda mungkin juga menyukai