Laporan Produksi Bersih - K1 - Kelompok 3
Laporan Produksi Bersih - K1 - Kelompok 3
Laporan Produksi Bersih - K1 - Kelompok 3
Disusun oleh:
Ilham Maulidin F34150006
Qismah Aunillah F34160011
Nurannisa Thaariq F34160042
Mangaraja Kemal Achmad F34160043
Nato Alamsyah F34160068
Bening Pratiwi F34150070
Latar belakang
Pisang adalah salah satu jenis buah yang tumbuh di daerah tropis, merupakan
komoditas unggulan Indonesia. Jawa Barat merupakan produsen pisang terbesar di
Indonesia pada tahun 2010 (BPS 2011). Pisang yang tidak segera terjual akan
kehilangan nilai ekonomisnya karena bersifat mudah rusak, sehingga perlu penanganan
pasca panen untuk menjaga mutu dan meningkatkan umur simpannya. Keripik pisang
adalah produk makanan ringan yang dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng,
dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan (SNI 01-4315-2001).
Pisang yang akan dibuat menjadi keripik dipilih dari jenis pisang seperti pisang kepok,
tanduk, nangka, kapas dan jenis pisang olahan lainnya. Ketika pisang diolah menjadi
keripik pisang maka akan memberikan nilai tambah dan memperpanjang umur pisang,
selain itu keripik pisang juga memiliki nilai gizi sehingga baik untuk dijadikan camilan.
Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian cukup
besar bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan krisis ekonomi yang
berkepanjangan. UMKM dapat dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat
untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi dengan melibatkan diri dalam
aktivitas usaha kecil. Sektor UMKM mempunyai peranan yang strategis dalam
menopang perekonomian Jawa Barat. Selain karena jumlahnya yang cukup banyak,
mencapai tujuh juta pelaku UMKM, sektor ini juga memberikan kontribusi lebih dari
60 persen terhadap pembentukan PDRB Jawa Barat. Kontribusi yang besar
menyebabkan sektor ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Berdasarkan
hal tersebut perkembangan UMKM memiliki prospek yang baik untuk ditingkatkan
(Siregar 2010).
Prospek perkembangan UMKM harus diiringi dengan perhatian penting pada
dampak lingkungan. Penyikapan terhadap faktor lingkungan akan ikut menentukan
kelangsungan hidup suatu UMKM atau industri. Isu lingkungan telah menjadi isu
global yang mengharuskan setiap UMKM atau industri memperhatikan faktor ini
sebagai faktor yang tak terpisahkan dari produk yang dihasilkan. Salah satu cara agar
lingkungan sekitar UMKM atau industri tidak tercemar adalah dengan melakukan
tindakan pengolahan limbah sebelum dibuang. Namun, upaya tersebut membutuhkan
biaya yang cukup besar karena harus menambah peralatan dan bahan untuk
pengolahannya.
Salah satu jawaban dari permasalahan tersebut adalah dengan penerapan
konsep produksi bersih. Produksi bersih merupakan suatu alternatif dalam strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dengan meminimalkan jumlah limbah
yang keluar. Produksi bersih menjadi strategi yang potensial diterapkan padai UMKM
atau industri, karena ada peran aktif pelaku industri, nilai tambah langsung, dan
pengurangan resiko lingkungan (Djayanti 2015). Penerapan produksi bersih akan
berjalan dengan baik jika ada kerjasama antara pihak manajemen industri dan para
pekerjanya.
Tujuan
Kunjungan ini bertujuan untuk menganalisis peluang penerapan produksi
bersih di Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM), khususnya pada usaha keripik
pisang di Posdaya Sabilulungan Kab. Bogor berdasarkan aspek produksi dan kelayakan
finansial.
Metodologi
DESKRIPSI PERUSAHAAN
Usaha tersebut didirikan pada tahun 2010 bersama tiga bidang lainnya.
Kegiatan produksi dilakukan dalam skala rumahan serta pegawai yang dipekerjakan
berasal dari pemberdayaan wanita setempat. Bahan Baku dibeli dari petani atau pasar
tani dengan berat kotor ketika kulit dan bahan lain yang tidak digunakan sebagai bahan
baku belum dipisahkan. Selain itu, produksi yang dilakukan tidak secara rutinan,
melainkan berdasarkan pesanan yang diterima. Produk keripik pisang itu sendiri
dipasarkan melalui jaringan pedagang yang sudah dibangun oleh ketua kelompok
melalui forum UMKM dan juga toko-toko yang ada di pasar Dramaga dan desa sekitar
kampus IPB.
ASPEK PRODUKSI
Produk
Produk keripik pisang merupakan produk khas dari Desa Neglasari yang
diproduksi oleh Posdaya Sabilulungan. Produk ini menjadi ciri khas desa tersebut
karena bahan baku yang diambil langsung dari petani yang berada di sekitar desa.
Keripik pisang adalah produk olahan pisang yang biasa dibuat cemilan dengan tekstur
renyah, rasa yang beragam serta memiliki aroma yang khas. Keripik pisang yang
diproduksi oleh Posdaya Sabilulungan memiliki banyak varian rasa seperti original
asin, original manis, lapis gula, dan keju. Produk dapat dipesan dalam berbagai ukuran
sesuai dengan permintaan konsumen seperti ukuran bal untuk di toko oleh-oleh,
maupun kemasan eceran yang biasa dijual di warung-warung. Produk ini dapat
bertahan selama kurang lebih dua minggu dalam kemasan.
Proses Produksi
Pisang mentah
(37 kg)
Buah Pisang
(17 kg)
Buah Pisang
(17 kg)
Pemotongan /
Sisa potongan buah
Pengirisan
pisang (0,6 kg)
Lembaran pisang
(16,4 kg)
Lembaran pisang
(16,4 kg)
Gambar 1. Neraca massa proses pembuatan lembaran pisang
Lembaran pisang
(16,4 kg)
Adapun detail analisis identifikasi limbah dan opsi penerapan produksi bersih
pada setiap lini proses yang bisa dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengupasan
Identifikasi limbah:
Pada proses pengupasan pisang dihasilkan limbah berupa limbah remukan,
limbah kulit dan tandan.
Opsi lain dalam penanganan produksi bersih pada tahapan pengupasan yaitu
penyelesaian limbah kulit pisang dan tandan pisang. Kulit dan tandan yang berserat
memiliki potensi sebagai bahan baku kertas (Novianti P, dan Widiatuti AES.2016).
Selain itu, kulit pisang memilikiki kandungan selulosa yang lebih tinggi daripada kayu
sehingga berpotensi dijadikan bahan baku produksi bioetanol dengan cara dihidrolisis
terlebih dahulu untuk mendapatkan gula rantai pendek kemudian difermentasi
(Setiawati DR, Anastasia RS, dan Tri KD.2013; Retno DT dan Wasir N.2011)
2. Pencucian
Identifikasi limbah:
Pada proses pencucian pisang dihasilkan limbah cair berupa air bekas cucian buah
pisang.
Pada proses ini dapat dihasilkan limbah berupa produk yang terbuang atau
terjatuh karena kesalahan pekerja, sisa tali rafia yang tidak terpakai setelah digunting
untuk dipakai mengikat kemasan, serta kemasan plastik tidak terpakai yang disebabkan
karena rusak oleh kesalahan pekerja atau cacat produksi seperti berlubang.
Produk yang terbuang atau terjatuh dapat diatasi dengan penggunaan alas pada saat
proses pengemasan sehingga saat terjadi kesalahan pekerja produk tidak kotor dan bisa
kembali dimasukkan ke dalam kemasan. Sisa tali rafia yang tidak terpakai dapat diatasi
dengan melakukan pengukuran dan pengguntingan tali rafia sebelum pengemasan
dilakukan sehingga tali rafia yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan tidak
meninggalkan sisa hasil pengguntingan. Plastik tidak terpakai dapat dikelola dengan
pengumpulan dan pemberian pada pihak pengelola melalui kerjasama dengan
pengelola atau pengumpul sampah plastik.
ANALISIS HASIL QUICK SCAN
Ruang produksi terdiri dari ruang penerimaan bahan baku, pengupasan dan
pencucian, ruang perendaman dan pengirisan, ruang pemasakan dan penirisan, ruang
pengemasan dan kios. Tata letak ruang produksi adalah sebagai berikut:
Distribusi produk
Kripik pisang yang telah ditiriskan kemudian dikemas dengan beberapa macam
ukuran kemasan. Ukuran kemasan menggunakan dua satuan yaitu grosir dan eceran.
Ukuran grosir disesuaikan dengan pesanan misal 10, 15 atau 20 kg perkemasan.
Sedangkan untuk ukuran eceran juga disesuaikan dengan retail atau kios misal ukuran
200, 300, 400 atau 500 gram. Produk didistribusikan dengan motor dan mobil yang
mengambil produk sesuai pemesan. UMKM kiripik pisang ini belum memiliki
kendaraan pribadi dalam distribusi produk sehingga distribusi dilakukan oleh retailer
dengan sistem jemput produk.
Manajemen Energi
Tabel 1 Studi Kelayakan Opsi Produksi Bersih produk Keripik Pisang di Posdaya
Sabilulungan
KEUNTUNGAN 200.457
PAYBACK PERIOD Rp 2100000/ 10,47 bulan
Rp 200.457
3. Sisa potongan buah pisang dimanfaatkan sebagai
pupuk organik atau pakan ternak
Total limbah yang diolah: 0.6 kg
Investasi:
Ember plastic 20L 12 buah x Rp 90000 1.080.000
KEUNTUNGAN 6.734.000
PAYBACK PERIOD Rp 1100000 / 0.16 bulan
Rp 6.734.000
5. Menggunakan air sisa pencucian untuk menyiram tanaman
Total limbah yang diolah: 8.5 L
Investasi:
Pompa air 3 unit x Rp 275000 825.000
Selang air 3 x Rp 50000 150.000
TOTAL INVESTASI 975.000
Penghematan penggunaan 8.5 L x Rp 350 x 260 773.500
air untuk menyiram
KEUNTUNGAN 773.500
PAYBACK PERIOD Rp 975.000 / 1.26 bulan
Rp 773.500
Penentuan Skala Prioritas Opsi Produksi Bersih
Setelah mengkaji opsi produksi bersih dari aspek teknis, finansial dan
lingkungan, maka dapat dilakukan penentuan skala prioritas.
5 Pengukuran dan 3 - 2 5 7
pengguntingan tali
rafia sebelum
6 Pengumpulan dan 3 - 3 6 6
pemberian plastik
tidak terpakai pada
pihak pengelola
197.670
PBP = = 0.20 bulan
128.920+286.000+561.167
Notulensi Presentasi
Presentasi dilakukan pada tanggal 23 September 2019. Berikut pertanyaan dan jawaban
selama presentasi berjalan:
1. Zelin Zarolis
Apakah solusi minyak jelantah dapat diterapkan di UMKM kecil? Dan apakah
alternatif pembuatan sabun dari minyak jelantah sudah tepat?
Jawaban:
Penerapan secara bertahap untuk alternatif solusi seperti edukasi dan penyuluhan.
Dapat juga dilakukan kolaborasi dengan UMKM lainnya agar solusi dapat dijalankan,
misalnya berkolaborasi dengan PT Adev Natural Indonesia.
2. Rizki Stevanni
Kandungan apa yang terdapat di air cucian dan perendaman pisang sehingga layak
untuk diterapkan sebagai penyiram tanaman?
Jawaban:
Dalam air bekas rendaman pisang terkandung senyawa oraganik yang bisa menjadi
nutrien baik bagi tanaman. Sementara untuk pengaruh adanya pewarna dalam air
rendaman perlu dikaji lebih lanjut karena dikhawatirkan terdapat kandungan bahan
kimia yang justru berbahaya bagi tanaman.
Jawaban:
Semua jenis pisang dapat menghasilkan payback period yang sama jika jumlah dan tipe
limbahnya juga serupa (limbah kulit dan tandan), kemudian pisang dalam kondisi
masih muda.
PENUTUP
Simpulan
Alternatif penerapan produksi bersih yang dikaji baik melalui kajian lapangan
dari aspek teknis, lingkungan, dan ekonomi menghasilkan satu strategi utama yang
baik untuk diterapkan di UMKM keripik pisang Posdaya Sabilulungan yaitu
melakukan pencucian dengan dua tahap. Strategi melakukan pencucian dengan dua
tahap, memanfaatkan limbah padat untuk diolah menjadi pakan ternak, dan
memanfaatkan limbah minyak bekas sebagai bahan baku produksi sabun dan biodisel
akan diperoleh keuntungan per bulan Rp 976.087 dengan pay back period selama 0,20
bulan.
Saran
[BSN] Badan. 2007. Standar Mutu Keripik Pisang SNI No. 01-4315-2001. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta
Novianti P, dan Widiatuti AES. 2016. Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Kepok
sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas Alami degngan Metode Pemisahan
Allkilasi. Seminar Nasional Pendidikan Sains.
Retno DT dan Wasir N.2011. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang. Seminar
Naional Teknik Kimia”Kejuangan”.
Setiawati DR, Anastasia RS, dan Tri KD. 2013. Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit
Pisang Kepok. Jurnal Teknik Kimia. Vol 19 (1): 9-15.