Laporan Produksi Bersih - K1 - Kelompok 3

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS PENERAPAN PRODUKSI BERSIH TERHADAP PRODUKSI

KERIPIK PISANG DI POSDAYA SABILULUNGAN

Disusun oleh:
Ilham Maulidin F34150006
Qismah Aunillah F34160011
Nurannisa Thaariq F34160042
Mangaraja Kemal Achmad F34160043
Nato Alamsyah F34160068
Bening Pratiwi F34150070

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar belakang
Pisang adalah salah satu jenis buah yang tumbuh di daerah tropis, merupakan
komoditas unggulan Indonesia. Jawa Barat merupakan produsen pisang terbesar di
Indonesia pada tahun 2010 (BPS 2011). Pisang yang tidak segera terjual akan
kehilangan nilai ekonomisnya karena bersifat mudah rusak, sehingga perlu penanganan
pasca panen untuk menjaga mutu dan meningkatkan umur simpannya. Keripik pisang
adalah produk makanan ringan yang dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng,
dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan (SNI 01-4315-2001).
Pisang yang akan dibuat menjadi keripik dipilih dari jenis pisang seperti pisang kepok,
tanduk, nangka, kapas dan jenis pisang olahan lainnya. Ketika pisang diolah menjadi
keripik pisang maka akan memberikan nilai tambah dan memperpanjang umur pisang,
selain itu keripik pisang juga memiliki nilai gizi sehingga baik untuk dijadikan camilan.
Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian cukup
besar bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan krisis ekonomi yang
berkepanjangan. UMKM dapat dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat
untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi dengan melibatkan diri dalam
aktivitas usaha kecil. Sektor UMKM mempunyai peranan yang strategis dalam
menopang perekonomian Jawa Barat. Selain karena jumlahnya yang cukup banyak,
mencapai tujuh juta pelaku UMKM, sektor ini juga memberikan kontribusi lebih dari
60 persen terhadap pembentukan PDRB Jawa Barat. Kontribusi yang besar
menyebabkan sektor ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Berdasarkan
hal tersebut perkembangan UMKM memiliki prospek yang baik untuk ditingkatkan
(Siregar 2010).
Prospek perkembangan UMKM harus diiringi dengan perhatian penting pada
dampak lingkungan. Penyikapan terhadap faktor lingkungan akan ikut menentukan
kelangsungan hidup suatu UMKM atau industri. Isu lingkungan telah menjadi isu
global yang mengharuskan setiap UMKM atau industri memperhatikan faktor ini
sebagai faktor yang tak terpisahkan dari produk yang dihasilkan. Salah satu cara agar
lingkungan sekitar UMKM atau industri tidak tercemar adalah dengan melakukan
tindakan pengolahan limbah sebelum dibuang. Namun, upaya tersebut membutuhkan
biaya yang cukup besar karena harus menambah peralatan dan bahan untuk
pengolahannya.
Salah satu jawaban dari permasalahan tersebut adalah dengan penerapan
konsep produksi bersih. Produksi bersih merupakan suatu alternatif dalam strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dengan meminimalkan jumlah limbah
yang keluar. Produksi bersih menjadi strategi yang potensial diterapkan padai UMKM
atau industri, karena ada peran aktif pelaku industri, nilai tambah langsung, dan
pengurangan resiko lingkungan (Djayanti 2015). Penerapan produksi bersih akan
berjalan dengan baik jika ada kerjasama antara pihak manajemen industri dan para
pekerjanya.
Tujuan
Kunjungan ini bertujuan untuk menganalisis peluang penerapan produksi
bersih di Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM), khususnya pada usaha keripik
pisang di Posdaya Sabilulungan Kab. Bogor berdasarkan aspek produksi dan kelayakan
finansial.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kunjungan ini dilaksanakan di Posdaya Sabilulungan, Desa Neglasari,


Kabupaten Bogor, pada tanggal 31 Agustus dan 1 September 2019.

Metodologi

Dalam pelaksanaan kegiatan, digunakan beberapa metode untuk memperoleh


data yang diinginkan dan analisis yang tepat. Adapun metode tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan dan Observasi Umum
Observasi langsung mengenai proses produksi keripik pisang serta mengetahui
potensi penerepan prouksi bersih pada Posdaya Sabilulungan. Observasi ini
mencakup sosialisasi berupa perizinan dengan pihak UMKM dan wawancara.
Sosialisasi ini dilakukan sebagai upaya dalam menemukan dan menganalisis
permasalahan serta memperoleh gambaran umum dari pihak terkait.
2. Pengambilan serta Agregasi Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara melihat indikator-indikator yang
terkait dengan penerapan produksi bersih, melakukan perhitungan, ataupun
wawancara langsung dengan pihak terkait. Agregasi dilakukan untuk memilih data
yang akan dijadikan input dan output yang dihasilkan sesuai dengan aspek yang
sedang dikaji.
3. Analisis Permasalahan dan Potensi Penerapan Produksi Bersih
Analisis permasalahan dilakukan dengan menggunakan data yang ada untuk
mengetahui potensi penerapan produksi bersih serta melakukan rekayasa terhadap
sistem untuk mencapai output yang sesuai dengan harapan.
4. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan dilakukan dengan menganalisis data dan informasi yang
diperoleh dan dituangkan secara jelas dan sistematis

DESKRIPSI PERUSAHAAN

Kelompok Wanita Tani Mekarsari merupakan kelompok yang bergerak


dibidang ekonomi bagian pengolahan produk pertanian di desa Neglasari, kecamatan
Dramaga, kabupaten Bogor sebagai hasil desa binaan Institut Pertanian Bogor. KWT
Mekarsari memproduksi berbagai olahan yang salah satunya berupa keripik pisang.
Kelompok tersebut berdiri atas inisiatif warga desa RT 4 RW 6 Neglasari dengan pihak
dosen LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) IPB melalui program
Jumling (Jumat Keliling).

Usaha tersebut didirikan pada tahun 2010 bersama tiga bidang lainnya.
Kegiatan produksi dilakukan dalam skala rumahan serta pegawai yang dipekerjakan
berasal dari pemberdayaan wanita setempat. Bahan Baku dibeli dari petani atau pasar
tani dengan berat kotor ketika kulit dan bahan lain yang tidak digunakan sebagai bahan
baku belum dipisahkan. Selain itu, produksi yang dilakukan tidak secara rutinan,
melainkan berdasarkan pesanan yang diterima. Produk keripik pisang itu sendiri
dipasarkan melalui jaringan pedagang yang sudah dibangun oleh ketua kelompok
melalui forum UMKM dan juga toko-toko yang ada di pasar Dramaga dan desa sekitar
kampus IPB.

ASPEK PRODUKSI

Bahan dan Alat

Bahan baku utama yang digunakan oleh Posdaya Sabilulungan dalam


memproduksi keripik pisang adalah pisang mentah hingga 200 kg, minyak goreng,
garam, pewarna makanan, dan bumbu masak berupa bawang putih halus. Energi yang
digunakan dalam pemasakan berasal dari tabung gas LPG 3 kg. Selain itu digunakan
juga bahan pengemas berupa plastik besar untuk produk ukuran bal serta kemasan
plastik kecil untuk produk eceran. Bahan baku utama berupa pisang mentah didapat
dari petani di sekitar desa sementara bahan-bahan lainnya dibeli dari pasar. Alat yang
digunakan selama proses produksi adalah pisau pengupas, ember, alat pengiris manual,
saringan, penggorengan, tabung gas, dan alat pengemas.

Produk

Produk keripik pisang merupakan produk khas dari Desa Neglasari yang
diproduksi oleh Posdaya Sabilulungan. Produk ini menjadi ciri khas desa tersebut
karena bahan baku yang diambil langsung dari petani yang berada di sekitar desa.
Keripik pisang adalah produk olahan pisang yang biasa dibuat cemilan dengan tekstur
renyah, rasa yang beragam serta memiliki aroma yang khas. Keripik pisang yang
diproduksi oleh Posdaya Sabilulungan memiliki banyak varian rasa seperti original
asin, original manis, lapis gula, dan keju. Produk dapat dipesan dalam berbagai ukuran
sesuai dengan permintaan konsumen seperti ukuran bal untuk di toko oleh-oleh,
maupun kemasan eceran yang biasa dijual di warung-warung. Produk ini dapat
bertahan selama kurang lebih dua minggu dalam kemasan.
Proses Produksi

Proses produksi keripik pisang terdiri atas proses pengupasan, pencucian,


pemotongan/pengirisan, pencucian, perendaman, penggorengan, penirisan, serta
pengemasan. Proses pengupasan dilakukan dengan mengupas buah pisang mentah
segar dengan pisau pengupas agar terpisah dari kulitnya. Proses ini memerlukan kehati-
hatian dan ketelitian agar kulit yang dikupas tidak terlalu tebal maupun tipis sehingga
kualitasnya tetap terjaga. Kemudian proses pencucian dilakukan untuk membersihkan
kotoran-kotoran berupa tanah, getah, maupun serangga dari kebun yang mungkin
masuk. Sementara itu proses pemotongan atau pengirisan dilakukan secara manual
menggunakan alat iris hingga terbentuk lembaran-lembaran pisang mentah memanjang.

Proses perendaman dilakukan dengan merendam irisan pisang ke dalam larutan


pewarna dan bumbu berupa bawang putih dan garam yang bertujuan memberikan rasa
kepada produk. Proses ini dilakukan selama 10 menit agar bumbu benar-benar meresap
ke dalam pisang. Kemudian proses penggorengan dilakukan untuk memasak dan
memberi tekstur renyah pada produk. Proses ini dilakukan di dalam wajan
penggorengan berukuran besar yang berisi minyak goreng dengan bahan bakar gas
LPG. Saat proses penggorengan, ditambahkan pula bumbu cair agar menambah cita
rasa keripik. Proses penggorengan dilakukan selama 15-20 menit hingga pisang
kecokelatan dan garing. Setelah keripik pisang matang, dilakukan proses penirisan
selama satu malam agar minyak turun dari saringan dan kandungan minyak dalam
produk berkurang. Proses terakhir yaitu pengemasan produk ke dalam plastik besar
maupun kecil.
Neraca Massa

Pisang mentah
(37 kg)

Pengupasan Kulit + tandan


(20 kg)

Buah Pisang
(17 kg)

Air Pencucian Air bekas cucian


(8 liter) (8 liter)

Buah Pisang
(17 kg)

Pemotongan /
Sisa potongan buah
Pengirisan
pisang (0,6 kg)

Lembaran pisang
(16,4 kg)

Air, bawang putih,


garam, pewarna Perendaman Air bumbu
(500 ml; 7 siung; 2
(500 ml)
sdm; 10 tetes)

Lembaran pisang
(16,4 kg)
Gambar 1. Neraca massa proses pembuatan lembaran pisang
Lembaran pisang
(16,4 kg)

Minyak goreng Minyak bekas


Penggorengan
(5 liter) (3,5 liter)

Keripik pisang, minyak


(13 kg; 1,5 liter)

Penirisan Minyak bekas


(700 ml)

Keripik pisang, minyak


(13 kg; 800 ml)

Kemasan Plastik Pengemasan

Produk pisang ukuran


5kg/200gr/30gr

Gambar 2. Neraca massa pembuatan produk pisang goreng


ASPEK PRODUKSI BERSIH

Opsi Produksi Bersih

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, produk disimpan dalam kemasan


plastik dalam berbagai ukuran : Plastik besar untuk ukuran 3 kg, kemasan 150 gram,
serta kemasan kecil untuk harga jual Rp 1000. Produk dalam kemasan tersebut
disimpan atau diletakkan pada suatu ruangan yang juga digunakan sebagai ruangan
pengemas. Belum ada spesifikasi khusus untuk metode dan sistematika penyimpanan
selain penyimpanan dalam ruangan yang kering dan lantai yang langsung bersentuhan
dengan tanah.

Sedangkan bahan baku masih dapat diletakkan di tempat yang lantainya


langsung tanah, hanya saja harus dalam keadaan kering. Bahkan kondisi yang lebih
banyak dilakukan adalah dengan meletakkan bahan baku di luar rumah yang dekan
dengan stasiun pemisahan dengan tandan dan pengupasan. Produk yang disimpan
merupakan keripik pisang setelah proses penggorengan serta tidak hancur dan tidak
dapat dijual karena bentuknya yang terlalu kecil. Limbah keripik pisang pada stasiun
pengemasan sekaligus penyimpanan ini belum diolah dalam bentuk lain yang memiliki
nilai guna tertentu.

Adapun detail analisis identifikasi limbah dan opsi penerapan produksi bersih
pada setiap lini proses yang bisa dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengupasan
Identifikasi limbah:
Pada proses pengupasan pisang dihasilkan limbah berupa limbah remukan,
limbah kulit dan tandan.

Alternatif produksi bersih:


Dalam usulan penanganan limbah sebagai suatu usulan yang dapat dilakukan
dalam perencanaan produksi bersih, dapat dilakukan dengan menggiling limbah
remukan tadi menjadi tepung kemudian dapat digunakan sebagai bahan tambahan
pembuata pangsit atau sebagai bahan pencampur bubuk coklat Susu pada keripik
pisang yang ditambah varian rasa.

Opsi lain dalam penanganan produksi bersih pada tahapan pengupasan yaitu
penyelesaian limbah kulit pisang dan tandan pisang. Kulit dan tandan yang berserat
memiliki potensi sebagai bahan baku kertas (Novianti P, dan Widiatuti AES.2016).
Selain itu, kulit pisang memilikiki kandungan selulosa yang lebih tinggi daripada kayu
sehingga berpotensi dijadikan bahan baku produksi bioetanol dengan cara dihidrolisis
terlebih dahulu untuk mendapatkan gula rantai pendek kemudian difermentasi
(Setiawati DR, Anastasia RS, dan Tri KD.2013; Retno DT dan Wasir N.2011)

2. Pencucian
Identifikasi limbah:
Pada proses pencucian pisang dihasilkan limbah cair berupa air bekas cucian buah
pisang.

Alternatif produksi bersih:


Air pencucian buah pisang dapat digunakan secara berulang dengan cara
dilakukan proses penyaringan terhadap air agar lebih bersih. Selain itu, air sisa
pecucian dapat digunakan secara berulang dengan membuat instalasi recycling air.
Tujuan pembuatan instalasi recycling air antara lain mengolah air limbah agar dapat
digunakan kembali untuk proses pencucian, mengurangi penggunaan air dan
mengurangi biaya produksi, serta mencegah pembuangan air sisa pencucian secara
langsung ke lingkungan. Kemudian, penggunaan air ini juga dapat diminimalisir
dengan cara melakukan pencucian dua tahap dengan menggunakan bak. Tahap
pertama, pada buah pisang yang relatif kotor dicuci dengan menggunakan air
pencucian 2. Tahap kedua untuk buah pisang yang relatif bersih dicuci dengan
menggunakan air bersih. Setelah itu, air sisa pencucian tersebut dapat digunakan untuk
menyiram tanaman.
3. Pemotongan/pengirisan
Identifikasi limbah:
Pada proses pemotongan buah pisang yang sudah dicuci dihasilkan limbah padat
berupa sisa potongan buah pisang.

Alternatif produksi bersih:


Opsi penerapan produksi bersih untuk proses pemotongan buah pisang dapat
dikategorikan pada berbagai aspek yang terdiri dari: penggunaan sarung tangan untuk
keselamatan karyawan pada saat pemotongan juga berguna untuk kebersihan/hygenis
produk, penggunaan peralatan yang bersih dengan melakuka pencucian wadah saat
akan digunakan secara berkala, penerapan SOP yang konsisten seperti tidak
menggunakan aksesoris apapun saat melakukan proses pemotongan agar tidak ada
potensi kontaminasi dengan produk, serta melakukan pemanfaatan sisa potongan buah
pisang sebagai pakan ternak, pupuk organik, ataupun bahan alami pembuatan produk
kosmetik buah pisang.
4. Perendaman dan pencucian tahap 2
Identifikasi limbah:
Pada proses perendaman dan pencucian tahap 2 dihasilkan limbah cair berupa air
bumbu bekas pencucian potongan buah pisang.

Alternatif produksi bersih:


Opsi penerapan produksi bersih untuk proses proses perendaman adalah
penggunaan air besih yang lebih efesien saat mencampurkan dengan bumbu untuk
proses perendaman untuk memastikan hygenis produk, pemanfaatan bahan secara
lebih efesien, penggunaan peralatan tambahan untuk menutup wadah perendaman agar
terhindar dari kontaminasi udara kotor, serta air bumbu dapat dimanfaatkan untuk
menyiram tanaman.
5. Penggorengan dan Penirisan
Identifikasi limbah:
Pada proses penggorengan terbentuk limbah cair berupa minyak bekas.
Alternatif produksi bersih:
Limbah minyak jelantah dimanfaatkan menjadi sabun atau biodiesel sehingga
memiliki nilai ekonomis dan mencegah terbentuknya limbah minyak yang dapat
merubah struktur tanah jika dibuang di sembarang tempat
6. Pengemasan
Identifikasi limbah:

Pada proses ini dapat dihasilkan limbah berupa produk yang terbuang atau
terjatuh karena kesalahan pekerja, sisa tali rafia yang tidak terpakai setelah digunting
untuk dipakai mengikat kemasan, serta kemasan plastik tidak terpakai yang disebabkan
karena rusak oleh kesalahan pekerja atau cacat produksi seperti berlubang.

Alternatif produksi bersih:

Produk yang terbuang atau terjatuh dapat diatasi dengan penggunaan alas pada saat
proses pengemasan sehingga saat terjadi kesalahan pekerja produk tidak kotor dan bisa
kembali dimasukkan ke dalam kemasan. Sisa tali rafia yang tidak terpakai dapat diatasi
dengan melakukan pengukuran dan pengguntingan tali rafia sebelum pengemasan
dilakukan sehingga tali rafia yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan tidak
meninggalkan sisa hasil pengguntingan. Plastik tidak terpakai dapat dikelola dengan
pengumpulan dan pemberian pada pihak pengelola melalui kerjasama dengan
pengelola atau pengumpul sampah plastik.
ANALISIS HASIL QUICK SCAN

Tata letak (layout) proses produksi keripik pisang

Ruang produksi terdiri dari ruang penerimaan bahan baku, pengupasan dan
pencucian, ruang perendaman dan pengirisan, ruang pemasakan dan penirisan, ruang
pengemasan dan kios. Tata letak ruang produksi adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Tata letak ruang produksi di UMKM Posdaya Sabilulungan

Penilaian area produksi

Produksi terletak dipemukiman bersama warga posdaya sabilulungan


rt.05/rw.06. Produksi masih berskala UMKM sehingga area produksi masih cukup
sederhana dan layak digunakan sebagai proses produksi. Tempat produksi dikhususkan
hanya untuk produksi kripik pisang, singkong dan ubi. Sarana produksi seperti air,
lampu penerangan dan bahan pengemas cukup memadai untuk skala UMKM. Tidak
terdapat penggunaan bahan kimia berbahaya pada proses produksi sehingga aman
untuk kesehatan karyawan maupun konsumen produk tersebut.

Perlindungan bahaya kerja

Para pekerjanya menggunakan standar operasional yang memadai sebagai


pelindung kerja sesuai dengan unit usahanya. Pekerja menggunakan celemek sebagai
pelindung pakaian dari getah pisang yang membandel dan sulit dihilngkan. Karyawan
sebelum mulai mengupas pisang dianjurkan mengolesi kedua tangan dengan minyak
jelantah. Hal tersebut agar tangan pekerja tidak lengket dari getah yang menempel pada
tangan dan mudah dihilangkan. Kemudian pekerja menggunakan sarung tangan
berbahan kain saat mengupas dan menggoreng pisang agar terhindar dari getah pisang.

Distribusi produk

Kripik pisang yang telah ditiriskan kemudian dikemas dengan beberapa macam
ukuran kemasan. Ukuran kemasan menggunakan dua satuan yaitu grosir dan eceran.
Ukuran grosir disesuaikan dengan pesanan misal 10, 15 atau 20 kg perkemasan.
Sedangkan untuk ukuran eceran juga disesuaikan dengan retail atau kios misal ukuran
200, 300, 400 atau 500 gram. Produk didistribusikan dengan motor dan mobil yang
mengambil produk sesuai pemesan. UMKM kiripik pisang ini belum memiliki
kendaraan pribadi dalam distribusi produk sehingga distribusi dilakukan oleh retailer
dengan sistem jemput produk.

Manajemen Energi

Sumber energy yang digunakan berupa gas LPG 3 kg pada proses


penggorengan keripik. Perhitungan penggunaan gas adalah 3 kg gas LPG untuk
berproduksi sebanyak 50kg pisang mentah kotor (termasuk kulit dan tandan pisang).
Kemudian sumber energi listrik untuk penggunaan alat sealing kemasan berasal dari
PLN. Pengelolaan energi belum dilakukan secara maksimal karena penggunaan energi
di Posdaya Sabilulungan tidak terlalu besar.
ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL

Studi Kelayakan Opsi Produksi Bersih

Tabel 1 Studi Kelayakan Opsi Produksi Bersih produk Keripik Pisang di Posdaya
Sabilulungan

No Proses Masalah Solusi Manfaat Manfaat


Produksi Bersih Ekonomi Lingkungan

1. Pengupasan Terbentuk 1. Memanfaatkan Meningkatkan Mengurangi


limbah hasil gilingan nilai tambah dampak
remukan, limbah remukan dari produk pencemaran
limbah sebagai bahan dan limbah limbah
kulit tambahan yang padat ke
pisang pembuatan dihasilkan lingkungan,
dan pangsit atau dan sebagai
limbah sebagai bahan alternative
tandan pencampur bubuk bahan bakar
pisang coklat Susu pada energy
keripik pisang terbarukan
yang ditambah
varian rasa
2. Sebagai bahan
baku pembuatan
kertas dan bahan
baku bioetanol
2. Pencucian Munculnya 1. Pencucian Mengurangi Memanfaatkan
limbah cair dilakukan dalam biaya suplai air nutrient dalam
berupa air dua tahap bersih dan air cucian
bekas 2. Pembuatan energi listrik untuk tanaman
cucian instalasi recycling yang dan
sebanyak air digunakan menghemat air
8L dalam 3. Menampung air bersih
satu kali sisa pencucian
produksi dan
memanfaatkannya
untuk menyiram
tanaman
3. Pemotongan/ Dihasilkan 1. Penggunaan Meningkatka Mencegah
Pengirisan limbah padat sarung tangan n rendemen pembusukan
berupa sisa untuk produk, dan potongan
potongan keselamatan meningkatkan buah pisang
buah pisang karyawan, kualitas kerja dari
2. Penggunaan dan produk kontaminasi
peralatan dengan alat
ataupun
yang bersih
lingkungan
dengan
sekitar
melakukan
pencucian
wadah
3. Penerapan
SOP yang
konsisten
seperti tidak
menggunakan
aksesoris
apapun saat
melakukan
proses
pemotongan
agar tidak ada
potensi
kontaminasi
dengan
produk
4. Pemanfaatan
sisa potongan
buah pisang
sebagai pakan
ternak, pupuk
organik,
ataupun
bahan alami
pembuatan
produk
kosmetik
buah pisang.
4, Perendaman Terbentuk menggunakan Mengurangi Mengurangi
limbah cair air sisa pemakaian air limbah cair
berupa air sisa perendaman bersih untuk yang dibuang
perendaman untuk menyiram menyiram sembarangan
tanaman tanaman dan di lingkungan
menggantinya yang dapat
dengan air menyebabkan
sisa penyakit
perendaman tertentu

5. Penggorengan Terbentuk Limbah minyak Meningkatkan Mencegah


limbah cair jelantah nilai tambah terbentuknya
berupa dimanfaatkan limbah limbah
minyak bekas menjadi sabun menjadi minyak yang
atau biodiesel produk baru dapat
merubah
struktur tanah
jika dibuang
di sembarang
tempat
6 Pengemasan Adanya 1. Penggunaan 1. Optimali- Mencegah
produk alas pada saat sasi rendemen timbulan
terbuang atau proses 2. Efisiensi sampah
terjatuh, sisa pengemasan anggaran plastik dalam
tali rafia hasil 2. Pengukuran untuk tali pencemaran
pengguntingan dan rafia lingkungan
untuk pengguntingan 3. Tambahan
mengikat tali rafia penghasilan
kemasan, dan sebelum melalui
kemasan pengemasan kerjasama
plastik tidak 3. Pengumpulan dengan pihak
terpakai dan pemberian pengelola
plastik tidak sampah
terpakai pada plastik
pihak pengelola
Perhitungan Studi Kelayakan Finansial Opsi Produksi Bersih

Tabel 2 Perhitungan Studi Kelayakan Finansial Opsi Produksi Bersih

No Opsi Perhitungan Nilai (Rp)


1. Melakukan pencucian dengan dua tahap
Total limbah yang diolah: 17 kg
Investasi:
Biaya pengadaan bak plastic 12 buah x Rp 12000 144000
Penghematan Penggunaan
air

TOTAL INVESTASI 144.000

Penghematan penggunaan 17 kg x Rp 350 x 260 1.547.000


air untuk pencucian per
tahun
KEUNTUNGAN 1.547.000
PAYBACK PERIOD Rp 144.000 / 0.09 bulan
Rp 1.547.000
2. Memanfaatkan limbah kulit pisang, tandan, dan limbah remukan sebagai
bahan baku pembuatan produk samping
Total limbah yang diolah: 20 kg
Investasi:
Alat penggiling 1 buah x Rp 1000000 1000000
Alat distilasi 1 unit x Rp 1100000 1100000
TOTAL INVESTASI 2100000

Penjualan bioetanol 10 liter x Rp 10.457 100457


Penjualan pangsit limbah
Kulit pisang 10kg x Rp 10.000 100.000

KEUNTUNGAN 200.457
PAYBACK PERIOD Rp 2100000/ 10,47 bulan
Rp 200.457
3. Sisa potongan buah pisang dimanfaatkan sebagai
pupuk organik atau pakan ternak
Total limbah yang diolah: 0.6 kg
Investasi:
Ember plastic 20L 12 buah x Rp 90000 1.080.000

TOAL INVESTASI 1.080.000

Penjualan Pakan ternak 0.6 Kg x Rp 22000 x 260 3.432.000


KEUNTUNGAN 3.432.000
PAYBACK PERIOD Rp 1.080.000/ 0.32 bulan
Rp 3.432.000
4. Memanfaatkan limbah minyak sebagai bahan baku
sabun atau biodisel
Total limbah yang diolah: 3.5 L
Investasi:
Alat distilasi 1 unit x Rp 1100000 1100000
TOTAL INVESTASI 1100000
Penjualan biodiesel
Per tahun 3.5 L x Rp. 7400 x 260 6.734.000

KEUNTUNGAN 6.734.000
PAYBACK PERIOD Rp 1100000 / 0.16 bulan
Rp 6.734.000
5. Menggunakan air sisa pencucian untuk menyiram tanaman
Total limbah yang diolah: 8.5 L
Investasi:
Pompa air 3 unit x Rp 275000 825.000
Selang air 3 x Rp 50000 150.000
TOTAL INVESTASI 975.000
Penghematan penggunaan 8.5 L x Rp 350 x 260 773.500
air untuk menyiram

KEUNTUNGAN 773.500
PAYBACK PERIOD Rp 975.000 / 1.26 bulan
Rp 773.500
Penentuan Skala Prioritas Opsi Produksi Bersih

Setelah mengkaji opsi produksi bersih dari aspek teknis, finansial dan
lingkungan, maka dapat dilakukan penentuan skala prioritas.

Tabel 3 Kriteria pembobotan aspek teknis, lingkungan dan ekonomi


Aspek Nilai Bobot Keterangan
3 Sangat mudah untuk diterapkan (kemudahan
teknologi, SDM dan sebagainya)
2 Relatif mudah dalam penerapannya (terdapat
Teknis beberapa kendala)
1 Sulit untuk diterapkan (kesulitan teknologi atau
memperoleh bahan)
3 Memberikan efek yang signifikan terhadap
perbaikan lingkungan
2 Memberikan sedikit efek terhadap perbaikan
Lingkungan lingkungan
1 Tidak ada efek terhadap perbaikan lingkungan

3 Payback period kurang dari satu bulan


Ekonomi 2 Payback period antara 1-12 bulan
1 Payback period lebih dari 12 bulan

Tabel 4 Penentuan Skala Prioritas Opsi Produksi Bersih


No Opsi Produksi Penilaian Total Skala
Bersih Teknis Ekonomis Lingkungan Prioritas
1 Melakukan 3 3 3 9 1
pencucian dengan
dua tahap
2 menggunakan air 1 3 2 6 4
sisa perendaman
untuk menyiram
tanaman
3 Memanfaatkan 2 2 3 7 2
limbah minyak
jelantah menjadi
sabun atau biodiesel
4 Penggunaan alas 3 - 1 4 5
pada saat proses
pengemasan

5 Pengukuran dan 3 - 2 5 7
pengguntingan tali
rafia sebelum

6 Pengumpulan dan 3 - 3 6 6
pemberian plastik
tidak terpakai pada
pihak pengelola

7 Sisa potongan buah 3 2 2 7 3


pisang
dimanfaatkan
sebagai pupuk
organik atau pakan
ternak

Apabila opsi produksi bersih dengan prioritas 1, 2, dan 3 dilaksanakan


maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut: 1. Total biaya investasi per
bulan ketiga opsi tersebut = Rp 193.670,-
2. Keuntungan per bulan dari opsi melakukan pencucian dengan dua tahap = Rp
128.920,-
3. Keuntungan per bulan dari opsi menggunakan limbah padat untuk pakan ternak= Rp
286.000,-
4. Keuntungan per bulan dari pemanfaatan minyak bekas untuk produksi biodiesel dan
sabun = Rp 561.167,-

197.670
PBP = = 0.20 bulan
128.920+286.000+561.167
Notulensi Presentasi

Presentasi dilakukan pada tanggal 23 September 2019. Berikut pertanyaan dan jawaban
selama presentasi berjalan:

1. Zelin Zarolis
Apakah solusi minyak jelantah dapat diterapkan di UMKM kecil? Dan apakah
alternatif pembuatan sabun dari minyak jelantah sudah tepat?

Jawaban:
Penerapan secara bertahap untuk alternatif solusi seperti edukasi dan penyuluhan.
Dapat juga dilakukan kolaborasi dengan UMKM lainnya agar solusi dapat dijalankan,
misalnya berkolaborasi dengan PT Adev Natural Indonesia.
2. Rizki Stevanni
Kandungan apa yang terdapat di air cucian dan perendaman pisang sehingga layak
untuk diterapkan sebagai penyiram tanaman?

Jawaban:
Dalam air bekas rendaman pisang terkandung senyawa oraganik yang bisa menjadi
nutrien baik bagi tanaman. Sementara untuk pengaruh adanya pewarna dalam air
rendaman perlu dikaji lebih lanjut karena dikhawatirkan terdapat kandungan bahan
kimia yang justru berbahaya bagi tanaman.

3. Prasetyo Hadi Utomo


Apakah payback period selama 6 hari dapat dilakukan untuk semua jenis pisang?

Jawaban:
Semua jenis pisang dapat menghasilkan payback period yang sama jika jumlah dan tipe
limbahnya juga serupa (limbah kulit dan tandan), kemudian pisang dalam kondisi
masih muda.
PENUTUP

Simpulan

Secara teknis, peluang penerapan produksi bersih di UMKM keripik pisang


Posdaya Sabilulungan cukup memungkinkan dilaksanakan karena penambahan
teknologi yang diajukan masih sederhana dan tidak memerlukan luasan tempat yang
besar. Dari aspek lingkungan, penerapan produksi bersih di UMKM ini juga dapat
mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan. Selain itu, secara ekonomi,
penerapan produksi bersih dapat memberikan keuntungan bagi UMKM ini dengan
periode pengembalian biaya investasi kurang dari satu tahun.

Alternatif penerapan produksi bersih yang dikaji baik melalui kajian lapangan
dari aspek teknis, lingkungan, dan ekonomi menghasilkan satu strategi utama yang
baik untuk diterapkan di UMKM keripik pisang Posdaya Sabilulungan yaitu
melakukan pencucian dengan dua tahap. Strategi melakukan pencucian dengan dua
tahap, memanfaatkan limbah padat untuk diolah menjadi pakan ternak, dan
memanfaatkan limbah minyak bekas sebagai bahan baku produksi sabun dan biodisel
akan diperoleh keuntungan per bulan Rp 976.087 dengan pay back period selama 0,20
bulan.

Saran

Perlu dilakukan tahap pelaksanaan berdasarkan potensi produksi bersih yang


telah diusulkan, sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan yang diperoleh pada
penerapan produksi bersih di UMKM keripik pisang Posdaya Sabilulungan.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Data produksi hortikultura basis data pertanian
[serial online] http://www.bps.go.id/ getfile.php/news=201 [Diakses
Tanggal 11 September 2019].

[BSN] Badan. 2007. Standar Mutu Keripik Pisang SNI No. 01-4315-2001. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta

Djayanti S. 2015. Kajian penerapan produksi bersih di industri tahu di desa


Jimbaran Bandungan Jawa Tengah. Jurnal riset teknologi pencegahan
industri. Vol. 6(2): 75-80.

Novianti P, dan Widiatuti AES. 2016. Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Kepok
sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas Alami degngan Metode Pemisahan
Allkilasi. Seminar Nasional Pendidikan Sains.

Retno DT dan Wasir N.2011. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang. Seminar
Naional Teknik Kimia”Kejuangan”.

Setiawati DR, Anastasia RS, dan Tri KD. 2013. Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit
Pisang Kepok. Jurnal Teknik Kimia. Vol 19 (1): 9-15.

Siregar, F. O. 2010. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang


“Kondang Jaya” Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor [Skripsi].
Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Anda mungkin juga menyukai