Bab I, Ii
Bab I, Ii
Bab I, Ii
Proposal Skripsi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, karena dengan
kesehatan segalanya akan terasa indah, tanpa kesahatan segalanya akan sia-sia.
Kondisi sehat dapat dicapai jika seseorang bisa merubah perilaku dari yang tidak
sehat menjadi perilaku sehat. Semua orang menginginkan kehidupan yang sehat
dan terbebas dari berbagai penyakit, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar
tercapai derajat kesehatan secara optimal, (Depkes RI, 2000: 23). Selain itu sehat
menurut World Health Organization (WHO) dalam Lossu, dkk (2015) mencakup
sehat jasmani, rohani dan sosial ekonomi.
Salah satu komponen kesehatan adalah kesehatan gigi dan mulut.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari beberapa kesehatan yang tidak
bisa dipisahkan antara satu sama lain karena kesehatan gigi dan mulut ini juga
dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan (Lossu, dkk, 2015).
Mulut bukan hanya sekedar pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi
mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang yang menyadari besarnya peranan
mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi
dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang dengan cara
menjaga kebersihan rongga mulut.
Salah satu faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut
pada anak-anak adalah faktor perilaku, itu ditunjukkan dengan anak-anak yang
mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Hal tersebut terjadi karena kurangnya
pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Oleh
karena itu, perilaku dapat mempengaruhi baik buruknya kesehatan gigi dan mulut
(Widayati, 2014).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 menunjukkan prevalensi
karies gigi di Indonesia masih tinggi. Prevalensi karies aktif di Indonesia
sebanyak 45,3%. Karies pada anak menjadi perhatian dalam bidang kesehatan
masyarakat secara signifikan. Center for disease control and prevention (CDC)
pada tahun 2005 menyatakan bahwa prevalensi karies pada anak usia prasekolah
1
2
sebesar 27% dan untuk anak usia sekolah sebesar 43% (Widyastuti dalam
Primantoro,2016).
Provinsi Jawa Tengah prevalensi penduduk yang masih mengalami
masalah gig dan mulut berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 sebanyak 43,4%.
Persentase responden yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar
54,0% ditemukan pada kelompok usia 5-9 tahun, karena pada usia 5-9 tahun
sebagian besar masih memiliki kebiasaan menggosok gigi yang keliru yaitu saat
mandi pagi dan mandi sore. Hal ini dibuktikan bahwa cara menyikat gigi yang
baik dan benar pada penduduk Indonesia hanya 2,8% (Kemenkes, 2018).
Berdasarkan penelitian (Papalia dkk,2013) Anak-anak kelas 3 Sekolah
Dasar berada pada masa transisi tumbuh kembang gigi dan perkembangan kognitif
operasional konkret, masa ini disebut perkembangan intelektual dan pada usia ini
daya ingatan anak mencapai intensitas terbesar, terbaik, dan terkuat dan siswa
kelas 3 Sekolah Dasar umumnya masih menggunakan kurikulum 2006 sedangkan
kelas 4 Sekolah Dasar sudah menggunakan kurikulum 2013.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan gigi pada anak sekolah adalah dengan melakukan penyuluhan.
Penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang banyak disukai
dan digemari anak-anak, salah satunya adalah metode storytelling. Metode
storytelling merupakan metode pembelajaran yang paling menarik, paling disukai,
dan paling melekat dalam ingatan seorang anak karena pada hakekatnya sebuah
cerita sulit untuk dilupakan (Moeslichaton, 2010).
Selain metode storytelling, metode pemutaran video kartun pula mampu
memberikan kesan yang besar dalam bidang komunikasi dan pendidikan karena
dapat mengintegrasikan teks, grafik, animasi, audio dan video. Metode pemutaran
video merupakan metode yang untuk membantu menyampaikan pesan agar lebih
mudah dipahami dan lebih menarik sehingga sasaran dapat mempelajari pesan
kemudian dapat mengadopsi perilaku yang positif. (Diatama, Sulastri and Purwati,
2019).
Akan tetapi, banyak orang menganggap bahwa metode storytelling telah
ketinggalan jaman. Hal ini sangat mengkhawatirkan pada pelestarian dongeng itu
sendiri. Mengingat sekarang ini telah banyak anak sekolah yang lebih tertarik
3
a. Penelitian ini menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
keperawatan gigi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
b. Memberikan wawasan, pengalaman dan keterampilan kepada peneliti
c. Menambah pengetahuan peneliti tentang, efektivitas penyuluhan
kesehatan gigi dengan metode digital storytelling dengan tokoh kartun
Disney terhadap pengetahuan kesehatan gigi pada anak SDN 4 Klambu.
2. Bagi Institusi
a. Memberikan tambahan pengetahuan tentang penelitian ini ke jurusan
keperawatan gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
b. Menjadi sumber referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.
3. Bagi Sekolah
a. Memberikan informasi tentang kesehatan gigi pada anak SDN 4 Klambu.
b. Sebagai dasar kegiatan atau metode penyuluhan pada anak SDN 4
Klambu.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian berjudul “Efektivitas penyuluhan kesehatan gigi dengan metode digital
storytelling terhadap pengetahuan kesehatan gigi pada siswa SDN 4 Klambu”
merupakan penelitian lanjutan dari beberapa penelitian sebelumnya tentang
Efektivitas dengan berbagai metode, salah satunya adalah metode digital story
telling. Adapun penelitian sebelumnya terkait judul diatas adalah sebagai berikut:
5
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan
metode digital storytelling, dimana dalam memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada anak sekolah dasar dalam bentuk video yang
dirancang sendiri, dirancang untuk membantu menyelesaikan masalah pada anak sekolah dasar yang belum ada pada penelitian
sebelumnya. Digital storytelling (Kisah digital / Cerita Digital / Dongeng Digital) yaitu membuat cerita atau dongeng secara digital. Proses
yang dijalani sama saja dengan membuat cerita secara tradisional, diantaranya memilih tema, mengadakan riset sederhana tentang tema
tersebut, menulis naskah scenario dan mengembangkan menjadi cerita yang menarik. Langkah-langkah tersebut kemudian dikombinasikan
dengan berbagai jenis multimedia, termasuk gambar atau grafis berbasis computer, rekaman audio, teks yang dibuat secara digital, video
klip, dan juga musik, yang kemudian bisa diputar di komputer, diunggah ke website, social media, youtube atau Digital Video Disc (DVD)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Penyuluhan Kesehatan
a. Definisi Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan
kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan
tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu,
kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai
tujuan hidup sehat.
Ada 5 fase dalam penyuluhan kesehatan. Fase pertama berkaitan
dengan teori Lawrence dan Green yang menggambarkan kerangka
predisposing, reinforcing and enabling cause in education diagnosis and
evaluation dimana penyuluhan kesehatan berkaitan dengan perubahan-
perubahan yang dapat mengubah perilaku dan membantu pencapaian
tujuan yang diinginkan. Fase kedua adalah sensitisasi dimana tujuan dan
hasil yang diharapkan berupa penambahan pengetahuan, perubahan
kebiasaan dan proses menyadarkan orang lain dalam berperilaku. Fase
ketiga yaitu publisitas dimana pada fase ini berkaitan dengan fase
sebelumnya. Pada fase ini akan dirincikan materi penyuluhan lebih detail
dengan penyataan sederhana dan ringkas. Fase keempat merupakan
pendidikan kesehatan dalam arti umum yaitu terjalinnya kontak pribadi
antara orang yang memberi dan menerima informasi. Pembelajaran dapat
tercapai jika ada kecocokan usaha pemberi dan penerima informasi
tersebut. Untuk dapat memberikan informasi yang dapat meningkatkan
pengetahuan orang lain/mengubah konsep dalam bertindak penyuluhan
kesehatan dilakukan melalui situasi yang akrab dengan pendengarnya serta
sesuai dengan kepribadiannya. Fase kelima adalah motivasi yang dibatasi
pada upaya penghentian perilaku kompulsif.
Kegiatan yang dilaksanakan berlandaskan prinsip-prinsip belajar
untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau
7
8
ekspektasi terhadap nilai - nilai lain dalam diri karakter tersebut (Haake,
Gulz (2008) dalam Hanna, 2013:4). Dari teori ini dapat dipahami bahwa
presentasi visual dari karakter berperan sebagai ciri spesifik yang mewakili
nilai – nilai, identitas, motivasi dan perwatakan yang dimilikinya.
Kartun adalah gambar dengan penampilan lucu yang
mempresentasikan suatu peristiwa. Kartun dapat pula digunakan
sebagai ilustrasi misalnya dalam buku, majalah ataukartu ucapan. Selain
itu, kartun juga berkembang dalam media lainnya, yaitu film dan dikenal
sebagai animasi.
d. Konsep video kartun Disney
Konsep video kartun dirancang untuk merangsang kreativitas anak
dan daya tangkap terhadap pesan yang disampaikan melalui media audio
visual agar dapat dipahami oleh anak-anak yang menonton tayangan
tersebut. Setelah itu, anak-anak mulai berpikir logis dan belajar
menanggapi sesuatu yang baik dan tidak baik untuk dilakukan. Metode
pemutaran video kartun mampu memberikan kesan yang besar dalam
bidang komunikasi dan pendidikan karena dapat mengintegrasikan teks,
grafik, animasi, audio, dan video.
Metode pemutaran video kartun telah mengembangkan proses
pengajaran dan pembelajaran ke arah yang lebih dinamis dan efektif.
Dengan kondisi tersebut, metode pemutaran video kartun dapat
dimanfaatkan untuk penyuluhan kesehatan gigi. Disamping itu,
memungkinkan materi penyuluhan yang lebih menarik, interaktif, mudah
dipahami melalui visualisasi yang meliputi teks, citra, suara, video, dan
animasi atau film. Pemutaran video kartun ini telah mengubah paradigma
belajar dengan membaca, melihat, mendengar, dan mengamati. Dengan
demikian, dapat memenuhi seseorang untuk menyimpan 90% apa yang dia
baca, dengar, lihat, dan sebut. Dengan penggunaaan video kartun untuk
penyuluhan kesehatan gigi diharapkan pesan yang disampaikan dapat
diingat semaksimal mungkin sehingga dapat mempengaruhi perilaku sehat
pendengar. (Diatama, Sulastri and Purwati, 2019).
13
3. Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan
hasil dari pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
b. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Perilaku kognitif diklasifikasikan dalam urutan hirarki, yaitu:
1) Tahu (know) merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah,
karena pada tingkat ini seseorang hanya mampu melakukan recall
(mengulang) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati
sesuatu.
2) Memahami (comprehension) dapat diartikan suatu kemampuan untuk
menjelaskan suatu objek dan dapat menginterpretasikannya secara
benar. Orang yang sudah memahami harus dapat menjelaskan,
menguraikan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan.
3) Aplikasi (application) merupakan kemampuan dimana seseorang telah
memahami suatu objek, dapat menjelaskan dan dapat mengaplikasikan
prinsip yang diketahui meskipun pada situasi yang berbeda.
4) Analisis (analysis) merupakan kemapuan seseorang untuk menggunakan
ide-ide abstrak yang baru dipelajari untuk diterapkan dalam situasi
nyata. Sehingga dapat menggambarkan atau memecahkan suatu
masalah.
5) Sintesis (synthesis) merupakan kemampuan untuk merangkum
komponen- komponen dari suatu formulasi yang ada dan
meletakkannya dalam suatu hubungan yang logis, sehingga tersusun
suatu formula baru.
6) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek, yang didasarkan pada suatu
kriteria yang telah dibuat sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
14
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang
lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat
dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah
pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan.
2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3) Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada
empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,
hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru.
4) Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu
hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam
5) Pengalaman
Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang
akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek
tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
6) Kebudayaan
15
d. Pengukuran pengetahuan
Menurut Nursalam (2008), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
1) Baik: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari
seluruh pertanyaan.
2) Cukup: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 51%-75% dari
seluruh Pertanyaan.
3) Kurang: Bila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari
seluruh pertanyaan.
4. Kesehatan gigi
a. Pengertian kesehatan gigi
Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa ada lubang atau penyakit
gigi Lainnya. Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat, beberapa
aktifitas seperti berbicara, tidur, makan dan bersosialisasi tidak akan
terganggu karena terhindar dari rasa sakit, tidak nyaman dan malu.
b. Perawatan gigi
Perawatan gigi merupakan usaha penjagaan untuk mencegah kerusakan
gigi dan penyakit gusi (Schuurs, 1992). Perawatan gigi sangat penting
dilakukan karena dapat menyebabkan rasa sakit pada anak, infeksi, bahkan
malnutrisi. Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa ada lubang atau
penyakit gigi lainnya. Tan dalam Houwink, et al (1993) mengatakan
perawatan gigi yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan
gigi antara lain:
1) Menggosok gigi (brushing)
16
sikat gigi dengan bulu halus yang terbuat dari nilon dengan panjang
sekitar 21 cm (Potter & Perry, 2005).
Menurut Fitriana (2006) pilih sikat gigi yang kecil baik
tangkai maupun kepala sikatnya sehingga mudah dipegang dan
tidak merusak gusi. Ujung kepala sikat menyempit agar mudah
menjangkau seluruh bagian mulut yang relatif kecil.
c) Frekuensi menggosok gigi
Menggosok gigi sedikitnya empat kali sehari (setelah
makan dan sebelum tidur). Hal itu merupakan dasar untuk program
oral hygiene yang efektif (Potter & Perry, 2005). Menggosok gigi
sebelum tidur sangat penting karena saat tidur terjadi interaksi
antara bakteri mulut dengan sisa makanan pada gigi (Hockenberry
& Wilson, 2007).
2) Mengatur Makanan
Anak pada usia sekolah sering mengonsumsi makanan manis
seperti cokelat, permen, kue, dan lain sebagainya. Makanan manis
mengandung larutan gula yang memiliki konsentrasi tinggi. Larutan
tersebut dapat menembus plak gigi dan dimetabolisasi untuk
menghasilkan asam sebelum dinetralisasi oleh saliva. Konsumsi
makanan tersebut apabila tidak dikontrol dengan perawatan gigi yang
benar akan berisiko terkena karies gigi.
Oleh karena itu pada anak usia sekolah dianjurkan diet rendah gula
dan tinggi nutrisi serta memperhatikan perawatan gigi lainnya (Potter
& Perry, 2005).
3) Penggunaan Flouride
Flouride dibutuhkan oleh gigi untuk menjaga gigi dari kerusakan,
namun kadarnya harus diperhatikan (Anderson, 1989). Flouride dapat
menurunkan produksi asam dan meningkatkan pembentukan mineral
pada dasar enamel (Schuurs, 1992). Pasta gigi yang sekarang beredar
mengandung 0,15 % fluoride yang sebelumnya mengandung 0,10 %
(Houwink, 1993). Fluoride dapat ditemukan dalam berbagai bentuk.
18
B. Kerangka Teori
Penyuluhan Kesehatan
4.Usia
5.Informasi 2
6.Jenis kelamin
7.Minat
20
C. Hipotesis Penelitian
Ha : Metode digital storytelling efektif terhadap pengetahuan kesehatan gigi pada
siswa SDN 4 Klambu
Ho : Metode digital storytelling tidak efektif terhadap pengetahuan kesehatan gigi
pada siswa SDN 4 Klambu
21
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J.J.T., Hunsberger, M.M., & Foster, R.L.R., 1989, Family centered nursing
care of children. Philadelphia: W.B. Saunders Co.
Diatama, A., Sulastri, S. dan Purwati, dwi eni (2019) ‘GAMBARAN PENYULUHAN
TENTANG PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN
METODE BERCERITA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN
PENGETAHUAN SISWA SD’, Concept and Communication, null(23), pp.
301–316. doi: 10.15797/concom.2019..23.009.
Mubarak, Wahit, I, 2007, Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan aplikasi, Salemba
Medika: Jakarta
Notoatmodjo, 2010, Kesehatan Masyarakat, ilmu dan seni, Rineka Cipta :Jakarta
Nurhidayat, Oki, Eram T.P., dan Wahyono, B, 2012, Perbandingan Media Power Point
Dan Flip Chart Dalam Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut,
Unnes Journal of Public Health (1) (2012) ISSN 2252-6781