PKN 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Alhamdulillah atas limpahan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Nilai dan Norma Konstitusional UUD NRI 1945 dan
Konstitusional Ketentuan Perundang-undangan di Bawah UUD” yang merupakan salah satu
tugas mata kuliah kewarganegaraan, dengan harapan menjadi suatu acuan dalam
pembelajaran kewarganegaraan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan lapang dada kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca dengan harapan kami bisa membuat makalah
dengan lebih baik di kemudian hari.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Nilai dan Norma Konstitusional UUD
NRI 1945 dan Konstitusional Ketentuan Perundang-undangan di Bawah UUD” dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Konstitusi dalam arti luas yaitu meliputi hukum dasar tertulis dan tak tertulis. Sedangkan dalam

arti sempit yaitu hukum dasar tertulis yaitu undang-undang dasar. Dalam pengertian ini

undang-undang dasar merupakan konstitusi atau hukum dasar yang tertulis.

Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang bagaimana

pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat dalam

konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara, maka konstitusi

dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu

negara. Dalam bab ini kita akan membahas nilai dan norma konstitusional UUD NRI 1945 dan

konstitusionalitas perundang-undangan di bawah UUD. Yang mencakup konsep dan urgensi

konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara, pentingnya konstitusi dalam kehidupan

berbangsa-negara, sumber historis sosiologis dan politik konstitusi dalam berbangsa-negara

indonesia, dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia,

esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara ?

2. Mengapa konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara diperlukan ?

3. Bagaimana kronologi dari sumber historis, sosiologis, dan politik tentang konstitusi dalam

kehidupan berbangsa-negara indonesia?

4. Apasaja dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia

5. Bagaimana esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara?

1.3 TUJUAN

1. Untuk menelusuri konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara

indonesia

2. Untuk mengetahui perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia

3. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, dan politik tentang konstitusi dalam

kehidupan berbangsa-negara indonesia

4. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan konstitusi dalam berbamgsa-negara indonesia

5. Untuk mengetahui esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara

Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DAN URGENSI KONSTITUSI DALAM BERBANGSA-NEGARA

INDONESIA

Istilah konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa Prancis dikenal

dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan istilah constitutio, dalam bahasa

Inggris digunakan istilah constitution, dalam bahasa Belanda digunakan istilah constitutie,

dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah n fungsinya sebagai berikut :

2. Konstitusi berfungsi sebagai landasan konstitusionalisme. Landasan konstitusionalisme

adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi dalamarti luas maupun konstitusi dalam

arti sempit. Konstitusi dalam arti luas meliputi undang-undang dasar, undang-undang organik,

peraturan perundang-undangan lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit berupa

Undang-Undang Dasar (Astim Riyanto, 2009).

2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga

penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian, diharapkan

hak-hak warganegara akan lebih terlindungi.

Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl Joachim Friedrich

dijelaskan sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan kegiatan yang

diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.

4
Tetapi yang dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa

kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang

mendapat tugas untuk memerintah (Thaib dan Hamidi, 1999).

3. Konstitusi berfungsi: (a) membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam

menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya; (b) memberi suatu

rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang dicitacitakan tahap berikutnya; (c)

dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang

dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya; (d) menjamin hak-hak asasi warga negara.

4. Konstistusi penentu atau pembatas kekuasaan negara, konstitusi pengatur hubungan

kekuasaan antar organ negara, konstitusi pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara

dengan warga negara, konstitusi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara

ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara, konstitusi sebagai penyalur atau pengalih

kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli kepada organ negara, konstitusi sebagai sumber

simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan

serta sebagai center of ceremony, konstitusi sebagai sarana pengendalian masyarakat baik

dalam arti sempit yaitu bidang politik dan arti luas mencakup bidang sosial ekonomi, konstitusi

sebagai sarana perekayasaan dan pembauran masyarakat.

Dari fungsi tersebut kita tahu bahwa urgensi dari konstitusi yaitu dilihat dari dua segi. Segi

pertama dari segi isi karena konstitusi memuat dasar garis struktur dan memuat fungsi negara.

Kedua, dari segi bentuk yang memuat konstitusi bukan sembarang orang atau lembaga.

Mungkin bisa seorang raja, rakyat, badan konstitusi atau lembaga diktator.

5
5. Pada sudut pandang kedua mengaitkan pentingnya konstitusi dengan pengertian hukum

dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan hukum dalam arti sempit

dimana konstitusi dibuat oleh badan yang mempunyai “wewenang hukum” yaitu sebuah badan

yang diakui sah untuk memberikan kekuatan hukum pada konstitusi. Tapi dalam kenyatannya

tidak menutup kemungkinan adanya konstitusi yang sama sekali hampa (tidak sarat makna,

kursif penulis) karena tidak ada pertalian yang nyata antara pihak yang benar-benar

menjalankan pemerintahan negara.

6
B. PERLUNYA KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA-NEGARA

INDONESIA

Setiap negara harus memiliki konstitusi karena konstitusi merupakan tonggak awal

terbentuknya suatu negara. Konstitusi menjadi peyelenggaraan bernegara. Oleh karena itu

konstitusi menempati posisi penting dan straegis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu

negara. Negara konstitusional tidak cukup hanya memiliki konstitusi, tetapi juga negara

tersebut harus menganut gagasan tentang konstitusionalisme. Konstitusionalisme merupakan

gagasan bahwa konstitusi suatu negara harus mampu memberi pembatasan kekuasaan

pemerintahan, serta memberi perlindungan dan jaminan pada hak-hak dasar warga negara.

Suatu negara yang memiliki konstitusi, tetapi isinya mengabaikan dua hal diatas maka ia bukan

negara konstitusional.

Konstitusi dianggap sebagai jaminan yang efektif bahwa kekuasaan pemerintahan tidak akan

disalahgunakan dan hak-hak warga negara tidak dilanggar. Oleh karena itu, satu negara

demokrasi harus memiliki dan berdasar pada konstitusi, apakah itu tertulis maupun tidak

tertulis, namun tak semua negara yang memiliki konstitusi itu bersifat konstitusionalisme.

Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan ketatanegaraan suatu

negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat

dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu. Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini

berbeda-beda, baik dalam hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai

kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi.

7
C. SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN POLITIK TENTANG KONSTITUSI

DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA-NEGARA INDONESIA

Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.” Pernyataan

tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi membangun kehidupan bangsa

dengan lebih bijaksana di masa depan.

Dari pandangan ini, dapat dipahami, mengapa manusia dalam bernegara membutuhkan

konstitusi. Menurut Hobbes, manusia pada “status naturalis” bagaikan serigala. Hingga timbul

adagium homo homini lupus (man is a wolf to [his fellow] man), artinya yang kuat

mengalahkan yang lemah. Lalu timbul pandangan bellum omnium contra omnes: perang semua

lawan semua. Hidup dalam suasana demikian pada akhirnya menyadarkan manusiauntuk

membuat perjanjian antara sesama manusia, yang dikenal dengan istilah factum unionis.

Selanjutnya timbul perjanjian rakyat menyerahkan kekuasaannya kepada penguasa untuk

menjaga perjanjian rakyat yang dikenal dengan istilah factum subjectionis.

Dalam bukunya yang berjudul Leviathan (1651) ia mengajukan suatu argumentasi tentang

kewajiban politik yang disebut kontrak sosial yang mengimplikasikan pengalihan kedaulatan
kepada primus interpares yang kemudian berkuasa secara mutlak (absolut). Primus inter pares
adalah yang utama di antara sekawanan (kumpulan) atau orang terpenting dan menonjol di
antara orang yang derajatnya sama Negara dalam pandangan Hobbes cenderung seperti
monster Leviathan. Pemikiran Hobbes tak lepas dari pengaruh kondisi zamannya (zeitgeist-
nya) sehingga ia cenderung membela monarkhi absolut (kerajaan mutlak) dengan konsep
devine right yang menyatakan bahwa penguasa di bumi merupakan pilihan Tuhan sehingga ia
memiliki otoritas tidak tertandingi.

Pandangan inilah yang mendorong munculnya raja-raja tiran. Dengan mengatasnamakan

primus inter pares dan wakil Tuhan di bumi mereka berkuasa sewenang-wenang dan menindas

rakyat. Salah satu contoh raja yang berkuasa secara mutlak adalah Louis XIV, raja Perancis

yang dinobatkan pada 14 Mei 1643 dalam usia lima tahun. Ia baru mulai berkuasa penuh sejak

8
wafatnya menteri utamanya, Jules Cardinal Mazarin pada tahun 1661. Louis XIV dijuluki

sebagai Raja Matahari (Le Roi Soleil) atau Louis yang Agung (Louis le Grand, atau Le Grand

Monarque). Ia memerintah Pada buku novel Moby-Dick, Leviathan merupakan ikan paus

besar, dan pada bahasa Ibrani Modern, Leviathan berarti "paus". Dalam beberapa mitologi

seperti Jepang dan Canaanite, Leviathan dikenal sebagai Dewa Lautan. Menurut beberapa

sumber lain dikatakan bahwa Leviathan adalah ular raksasa jahat berkepala tujuh.

Dalam sejarah Perancis, Raja Louis XIV bertindak absolut. Gagasan untuk membatasi

kekuasaan raja atau dikenal dengan istilah konstitusionalisme yang mengandung arti bahwa

penguasa perlu dibatasi kekuasaannya dan karena itu kekuasaannya harus diperinci secara

tegas, sebenarnya sudah muncul sebelum Louis XVI dihukum dengan Guillotine. Dalam

rentetan sejarah penegakkan HAM di temukan beberapa peristiwa yang melahirkan berbagai

dokumen HAM. Seperti Magna Charta di Inggris, Bill of Rights dan Declaration of

Independence dalam sejarah Amerika Serikat, dan Declaration des Droits de L’homme et du

Citoyen di Perancis.

Oleh karena itu konstitusi juga diperlukan untuk membagi kekuasaan dalam negara. Pandangan

ini didasarkan pada fungsi konstitusi yang salah satu di antaranya adalah membagi kekuasaan

dalam negara (Kusnardi dan Ibrahim, 1988). Bagi mereka yang memandang negara dari sudut

kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan maka konstitusi dapat dipandang

sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menentapkan bagaimana kekuasaan dibagi di antara

beberapa lembaga kenegaraan, misalnya antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Konsitusi menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasan itu bekerja sama dan

menyesuaiakan diri satu sama lain serta merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam

negara.

9
Dalam arti luas, konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang

menentukan bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan. Jika kita mengartikan

konstitusi secara sempit, yakni sebagai suatu dokumen atau seperangkat dokumen, maka

Kerajaan Inggris tidak memiliki konstitusi.yang termuat dalam satu dokumen tunggal. Inggris

tidak memiliki dokumen single core konstitusional. Konstitusi Inggris adalah himpunan hukum

dan prinsip- prinsip Inggris yang diwujudkan dalam bentuk tertulis, dalam undang-undang,

keputusan pengadilan, dan perjanjian. Konstitusi Inggris juga memiliki sumber tidak tertulis

lainnya, termasuk parlemen, konvensi konstitusional, dan hak-hak istimewa kerajaan. Oleh

karena itu, kita harus mengambil pengertian konstitusi secara luas sebagai suatu peraturan,

tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan bagaimana negara dibentuk dan dijalankan.

Jika demikian Kerajaan Inggris memiliki konstitusi. Negara tersebut bukan satu-satunya yang

tidak memiliki konstitusi tertulis. Negara lainnya di antaranya adalah Israel dan Selandia Baru.

10
D. DINAMIKA DAN TANTANGAN KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN

BERBANGSA-NEGARA INDONESIA

Konstitusi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang

berlaku mulai 5 Juli 1959, dimana kontitusi ini termasuk dalam konstitusi tertulis.

Pada paragraf sebelumnya dikatakan bahwa konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa

perubahan dalam perkembangannya. Perubahan konstitusi ini dilakukan pasti bukan tanpa

sebab yang tidak jelas, karna itu dalam pembahasan tentang alasan mengapa konstitusi di

Indonesia beberapa kali mengalami perubahan. Sepanjang sejarah, Indonesia tercatat

mengalami 4 kali perubahan konstitusi dalam kurun waktu yang cukup singkat.

Periode pertama yaitu UUD 1945 yang berlaku selama 4 tahun mulai 18 Agustus 1945 - 27

Desember 1949 namun ditahun terakhir konstitusi berubah dan ditetapkan menjadi UUD RIS

yang berjalan sampai 17 Agustus 1950. Perubahan yang terbilang cukup singkat ini

dilatarbelakangi oleh agresi militer Belanda yang mengharuskan mengubah bentuk negara dari

Presidensil menjadi pemerintahan Parlementer, akibatnya Indonesia harus mengubah

konstitusi negara. Konstitusi negara Indonesia berubah menjadi parlementer yang menjadikan

Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara bukan Kepala Pemerintahan.

11
E. ESENSI DAN URGENSI KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA-

NEGARA

Peranan Konstitusi Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan sesuatu hal

yang sangat krusial, karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah negara.

Dalam lintasan sejarah hingga awal abad ke-21 ini, hampir tidak ada negara yang tidak ada

negara yang tidak memiliki konstitusi. Hal ini menunjukkan betapa urgenya konstitusi sebagai

suatu perangkat negara. Konstitusi dan negara ibarat dua sisi mata uang yang satu sama lain

tidak terpisahkan.

Konstitusi menjadi sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan ketatanegaraan,karena

konstitusi merupakan sekumpulan aturan yang mengatur organisasi negara,serta

hubungan antara negara dan warga negara sehingga saling menyesuaikan diri dan saling

bekerjasama. Dr.A.Hamid S.Attamimi menegaskan –seperti yang dikutip Thaib – bahwa

konstitusi atau Undang–Undang Dasar merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai

pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur

bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan. Sejalan dengan perlunya konstitusi sebagai

instrumen untuk membatasi kekuasaan dalam suatu negara, Meriam Budiardjo mengatakan:

“Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional,Undang –

undang dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian

rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenwng –wenang .Dengan

demikian diharapkan hak-hak warga negara akan lebih terlindungi”.(Budiardjo,1978:96)

Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut, Kusnardi

menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi dalam dua (2) bagian, yakni

membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa

12
dalam negara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang negara dari

sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan, maka konstitusi dapat

dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang mendapatkan bagaimana kekuasaan

dibagi diantara beberapa lembaga kenegaraan, seperti antara lembaga legislatif, eksekutif dan

yudikatif. Selain sebagai pembatas kekuasaan ,konstitusi juga dugunakan sebagai alat untuk

menjamin hak –hak warga negara. Hak –hak tersebut mencakup hak-hak asasi,seperti hak

untuk hidup,kesejahteraan hidup hak kebebasan.

Dari beberapa pakar yang menjelaskan mengenai urgensi konstitusi

dalam sebuah negara,maka secara umum dapat dikatakan bahwa eksistensi konstitusi dalam

suatu negara merupakan suatu keniscayaan,karena dengan adanya konstitusi akan tercipta

pembatasan kekuasaan melain pembagian wewenang dan kekuasaan dalam menjalankan

negara.Selain itu,adanya konstitusi juga menjadi suatu hal sangat penting untuk menjamin hak-

hak asasi warga negara,sehingga tidak terjadi penindasan dan perlakuan sewenang –wenang

dari pemerintah.

Konstitusi adalah sarana dasar untuk mengawasi proses kekuasaan. Oleh karena itu Setiap

konstitusi mempunyai beberapa peranan yaitu :

1. untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik

2. untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak penguasa,dan menetapkan bagi

penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka, sehingga tidak terdapat kekuasaan yang

semena – mena.

3. untuk membatasi kesewenang-wenangan tindakan pemerintah untuk menjamin hak-hak

yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.

13
4. Konstitusi bertujuan untuk mengatur organisasi negara dan susunan pemerintahan.

Sehingga dimana ada organisasi negara dan kebutuhan menyusun suatu pemerintahan negara,

maka akan diperlukan konstitusi.

5. Konstitusi mempunyai posisi yang sangat penting dalam kehidupan ketatanegaraan suatu

negara karena konstitusi menjadi barometer(ukuran) bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,

juga merupakan ide-ide dasar yang digariskan penguasa negara untuk mengemudikan suatu

negara.

6. Konstitusi menggambarkan struktur negara dan sistem kerja yang ada diantara lembaga-

lembaga negara.Konstitusi menjelaskan kekuasaan dan kewajiban pemerintah sekaligus

membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak sewenang-wenang dalam bertindak.

Dari berbagai penjelasan tentang tujuan konstitusi diatas, dapat dikatakan bahwa tujuan

dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan membatasinya

melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan penguasa terhadap

rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan tujuan Negara.Jadi,

pada hakikatnya konstitusi Indonesia bertujuan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara

dengan berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi dari berbagai penjelasan tentang tujuan konstitusi diatas, dapat dikatakan bahwa tujuan

dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan membatasinya

melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan penguasa terhadap

rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan tujuan Negara.Jadi,

pada hakikatnya konstitusi Indonesia bertujuan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara

dengan berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara

15
DAFTAR PUSTAKA

Winarno, 2017. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT BumiAksara


Thaib, Dahlan,2009. Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta: Total
Medihttps://ankes3mk.blogspot.co.id/2017/01/dinamika-konstitusi-di-indonesia.html
http://yukimuri.blogspot.co.id/2013/06/peranan-konstitusi-dalam-kehidupan.html

16

Anda mungkin juga menyukai