Pengertian Pengawasan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Pengertian Pengawasan

 Menurut George R. Terry dalam buku Asas-asas Manajemen (1999:110) : “Pengawasan


adalah proses untuk mendeterminasi apa yang akan dilakukan, mengevaluasi pelaksanaan
dan bilamana perlu menerapkan tindakan-tindakan koreksi hingga pelaksanaan sesuai
dengan rencana”.
 Menurut Drs. Zulkifli Amsyah, MLS dalam buku Manajemen Sistem Informasi (2005:65)
Pengawasan adalah kegiatan manajemen yang berkaitan dengan pemeriksaan untuk
menentukan apakah pelaksanaannya sudah dikerjakan sesuai dengan perencanaan, sudah
sejauh mana kemajuan yang dicapai dan perencanaan yang belum mencapai kemajuan serta
melakukan koreksi bagi pelaksananan yang belum terselesaikan sesuai rencana.

 Menurut Sujamto dalam buku Asas-asas Manajemen (1999:110) : “Pengawasan adalah


sebagai usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya
mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan”.
 Menurut Earl P. Strong dalam buku Dasar-dasar Manajemen (2009:189) : “Pengawasan
adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan
sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana”.

1. Tujuan Pengawasan
Dalam rangka meningkatkan disiplin kerja pegawai dengan tujuan untuk mencapai tujuan
organisasi sangat perlu diadakan pengawasan, karena pengawasan mempunyai beberapa
tujuan yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang melaksanakan..

Menurut Soekarno (Gouzali Saydam, 1990:197), mengemukakan bahwa tujuan pengawasan


antar lain adalah :

 Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah berjalan sesuai dengan rencana
 Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah sesuai dengan intruksi
 Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan telah berjalan efisien
 Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan dalam kegiatan
 Untuk mencari jalan keluar bila ada kesulitan, kelemahan atau kegagalan kearah
perbaikan

 Faktor pengawasan yang perlu diperhatikan dan tidak terlepas daripada Tools Of
Management

1. Manusia (men) yang mengawasi dan diawasi adalah manusia, maka untuk berjalannya
pengawasan dengan baik, perlu adanya terjalin hubungan kerja sama
2. Uang (money) tanpa adanya uang pelaksanaan pengawasan akan sulit dilakukan
3. Materi (materials) yaitu pengawasan terhadap kualitas bahan dan hasil, juga terhadap
kuantitas sehingga ada kesesuaian antara penggunaan kualitas dan kuantitas bahan dengan
kualitas dan kuantitas hasil
4. Mesin (Machines) yaitu pengawasan terhadap penggunaan mesin
5. Waktu (Minutes) yaitu pengawasan agar adanya efisiensi dapat tercapai
6. Pasar (markets) yaitu pengawasan dilakukan terhadap pasar dan barang yang diproduksi
7. Metode (methods) yaitu agar supaya suatu pengawasan bisa berjalan dengan baik dan
efisiensi dapat tercapai

1. Proses Pengawasan
Proses pengawasan adalah serangkaian kegiatan di dalam melaksanakan pengawasan
terhadap suatu tugas atau pekerjaan dalam suatu organisasi. Proses pengawasan ini terdiri
dari beberapa tindakan tertentu yang bersifat fundamental bagi semua pengawasan
manajerial.

Menurut George R. Terry dalam buku Asa-asas Manajemen (1999:113) proses pengawasan
meliputi :

 Penentuan ukuran atau pedoman baku (standar)


 Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan
 Perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau pedoman baku yang
telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
 Perbaikan atau pembetulan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,
sehinggga pekerjaan tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

1. Syarat –Syarat Pengawasan


Agar pengawasan berjalan dengan efektif dan efisien perlu adanya sistem yang baik dari
pengawasan tersebut. Sistem yang baik ini memerlukan syarat-syarat antara lain sebagai
berikut :

 Harus memperhatikan dan disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi


 Harus mampu menjamin adanya tindakan perbaikan
 Harus bersifat fleksibel
 Harus memperhatikan faktor-faktor dan tata organisasi dimana pengawasan itu
dilakukan
 Harus ekonomis dalam hubungan biaya

1. Prinsip-Prinsip Pengawasan
Agar fungsi pengawasan mencapai hasil yang diharapkan, maka pimpinan organisasi atau
unit organisasi yang melaksanakan fungsi pengawasan harus mengetahui dan menerapkan
prinsip-prinsip pengawasan.
Menurut George R. Terry mengemukakan bahwa “Prinsip pengawasan yang efektif
membantu usaha-usaha kita untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan untuk
memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai rencana”.

Sedangkan menurut Ulbert Silalahi (1992:178) prinsip-prinsip pengawasan adalah :

 Pengawasan harus berlangsung terus menerus bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan


dan pekerjaan.
 Pengawasan harus menemukan, menilai dan menganalisis data tentang pelaksanaan
pekerjaan secara objektif.
 Pengawasan bukan semata-mata untuk mencari kesalahan tetapi juga mencari atau
menemukan kelemahan dalam pelaksanaan pekerjaan.
 Pengawasan harus memberi bimbingan dan mengarahkan untuk mempermudah
pelaksanaan pekerjaan dalam pencapaian tujuan.
 Pengawasan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan tetapi harus menciptakan
efisiensi (hasil guna).
 Pengawasan harus fleksibel.
 Pengawasan harus berorientasi pada rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.
 Pengawasan dilakukan terutama pada tempat-tempat strategis atau kegiatan yang
sangat menentukan.
 Pengawasan harus membawa dan mempermudah melakukan tindakan perbaikan.

Konsep Dasar Pengendalian

Pengendalian (pengawasan) atau controlling adalah bagian terakhir dari fungsi manajemen.
Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses manajemen, karena
itu harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian itu sendiri. Kasus-kasus yang
banyak terjadi dalam organisasi adalah akibat masih lemahnya pengendalian sehingga
terjadilah berbagai penyimpangan antara yang direncanakan dengan yang dilaksanakan.

Pengendalian adalah proses pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana atas pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.
Beda pengawasan dengan pengendalian adalah pada wewenang dari pengembang kedua
istilah tersebut. Pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak dimiliki oleh
pengawas. Pengawas hanya sebatas memberi saran, sedangkan tindak lanjutnya dilakukan
oleh pengendali.

A. Pengertian Pengendalian

· Pengendalian /Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan


pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai
dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of measuring
performance and taking action to ensure desired results. (Schermerhorn,2002)

· Pengendalian/Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang


terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. The process of ensuring that actual
activities conform the planned activities.(Stoner,Freeman,&Gilbert,1995)

· Pengendalian menurut Hansen & Mowen adalah proses penetapan standar dengan
menerima umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang
diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya.

 Asas-asas Pengendalian

1. Asas tercapainya tujuan


Pengendalian harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan mengadakan
perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan dari rencana.
2. Asas efisiensi
Pengendalian itu efisisen, jika dapat menghindari dari penyimpangan rencana.
3. Asas tanggung jawab pengendalian
Pengendalian hanya dapat dilaksanakan jika manajer bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan rencana.
4. Asas pengendalian terhadap masa depan
Pengendalian yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan-
penyimapngan yang akan terjadi, baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan
datang.
5. Asas pengendalian langsung
Teknik control yang paling efektif ialah mengusahakan adanya bawahan yang berkualitas
baik.
6. Asas refleksi rencana
Pengendalian harus disusun dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan
susunan rencana.
7. Asas penyesuaian dengan organisasi
Pengendalian harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
8. Asas pengendalian individual
Pengendalian dan teknik pengendalian harus sesuai dengan kebutuhan manajer.
9. Asas standar
Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat yang akan
dipergunakan sebagai tolok ukur pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.
10. Asas pengendalian terhadap strategi
Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan
terhadap faltor-faktor yang strategis dalam perusahaan.
11. Asas pengecualian
Efisiensi dalam pengendalian membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap
factor pengecualian dalam keadaan tertentu atau tidak sama.
12. Asas pengendalian fleksibel
Pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan pelaksanaan rencana.
13. Asas peninjauan kembali
Sistem pengendalian harus ditinjau berkali-kali, agar system yang digunakan berguna untuk
mencapai tujuan.
14. Asas tindakan
Pengendalian dapat dilakukan, apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing, dan actuating.
2.2 Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian berperan untuk mendeteksi deviasi atau kelemahan yang perbaikan
terhadapnya menjadi umpan balik dari suatu kegiatan yang dimulai dari tahap
perencanaan hingga tahap pelaksanaan. Hal-hal yang dicakup dalam fungsi pengawasan
adalah menciptakan standar atau kriteria, membandingkan hasil monitoring dengan
standar, melakukan perbaikan atas deviasi atau penyimpangan, merevisi dan
menyesuaikan metode pengendalian sebagai respon atas hasil pengendalian dan
perubahan kondisi, serta mengkomunikasikan dan penyesuaian tersebut ke seluruh proses
manajemen.

Tujuan pengendalian antara lain sebagai berikut:


1. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana.
2. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan-penyimpangan.
3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
4. Menjaga keamanan harta milik suatu organisasi
5. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.
6. Memajukan efisiensi dalam operasi.
7. Meningkatkan akuntabilitas.
8. Merangsang kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan,dan ketentuan
yang berlaku.

Pengertian Penilaian Kinerja


Sebelum membahas terlalu jauh mengenai penilaian kinerja sebaiknya kita mengetahui
definisi penilaian kinerja itu sendiri. Penilaian kinerja memiliki berbagai definisi yang telah
dikemukakan oleh para ahli. Berikut pengertian penilaian kinerja yang dipaparkan oleh para
ahli :

1. Mathis dan Jackson. Penilaian kinerja adalah proses evaluasi terhadap karyawan dalam
melakukan pekerjaan yang dikomparasikan dengan standar yang dilanjutkan dengan
memberi informasi tersebut pada karyawan. Penilaian kinerja sering disebut juga dengan
pemberian peringkat pada karyawan melalui peninjauan, evaluasi, dan penilaian hasil kerja.
2. Hasibuan menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah aktivitas bagi para manajer untuk
melakukan evaluasi terhadap tingkah laku berprestasi para karyawan yang dilanjutkan
dengan menentukan kebijaksanaan kedepannya. Hal yang berkaitan dengan penilaian
kinerja seperti penilaian loyalitas, kejujuran, leadership, teamwork, dedikasi dan partisipasi.
3. Mondy dan Noe. Definisi penilaian kinerja yaitu tinjauan formal serta proses evaluasi
kinerja karyawan maupun kinerja tim.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja adalah penilaian terhadap hasil
kerja individu/karyawan yang dihasilkan yang dibandingkan dengan standar yang ada baik
kualitas maupun kuantitas yang ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja karyawan memang
seharusnya diterapkan untuk mengetahui kualitas kinerja karyawan dan untuk memotivasi
karyawan agar lebih produktif. Penilaian kinerja karyawan ini juga mampu bermanfaat bagi
organisasi/perusahaan dalam menentukan keputusan di masa mendatang.

Tujuan Penilaian Kinerja Secara Umum


Penilaian kinerja karyawan memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai. Rivai
mengemukakan tujuan penilaian kinerja secara umum yaitu sebagai berikut :
Melakukan peninjauan terhadap kinerja karyawan di masa lalu.
Mendapatkan data yang sesuai fakta dan sistematis dalam menetapkan nilai dari suatu
pekerjaan.

 Mengidentifikasi kemampuan organisasi.


 Menganalisa kemampuan karyawan secara individual.
 Menyusun sasaran di masa mendatang.
 Melihat prestasi dari kinerja karyawan secara realistis.
 Mendapatkan keadilan dalam sistem pemberian upah dan gaji yang diterapkan di
dalam organisasi.
 Memperoleh data untuk menetapkan struktur pengupahan dan penggajian yang
sesuai dengan pemberlakuakn secara umum.
 Membantu pihak manajemen dalam melakukan pengukuran dan pengawasan secara
lebih akurat terhadap biaya yang digunakan oleh perusahaan.
 Memungkinkan manajemen dalam melakukan negosiasi secara rasional dan obyektif
dengan sarikat pekerja maupun secara langsung dengan karyawan.
 Membuat kerangka berpikir dan standar dalam pelaksanaan peninjauan yang
dilakukan berkala pada sistem pemberian upah dan gaji.
 Mengarahkan pihak manajemen agar bersikap obyektif dalam memperlakukan
karyawan sesuai dengan prinsip organisasi.
 Menjadi acuan organisasi dalam mempromosikan, memutasi, memindahkan, dan
meningkatkan kualitas karyawan.
 Memperjelas kembali tugas utama, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab serta
satuan kerja di dalam organisasi. Hal tersebut jika dilaksanakan sesuai dengan aturan
dan berjalan baik akan memberikan manfaat bagi organisasi khususnya untuk
menghindari overlaping pada pemberian tugas/program/kegiatan dalam organisasi.
 Manfaat Penilaian Kinerja Karyawan
Penilaian kinerja karyawan secara umum memberikan berbagai manfaat bagi kedua pihak
yaitu organisasi maupun karyawan. Berikut penilaian kinerja karyawan yang perlu diketahui
:
Memberikan informasi mengenai hasil-hasil yang diinginkan dari suatu pekerjaan.
Mencegah adanya miskomunikasi terkait kualitas kerja yang diharapkan.
Menciptakan peningkatan produktivitas karyawan dikarenakan adanya feedback/reward
bagi karyawan yang berprestasi.
Menghargai setiap kontribusi.
Menciptakan komunikasi dua arah antara pihak manajer dengan karyawan.
Pada penerapannya, penilaian kinerja memiliki berbagai tahapan yang harus dilakukan. Hal
ini dikarenakan penilaian kinerja merupakan suatu proses yang selalu kontinyu dan tidak
bersifat temporer. Adapun proses penilaian kinerja terhadap karyawan adalah sebagai
berikut :

Analisis Pekerjaan

Hal yang dilakukan pertama kali dalam penilaian kinerja karyawan adalah melakukan
analisis pekerjaan. Proses analisis ini dapat dimulai dari analisis jabatan/posisi. Dengan
mengetahui posisi seorang karyawan maka akan lebih mudah menjabarkan jenis
pekerjannnya, tanggung jawab yang diemban, kondisi kerja, dan berbagai program dan
kegiatan yang dilakukan. Analisis pekerjaan ini sangatlah penting dalam penilaian kinerja
karena menjadi dasar bagi penentuan standar dan evaluasi. Dan dalam menganalisis
pekerjaan sangat dibutuhkan sistem informasi manajemen yang baik.

 Standar kinerja

Penentuan standar kinerja digunakan untuk mengkomparasikan antara hasil kerja


karyawan dengan standar yang telah ditetapkan. Melalui perbandingan ini maka dapat
diidentifikasi apakah kinerja karyawan sudah sesuai dengan target yang diinginkan atau
tidak. Dalam hal ini standar kinerja harus ditulis secara spesifik dan mudah dipahami,
realistis, dan terukur.

 Sistem Penilaian Kinerja

Secara umum terdapat empat sistem atau metode penilaian kinerja karyawan. Pertama
adalah Behaviour Appraisal System atau penilaian kinerja yang didasarkan atas penilaian
tingkah laku. Kedua, Personel/Performer Appraisal System atau penilaian kinerja yang
didasarkan atas ciri dan sifat individu karyawan. Ketiga, Result-Oriented Appraisal System
atau penilaian kinerja berdasarkan hasil kerja. Keempat, Contingency Appraisal System
atau penilaian kinerja atas dasar kombinasi beberapa unsur : ciri, sifat, tingkah laku, dan
hasil kerja. Contoh penilaian kinerja karyawan sebenarnya mudah ditemukan pada
perusahaan yang sudah settle secara manajemen dan masing-masing perusahaan memiliki
metode penilaian kinerja tersendiri.

 Pengendalian dan pengawasan

Monitoring adalah kegiatan untuk mengikuti suatu program dan pelaksanaanya secara
mantap, teratur dan terus menerus dengan cara mendengar, melihat dan mengamati dan
mencatat keadaan serta perkembangan program tersebut.
Monitoring adalah upaya yang dilakukan secara rutin untuk mengidentifikasi pelaksanaan
dari berbagai komponen program sebagaimana telah direncanakan, waktu pelaksanaan
program sebagaimana telah dijadwalkan, dan kemajuan dalam mencapai tujuan program
(UNESCO).
Monitoring adalah suatu kegiatan untuk mengikuti perkembangan suatu program yang
dilakukan secara mantap dan teratur serta terus menerus (Suherman, dkk.1988).
Monitoring merupakan fungsi manajemen yang berkesinambungan yang mempunyai tujuan
utama menyediakan umpan balik dan indikasi awal tentang bagaimana kegiatan-kegiatan
dilaksanakan, perkembangan atau pencapaian kinerja dari waktu ke waktu serta pencapaian
hasil yang diharapkan kepada manajer dan stakeholders.
Monitoring melacak kinerja yang nyata terhadap apa yang direncanakan atau diharapkan
dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Monitoring meliputi
kegiatan pengumpulan dan analisis data tentang proses dan hasil dari pelaksanaan program
atau kegiatan dan memberikan rekomendasi untuk melakukan tindakan koreksi.
Monitoring Pengendalian adalah tindak lanjut dari monitoring. Monitoring sebenarnya lebih
ditekankan pada kegiatan mencermati proses pelaksanaan kegiatan serta adanya
perubahan lingkungan organisasi. Hasil monitoring akan memberikan umpan balik, apakah
kegiatan dapat berjalan semestinya, ataukah terjadi adanya penyimpangan dari yang
direncanakan, atau bahkan perencanaan yang tidak tepat atau menjadi tidak tepat oleh
adanya perubahan lingkungan. Hasil monitoring dipakai sebagai dasar tindakan manajemen,
mulai dari penjaminan kegiatan tetap pada tracknya sampai pada tindakan koreksi dan/
atau penyesuaian.Pengertian inilah yang dilmaksud sebagai pengendalian, sehingga sering
pengendalian tidak dapat dipisahkan atau bahkan sulit dibedakan dengan monitoring itu
sendiri. Monitoring dan pengendalian adalah sebuah kesatuan kegiatan, yang sering juga
disebut sebagai on-going evaluation atau former evaluation.

 Fungsi monitoring dan pengendalian

Adalah fungsi manajemen yang berkesinambungan untuk memberikan rekomendasi untuk


melakukan tindakan koreksi kepada pimpinan puskesmas dan stakeholders lainnya. Bila
kemudian tindakan koreksi dilakukan maka fungsi pengendalian akan terlaksana secara
lengkap.
Hasil monitoring dan pengendalian yang telah dianalisis dan diolah dapat dijadikan sebagai
informasi yang dapat dipahami dengan mudah oleh manajer/stake holder (Pimpinan
Puskesmas) untuk dasar pengambilan keputusan tindak lanjut, baik menyangkut kegiatan
yang sedang berjalan maupun kegiatan yang akan datang.

 Tujuan monitoring dan pengendalian

1. Menjamin kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, yang
mencakup standar input (waktu, biaya, SDM, tehnologi, prosedur dll).
2. Memberikan informasi kepada pengambil keputusan tentang adanya penyimpangan
dan penyebabnya, sehingga dapat mengambil keputusan untuk melakukan koreksi pada
pelaksanaan kegiatan atau program berkait, baik yang sedang berjalan maupun
pengembangannya di masa mendatang.
3. Memberikan informasi/laporan kepada pengambil keputusan tentang adanya
perubahan-perubahan lingkungan yang harus ditindak lanjuti dengan penyesuaian
kegiatan.
4. Memberikan informasi tentang akuntabilitas pelaksanaan dan hasil kinerja
program/kegiatan kepada pihak yang berkepentingan, secara kontinyu dan dari waktu ke
waktu.
5. Informasi dari hasil monitoring dan pengendalian dapat menjadi dasar pengambilan
keputusan yang tepat dan akuntabel, untuk menjamin pencapaian hasil/tujuan yang lebih
baik, efektif dan lebih efisien dalam penggunaan sumberdaya. Adapun tujuan yang lain dari
pelaksanaan monitoring dan pengendalian adalah:
 Pembelajaran untuk mengetahui mengapa program kegiatan dapat terlaksana dengan
baik atau tidak baik,,apa penyebab yang mempengaruhinya serta bagaimana koreksi dapat
dilakukan.
 Untuk melakukan verifikasi dan meningkatkan kualitas manajemen program, untuk
mengidentifikasi strategi yang berhasil dalam rangka ekstensi/ekspansi dan replikasi.
 Untuk memodifikasi strategi yang kurang berhasil.
 Untuk mengukur keberhasilan dan manfaat suatu intervensi.
 Untuk memberi informasi kepada stakeholders agar stakeholders dapat menyebutkan
hasil dan kualitas program.
 Untuk memberikan justifikasi atau validasi kepada donor, mitra atau konstituen yang
berkepentingan.

o Langkah-langkah monitoring dan pengendalian

Langkah utama monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut:


1. Menetapkan standar dan indikator untuk menilai proses pelaksanaan program/
kegiatan. Standar biasa mencakup semua input yang digunakan (dana, meteri/bahan, cara
atau metode, SDM, Prosedur, Tehnologi dll).
2. Mengumpulkan data dan melakukan investigasi kinerja (pengamatan) dari
pelaksanaan kegiatan/ proses kegiatan yang dipilih untuk dibandingkan dengan
standar/indikator (baik kualitatif maupun kuantitatif) yang telah ditentukan.
3. Mengamati perubahan lingkungan dan mengumpulkan data untuk pengkajian
pengaruh lingkungan tersebut terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan.
4. Pengolahan, analisis data dan sistesis hasil. Data yang dikumpulkan (termasuk
perubahan lingkungan) diolah dan dianalisis untuk membuat penilaian dan kesimpulan
tentang proses pelaksanaan kegiatan. Hasil analisis dan kesimpulan akan digunakan lebih
lanjut untuk perumusan rekomendasi tindak lanjut.
5. Pengambil keputusan melakukan tindakan (termasuk koreksi dn penyesesuai kegiatan,
maupun perencanaan ulang).
6. Menyampaikan semua hasil monitoring, pengendalian dan tindak lanjut kepada pihak
yang berkepentingan sebagai wujud akuntabilitas dan proses pengambilan keputusan lebih
lanjut.
PENGERTIAN PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS

Penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian


hasil kerja/ prestasi Puskesmas. Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat
Puskesmas sebagai instrumen mawas diri karena setiap Puskesmas melakukan
penilaian kinerjanya secara mandiri, kemudian Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
melakukan verifikasi hasilnya. Adapun aspek penilaian meliputi hasil pencapaian
cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu pelayanan ( khusus bagi
Puskesmas yang telah mengembangkan mutu pelayanan ) atas perhi tungan seluruh
Puskesmas. Berdasarkan hasil verifikasi, dinas kesehatan kabupaten / kota
bersama Puskesmas dapat menetapkan Puskesmas kedalam kelompok (I,II,III)
sesuai dengan pencapaian kinerjanya.Pada setiap kelompok tersebut, dinas
kesehatan kabupaten/kota dapat melakukan analisa tingkat kinerja Puskesmas
berdasarkan rincian nilainya, sehingga urutan pencapian kinerjanya dapat
diketahui, serta dapat dilakukan pembinaan secara lebih mendalam dan terfokus.

TUJUAN DAN MANFAAT PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS

Tujuan Umum

 Tercapainya tingkat kinerja Puskesmas yang berkualitas secara optimal dalam


mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan kabupaten / kota.

Tujuan Khusus

 Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu kegiatan serta
manajemen Puskesmas pada akhir tahun kegiatan.
 Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu kegiatan serta
manajemen Puskesmas pada akhir tahun kegiatan.
 Mengetahui tingkat kinerja Puskesmas pada akhir tahun berdasarkan urutan peringkat
kategori kelompok Puskesmas.
 Mendapatkan informasi analisis kinerja Puskesmas dan bahan masukan dalam
penyusunan rencana kegiatan Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
tahun yang akan datang.

Manfaat Penilaian Kinerja Puskesmas :

 Puskesmas mengetahui tingkat pencapaian (prestasi) kunjungan dibandingkan dengan


target yang harus dicapai.
 Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari penyebab dan
latar belakang serta hambatan masalah kesehatan di wilayah kerjanya berdasarkan
adanya kesenjangan pencapaian kinerja Puskesmas (output dan outcome)
 Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan tingkat urgensi
suatu kegiatan untuk dilaksanakan segera pada tahun yang akan datang berdasarkan
prioritasnya.
 Dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan dan mendukung kebutuhan
sumber daya Puskesmas dan urgensi pembinaan Puskesmas.

RUANG LINGKUP PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS

Ruang lingkup kinerja Puskesmas meliputi penilaian pencapaian hasil


pelaksanaan pelayanan kesehatan, manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan.
Penilaian terhadap kegiatan upaya kesehatan wajib Puskesmas yang telah
ditetapkan di tingkat propinsi dan kegiatan kesehatan pengembangan/inovativ
yang ditetapkan oleh propinsi dan bisa ditambahi oleh kabupaten/kota, apab il di
wilayah puskesmas tersebut mempunyai program unggulan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang sudah diukur dengan kemampuan sumberdaya
termasuk ketersediaan dan kompetensi tenaga pelaksananya, degan tetap
memperhatikan arahan dan kebijakan tingkat propinsi dan pusat, yang dilandasi
oleh kepentingan daerah dan nasional termasuk konsesnsus global/kesepakaan
dunia (antara lain penanggulangan penyakit polio, TBC, malaria, diare, kusta dan
lain lain).

Secara garis besar lingkup penilaian kinerja puskesmas tersebut berdasarkan


pada upaya-upaya puskesmas dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
meliputi :

 Upaya Kesehata Wajib sesuai dengan kebijakan nasional, dimana penetapan jenis
pelayanannya disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.
 Upaya kesehatan pengembangan/inovatif antara lain penambahanupaya kesehatan
atau sub ariabel upaya kesehatan dalam pelaksanaan pengembangan program
kesehatan yang dilaksanakan di puskesmas.
 Pelaksanaan manajemen puskesmas dalam penyelenggaraan kegiatan, meliputi :
 Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan lokakarya mini dan pelaksanaan
penilaian kinerja,
 Manajemen sumberdaya termasuk manajemen alat, obat, keuangan, dsb.
 Mutu pelayanan puskesmas, meliputi :
 Penilaian input pelayanan berdasarkan standar yang ditetapkan.
 Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhannya terhadap standar
pelayanan yang telah ditetapkan.
 Penilaian output pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yang diselenggarakan.
Dimana masing-masing program/kegiatan mempunyai indikator mutu tersendiri,
sebagai contoh angka rop out pengobatan pada program penanggulangan TBC.
 Penilaian outcome pelayanan antara lain melalui pengukuran tingkat kepuasan
pengguna jasa pelayanan puskesmas.

Belum semua kegiatan pelayanan yang dilaksanakan di Puskesmas dapat dinilai


tingkat mutunya, baik dalam aspek input, proses, output maupun outcomenya,
karena indikator dan mekanisme untuk penilaiannya belum ditentukan. Sehingga
secara keseluruhan tidak akan diukur dalam p enilaian kinerja, akan tetapi dipilih
beberapa indikator yang sudah ada standar penilaiannya.

Anda mungkin juga menyukai