Laporan Membaca Buku Fiksi
Laporan Membaca Buku Fiksi
Laporan Membaca Buku Fiksi
Pada saat perjalanan pulang hujan pun turun sehangga beberapa teman yaitu Cepy, Afif, Rifki, Gery, Riki
dan Irfan.Pada hari jumat kami mendapat tugas IPA
mereka berteduh di sebuah saung (pos ronda) yang
untuk membuat percobaan seputar Bioteknologi
tidak jauh dari rumah pembuatan roti tersebut agar
Latar 2 :rumah Rifki “Bersama dengan Afif kami
tugas kami cepat selesai. Dan kami seutuju untuk
menuju rumah Rifki, Sesampainya disana kami
membentuk roti seperti kata-kata 9F (9 Fictions).
beristirahat sejenak dirumah rifki yang berada di
lantai atas. Kami bercakap cakap layaknya sedang
mengadakan rapat, padahal hal yang dibahas tidak
begitu penting sih hehehe, Tidak lama berselang
Rifki memanggil ibunya untuk meminta dibawakan
makanan dan minuman untuk kami. Bukkk bawain
makanan saa minuman dong, pinta Rifki pada
ibunya. Iya-iya bentar. Jawab ibunya. Jangan lupa
fantanya sekalian bisikku pada Rifki, hehehhe.
Akhirnya kami pergi kebawah untuk berlatih tari,
sambil sesekali menyantap makanan yang
diberikan ibu Rifki. hehehe.. memang sih pada
awalnya kami hanya bercanda. eh tidak taunya rifki
benar-benar meminta makanan pada ibunya.
Latar 3 :Rumah Gery “akhirnya kami bergegas ke
rumah Gery tanpa afif karena dia sedang ada
urusan lain. Sesampainya dirumah Gery aku
beristirahat sejenak sembari menunggu Rifki dan
Irfan Tertinggal dibelakang.
Latar 4 :Toko Roti “setelah beberapa menit Irfan
dan Rifki keluar menghampiri kami pada saat
keadaan masih gerimis, Kami berharap semuanya
sudah beres dan selesai, akan tetapi masih ada
proses yakni mengoven roti, dan ternyata dirumah
itu hanya membuat adonan roti saja yang nanti
akan di oven di toko yang letaknya agak jauh dari
tempat pembuatan adonan itu. Kami pun pergi
walau keadaan masih gerimis, sesampainya di toko
Rifki mengusulkan agar roti dibentuk seperti kata-
kata 9F, akhirnya kami pun setuju ,tetapi Riki
mengusulkan kata kata 9 Fiction yang memiliki arti
9 Fiksi.
Latar 5 :Pos Ronda “Pada saat diperjalanan hujan
pun turun kembali kami akhirnya berteduhh di
sebuah saung yang tidakk jauh dari tempat
pembuatan roti. Rifki dan Irfan memutuskan utk
pergi ke rumah pembuat roti tersebut agar tugas
kami cepat selesai jadi aku, Ceppy , Gery dan Riki
pun menungguu di saung yang juga merupakan pos
ronda.
Sudut Pandang : sudut pandang orang pertama.
Amanat : Dalam pertemanan rasa setia kawan adalah sifat
yang harus dimiliki seseorang, jangan menunda-nunda
pekerjaan.
3. Judul: Mimpi Anak Jalanan Seorang anak jalanan yang berbimpi menjadi bintang Tema : Seorang anak jalan yang bermimpi ingin menjadi
Penulis: Maharani Rachmawati dan ingin merasakan yang namanya mengenyam seorang Bintang.
Purnomo
pendidikan, yang namanya merajut mimpi, yang Alasan : dalam cerpen menceritakan seorang anak
namanya menggapai cita-cita. Setiap malm ia selalu pengamen yang hidup sebatangkara yang mempunyai
berdoa kepada yang Maha Kuasa dengan bersimbah mimpi menjadi seorang bintang.
air mata. Alur :
Tetapi selama 11 tahun ia terus berdoa, tetapi selama Maju
itu pula Allah belum menjawab dan mengabulkan Perkenalan : Mimpi ku, seorang Bintang, hanya
doanya. Tapi itu semua tidak membuatnya putus asa. sederhana. Aku tak minta sesuatu yang macam-
Justru itu membuatnya semakin giat berdoa pada macam. Aku hanya ingin, aku dapat merasakan
Allah. yang namanya mengenyam pendidikan, yang
Umurnya yang sudah 11 tahun ini, ia belum pernah namanya merajut mimpi, yang namanya
merasakan yang namanya kasih sayang dari kedua menggapai cita-cita.
orangtua. Sejak kecil, ia hidup sebatangkara di antara Konflik :Tapi selama sebelas tahun aku terus
debu jalanan, di antara gedung-gedung pencakar berdoa, yang isinya itu-itu saja, selama itu pula
langit yang sangat tinggi, di antara ketamakan Allah belum menjawab dan mengabulkan doaku.
manusia-manusia zaman sekarang. Untuk menghidupi Mungkin ini bukan takdirku, takdirku hanyalah
kebutuhan sehari-harinya ia harus mengam di pinggir menjadi seorang pengamen yang bodoh. Tapi itu
jalan dengan menggunakan tepukan tangan untuk semua tak membuatku putus asa. Justru
mengiringi nyanyianyang dibawakannya. membuatku semakin giat berdoa pada Allah. Saat
Tetapi sejak pemerintah melarang masyarakat untuk ia selesai sholat, ia selau mengucapkan 5 kalimat
memberikan uang kepada pengemis dan pengamen, saja. Umurku sudah sebelas tahun, tapi aku belum
hidupnya semakin tak karuan. pernah merasakan yang namanya kasih sayang
Hidupnya semakin kelam. Dan meraka hanya bisa kedua orangtua.
menengadakan tangan untuk mengemis. Akankah Klimaks :Sejak kecil, aku hidup di antara debu
keadilan akan datang, hanya itu harapannya. Mereka jalanan, di antara gedung-gedung pencakar langit
hanya bisa pasrah dan berdoa karna ia hanya rakyat yang tinggi, di antara ketamakan manusia-manusia
biasa yang tak bisa apa-apa untuk melawan zaman sekarang. Kalau kami tak dapat merasakan
pemerintah yang tidak bertanggung jawab nikmatnya hidup dengan uang, setidaknya berikan
mengambila hak masyarakat. kami pendidikan yang layak. Aku cuma rakyat
kecil yang tak bisa berbuat apa-apa.
Penyelesaian :Seharusnya kalian malu, menjadi
seorang pejabat pemerintah, maupun pejabat
negara, namun bangsanya masuk ke dalam daftar
negara termiskin. Hanya satu yang kuminta!
Sejahterakanlah rakyatmu.
Latar/Setting:
Latar 1 : aku hidup di antara debu jalanan, di
antara gedung-gedung pencakar langit yang tinggi,
di antara ketamakan manusia-manusia zaman
sekarang. Untuk menghidupi kebutuhanku, aku
mencoba mengamen. Kebutuhan hidupku hanya
dua, makanan dan minuman. Tak ada gitar, atau
kendang, hanya ada tepukan tangan dan jentikan
jari yang mengiringi nyanyianku. Sejak pemerintah
melarang masyarakat untuk memberikan uang pada
pengemis dan pengamen sepertiku, nasibku makin
tak karuan.
Penokohan :
Anak Jalan : tidak pernah menyerah dan selalu berdoa
“Mimpi ku, seorang Bintang, hanya sederhana. Aku tak
minta sesuatu yang macam-macam. Aku tak minta rumah
mewah, bergelimang harta, dan bukan juga mobil sport
macam Lamborghini. Aku hanya ingin, aku dapat
merasakan yang namanya mengenyam pendidikan, yang
namanya merajut mimpi, yang namanya menggapai cita-
cita. Sederhana bukan? Setiap malam, aku selalu mengirim
doa pada Yang Maha Kuasa, bersimbah air mata di
hadapanNya. Tapi selama sebelas tahun aku terus berdoa,
yang isinya itu-itu saja, selama itu pula Allah belum
menjawab dan mengabulkan doaku. Mungkin ini bukan
takdirku, takdirku hanyalah menjadi seorang pengamen
yang bodoh. Tapi itu semua tak membuatku putus asa.
Justru membuatku semakin giat berdoa pada Allah.”
Sudut Pandang: sudut apndang orang pertama
Amanat : Teruslah bermimpi, jangan pernah menyerah
dan teruslah berusahan dan berdoa!