Novel Amba

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

Novel Sejarah

Amba

Laksmi Pamuntjak

Cerita kehidupan Amba dimulai dari kampung halamannya, Kadipura. Amba yang berusia 18 tahun
sama sekali tidak memikirkan pernikahan dan justru ingin menyambung pendidikannya ke jenjang
yang lebih tinggi lagi. Sebaliknya, ayah dan ibunya justru merasa sangat khawatir karena Amba masih
belum kunjung menikah juga.

Di tahun 1962, Sudarminto ayah Amba datang ke sebuah pertemuan yang digelar di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gadjah Mada. Di acara ini ayah Amba bertemu dengan
Salwani Munir (Salwa) yang merupakan seorang dosen muda kala itu.

Tertarik dengan Salwa, Sudarminto pun menjodohkannya dengan Amba, anaknya. Namun sebelum
perjodohan dilakukan, mereka menerima syarat dari Amba yang ingin menyelesaikan kuliah terlebih
dulu. Amba pun masuk sebagai salah satu mahasiswi jurusan Sastra Inggris di Universitas Gadjah
Mada, tempat Salwa mengajar.

Perlahan-lahan Amba mulai bisa menikmati kehidupan barunya sebagai mahasiswi. Dia bahkan
mencintai sastra sebagai bagian tidak terpisahkan dari kehidupannya. Akan tetapi, di tahun kedua di
tahun kedua studinya, Salwa harus pindah tugas ke Universitas Airlangga, Surabaya. Mengingat
suasana politik yang sedang kacau, Salwa ingin segera menikah dengan Amba namun keinginan ini
ditolak oleh Amba.

Setelah Salwa pindah ke Surabaya, Amba diterima menjadi seorang penerjemah di rumah Sakit Sono
Walujo. Di sini dia bertugas untuk menerjemahkan setiap dokumen medis yang berbahasa Inggris ke
bahasa Indonesia. Di sini lah kisah cinta Amba dan Bisma, seorang dokter lulusan Jerman Timur,
dimulai.

Bisma hadir menggetarkan hati seorang Amba dan membuatnya merasakan cinta yang sama sekali
berbeda dengan yang pernah dirasakannya kepada Salwa. Mereka memadu kasih sampai Amba
mengandung calon anak mereka.

Di tahun 1965 Bisma ditangkap karena dianggap mempunyai keterlibatan dengan PKI. Penangkapan
itu terjadi di Yogyakarta, tepatnya saat menghadiri sebuah acara yang digelar oleh teman Bisma,
Untarto. Di tahun 1971, Bisma diasingkan ke Pulau Buru tanpa sepengetahuan Amba. Amba yang
kebingungan pergi ke Jakarta, meninggalkan Salwa juga keluarganya. Di Jakarta dia bertemu seorang
pria yang bersedia menikahinya, yaitu Adelhard Eliers. Seorang laki-laki berkebangsaan Amerika.
Waktu berlalu dan Tiga bulan setelah melahirkan anaknya, Srikandi, Amba mengirimkan surat
kepada orang tuanya. Melalui surat tersebut dia mengabari bahwa dirinya telah menikah dan
mempunyai seorang anak namun bukan dengan Salwa.
Lalu pada tahun 2006, Amba pergi ke Pulau Buru menjawab rasa penasarannya dan memastikan
bahwa informasi tentang Bisma yang dia terima benar adanya. Suatu hari setelah Adelhard
meninggal dunia, Amba menerima sebuah email yang memberitahukan bahwa Bisma sudah
meninggal dunia di Pulau Buru, tempat yang dijadikan untuk pembuangan para tahanan politik.

“apa isi dari email anonim itu?” tanya seorang teman Amba

“Bhisma meninggal, ia bermula dan berakhir di Buru” jawab Amba

Setelah membaca email itu, Amba lalu pergi ke Pulau Buru. Di Pulau tersebut dia menumpahkan
semua perasaan dan kenangannya ditemani sura-surat yang Bisma tulis. Ternyata selama berada di
Pulau Buru, Bisma menulis banyak surat yang dia masukan ke dalam sebuah tabung bambu.

Tabung itu disimpan di bawah pohon meranti yang ada di kampung Walgan. Salah seorang penghuni
asli Pulau Buru bernama Manalisa menjaga peninggalan satu-satunya Bisma untuk Amba. Manalisa
adalah teman baik dari Bisma dan dianggap sebagai orang yang sakti oleh penduduk sekitar. Amba
berhasil menemukan alasan kematian Bisma dalam tumpukan surat-surat yang tidak pernah
menemui penerimanya.

Beberapa tahanan politik memilih tinggal di Pulau Buru dan memulai kehidupan yang baru dengan
menikahi warga di sekitar tempat pembuangan. Bisma merupakan salah satunya. Dia menikah
dengan anak seorang petinggi adat yang ada di Pulau Buru.

Selama masa pembuangan, Bisma membantu para tahanan politik jurga warga sekitar sehingga
namanya dikenal baik oleh sesama tapol atau masyarakat sekitar lokasi pembuangan. Keahlian yang
dia miliki juga dia gunakan untuk membantu keseharian masyarakat sekitar.

Setelah merasa puas dengan jawaban yang dia temukan di Pulau Buru, Amba pun pulang kembali ke
Jakarta dengan perasaan tenang. Pertanyaan yang selama ini menghantui dirinya kini sudah
menemukan jawabannya. Di tahun 2011, Amba bertemu dengan orang yang ikut membantu mencari
Bisma di Pulau Buru. Orang tersebut bernama Samuel. Amba lantas meminta agar Samuel menemui
Srikandi yang telah tumbuh besar.

Dalam pertemuan Samuel dengan Srikandi, Srikandi menceritakan tentang mimpi-mimpi yang dia
alami. Di dalam mimpi tersebut, dia bertemu dengan seorang laki-laki yang sangat mirip dengan
Samuel dan melihat ada seorang laki-laki lain yang meninggal dipenuhi darah. Samuel pun
menyadari apa maksud mimpi tersebut bahwa Srikandi ternyata telah mendapatkan gambaran tepat
bagaimana kematian ayahnya melalui mimpi tersebut.

Samuel pada akhirnya harus menyerah menghadapi kecantikan Srikandi. Bagi Samuel, Srikandi
adalah Amba yang lebih muda. Mereka berdua pun menikah, dan sejak saat itu mereka tidak pernah
kembali ke Pulau Buru. Begitu pula dengan Amba. Dia terus melanjutkan hidupnya sejak berhasil
mengetahui jejak kekasih hatinya, Bisma.

Anda mungkin juga menyukai