LP Insomnia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

INSOMNIA

DOSEN PENGAMPU:

Oop Ropei, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom

DISUSUN OLEH:

Reyza Noviyanti Erly (211117097)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDRAL ACHMAD


YANI CIMAHI

TAHUN AJARAN 2019-2020


BAB I
A. Definisi
Insomnia adalah kondisi yang menggambarkan dimana seseorang
kesulitan untuk tidur.Kondisi ini bisa meliputi kesulitan tidur, masalah
tidur, sering terbangun di malam hari, danbangun terlalu pagi. Kondisi
ini mengakibatkan perasaan tidak segar pada siang hari dan kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari –hari dan tidak tercukupinya
kebutuhan tidur yang baik(Respir, 2014).
Dalam kesehatan kondisi tidur yang baik itu biasanya berlangsung
sekitar 6 hingga 9 jam. Jumlah tidur yang seseorang butuhkan adalah
yang cukup bagi seseorang untuk membangkitkan perasaan segar
dandapat beraktivitas secara optimal di siang hari. Dan jumlah tidur pada
seseorang lebih banyak berubah ketika akan beranjak dewasa(Driver et
al., 2012).

B. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara
lain :
1. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik
sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak. Banyak penyakit yang
dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang
disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa
berkaitan denga keletihan sehingga penderitanya membutuhkan
banyak tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang
membuat penderitanya kesulitan tidur atau bahkan tidak bisa tidur.
Misalnya pada klien dengan gangguan pada sistem pernapasan.
Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin
dapat istirahat dan tidur.
2. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungna yang
tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan
hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
3. Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan
kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan
seseorang (Carpenito, 2000). Cemas dan depresi akan menyebabkan
gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada
kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem
saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
4. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang
dapat menyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan
REM, kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga
menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta blocker dapat
berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk.
5. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur.
Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut
akan mempercepat proses terjadinya tidur karena dihasilkan
tripofan. Tripofan merupakan asam amino hasil pencernaan protein
yang dapat membantu kemudahan dalam tidur. Demikian
sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi
proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur
6. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk
tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya
keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses
tidur.

C. Patofisiologi
Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24 jam yang
bertujuan untuk mengembalikan stamina untuk kembali
beraktivitas.Tidur dan terbangun diatur oleh batang otak, thalamus,
hypothalamus dan beberapa neurohormon dan neurotransmitter juga
dihubungkan dengan tidur.Hasil yang diproduksi oleh mekanisme
serebral dalam batang otak yaitu serotonin. Serotonin ini merupakan
neurotransmitter yang berperan sangat penting dalam menginduksi rasa
kantuk, juga sebagai medulakerja otak(Guyton & Hall, 2008).
Dalam tubuh serotonin diubah menjadi melatonin yang
merupakan hormone katekolamin yang diproduksi secara alami oleh
tubuh.Adanya lesi pada pusat pengatur tidur di hypothalamus juga
dapat mengakibatkan keadaan siaga tidur. Katekolamin yang
dilepaskan akan menghasilkan hormone norepineprin yang akan
merangsang otak untuk melakukan peningkatan aktivitas.Stress juga
merupakan salah satu factor pemicu, dimana dalam keadaan stress atau
cemas, kadar hormone katekolamin akan meningkat dalam darah yang
akan merangsang sistem saraf simpatetik sehingga seseorang akan terus
terjaga (Perry,dalamIswari & Wahyuni, 2013)
D. Manifestasi klinis
a. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
b. Wajah kelihatan kusam
c. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap di bawah mata
d. Lemas, mudah mengantuk
e. Resah dan mudah cemas
f. Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori, dan gampang
tersinggung.

E. Klasifikasi insomnia
Adapun macam-macam dari tipe insomnia yaitu :
a. Insomnia sementara (transient)
Yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam dan biasanya
berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung
sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan
mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat
secara retrospektif setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang
lebih ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang juga cukup
sering ditemukan, faktor yang memicu antara lain akibat lingkungan tidur
yang berbeda, gangguan irama sirkadian sementara akibat jet lag atau rotasi
waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja baru, dan lain-
lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus dan
jarang membawa pasien ke dokter.
b. Insomnia jangka pendek
Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai tiga
minggu. Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang orang yang sedang
mengalami stress, berada di lingkungan yang ribut-ramai, berada di
lingkungan yang mengalami perubahan temperatur ekstrim, masalah
dengan jadwal tidur-bangun seperti yang terjadi saat jetlag, efek samping
pengobatan.
c. Insomnia kronis
Kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan atau
lebih. Salah satu penyebab chronic insomnia yang paling umum adalah
depresi. Penyebab lainnya bisa berupa arthritis, gangguan ginjal, gagal
jantung, sleep apnea, sindrom restless legs, Parkinson, dan hyperthyroidism.
Namun demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan oleh faktor
perilaku, termasuk penyalahgunaan kafein, alkohol, dan substansi lain,
siklus tidur/bangun yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam
hari lainnya, dan stres kronis.

F. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan gangguan tidur selain menjelaskan, memastikan dan
memberikan saran juga mengoptimalkan pola tidur yang sehat, baik dari
segi kualitas ataupun waktunya. Terapi insomnia dapat dilakukan dengan
menggunakan obat ataupun tanpa obat. Terapi tersebut dapat berupa :
1. Psikoterapi
Keberhasilan mengatasi insomnia, sangat tergantung dari kemampuan
pasien untuk santai dan belajar bagaimana cara-cara tidur yang benar.
Terapi perilaku bisa menyembuhkan insomnia kronik dan terapi ini efektif
untuk segala usia, terutama pada pasien usia tua.
2. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya
atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
3. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita insomnia.
4. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun
pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam
dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
5. Relaxation Therapy
Relaxation Therapy berguna untuk membuat si penderita rileks pada saat
dihadapkan pada kondisi yang penuh ketegangan.
6. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita
yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
7. Herbal
Bahan-bahan seperti valerian (untuk relaksasi otot), melatonin (untuk
gangguan irama sirkadian seperti jetlag). Melatonin menurunkan fase tidur
laten, meningkatkan efisiensi tidur, dan meningkatkan persentasi tidur REM
(Rapid Eye Movement), dan chamomile (untuk mengurangi kecemasan)
banyak dipakai untuk terapi insomnia.
8. Terapi cahaya
Prinsip terapi ini adalah bahwa cahaya terang dapat mengurangi rasa
mengantuk dan kegelapan bisa menyebabkan mengantuk.
9. Farmakoterapi
Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk
meningkatkan kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan
derajat kewaspadaan pada siang harinya dan untuk menghilangkan
hyperarousal state. Sayangnya, banyak dosis obat hipnotik yang dibutuhkan
untuk memperbaiki kualitas tidur pada malam hari juga menyebabkan
sedasi pada siang harinya. Untuk menghindari komplikasi ini, short acting
benzodiazepine dapat digunakan. Obat hipnotik long acting bisa
mengganggu kualitas psikomotorik yang bisa menyebabkan kecelakaan
yang berhubungan dengan kendaraan bermotor Terapi dengan obat-obatan
hipnotik sedatif harus dimulai dengan dosis kecil dan untuk maintenancenya
menggunakan dosis efektif yang terkecil. Efek toleransi terjadi pada
penggunaan kebanyakan obat hipnotik, karena itu penggunaan obat ini tidak
boleh lebih dari 1 bulan. . Rebound insomnia bisa terjadi jika penghentian
obat dilakukan secara mendadak. Untuk menghindari efek ini, digunakan
obat dengan dosis kecil dan tappering off.
G. Komplikasi
a. Efek fisiologis. Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress,
terdapat peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol,
juga penurunan produksi melatonin.
b. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
c. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan
sebagainya.
d. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati
hubungan sosial dan keluarga.
e. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini
mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang
memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang
terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi
kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita
insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN INSOMNIA

A. Pengkajian fisik
1. Identitas
2. Keluhan utama
Klien mengeluh tidak bisa tidur
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Kaji riwayat tidur klien
a. Apakah anda mengalami sakit kepala ketika bangun?
b. Kapan pertama kali anda menyadari masalah ini?
c. Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
d. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tertidur?
e. Bagaimana pengaruh kurang tidur bagi anda?
5. Kaji pola tidur biasa
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
6. Kaji penyakit fisik, TTV
Apakah anda menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur anda?
7. Kaji terhadap peristiwa hidup yang baru terjadi
8. Kaji status emosional dan mental
9. Kaji rutinitas menjelang tidur
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
10. Kaji lingkungan tidur
11. Pola fungsi Gordon
 Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang
dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.
 Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan,
dan volume minuman perhari, makanan kesukaan.
 Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri,
dibantu atau menggunakan alat
 Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji
penyebabnya
 Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas
9nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala
nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa bertambah berat).
 Pola manajemen koping stress
 Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi
karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body
image dan harga diri klien.

12. Pengkajian Psikososial dan spritual


a. Psikososial
b. Masalah emosional.
c. Spiritual
13. Fungsional klien
Indeks Barthel yang dimodifikasi
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan
aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan, berpindah tempat,
kebersihan diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan di jalan datar, naik turun
tangga, berpakaian, mengontrol defikasi dan berkemih. Cara penilaian:
NO KRITERIA BANTUAN MANDIRI

1 Makan 5 10

2 Minum 5 10

3 Berpindah dari kursi roda ketempat tidur/sebaliknya 5-10 15

4 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, menggosok gigi) 0 5

5 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, 5 10


menyiram)
6 Mandi 5 15

7 Jalan di permukaan datar 0 5

8 Naik turun tangga 5 10

9 Menggunakan pakaian 5 10

10 Kontrol bowel (BAB) 5 10

11 Kontrol Bladder (BAK) 5 10

Total skor

Cara penilaian:
< 60 : ketergantungan penuh/total
65-105 : ketergantungan sebagian
110 : mandiri

14. Indeks Katz

Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas


kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau
bergantung dari klien dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke
kamar mandi, mandi dan berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan
dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam
melakukan aktivitas fungsionalnya. Salah satukeuntungan dari alat ini adalah
kemampuan untuk mengukur perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu,
yang diakhiri evaluasi dan aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini
meliputi:

Termasuk kategori manakah klien?


A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain
D. Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas
E. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi
yang lain
F. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan :

Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari


orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi
dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.

15. Status mental dan kognitif gerontik


 Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual.
Pengujian terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi,
riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan
perawatan diri, memori jangka panjang dan kemampuan matematis atau
perhitungan (Pfeiffer, 2002).
NO PERTANYAAN BENAR SALAH

1 Tanggal berapa hari ini

2 Hari apa sekarang

3 Apa nama tempat ini

4 Alamat anda?

5 Berapa umur anda?

6 Kapan anda lahir (minimal tahun lahir)

7 Siapa presiden indonesia sekarang?

8 Siapa presiden ndonesia sebelumnya?

9 Siapa nama ibu anda?

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru,


semua secara menurun
Jumlah

Interpretasi hasil :
1) Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
2) Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
3) Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
4) Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

16. MiniMental Status Exam (MMSE)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien

1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar

a. Tahun :
b. Musim :
c. Tanggal:
d. Hari :
e. Bulan :
Orientasi 5 Diamana kita sekarang?

a. Negara :
b. Provinsi:
c. Kota :
d. Di :
e. Wisma :
2 Registras 3 Sebutkan nama tiga obyek (oleh pemeriksa) 1
i detik dan mengatakan asing-masing obyek.

a. Obyek
b. Obyek
c. obyek
3 Perhatian 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat:
kalkulasi
(93, 86, 79, 72, 65)

. Menging Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek


at pada no 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point
masing-masing obyek.

5 Bahasa 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan


tanyakan nama pada klien

a. Missal jam tangan


b. Missal pensil
Minta klien untuk mengulangi kata berikut:
“tidak ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar
nilai satu poin

a. Pertanyaan benar 2 buah: tak ada, tetapi


Minta klien untuk menuruti perintah berikut
terdiri dari 3 langkah.

“ ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan


taruh dilantai”

a. Ambil kertas ditangan anda


b. Lipat dua
c. Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut ( bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)

a. “tutup mata anda”


Perintahkan pada klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
b. Tulis satu kalimat
c. Menyalin gambar

Total
Nilai

Interpretasi hasil :
>23 : ASpek kognitif dai fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

17. Pengkajian keseimbangan untuk klien lansia


a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi dibawah ini, atau beri
nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini :
1) Bangun dari kursi
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian
depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama
kali.
2) Duduk ke kursi
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
3) Menahan dorongan pada sternum, klien menggerakan kaki,
memegang obyek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya
4) Mata tertutup
Sama seperti di atas.
5) Perputaran leher
Menggerakan kaki, menggenggam objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi- sisinya, keluhan vertigo, pusing, atau keadaan tidak
stabil
6) Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementara berdiri pada ujung- ujung jari kaki, tidak
stabil, memegang sesuatu untuk dukungan
7) Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek- objek kecil
dari lantai, memegang obyek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan
usaha- usaha multiperl untuk bangun.
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi dibawah ini, atau
beri nilai 1 jika klien menunjukan salah satu dari kondisi dibawah
ini :
1) Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan ragu-
ragu, tersandung, memegang obyek untuk dukungan
2) Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah),
kaki tidak naik dari lantai secara konsisten(menggeser atau
menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (>5 cm)
3) Kontinuitas langkah kaki
Setelah langkah- langkah awal, langkah menjadi tidak
konsisten, memulai mengangkat satu kaki sementara kaki
yang lain menyentuh lantai
4) Kesimetrisan langkah
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke
sisi
5) Penyimpangan jalur pada saat berjalan
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke
sisi
6) Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang, memegang obyek untuk dukungan
Intervensi hasil :
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, dan dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
0-5 : risiko jatuh rendah
6-10 : risiko jatuh sedang
11-15 : risiko jatuh tinggi

B. Diagnose keperawatan

1. Gangguan pola tidur b.d kurangnya control tidur


C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Intervensi

1. Gangguan pola tidur b.d Tujuan umum : Dukungan tidur (I.05174)


kurangnya control tidur Pola tidur (L.05045)
Observasi
Setelah dilakukan tindakan
1. Identivikasi pola aktivitas dan tidur
keperawatan diharapkan klien
2. Identifikasi factor penggangu tidur
dapat tidur dengan nyaman
3. Identifikasi makanan atau minuman yang
menggangu tidur
Tujuan khusus
Dalam waktu 1x 24 jam klien Terapeutik
dapat tidur dengan nyaman 1. Modifikasi lingkungan
,dengan kriteria hasil : 2. Batasi waktu tidur siang
1.keluhan sulit tidur menurun 3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum
dari 5 ke 1 tidur
2. keluhan sering terjaga
menurun dari 5 ke 1
3.keluhan tidak puas tidur Edukasi
menurun dari 5 ke 1 1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
4.keluhan istirahat tidak sakit
cukup menurun dari 5 ke 1 2. Anjurkan menepati kebiasaan tidur
5. kemampuan beraktivitas 3. Ajarkan relaksasi otot autogenic, otot
meningkat daei 1 ke 5 progresif dan non farmakologi lainnya
Daftar pustaka

Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut),
Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
SKM, Hardiwinoto, Stiabudi, Tony. Tinjauan Dari Berbagai Aspek. 2005. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai