Makalah Qurdist Dakwahh

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH AL-QUR’AN HADIST

KEWAJIBAN BERDAKWAH
( METODE DAN PAHALA BAGI ORANG YANG BERDAKWAH )

Diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti pelajaran Al-Qur’an Hadist pada semester 2

Disusun Oleh:
Ketua: MOHAMAD FACHREQI RISNANTO
Sekertaris: NADIATUL KARIMAH FITRI
Anggota: AHMAD RESTU YUNANDA
PUTRY AYU AULIA
DWITA KARTIKA SARI
METHIARA ULFA
Guru Pembimbing: BUDIMAN, S.Ag. M.Si

KEMENTRIAN AGAMA KOTA PRABUMULIH


MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA PRABUMULIH
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masyarakat merupakan sebuah komunitas yang tak dapat dipisahkan dari budaya. Budaya
itu yang kemudian membedakan antar satu komunitas dengan komunitas yang lain. Budaya
berpengaruh pula terhadap adat kebiasaan, pola pikir serta sikap setiap individu yang tergabung
di dalamnya. Orang sunda berbeda dengan orang batak dari berbagai sisi, mulai bahasa, etika
serta standar kepribadiannya. Begitu pula dengan etnis-etnis lain yang ada di Indonesia bahkan di
dunia.
Di era Nabi Muhammad, masyarakat Arab kala itu tersusun atas klan-klan suku. Nabi
Muhammad terlahir dan besar di tengah suku yang terpandang di jazirah Arab kala itu, yakni
Quraisy. Islam datang sebagai agama yang “menuntun” masyarakat Arab agar melaksanakan
perintah Tuhan Allah, serta meninggalkan sesembahan nenek moyang mereka yaitu dewi-dewi
banatullah Al-Latta, Al-Uzza dan Al-Mannat. Dakwah Nabi ini tidak mudah sebab setiap klan
tidak menyetujui ajaran monotheisme yang diajarkan Nabi Muhammad. Dengan kegigihannya,
Islam pun berkembang hingga saat ini.
Dakwah memerlukan metode agar pesan yang dibawa tersampaikan dengan baik. Metode-
metode yang terkandung di dalam nash-nash ini perlu dikaji dan diterapkan di dalam aktifitas
dakwah. Begitupun, secara historis da’i perlu melihat perjuangan Rasul agar dakwah dapat
diterima dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu metode dakwah ?
2. Ada berapa metode yang dilakukan dalam berdakwah?
3. Pahala apa yang diterima bagi orang yang berdakwah?

C. Tujuan Makalah
Makalah ini disusun guna membahas apa yang dimaksud metode dalam berdakwah,
bagaimana metode dalam berdakwah dan pahala apa yang didapatkan oleh orang yang
berdakwah.
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN DAN METODE DAKWAH DALAM QS. AN NAHL 125

Dakwah (Arab: ‫دعوة‬, da‘wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak
dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at
dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang
berarti panggilan, seruan atau ajakan.

Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi
"Ilmu dakwah" dan Dakwah Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.

Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad mencontohkan dakwah kepada umatnya
dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya,
dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu.

Allah Ta’ala berfirman :

َ ‫ع ْن‬
‫س ِبي ِل ِه‬ َ ‫س ُن ِإ َّن َربَّكَ ُه َو أ َ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم بِالَّتِي ه‬
َ ْ‫ِي أَح‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬
َ ‫س ِبي ِل َر ِبِّكَ ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬
َ ‫ع ِإلَى‬
ُ ‫ا ْد‬
]125 :‫َو ُه َو أ َ ْع َل ُم ِب ْال ُم ْهتَدِينَ [النحل‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”

Dalam ayat tersebut terdapat tiga metode dakwah yang harus kita laksanakan sebagai
seorang da’I, yaitu:

1. Berdakwah dengan Hikmah.


Dalam tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Jarir menyebutkan bahwa maksud dari kata hikmah
adalah wahyu yang telah diturunkan oleh Allah berupa Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Selain pengartian kata hikmah denga kedua wahyu tersebut, M. Abduh berpendapat bahwa
hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah dalam tiap – tiap hal. Hikmah juga diartikan
dengan ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi memiliki banyak makna atau dapat diartikan
meletakkan sesuatu sesuai tempat yang semestinya. Orang yang memiliki hikmah disebut al-
hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu. Selain itu
Al-Zamaksyari mengartikan kata al-hikmah dalam al-Kasyaf dengan sesuatu yang pasti benar.
Al-Hikmah adalah dalil yang menghilangkan keraguan ataupun kesamaran. Selanjutnya beliau
menyebutkan bahwa al-hikmah juga diartikan sebagai al-Qur’an yakni ajaklah manusia
mengikuti kitab yang memuat al-hikmah.
Dari pengertian di atas dapat difahami bahwa al-hikmah adalah kemampuan da’i dalam
memilih dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi obyektif mad’u. selain itu al-
hikmah juga merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin- doktrin Islam serta realitas
yang ada dengan argumentasi yang logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-
hikmah adalah sebuah system yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam
dakwah.
2. Berdakwah dengan al-Mau’idzah al-hasana ( pelajaran yang baik )
Dalam tafsir Al-Baghawi dijelaskan bahwa berdakwah dengan al-mau’idzah al-
hasanah adalah mengajak manusia dengan memberikan motivasi dan juga penakutan atas
perbuatan buruk yang dilakuakan. Selain itu diartikan pula bahwa maksud dari al-mau’idzah al-
hasanah adalah ucapan yang lembut yang tidak mengandung kekerasan.
Dalam kitab zad al-Masir fi ‘ilmi al-Tafsir milik Jamal al-Din ‘Abdu al-Rahman al-Jauzi
disebutkan bahwa makna dari al-mau’idzah al-hasanah ada dua yang pertama adalah pelajaran
dari Al-Qur’an berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas dan yang kedua adalah adab yang baik yang
telah ma’ruf.
Sedangkan dalam tafsir al-Manaar diartikan bahwa al-Mau’idzah adalah bentuk isim dari
lafadz wa’adza yang artinya wasiat kepada kebenaran dan kebaikan juga wasiat untuk
menjauhkan diri dari kebatilan dan keburukan dengan jalan memberikan motivasi dan penakut-
nakutan dimana dengan hal itu akan msampai ke hati yang diberi wasiat yang akan menjadikan
orang tersebut mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Dari pengertian di atas maka al-mau’idzah al-hasanah mengandung beberapa hal berikut :
a. Nasihat ataupun petuah
b. Bimbingan dan pengajaran
c. Kisah – kisah
d. Kabar gembira dan peringatan
e. Wasiat ( pesan – pesan positif )
Dari kandungan – kandungan di atas maka al-mau’idzah al-hasanah akan mengandung arti
kata – kata yang masuk ke dalam hati dengan penuh kasih saying dank e dalam perasaan dengan
penuh kelembutan di mana hal itu lebih dapat memberikan dampak pada orang yang didakwahi.

3. Berdakwah dengan melakukan bantahan dengan cara yang baik.


Dalam pengertian bahasa kata mujadalah diambil dari kata jadala yang berarti memintal,
ataupun melilit. Kemudian kata tersebut diikutkan pasda wazan faa’ala menjadi kata jaadala
yang berarti berdebat atau berbantahan dengan.
Secara istilah kata mujaadalah memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Menurut Sayyid Muhammad Thanthawi mujadalah berarti upaya untuk mengalahkan
pendapat lawan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.
b. Menurut tafsir Al-Nasafi kata tersebut berarti berbantahan dengan jalan sebaik –
baiknya antara lain denga perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan perkataan yang
kasar atau dengan mempergunakan suatu perkataan yang bisa menyadarkan hati, membangunkan
jiwa dan menerangi akal pikiran.
Begitulah tiga metode dakwah yang telah disebutkan dalam surah An-nahl ayat 125.
Setelah hal tersebut Allah menutup dengan firman-Nya :

َ‫س ِبي ِل ِه َوه َُو أ َ ْعلَ ُم ِب ْال ُم ْهتَدِين‬ َ ‫ِإ َّن َربَّكَ ه َُو أَ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬
َ ‫ض َّل َع ْن‬

“Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”

Dalam potongan ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa pemberian hidayah agar
seseorang itu menerima dakwah adalah hak Allah Ta’ala, kewajiban kita adalah berdakwa sesuai
kemampuan kita. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala :
]56 :‫َّللاَ َي ْهدِي َم ْن َيشَا ُء َوه َُو أ َ ْعلَ ُم ِبا ْل ُم ْهتَدِينَ [القصص‬
َّ ‫ِإنَّكَ ََل ت َ ْهدِي َم ْن أَحْ َببْتَ َولَ ِك َّن‬

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk”.

2. HADIST TENTANG NILAI PAHALA BAGI ORANG YANG BERDAKWAH

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti
pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan
barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-
dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun

Status hadist
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Imam Muslim, no. 2674; Abu Dawud, no. 4611; At-
Tirmidzi, no. 2674; Ibnu Mâjah, no. 206; Ahmad, II/397; Ad-Dârimi, I/130-131; Abu Ya’la, no.
6489) (649) tahqiq Husain Salim Asad; Ibnu Hibbân, no. 112-at-Ta’lîqâtul Hisân; Al-Baghawi
dalam Syarhus Sunnah, no. 109

Mufrodat hadist

 ‫ ُهدًى‬: Petunjuk. Yaitu kebenaran dan kebaikan.


 ‫ ض َََللَة‬: Kesesatan. Yaitu kebathilan dan kejelekan (keburukan).

Syarah hadist
Hadits ini –dan juga hadits-hadits yang serupa dengannya- mengandung anjuran untuk
berdakwah yaitu mengajak manusia kepada petunjuk dan kebaikan, keutamaan da’i. Hadits ini
juga peringatan dari perbuatan mengajak manusia kepada kesesatan dan penyimpangan, serta
besarnya dosa penyeru (kepada kejelekan) tersebut dan akibatnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

- Metode dakwah adalah cara-cara atau langkah-langkah sistematis dalam menyampaikan atau
menyeru umat ke jalan Allah SWT sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
- Metode dakwah terdiri atas metode dakwah bil hikmah, bi mauidzatil hasanah, dan mujadalah
- Aplikasi metode dakwah dapat diterapkan secara personal, pendidikan, diskusi, penawaran dan
misi.
- Di Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyeru manusia untuk berdakwah.

HASIL DISKUSI:

Anda mungkin juga menyukai