Jurnal Inklusi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Realita

Volume 2 Nomor 1 Edisi April 2017


Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram ISSN (2503 – 1708)
Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di lembaga Paud Al-Khair dalam Memberikan
Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Khairul Huda & Nurul Iman


Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
Email: [email protected]

Abstract: Penelitian ini bertujuan bukan sekedar mengesahkan asumsi peneliti,


namun, lebih pada tujuan dari penelitian, yaitu: Mengetahui Bagaimana pelakasanaan
Pendidikan Inklusif di lembaga Paud Al-Khair Udayana di Kota Mataram. Sehingga
mampu membuat pemikir/pendidik pendidikan anak usia dini bersikap aktif untuk
mengarahkan agar peserta didik mampu mengaktualisasikan pemnbelajaran yang
berpusat pada anak dengan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkatkan potensi
pada diri anak. Model penelitian dilakukan berdasarkan penyusunan data menurut
Miles dan Huberman, tahapan yang dilalui yaitu reduksi data, display data dan
kesimpulan. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis data kualitatif yang digunakan untuk menjelaskan hasil penelitian.
Penelitianini bukan sekedar bertujuan mengesahkan asumsi peneliti, namun, lebih
pada tujuan dari penelitian, yaitu: Mengetahui Bagaimana pelakasanaan Pendidikan
Inklusif di lembaga Paud Al-Khair Udayana Mataram? Tahapan yang sudah
dilaksanakan selama penelitian berlangsung, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa
lembaga Paud Al-Khairiyah belum maksimal dalam penerapan pembelajaran
pendidikan inklusif bagi anak ABK dikarenakan masih kurannya tenaga profesional,
masih harus menggali konpetensi keperibadian, konpetensi sosial dan konpetensi
pedagogik serta melakukan sosialisasi atau pelatihan tentang pentingnya pendidikan
inklusif untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Kata Kunci : Pendidikan Inklusif, Anak Berkebutuhan Khusus.

PENDAHULUAN tertinggal dari bangsa-bangsa


Pendidikananakusiadini (PAUD) adalah lain(Suyanta,2005:2).
suatu upaya pembinaan yang ditujukan Perhatian terhadap anak
kepada anak sejaklahir sampai dengan berkebutuhan khusus sudah terjadi cukup
usia enamtahun yang dilakukan melalui lama dan pada abad 16 mulai terjadi
pemberian rangsanganpendidikan dengan perubahan sikap yang lebih positif
berbagai strategi atau cara untuk terhadap masalah anak berkebutuhan
membantu pertumbuhan dan khusus ini, seperti rumah sakit di Paris
perkembangan jasmani dan rohani agar mulai menyediakan layanan bagi
anak memiliki kesiapan dalam memasuki penderita gangguan emosinoal, mulai
pendidikan lebih lanjut. Pendidikan yang adanya manual abjad yang pertama bagi
berorientasi pada perkembangan penyandang tuli. Dr. Maria Montessori
memungkinkan pendidik untuk membuat metode pembelajaran yang
merencanakan berbagai pengalaman khusus bagi anak dengan
yang dapat menumbuhkan minat anak keterbelakangan mental, Helen Keller
usia dini dan merangsang keingintahuan yang seorang buta memberikan perhatian
mereka. Jadi, PAUD merupakan investasi khusus pada penyandang cacat
yang besar bagi keluarga juga bangsa penglihatan, dan banyak lagi yang
karena merekalah yang kelak lainnya, yang mampu memberikan
membangun bangsa supaya tidak inspirasi banyak orang tentang

239
Jurnal Realita
Volume 2 Nomor 1 Edisi April 2017
Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram ISSN (2503 – 1708)
bagaimana memberikan perhatian pada inspirasi banyak orang tentang
para penyandang cacat agar mereka dapat bagaimana memberikan perhatian pada
hidup sebagaimana layaknya orang lain. para penyandang cacat agar mereka dapat
Penelitian terakhir membuktikan bahwa 1 hidup sebagaimana layaknya orang lain.
dari 100 kelahiran terdapat anak dengan Penelitian terakhir membuktikan
spektrum austima dengan tidak bahwa 1 dari 100 kelahiran terdapat anak
memandang latar belakang geografis, dengan spektrum austima dengan tidak
budaya, ekonomi keluarga, dan memandang latar belakang geografis,
pendidikan orang tua atau garis budaya, ekonomi keluarga, dan
keturunan. Hal-hal yang pendidikan orang tua atau garis
melatarbelakangi penyebab masih belum keturunan. Hal-hal yang
ditemukan, begitu juga dengan melatarbelakangi penyebab masih belum
keragaman spektrum yang disandang ditemukan, begitu juga dengan
sangat bersifat spesifik dan individual. keragaman spektrum yang disandang
Semua itu menuntut peningkatan sangat bersifat spesifik dan individual.
pengetahuan dan wawasan pendidik anak Semua itu menuntut peningkatan
usia dini serta ketrampilan mendeteksi pengetahuan dan wawasan pendidik anak
dan menangani sedini mungkin. Oleh usia dini serta ketrampilan mendeteksi
karena keunikan ini tidak dapat terdeteksi dan menangani sedini mungkin. Oleh
secara jelas sebagaimana kecacatan karena keunikan ini tidak dapat terdeteksi
secara fisik, maka tentu saja memerlukan secara jelas sebagaimana kecacatan
keterampilan khusus dalam secara fisik, maka tentu saja memerlukan
mengobservasinya. Anak-anak dengan keterampilan khusus dalam
keterlambatan perkembangan secara mengobservasinya. Anak-anak dengan
fisik, mental, dan kognitif pun sebetulnya keterlambatan perkembangan secara
banyak terdapat di berbagai negara, fisik, mental, dan kognitif pun sebetulnya
termasuk indonesia. Akan tetapi, karena banyak terdapat di berbagai negara,
kultur budaya masyarakat terutama yang termasuk indonesia. Akan tetapi, karena
hidup di pelosok daerah hars kultur budaya masyarakat terutama yang
menyembunyikan anak-anak tersebut, hidup di pelosok daerah hars
hanya 'dipelihara' tanpa stimulasi menyembunyikan anak-anak tersebut,
edukasi. hanya 'dipelihara' tanpa stimulasi
edukasi. Kalaupun pemikiran masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA di pelosok desa sudah terbuka bahwa
Perhatian terhadap anak berkebutuhan anak-anak tersebut harus mendapat
khusus sudah terjadi cukup lama dan pendidikan yang layak guna
pada abad 16 mulai terjadi perubahan kelangsungan kemandirian kehidupan
sikap yang lebih positif terhadap masalah mereka, belum banyak lembaga
anak berkebutuhan khusus ini, seperti pendidikan yang siap menerima
rumah sakit di Paris mulai menyediakan kehadiran anak-anak berkebutuhan
layanan bagi penderita gangguan khusus (Adnan dkk 2012).
emosinoal, mulai adanya manual abjad Adnan dkk, 2012 dalam Frieda M
yang pertama bagi penyandang tuli. Dr. 2009 mengatakan bahwa semua anak
Maria Montessori membuat metode yang memiliki keterbatasan khusus
pembelajaran yang khusus bagi anak ditempatkan di sekolah yang dekat
dengan keterbelakangan mental, Helen dengan rumah mereka dan mengikuti
Keller yang seorang buta memberikan pendidikan dengan anak-anak normal
perhatian khusus pada penyandang cacat secara penuh (tidak ada pemisahan atau
penglihatan, dan banyak lagi yang perpindahan kelas sewaktu-waktu) dan
lainnya, yang mampu memberikan pendidik memiliki tanggungjawab utama

240
Jurnal Realita
Volume 2 Nomor 1 Edisi April 2017
Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram ISSN (2503 – 1708)
dalam menangani anak berkebutuhan anak mempunyai rasa memiliki dan
khusus tersebut. Istilah inklusif bermitra, walau anak tertentu karena
sebenarnya menggambarkan suatu berbagai alasan mempunyai suatu
filosofi pendidikan dan sosial, dimana kebutuhan untuk, menerima perhatian
ada kepercayaan bahwa semua orang berkala di luar kelas Setiap orang akan
(apapun perbedaan yang mereka miliki) memandang hal ini sebagai suatu hal
adalah bagian yang berharga dalam yang alami, ini tidak akan mengganggu
kebersamaan masyarakat. Dalam rasa menjadi anggota atau rasa memiliki
kaitannya dengan pendidikan, ini dapat kelompok/kelasnya
diartikan bahwa semua anak, terlepas Pendidikan inklusi merupakan
dari kemampuan maupun pendidikan yang yang tidak membeda-
ketidakmampuan, latar belakang budaya bedakan kondisi anak didik dalam
atau bahasa, sosial, ekonomi, agama atau memberikan layanan pendidikan
jender, menyatu dalam komunitas khususnya pada jenjang pendidikan anak
sekolah yang sama. Dalam filosofi usia dini (PAUD).Dengan kata lain
inklusif penuh, tidak diperoleh apakah pendidikan inklusi adalah pelayanan
anak dapat mengikuti program pendidikan anak berkebutuhan khusus
pendidikan reguler/umum, akan tetapi yang dididik bersama-sama anak lainnya
lebih melihat pada guru dan sekolah (normal) untuk mengoptimalkan potensi
besera sistemnya untuk mau dan mampu yang dimilikinya.
melakukan adaptasi atau modifikasi Salah satu kesepakatan
program pendidikan sesuai dengan Internasional yang mendorong
kebutuhan anak tersebut. (Frieda M, terwujudnya sistem pendidikan inklusi
2009) Dalam lingkungan masyarakat adalah Convention on the Rights of
inklusif, kita siap mengubah dan Person with Disabilities and Optional
menyesuaikan sistem, lingkungan dan Protocol yang disahkan pada Maret
aktivitas yang berkaitan dengan semua 2007. Pada pasal 24 dalam Konvensi ini
orang lain serta mempertimbangkan disebutkan bahwa setiap negara
kebutuhan semua orang. Bukan lagi anak berkewajiban untuk menyelenggarakan
yang menyandang kecacatan yang harus sistem pendidikan inklusi di setiap
menyesuaikan diri agar cocok dengan tingkatan pendidikan. Adapun salah satu
setting yang ada. Untuk itu diperlukan tujuannya adalah untuk mendorong
fleksibilitas, kreativitas dan sensitivitas. terwujudnya partisipasi penuh difabel
(Frieda M, 2009). dalam kehidupan masyarakat. Namun
Frieda M, 2009 juga memaparkan dalam prakteknya sistem pendidikan
bahwa masyarakat inklusif (keluarga, inklusi di Indonesia masih menyisakan
lembaga layanan PAUD, tempat kerja persoalan tarik ulur antara pihak
dan komunitas secara keseluruhan adalah pemerintah dan praktisi pendidikan,
dimana: Semua anak dan orang dewasa dalam hal ini para guru.
adalah anggota kelompok yang sama, Pendidikan saat ini masih
berinteraksi dan berkomunikasi satu membeda-bedakan dalam pemberian
sama lain, membantu satu sama lain layanan bagi anak bangsa, artinya bahwa
untuk belajar dan berfungsi, saling pendidikan saat ini belum memberikan
tenggang rasa/mempertimbangkan satu layanan dan kesempatan yang sama bagi
sama lain, menerima kenyataan bahwa anak khususnya di lembaga-lembaga
sebagian anak (atau orang dewasa) pendidikan anak usia dini (PAUD),
mempunyai kebutuhan yang berbeda dari padahal jika kita kaji dari amanat undang
mayoritas dan kadang-akdang akan dasar Negara yang menyatakan bahwa
melakukan hal yang berbeda Cenderung “setiap warga Negara berhhak menerima
bekerjasama daripada bersaing, semua layanan pendidikan” hal yang sama

241
Jurnal Realita
Volume 2 Nomor 1 Edisi April 2017
Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram ISSN (2503 – 1708)
tertuang pula dalam undang-undang tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tentang sistem pendidikan nasional tunadaksa, lamban belajar (slow learner),
(SISDIKNAS) yang menyatakan bahwa berbakat, tunalaras, ADHD, dan autisme.
“pendidikan bertujuan untuk Kemudian Menurut Heward dan
mencerdaskan kehidupan bangsa Orlansky (1992:8) yang dimaksud
sehingga menjadikan anak anak-anak dengan anak berkebutuhan khusus
bangsa yang cerdas, berkarakter dana adalah anak-anak yang memiliki atribut
berakhlak mulia”. fisik atau kemampuan belajar yang
Penyelengaraan sistem berbeda dari anak normal, baik diatas
pendidikan inklusif merupakan salah satu atau dibawah, yang tanpa selalu
syarat yang harus terpenuhi untuk menunjukkan pada ketidakmampuan
membangun tatanan masyarakat inklusi fisik, mental, atau emosi, sehingga
(inclusive society). Sebuah tatanan membutuhkan program individual dalam
masyarakat yang saling menghormati dan pendidikan khusus. Menurut Batasan
menjunjung tinggi nilai-nilai Para Ahli, Anak Berkebutuhan Khusus
keberagaman sebagai bagian dari realitas atau Anak Luar Biasa adalah anak yang
kehidupan. Pemerintah melalui PP.No.19 secara signifikan berbeda dalam beberapa
tahun 2005 tentang Standar Nasional dimensi yang penting dari fungsi
Pendidikan, pasal 41(1) telah mendorong kemanusiaannya. Mereka yang secara
terwujudnya sistem pendidikan inklusi fisik, psikologis, kognitif, atau sosial
dengan menyatakan bahwa setiap satuan terhambat dalam mencapai tujuan-
pendidikan yang melaksanakan tujuan/kebutuhan dan potensinya secara
pendidikan inklusi harus memiliki tenaga maksimal, meliputi mereka yang tidak
kependidikan yang mempunyai bisa mendengar, tidak bisa melihat,
kompetensi menyelenggarakan mempunyai gangguan bicara, cacat
pembelajaran bagi peserta didik dengan tubuh, retardasi mental, gangguan
kebutuhan khusus. Undang-undang emosional. Juga anak-anak yang berbakat
tentang pendidikan inklusi dan bahkan dengan intelegensi tinggi, dapat
uji coba pelaksanaan pendidikan dikategorikan sebagai anak khusus/luar
inklusinya pun konon telah dilakukan. biasa, karena memerlukan penanganan
Menurut Direktorat Pendidikan yang terlatih dari tenaga profesional
Luar Biasa (Magunsong, 2010), (Suran dan Rizzo, 1979).Anak-anak
mengemukakan bahwa anak dengan kebutuhan khusus adalah anak-
berkebutuhan khusus sebagai anak yang anak dengan berbagai cacat yang
dalam proses pertumbuhan atau berbeda, kesehatan dan mental kondisi
perkembangannya mengalami kelainan kesehatan yang memerlukan intervensi
atau penyimpangan (fisik, mental, khusus, layanan, atau dukungan.
intelektual, sosial, emosional), sehingga Mengasuh anak dengan kebutuhan
memerlukan pelayanan pendidikan khusus dapat sangat menantang (La
khusus. Istilah keberlainan atau County, 2008). Konsep untuk anak
berkebutuhan khusus adalah suatu berkebutuhan khusus juga Pendidikan
kondisi yang menyimpang dari rata-rata inklusi terutama tentang mendidik siswa
umumnya, kemudian dari efek cacat dan lain-lain dikategorikan sebagai
peniyimpangan yang dialami oleh ''yang memiliki kebutuhan pendidikan
seseorang seringkali mengandung khusus'' di sekolah umum dikarenakan
perhatian orang-orang yang ada di ada “cacat” (kelainan pada fungsi
sekelilingnya, baik sesaat maupun anggota tubuh) anak (MelAinscow, et.al.
berkelnjutan (M. Efendi 2008:2). Adapun 2008). Pendidikan inklusi juga digunakan
penyimpangan yang dimaksud pada untuk menggambarkan sejauh mana anak
konteks berkelainan adalah termasuk dengan kebutuhan pendidikan khusus

242
Jurnal Realita
Volume 2 Nomor 1 Edisi April 2017
Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram ISSN (2503 – 1708)
terlibat sebagai anggota penuh komunitas Mengetahui Bagaimana Peran Lembaga
sekolah dengan akses penuh ke dan Paud Al-Khair Udayana di Kota
partisipasi dalam semua aspek Mataram dalam Memberikan Pendidikan
pendidikan (Eileen et. al. 2010.) Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Lembaga PAUD memegang c. Menegetahui Faktor apa saja yang
peranan penting dalam menampung dan mendukung dan menghambat lembaga
mengembangakan potensi anak usia dini Paud Al-Khair Udayana di Kota
pada umumnya dan anak berkebutuhan Mataram dalam memberikan pelayanan
khusus (ABK) pada khususnya. Lembaga pendidikan bagai anak usia dini.
pendidikan anak usia dini tentunya harus Dalam penelitian yang akan
memberikan kesempatan pada anak peneliti lakukan akan menggunakan
untuk menerima hak-hak mereka akan pendekatan kualitatif. Pendekatan
pentingnya menerima pendidikan sejak kualitatif adalah penelitian yang
dini. Lembaga PAUD saat ini diharuskan menekankan pada quality atau hal
untuk membangun pendidikan anak usia terpenting suatu barang atau jasa. Hal
dini yang hlistik integratif (tidak terpenting suatu barang atau jasa yang
memihak kepada anak tertentu) saja berupa kejadian, fenomena, dan gejala
dalam menyalurkan dan mengembangkan sosial adalah makna dibalik kejadian
potensi yang dimiliki anak. Pendidikan tersebut yang dapat dijadikanpelajaran
untuk semua atau yang dikenal dengan berharga bagi pengembangan konsep
istilah pendidikan inklusif yang teori. Penelitian kualitatif dapat didesain
memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk meberikan sumbangannya terhadap
kepada anak usia dini dari berbagai latar teori, praktis kebijakan, masalah-masalah
belakang tertentu. sosial, dan tindakan (Djunaidi dan
Kebiasaan membeda-bedakan fauzan, 2012: 25. Oleh karena itu dalam
dalam memberikan perlakuan pada anak penelitian ini akan menggunakan
usia dini khususnya anak berkebutuhan penelitian kualitatif karena peneliti akan
khusus menjadi momok yang kurang meneliti tentang peran lembaga PAUD
tepat saat ini. Karena itu anak normal dalam memberikan pendidikan bagi anak
pada umumnya dan ABK pada berkebutuhan khusus.
khususnya sama-sama memiliki hak Sementara strategi yang akan
untuk menerima pendidikan yang baik digunakan ialah strategi studi kasus,
untuk masa depan mereka. Karena itu sebagaimana yang diterangkan oleh
lembaga PAUD dalam menerima peserta Creswell (2012: 20) bahwa studi kasus
didik, tidak hanya menerima anak didik merupakan strategi dimana di dalamnya
yang normal untuk dikembangkan peneliti menyelidiki secara cermat suatu
pottensinya melainkan ABK juga program, peristiwa, aktivitas, proses, atau
memiliki hak yang sama utuk sekelompok individu. Kasus-kasus
dikembangkan potensinya sehingga dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan
mereka menjadi anak yang siap peneliti mengumpulkan informasi secara
menghadapi perkembangan zaman yang lengkap dengan menggunakan berbagai
begitu pesat. prosedur pengumpulan data berdasarkan
waktu yang telah ditentukan.
METODE PENELITIAN Sumber data primer yaitu data
Penelitianini bukan sekedar bertujuan yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
mengesahkan asumsi peneliti, namun, dari sumber pertamanaya. Secara
lebih pada tujuan dari penelitian, yaitu: a. sederhana data ini disebut juga data asli,
Mengetahui Bagaimana pelakasanaan data primer dapat diperoleh peneliti
Pendidikan Inklusif di lembaga Paud Al- dengan melakukan wawancara secara
Khair Udayana di Kota Mataram. b. langsung (direct interview) serta

243
Jurnal Realita
Volume 2 Nomor 1 Edisi April 2017
Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram ISSN (2503 – 1708)
observasi secara langsung dan mendalam monumental seseorang. Analisis data
di lokasi penelitian. Yang menjadi merupakan bagian yang sangat penting
sumber data primer terkait dengan dalam penelitian ilmiah sebab dengan
penelitian ini adalah informasi dari adanya analisis data tersebut akan
kepala sekolah beserta komite sekolah memberikan arahan dan makna yang
Paud Al-Khair Udayana di Kota berguna dalam pemecahan masalah
Mataram penelitian (Nazir, 1999:405). Ada
Sumber data sekunder adalah berbagai cara untuk menganalisi data
merupakan sumber yang tidak langsung yaitu: Reduksi data, Menurut Miles and
memberikan data kepada pengumpul Huberman (dalam Mustaji, 2009:45)
data, misalnya dari dokumen ataupun tahap reduksi adalah proses pemilihan
orang tua siswa atau yang lain. Data informasi yang relevan dan layak untuk
sekunder untuk penelitian ini diperoleh disajikan dari informasi yang telah
dari buku-buku atau majalah sebagai terkumpul demikian banyak dan
penunjang dari data primer. Sumber ini komplek. Usman dan Akbar (2000:87)
biasanya berbentuk dokumen-dokumen, menambahkan data-data yang telah
seperti data tentang demografis suatu direduksi memberikan gambaran yang
daerah, geografis, jumlah siswa dan lain lebih tajam tentang hasil pengamatan dan
sebagainya Metode Pengumpulan Data mempermudah peneliti untuk mencarinya
Pengumulan data adalah jika sewaktu-waktu diperlukan. Reduksi
pencatatan peristiwa-peristiwa, hal-hal dapat pula membantu dalam memberikan
atau keterangan-keterangan atau kode-kode pada aspek-aspek tertentu.
karkteristik-karakteristik sebagian atau Display data Display data ialah
seluruh elmen populasi yang akan menyajikan data dalam bentuk matrik,
menunjang atau mendukung penelitian. network, chart, atau grafik, dan
Dalam pengumpulan data, peneliti sebagainya. Dengan demikian peneliti
menggunakan beberapa teknik, dapat menguasai data dan tidak terbenam
diantaranya: Metode observasi dengan setumpuk data (Usman dan
(pengamatan) merupakan sebuah teknik Akbar, 2000:87). Pengambilan keputusan
pengumpulan data yang mengharuskan dan verifikasi, Menurut Miles and
peneliti turun kelapangan mengamati hal- Huberman (dalam Mustaji, 2009:45),
hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pada tahap ini peneliti selalu melakukan
pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, uji kebenaran setiap makna yang muncul
peristiwa, tujuan dan perasaan metode dari data. Disamping menyandarkan pada
observasi merupakan cara yang sangat klarifikasi data, peneliti juga
baik untuk mengawasi perilaku subjek memfokuskan pada abstraksi data. Setiap
penelitian seperti perilaku dalam data yang menunjang komponen,
lingkungan atau ruang, waktu dan diklarifikasi kembali dengan informan
keadaan tertentu (Junaidi dan Fauzan, dilapangan. Apabila hasil klarifikasi
2012: 165). memperkuat kesimpulan atas data, maka
Jenis wawancara yang digunakan pengumpulan data untuk komponen
dalam penelitian ini adalah wawancara tersebut siap dihentikan.
bebas terpimpin, dimana peneliti
membawa pedoman wawancara namun HASIL PENELITIAN DAN
dapat melakukan pengembangan saat PEMBAHASAN
wawancara berlangsung. Pengambilan Pendidikan inklusif merupakan
data yang diperoleh melalui dokumen- pendidikan untuk semua yang artinya
dokumen. Sedangkan dokumen tidak membeda bedakan antara anak
merupakan catatan yang sudah berlalu, yang satu dengan yang lainnya.
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya Berdasakan hasil wawancara dengan

244
Jurnal Realita
Volume 2 Nomor 1 Edisi April 2017
Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram ISSN (2503 – 1708)
pemgelola Paud Al-Khair Udayana pembelajaran yang lebih kreatif dan
Mataram menyatakan bahwa konsep inovatif, namun cenderung belum
pendidikn Inklusif sangat perlu untuk didukung dengan koordinasi dengan
diterapkan pada pendidikan dengan tenaga profesional, organisasi atau
jenjang apapun, karena hal tersebut akan institusi terkait. b. Masih terdapat
memberikan kesempatan yang sama kebijakan yang kurang tepat, yaitu
terhadap anak-anak dalam mengenyam guru kelas tidak memiliki tangung
pendidikan sejak usia dini. Pelaksanaan jawab pada kemajuan belajar ABK,
dan penerapan konsep pendidikan serta keharusan orang tua ABK dalam
inklusif di lemabaga paud al-khair penyediaan guru khusus.
udayana mataram telah lama 3. Proses pembelajaran a. Proses
dilaksanakan oleh para pendidik, hal pembelajaran belum dilaksanakan
tersebut dilakukan untuk memberikan dalam bentuk team teaching, tidak
kesempatan bagi semua anak untuk dilakukan secara terkoordinasi. b.
mengenyam pendidikan sejak usia dini Guru cenderung masih mengalami
dengan berbagai bentuk karakteristik kesulitan dalam merumusakan flexible
anak ujar salah seoarang pendidik paud curriculum, pembuatan IEP, dan
al-khair udayana mataram. dalam menentukan tujuan, materi, dan
Ada bebrapa faktor pendudkung metode pembelajaran. c. Masih terjadi
dan penghambat lembaga paud al-khair kesalahan praktek bahwa target
dalam pelaksanaan pendidikan inklusif kurikulum ABK sama dengan siswa
diantaranya; lainnya serta anggapan bahwa siswa
1. Pemahaman inklusi dan implikasinya cacat tidak memiliki kemampuan yang
a. Pendidikan inklusif bagi anak cukup untuk menguasai materi belajar.
berkelainan/penyandang cacat belum d. Karena keterbatasan fasilitas
dipahami sebagai upaya peningkatan sekolah, pelaksanaan pembelajaran
kualitas layanan pendidikan. Masih belum menggunakan media, sumber
dipahami sebagai upaya memasukkan dan lingkungan yang beragam sesuai
disabled children ke sekolah regular kebutuhan anak. e. Belum adanya
dalam rangka give education right dan panduan yang jelas tentang sistem
kemudahan access education, dan penilaian. Sistem penilaian belum
againt discrimination. b. Pendidikan menggunakan pendekatan yang
inklusi cenderung dipersepsi sama fleksibel dan beragam. f. Masih
dengan integrasi, sehingga masih terdapat persepsi bahwa sistem
ditemukan pendapat bahwa anak harus penilaian hasil belajar ABK sama
menyesuiakan dengan sistem sekolah. dengan anak normal lainnya, sehingga
c. Dalam implementasinya guru berkembang anggapan bahwa mereka
cenderung belum mampu bersikap tidak menunjukkan kemajuna belajar
proaktif dan ramah terhadap semua yang berarti.
anak, menimbulkan komplain orang 4. Kondisi guru a. Belum didukung
tua, dan menjadikan anak cacat dengan kualitas guru yang memadai.
sebagai bahan olok-olokan. Guru kelas masih dipandang not
2. Kebijakan sekolah a. Sekalipun sudah sensitive and proactive yet to the
didukung dengan visi yang cukup special needs children. b. Keberadaan
jelas, menerima semua jenis anak guru khusus masih dinilai belum
cacat, sebagian sudah memiliki guru sensitif dan proaktif terhadap
khusus, mempunyai catatan hambatan permasalahan yang dihadapi ABK. c.
belajar pada masing-masing ABK, dan Belum didukung dengan kejelasan
kebebasan guru kelas dan guru khusus aturan tentang peran, tugas dan
untuk mengimplementasikan tanggung jawab masing-masing guru.

245
Jurnal Realita
Volume 2 Nomor 1 Edisi April 2017
Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram ISSN (2503 – 1708)
d. Pelaksanaan tugas belum disertai cultural, emosional, dan intelektual.
dengan diskusi rutin, tersedianya Pada umumnya guru sekolah inklusif
model kolaborasi sebagai panduan, belum secara memadai melakukan
serta dukungan anggaran yang identifikasi dan atau asesmen terhadap
memadai. karakteristik peserta didik yang
5. Sistem dukungan a. Belum didukung berkelainan/berkebutuhan pendidikan
dengan sistem dukungan yang khusus. Hal ini masih dilakukan
memadai. Peran orang tua, sekolah sepenuhnya oleh Guru Khusus/ Guru
khusus, tenaga ahli, perguruan tinggi - Pembimbing Khusus; yang seharusnya
LPTK PLB, dan pemerintah masih dilakukan bersama-sama; sehingga
dinilai minimal. Sementara itu fasilitas hasil identifikasi dan asesmen tersebut
sekolah juga masih terbatas. b. dapat ditindaklanjuti dengan
Keterlibatan orang tua sebagai salah penyusunan rencana pendidikan
satu kunci keberhasilan dalam individual bagi anak
pendidikan inklusi, belum terbina berkelainan/berkebutuhan pendidikan
dengan baik. Dampaknya, orang tua khusus yang bersangkutan.
sering bersikap kurang peduli dan Pelaksanaan program pendidikan
realistik terhadap anaknya. c. Peran individual bagi anak
SLB yang diharapkan mampu berkelainan/berkebutuhan pendidikan
berfungsi sebagai resource centre bagi khusus dilakukan secara bersama oleh
sekolah-sekolah inklusi di guru umum/reguler dan Guru
lingkungannya, belum dapat Pendidikan Khusus/Guru Pembimbing
dilaksanakan secara optimal, baik Khusus di kelas reguler/inklusif
karena belum adanya koordinasi dan maupun di ruang sumber/ruang
kerja sama maupun alasan geografik. bimbingan khusus.
Peran ahli yang diharapkan dapat 2. Komponen kompetensi kepribadian,
berfungsi sebagai media konsultasi, antara lain: menampilkan diri sebagai
advokasi, dan pengembangan SDM pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
sekolah masih sangat minimal. LPTK dan teladan bagi peserta didik dan
PLB dalam diseminasi hasil masyarakat; serta dalam
penelitian, penelitian kolaborasi memperlakukan peserta didik yang
maupun dalam implementasi terhadap berkelainan /berkebutuhan khusus.
hasil-hasil penelitaian belum dapat Pada umumnya para guru
diwujudkan dengan baik. Peran umum/reguler dalam sekolah inklusif
pemerintah yang seharusnya menjadi cenderung melindungi secara
ujung tombak dalam mendorong berlebihan terhadap anak berkelainan/
implementasi inklusi secara baik dan berkebutuhan pendidikan khusus; atau
benar melalui regulasi aturan sebaliknya mengangap bahwa mereka
maupun. tidak mampu mengikuti kegiatan
Kompetensi guru yang belum pembelajaran, sehingga kurang
memadai pada sekolah inklusif melibatkan yang bersangkutan secara
mencakup kompetensi pedagogik, aktif dalam kegiatan belajar
kompetensi kepribadian, kompetensi mengajar.
sosial dan kompetensi profesional untuk 3. Komponen kompetensi sosial, antara
lebih jelasnya diuraikan berikut ini: lain: bersikap inklusif, bertindak
1. Komponen kompetensi pedagogik, objektif, serta tidak diskriminatif
yang antara lain: menguasai terhadap peserta didik yang
karakteristik peserta didik yang berkelainan/ berkebutuhan pendidikan
berkelainan/berkebutuhan pendidikan khusus; karena pertimbangan jenis
khusus dari aspek fisik, moral, sosial, kelamin, agama, ras, kondisi fisik,

246
Jurnal Realita
Volume 2 Nomor 1 Edisi April 2017
Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram ISSN (2503 – 1708)
latar belakang keluarga, dan status Adnan dkk, Direktorat Pembinaan
sosial ekonomi. Pada umumnya para Pendidik dan Tenaga
guru umum/reguler dalam sekolah Kependidikan PAUD
inklusif masih cenderung tidak NIDirektorat Jenderal PAUD
objektif dan diskriminatif dalam NIKementerian Pendidikan dan
memberikan kesempatan Kebudayaan
berpartisipasi dalam pembelajaran Mei 2012
bagi anak berkelainan/berkebutuhan Amin, Moh.(1995).Ortopedagogik
pendidikan khusus. tunagrahita.Jakarta: Direktorat
4. Komponen kompetensi profesional, PendidikanTinggi Departemen
antara lain: mengembangkan materi Pendidikan dan Kebudayaan.
pembelajaran yang diampu secara Boyapali. Ed. 2000. Learning: Student
kreatif; mengembangkan Centred vs Teacher Centred.
keprofesionalan secara berkelanjutan Korean J. Chem. Eng.Vol. 17,
dengan melakukan tindakan reflektif; No. 3.
dan memanfaatkan teknologi Buchori, M. 2001. Pendidikkan
informasi dan komunikasi untuk Antisipatoris. Yogyakarta:
berkomunikasi dan mengembangkan Kanisius.
diri dalam pembelajaran peserta didik Brian, M. 2006. International Journal of
yang berkelainan/berkebutuhan Early Childhood.
pendidikan khusus. Vol.38,No.1.National
University of Ireland Cork City:
SIMPULAN Ireland.
Berdasarkan hasil analisa maka lembaga Bredekamp, S. (2000). Developmentally
Paud Al- Khair masih perlu adanya Approriate Practice in Early
pembenahan dan pelatihan dalam Childhood Program.
penerapan pembelajaran pendidikan Washington D.C.: NAEYC.
inklusif bagi anak berkebutuhan khusus Chi Kim. 2009. Media Education In
mulai dari perancangan kurikulum, Asia. Springer Dordrecht
tenaga profesional, menggali konpetensi Heidelberg:London New York.
keperibadian, konpetensi sosial dan Coughlin, P. (2000). Menciptakan Kelas
konpetensi pedagogik sehingga proses yang Berpusat Pada Anak. CRI.
penerapan pembelajaran dalam Creswell, John W. 2012. Research
pendidikan inklusif di lembaga Paud Al- Design Pendekatan Kualitatif,
Khair Udayana Mataram bisa efektif dan Kuantitatif, dan Mixed.
sesuai dengan harapan serta visi misinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Depdiknas. Dirjen Dikti. Bagian Proyek
DAFTAR PUSTAKA Peningkatan Pendidikan Tenaga
Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Kependidikan.
Islam. Yogyakarta: Pustaka Djamarah, S. 2002. Rahasia Sukses
Pealajar. Belajar. Jakarta : PT Asdi
Adi, Rianto. 2010. Metodelogi Penelitian Mahasatya.
Sosial dan Hukum. Jakarta: Eileen,W, e t . a l . 2 0 1 0 . Literature Review of
Granit. the Principles and Practices relating
Asef, U. F. 2010. Sukses Menjadi Guru to Inclusive Education for Children
Tk-PAUD, Tips, Strategi, dan with Special Educational Needs.
Panduan-Panduan National Council For Special
Pengembangan Praktisnya. Education.
Bening: Jogjakarta.

247
Jurnal Realita
Volume 2 Nomor 1 Edisi April 2017
Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram ISSN (2503 – 1708)
Fisher, B. (1998). Joyful Learning in Nucci,LarryP.&Navaez,Darcia.2008.Han
Kindergarten. Portsmouth: dbookofMoralandCharacterEdu
Heinemann. cation.NewYork:Routledge.
Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Ramirez, L.M. 2004. Menagsuh Anak
Almanshur. 2012. Metodelogi Dengan Vis. Jakarta: PT
Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Ar-Ruzz Media. Samani, M. 2012. Konsep dan Model
Horton, R. et. al. 2006. Wanita-wanita Pendidikan Karakter. Bandung:
yang Mengubah Dunia. PT. Rosda.
Gelora Aksara Pratama. Solehuddin, M. (1997). Konsep Dasar
Helen Keller. 2000. The Story of My Pendidikan
Life. Diane Bean and David Prasekolah.Bandung: FIP UPI.
Widger. Stolberg, Judith R. (2000). Menciptakan
HewardW. et. al.1992. Bahan Ajar yang Berpusat pada
ExceptionalChildren(4thed). Anak.
NewYork: Macmillan. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
J. Moleong, Lexy. 2007. Metodelogi Pendidikan Pendekatan
Penelitian Kualitatif. Bnadung: kuantitatif, Kualitatif, danR&D.
PT Remaja Rosdakarya Bandung: Alfabeta
Jalongo,MaryRenck.2007.EarlyChildhoo Salls,HollyShepard.2007.Charactereduca
dLanguageArts.USA:PearsonEd tion:AnIntroduction.University
ucation,Inc. PressofAmerica.
Koesoma, D. 2010. Pendidikan Karakter: Schaeffer,E.F..1999.It'sTimeforSchoolsT
Strategi Mendidik Anak di oImplementCharacterEducation
Zaman Global. Jakarta: .NASSPBulletin199983:1.
Grafindo. Terjemahan: Kenny Dewi Juwita.
Kemdiknas. 2010. Pendidikan Karakter Washington D.C.: Children’s
Terintegrasi Dalam Resources International.
Pembelajaran di Sekolah Undang-undangNo.20Tahun
Menengah Pertama. Jkarta: 2003tentangSistemPendidikan
Kemdiknas. Nasional.
Masitoh. dkk. (2003) Pendekatan Belajar Takdir Ilahi, M. 2013. Pendidikan
Aktif di Taman Kanak-Kanak. Inklusif Konsep dan Aplikasi.
Mel Ainscow, et.al. 2008. Making Ar-Ruz Media: Jogjakarta.
Education For All Inclusive: http://arifin-
WhereNext: Unesco meaningoflife.blogspot.co.id/20
Mulyasa, H.E. 2012. Manajemen PAUD. 12/11/pendidikan-inklusif-di-
PT. Rosdakarya: Bandung. indonesia-akar.html
Miles, B.B., dan A.M. Huberman, 1992. http://paud4a-
Analisa Data Kuantitatif. uhamka.blogspot.co.id/2013/06/
Jakarta: UI. layanan-pendidikan-anak-usia-
Muslich, M. 2013. Pendidikan Karakter dini.html
Menjawab Tantangan Krisis http://rinitarosalinda.blogspot.co.id/2015/
Multidimensional. Jakarta: 10/penyelenggaraan-
Bumi Aksara. pendidikan-inklusif.html

248

Anda mungkin juga menyukai