E12spa PDF
E12spa PDF
E12spa PDF
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PENGARUH PERENDAMAN DAN PERLAKUAN BUAH
TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN
PERTUMBUHAN AWAL SEMAI BINTARO
(Cerbera manghas Linn.)
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN
Menyetujui :
Komisi Pembimbing,
Ketua, Anggota,
Mengetahui :
Ketua Departemen Silvikultur
Fakultas Kehutanan IPB
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Perendaman dan Perlakuan Buah
terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Awal Semai Bintaro (Cerbera
manghas Linn.)” merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada periode
Agustus sampai Desember 2011 di rumah kaca dan persemaian Departemen
Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis.
Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukannya.
Puji syukur kehadirat Alloh SWT berkat rahmat dan karunia-Nya hingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS dan Ir. Edje Djamhuri atas perhatian dan
bimbingannya kepada penulis.
2. Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS dan Dr. Ir. Achmad, MS selaku dosen
penguji dan ketua sidang yang telah menguji dan memberikan kritik dan saran
dalam penyusunan skripsi.
3. Orang tua tercinta atas do’a dan kasih sayangnya yang tidak berhingga
kepada penulis.
4. Adik-adik (Diah, Sahid, Desti, Dana, Fannan) tersayang atas do’a, bantuan,
kasih sayang dan semangat yang senantiasa diberikan kepada penulis.
5. Progam beasiswa Alumni Fahutan IPB (2008) dan beasiwa BBM (2009-
2011) berupa bantuan material sehingga penulis dapat menyelesaikan
studinya.
6. Bapak Danu dan Bapak Abay serta Balai Perbenihan Tanaman Hutan Bogor
atas bantuan dan informasinya kepada penulis.
7. M. Fatoni, Lilik, Lilis, Miftah, Eka, Rama, Dhinda, Tya, Nunung, Nifa, Rinal,
Ranny, Laswi, Azizah, Fizah, Eri, Budi, Andri, Muaheimin, Rizky atas do’a,
bantuan dan motivasinya serta rasa kekeluargaannya kepada penulis.
8. Rekan satu bimbingan, yaitu Hireng, Indah dan Yuda atas bantuan dan
motivasinya kepada penulis.
9. Kawan-kawan seperjuangan SVK’44, Fahutan IPB 44 atas perhatian dan
dukungannya kepada penulis.
10. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuannya hingga
penelitian dan penyusunan skripsi ini selesai.
RIWAYAT HIDUP
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3
2.1 Tinjauan Umum Bintaro (Cerbera manghas Linn.) ................ 3
2.1.1 Deskripsi Botani dan Penyebaran ................................. 3
2.1.2 Daun dan Bunga ............................................................ 3
2.1.3 Buah dan Biji ................................................................ 4
2.1.4 Perkecambahan Bintaro ................................................ 4
2.1.5 Kegunaan........................................................................ 5
2.2 Dormansi .................................................................................. 5
2.3 Perendaman Air ......................................................................... 6
2.4 Perendaman Air kelapa .............................................................. 7
2.5 Perkecambahan Benih ............................................................... 7
2.6 Pertumbuhan .............................................................................. 8
BAB III BAHAN DAN METODE ................................................................ 10
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 10
3.2 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................... 10
3.3 Metode Penelitian ...................................................................... 10
3.3.1 Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 10
3.3.2 Respon Perkecambahan dan Pertumbuhan ..................... 12
3.3.4 Rancangan Penelitian ...................................................... 14
3.3.5 Analisis Data ................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 16
4.1 Hasil ........................................................................................... 16
4.1.1 Daya Berkecambah (DB) ................................................. 16
4.1.2 Kecepatan Tumbuh (Kct) ................................................. 18
4.1.3 Nilai Perkecambahan (NP)............................................... 18
4.1.4 Riap Tinggi Semai ............................................................ 19
4.1.5 Riap Diameter Batang ....................................................... 19
4.1.6 Riap Jumlah Daun ............................................................. 19
4.2 Pembahasan ................................................................................. 20
4.2.1 Perkecambahan ................................................................. 20
4.2.2 Pertumbuhan Awal ............................................................ 23
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 26
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 26
5.2 Saran ............................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27
LAMPIRAN ...................................................................................................... 30
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perendaman dan perlakuan
buah terhadap parameter perkecambahan dan pertumbuhan awal semai
bintaro (C. manghas) .............................................................................. 16
Halaman
1 Daun bintaro (A) dan bunga bintaro (B) ................................................. 4
3 Buah bintaro tanpa dikupas kulitnya (A), diekstraksi (B) dan dikupas
kulitnya (C)............................................................................................... 10
4 Perendaman buah (A dan B) dan benih (C) bintaro dalam baskom dan
ember ........................................................................................................ 11
6 Jalur perkecambahan buah bintaro pada buah yang masak (A) dan
pertumbuhan embrio (B) .......................................................................... 21
Halaman
1. Layout penanaman buah dan biji bintaro ................................................ 31
2. Rekapitulasi hasil penelitian setiap parameter ........................................ 32
3. Hasil sidik ragam setiap parameter ......................................................... 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
struktur buah yang berserabut dan kulit buah yang tebal. Pada dasarnya hampir
semua benih yang mempunyai dormansi mekanis memiliki keterbatasan dalam
penyerapan air (Schmidt 2000). Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut
perlu dilakukan perlakuan buah dan perendaman sebelum dikecambahkan. Teknik
mengecambahkan benih bintaro sampai saat ini belum banyak dilakukan
penelitian. Oleh karena itu, penelitian yang berkaitan dengan teknik
mengecambahkan bintaro sangat penting untuk dikembangkan dalam rangka
menunjang kegiatan pengadaan bibit bintaro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terdapat pada bagian ujung pedikel simosa, putiknya berbau harum terdiri atas
lima petal yang sama (pentamery) dengan mahkota berbentuk terompet/tabung
berwarna kuning pada bagian tengahnya dan pada bagian pangkalnya berwarna
merah muda (Gambar 1b).
A B
Biji
Kulit biji
A B
oleh arus air dan didamparkan di di bantaran sungai atau di tepi pantai. Di
lapangan, banyak sekali dijumpai buah bintaro telah berkecambah.
Tanpa perlakuan tambahan, perkecambahan memerlukan waktu yang
sangat lama (4−6 bulan). Namun bila diberi perlakuan khusus, kecambah akan
mulai terlihat sebelum bulan ke-3. Perlakuan khusus yang dimaksud tersebut
adalah pemeraman buah di tempat yang lembab. Apabila telah muncul kecambah,
maka pemindahan ke polibag bisa dilakukan. Umumnya, bibit bintaro akan siap
tanam setelah dipelihara di persemaian selama 6 bulan dengan tinggi minimal 40
cm dan berdaun minimal 5 lembar (Wibisono et al. 2006).
2.1.5 Kegunaan
Pohon bintaro biasa dimanfaatkan sebagai tanaman penaung atau
pelindung yang biasa ditanam di pekarangan rumah atau di taman-taman.
Kayunya digunakan sebagai ornament, hiasan dalam ruang atau arang (PROSEA
2002). Di Thailand, biji bintaro dimanfaatkan sebagai antipiretik dan obat dysuria.
Sedangkan di Vietnam, minyak dari bijinya digunakan sebagai pembunuh kutu
rambut (PROSEA 2002).
Bagian mesocarp dapat diperas sebagai bahan biopestisida, sedangkan
bijinya disamping untuk bahan biopestisida juga dapat diperas untuk
menghasilkan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel (Pranowo 2010).
Seluruh bagian pohon bintaro dapat diekstrak menjadi bioinsektisida hama
Pteroma plagiophleps Hampson. dan Spodoptera litura F. (Utami 2011).
2.2 Dormansi
Menurut Schmidt (2000) dormansi benih menunjukkan suatu keadaan
dimana benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam
kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang
cukup, suhu dan cahaya yang sesuai. Pada beberapa kasus dormansi diatasi
dengan menyediakan kondisi perkecambahan yang cocok dibanding melakukan
suatu perlakuan awal khusus.
Sistem klasifikasi berdasarkan kriteria lokasi dorman pada bagian-bagian
benih ada 2, yaitu terletak dalam embrio (endogenous) atau dormansi embrio dan
6
yang terletak pada kulit biji (exogenous) (Schmidt 2000). Istilah kulit biji
digunakan dalam arti yaitu endocarp atau seluruh bagian pericarp.
Lokasi dan tipe dormansi dapat diketahui secara eksperimen dengan
menghilangkan atau memberikan beberapa perlakuan pada buah dan benih secara
terpisah. Misalnya, bila benih dorman berkecambah setelah kulit biji dihilangkan,
dapat disimpulkan bahwa lokasi dormansi terletak pada kulit biji tersebut.
Pericarp dapat menyebabkan dormansi melalui beberapa cara yaitu, membentuk
suatu penghalang mekanis yang mencegah penembusan bakal akar atau
pembengkakan embrio (dormansi mekanis), penghalang fisik terhadap penyerapan
air atau pertukaran gas (dormansi fisik), mencegah cahaya yang mencapai embrio
(dormansi cahaya), mengandung zat-zat penghambat, mencegah hilangnya zat-zat
penghambat dari embrio (Bewley dan Black 1994)
Perlakuan awal adalah perlakuan sebelum penaburan yang dilakukan
untuk menambah kecepatan dan keseragaman perkecambahan benih yang ditabur
di persemaian, lapangan atau untuk pengujian. Pada beberapa kasus, perlakuan
awal semata-mata mempercepat proses alami pematahan dormansi. Pengetahuan
khusus tentang dormansi masih kurang. Penggunaan metode yang diketahui sesuai
untuk jenis yang serupa atau duplikasi atau meniru kondisi alam yang dapat
mempengaruhi dormansi seringkali efektif (Hartmann dan Kester 1978).
kulit benih, juga dipengaruhi oleh kadar air dalam benih. Imbibisi terjadi karena
potensial air di dalam benih lebih rendah dari sekitarnya, sehingga air akan
bergerak masuk ke dalam benih (Beneach dan Sanchez 2004).
Pada bagian kulit benih yang tipis dan mikrofil terdapat kadar peresapan
yang paling tinggi. Kulit benih dapat menyebabkan dormansi dengan cara kulit
biji yang keras dapat impermeabel terhadap air, impermeabel terhadap gas atau
dapat menghambat embrio secara mekanis.
2.6 Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran. Pertambahan ukuran di
semua sisi, baik volume, bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma dan kerumitan
sel yang bersifat irreversible. Pertumbuhan anakan setelah kecambah bervariasi
tergantung pada jenis dan dipengaruhi oleh lingkungan. Pada anakan pohon
lingkungan tanaman muda agak berbeda dengan lingkungan pada tanaman
9
BAB III
BAHAN DAN METODE
B. Perlakuan Buah
Perlakuan buah terdiri dari tiga taraf perlakuan. Taraf pertama adalah buah
tanpa dikupas (Gambar 3a). Taraf kedua, melakukan ekstraksi yaitu memisahkan
biji dari buah (Gambar 3b). Taraf ketiga adalah mengupas kulit buah yang tipis
hingga kelihatan bagian yang berserabut (Gambar 3c).
A B C
Gambar 3 Buah bintaro tanpa dikupas kulitnya (A), diekstraksi (B) dan dikupas
kulitnya (C)
11
A B C
Gambar 4 Perendaman buah (A dan B) dan benih (C) bintaro dalam baskom dan
ember
D. Persiapan Media
Media perkecambahan menggunakan media pasir 100%. Media pasir
disterilisasi dengan cara disangrai selama 1 (satu) jam. Kemudian dimasukan ke
dalam polibag, masing-masing polibag diberi kode dengan label.
F. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan berupa penyiraman, penyiangan gulma serta
perlindungan dari hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan menggunakan
gembor secara rutin. Namun, jika media kecambah masih basah tidak dilakukan
penyiraman. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma secara
berkala. Untuk melindungi serangan dari jamur yang tumbuh di sekitar media
perkecambahan dilakukan penyemprotan dengan fungisida dithane dengan dosis 2
mg/liter jika terjadi serangan.
12
jumlah persen kecambah pada akhir periode dibagi dengan lama hari pengamatan.
Untuk menghitung nilai perkecambahan digunakan rumus (Czabator 1962 dalam
Willan 1985) sebagai berikut :
NP = PV x MDG
% laju perkecambahan tertinggi
PV (% kecambah/hari) = jumlah hari yang diperlukan
% perkecambahan akhir periode
MDG (%kecambah/hari) = jumlah hari uji seluruhnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Parameter yang diamati dalam percobaan ini adalah Daya Berkecambah
(DB), Kecepatan Tumbuh (Kct), Nilai Perkecambahan (NP), riap tinggi semai
(RTS), riap diameter batang (RDB) dan riap jumlah daun (RJD). Rekapitulasi
hasil pengamatan setiap parameter perkecambahan dan pertumbuhan awal sebagai
respon dari perlakuan perendaman (A) dan perlakuan buah (B) terhadap semai
bintaro (C. manghas) dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil sidik ragam pengaruh
perlakuan terhadap setiap parameter perkecambahan dan pertumbuhan awal semai
dapat dilihat pada Lampiran 3 dan rekapitulasinya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perendaman dan perlakuan buah
terhadap parameter perkecambahan dan pertumbuhan awal semai bintaro
(C. manghas)
Parameter Perendaman Perlakuan AxB
(A) Buah(B)
Daya Berkecambah (DB) tn ** tn
Kecepatan Tumbuh (Kct) tn ** tn
Nilai Perkecambahan (NP) tn ** tn
Riap Tinggi Semai (RTS) tn ** tn
Riap Diameter Batang (RDB) tn ** tn
Riap Jumlah Daun (RJD) tn ** tn
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0,01; tn = tidak berpengaruh nyata
muncul pada hari ke-38 setelah tanam, kemudian meningkat dan sampai pada 105
HST daya berkecambah mencapai 100% dan laju berkecambah tertinggi dicapai
pada 84 HST.
93 100
100 Tanpa kupas kulit buah (B0)
90 Ekstraksi (B1) 83
75 78
Kulit buah dikupas (B2)
Daya Berkecambah (%)
80 60
65
70
60 57
50 42
40
25
30 18 20
13 13 15
20
7 5
10 3 8
2
0 0
38 42 49 56 77 84 91 98 105
Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 2), rata-rata daya berkecambah (DB)
benih bintaro dengan perlakuan kulit buah dikupas (B2) memperlihatkan respon
daya berkecambah yang tertinggi (100%) dibandingkan dengan perlakuan lainnya
(B0 dan B1). Daya berkecambah (DB) dari benih bintaro dengan perlakuan tanpa
mengupas kulit buah (B0) lebih tinggi (78%) daripada daya berkecambah benih
bintaro dengan perlakuan ekstraksi (B1) yang menunjukkan nilai daya
berkecambah sebesar 20%.
18
Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 3), rata-rata kecepatan tumbuh (Kct)
benih bintaro dengan perlakuan kulit buah dikupas (B2) memperlihatkan respon
kecepatan tumbuh yang lebih cepat (1,18%/etmal) dibandingkan dengan perlakuan
lainnya (B0 dan B1). Kecepatan tumbuh benih bintaro dengan perlakuan tanpa
mengupas kulit buah (B0) lebih cepat (0,93%/etmal) daripada kecepatan tumbuh
benih bintaro dengan perlakuan ekstraksi (B1) yang menunjukkan nilai kecepatan
tumbuh sebesar 0,23%/etmal.
Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 5), rata-rata riap tinggi semai (RTS)
yang berasal dari buah yang dikupas kulitnya (B2) (8,33 cm/minggu) relatif sama
dengan RTS yang berasal dari buah yang tidak dikupas kulitnya (B0) (7,11
cm/minggu). RTS dari kedua perlakuan tersebut (B0 dan B2) lebih tinggi
dibandingkan dengan RTS yang berasal dari buah yang diekstraksi (2,15
cm/minggu).
Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 6), rata-rata riap diameter batang
(RDB) semai yang berasal dari buah yang dikupas kulitnya (B2) (1,48
mm/minggu) relatif sama dengan RDB yang berasal dari buah yang tidak dikupas
kulitnya (B0) (1,26 mm/minggu). RDB dari kedua perlakuan tersebut (B0 dan B2)
lebih besar dibandingkan dengan RDB dari semai yang berasal dari buah yang
diekstraksi (B1) (0,40 mm/minggu).
Tabel 7 Uji Duncan pengaruh perlakuan buah terhadap riap mingguan jumlah
daun semai (RJD) bintaro (C. manghas)
Perlakuan Riap Jumlah Daun (helai/minggu)
B2 2,6a
B0 2,3a
B1 0,8b
huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf uji 0,05
Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 7), rata-rata riap jumlah daun (RJD)
semai yang berasal dari buah yang dikupas kulitnya (B2) (2,6 helai/minggu)
relatif sama dengan RJD yang berasal dari buah yang tidak dikupas kulitnya (B0)
(2,3 helai/minggu). RJD dari kedua perlakuan tersebut (B0 dan B2) lebih besar
dibandingkan dengan RJD dari semai yang berasal dari buah yang diekstraksi
(B1) (0,8 helai/minggu).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perkecambahan
Berdasarkan hasil pengamatan, perkecambahan bintaro mempunyai sifat
toleran terhadap naungan. Hal ini diperlihatkan saat penelitian selama periode 30
Hari Setelah Tanam (HST) di dalam rumah kaca dengan intensitas cahaya tinggi,
kecambah tidak muncul. Namun setelah satu minggu dipindahkan kebawah
tegakan Pinus merkusii kecambah mulai muncul pada hari ke-38.
Berdasarkan hasil penelitian ini, perlakuan buah berpengaruh terhadap
daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan nilai perkecambahan (Tabel 1). Pada
buah yang tidak dikupas kulitnya, kecambah mulai muncul pada hari 42 setelah
tanam, kemudian meningkat dan sampai pada hari 105 setelah tanam daya
berkecambah mencapai 78%. Pada buah yang dikupas kulitnya, kecambah mulai
muncul pada hari 38 setelah tanam, kemudian meningkat dan sampai pada hari
105 setelah tanam daya berkecambah mencapai 100%. Perkecambahan benih,
kecambah muncul pada hari 77 setelah tanam, kemudian meningkat dan pada hari
105 setelah tanam daya berkecambah hanyai mencapai 20%.
Proses perkecambahan suatu benih dipengaruhi oleh struktur buah dan
benih. Struktur buah bintaro memiliki tiga lapisan, yang terdiri dari lapisan terluar
(pericarp), lapisan serat seperti sabut kelapa (mesocarp) dan biji yang dilapisi
kulit biji yang tipis atau testa (endocarp). Embrio bintaro terdapat pada biji dan
terlindungi lapisan yang berserabut yang keras. Embrio adalah suatu tanaman baru
21
yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan dan betina pada proses
pembuahan (Sutopo 2010). Berdasarkan struktur buah bintaro, dapat diketahui
bahwa benih bintaro memiliki dormansi mekanis. Schmidt (2000) melaporkan
bahwa dormansi mekanis menunjukkan kondisi dimana pertumbuhan embrio
secara fisik dihalangi karena struktur penutup yang keras.
Buah bintaro yang dikupas kulitnya memiliki daya berkecambah 100%,
kecepatan tumbuh 1,18%/etmal dan nilai perkecambahan 0,5 tertinggi
dibandingkan dengan buah yang tanpa dikupas kulitnya dan diekstraksi. Hal ini
diduga terjadi karena kulit buah dapat menghalangi masuknya air ke dalam
embrio dan menghambat keluarnya kecambah dari dalam benih. Kulit buah yang
resisten secara mekanis dapat segera menyerap air, tetapi menahan pembengkakan
dan penonjolan embrio (Gardner 1991). Sutopo (2004) melaporkan bahwa kulit
buah menyebabkan dormansi dengan cara kulit yang keras dapat impermeabel
terhadap air, gas atau dapat menghambat embrio secara mekanis.
Buah bintaro tanpa dikupas kulitnya memiliki daya berkecambah 78%,
kecepatan tumbuh 0,93%/etmal dan nilai perkecambahan 0,37 yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan ekstraksi, namun lebih rendah dibandingkan
dengan buah yang dikupas kulitnya. Hal ini dikarenakan, pada buah bintaro yang
sudah masak terdapat jalur yang terbuka dan membelah dua bagian mesocarp
(Gambar 6). Bagian berserabut pada jalur tersebut lebih tipis dibandingkan sisi
berserabut lainnya. Sehingga, embrio dapat tumbuh keluar melalui jalur terbuka
tersebut. Namun, penyerapan air pada buah bintaro yang tanpa dikupas kulitnya
lebih lambat dibandingkan buah yang dikupas kulitnya sehingga memiliki semua
parameter perkecambahan yang lebih rendah dibanding buah yang dikupas.
A B
Gambar 6 Jalur perkecambahan buah bintaro pada buah yang masak (A) dan
pertumbuhan embrio (B)
22
mm/minggu lebih besar dibandingkan dengan riap diameter batang (RDB) semai
yang berasal dari perlakuan ekstraksi (0,40 mm/minggu). Hasil uji Duncan (Tabel
7), terlihat bahwa riap jumlah daun (RJD) semai yang berasal dari perlakuan awal
pengupasan kulit buah adalah 2,6 helai/minggu dan buah yang tidak dikupas
kulitnya adalah 2,3 helai/minggu lebih besar dibandingkan dengan riap jumlah
daun pada semai yang berasal dari perlakuan ekstraksi (0,8 helai/minggu). Hal ini
diduga karena perkecambahan dari buah yang dikupas kulitnya dan tidak dikupas
kulitnya memiliki kekuatan tumbuh dan kemampuan berkecambah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan ekstraksi. Menurut Lensari (2009)
kemampuan berkecambah yang baik dapat mengoptimalkan cadangan makanan
dalam benih menjadi energi. Energi tersebut digunakan dalam pertumbuhan dan
perkembangan kecambah. Kondisi perkembangan embrio yang baik memiliki
kemampuan yang tinggi dalam mengumpulkan cadangan makanan sebagai energi.
Berdasarkan pengamatan selama penelitian, buah bintaro memiliki jumlah
biji sebanyak satu sampai dua biji per buah. Sampai saat ini belum diketahui
bagaimana membedakan buah yang berbiji satu dan buah yang berbiji dua.
Kondisi ini baru bisa diketahui ketika ekstraksi biji dan dari perkecambahan
bintaro. Selama periode pengamatan terdapat dua anakan (semai) yang tumbuh
pada beberapa buah bintaro, yaitu sebanyak 20% dari total anakan yang tumbuh
dari buah yang ditanam (Gambar 7).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Perlakuan buah berpengaruh terhadap perkecambahan benih bintaro. Buah
yang dikupas kulitnya mempunyai daya berkecambah sebesar 100%, kecepatan
tumbuh sebesar 1,18%/etmal dan nilai perkecambahan sebesar 0,51 lebih besar
dibandingkan dengan buah yang tidak dikupas kulitnya dan diekstraksi.
Ekstraksi benih mempunyai daya berkecambah 20%, kecepatan tumbuh
0,23%/etmal dan nilai perkecambahan 0,37 terendah dibandingkan perlakuan
lainnya.
2. Perlakuan buah berpengaruh terhadap pertumbuhan awal semai bintaro.
Pertumbuhan awal semai dari semai yang berasal dari buah dikupas kulit
(RTS=8,33 cm/minggu, RDB=1,48 mm/minggu dan RJD=2,6 helai/minggu)
dan buah tidak dikupas kulitnya (RTS=7,11 cm/minggu, RDB=1,26
mm/minggu dan RJD=2,3 helai/minggu) lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan awal semai dari buah yang diekstraksi (RTS=2,15 cm/minggu,
RDB=0,40 mm/minggu dan RJD=0,8 helai/minggu).
3. Perendaman selama 4 hari, baik dengan menggunakan air biasa maupun air
kelapa dan interaksi antara perlakuan perendaman dan perlakuan buah tidak
memberikan pengaruh terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan awal
semai bintaro.
5.2 Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan bahwa untuk menstimulasi
perkecambahan benih dan pertumbuhan awal semai bintaro disarankan
dilakukan pengupasan kulit buah.
2. Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, disarankan dilakukan
penelitian lanjutan tentang perlakuan perendaman dengan periode lama
perendaman yang berbeda terhadap buah dan benih bintaro.
27
DAFTAR PUSTAKA
A0B1 A1B0 A1B0 A1B1 A2B2 A0B0 A1B1 A0B2 A0022 A0B1 A1B2 A0B1 A1B1 A1B0 A0B2 A0B2 A1B2 A0B0
1(2) 1(2) 2(2) 2(2) 2(2) 1(2) 3(2) 1(2) (2) 3(2) 1(2) 2(2) 1(2) 3(2) 2(2) 3(2) 3(2) 3(2)
A0B1 A1B0 A1B0 A1B1 A2B2 A0B0 A1B1 A0B2 A0B0 A0B1 A1B2 A0B1 A1B1 A1B0 A0B2 A0B2 A1B2 A0B0
1(3) 1(3) 2(3) 2(3) 2(3) 1(3) 3(3) 1(3) 2(3) 3(3) 1(3) 2(3) 1(3) 3(3) 2(3) 3(3) 3(3) 3(3)
A0B1 A1B0 A1B0 A1B1 A2B2 A0B0 A1B1 A0B2 A0B0 A0B1 A1B2 A0B1 A1B1 A1B0 A0B2 A0B2 A1B2 A0B0
1(4) 1(4) 2(4) 2(4) 2(4) 1(4) 3(4) 1(4) 2(4) 3(4) 1(4) 2(4) 1(4) 3(4) 2(4) 3(4) 3(4) 3(4)
A0B1 A1B0 A1B0 A1B1 A2B2 A0B0 A1B1 A0B2 A0B0 A0B1 A1B2 A0B1 A1B1 A1B0 A0B2 A0B2 A1B2 A0B0
1(5) 1(5) 2(5) 2(5) 2(5) 1(5) 3(5) 1(5) 2(5) 3(5) 1(5) 2(5) 1(5) 3(5) 2(5) 3(5) 3(5) 3(5)
A0B1 A1B0 A1B0 A1B1 A2B2 A0B0 A1B1 A0B2 A0B0 A0B1 A1B2 A0B1 A1B1 A1B0 A0B2 A0B2 A1B2 A0B0
1(6) 1(6) 2(6) 2(6) 2(6) 1(6) 3(6) 1(6) 2(6) 3(6) 1(6) 2(6) 1(6) 3(6) 2(6) 3(6) 3(6) 3(6)
A0B1 A1B0 A1B0 A1B1 A2B2 A0B0 A1B1 A0B2 A0B0 A0B1 A1B2 A0B1 A1B1 A1B0 A0B2 A0B2 A1B2 A0B0
1(7) 1(7) 2(7) 2(7) 2(7) 1(7) 3(7) 1(7) 2(7) 3(7) 1(7) 2(7) 1(7) 3(7) 2(7) 3(7) 3(7) 3(7)
A0B1 A1B0 A1B0 A1B1 A2B2 A0B0 A1B1 A0B2 A0B0 A0B1 A1B2 A0B1 A1B1 A1B0 A0B2 A0B2 A1B2 A0B0
1(8) 1(8) 2(8) 2(8) 2(8) 1(8) 3(8) 1(8) 2(8) 3(8) 1(8) 2(8) 1(8) 3(8) 2(8) 3(8) 3(8) 3(8)
A0B1 A1B0 A1B0 A1B1 A2B2 A0B0 A1B1 A0B2 A0B0 A0B1 A1B2 A0B1 A1B1 A1B0 A0B2 A0B2 A1B2 A0B0
1(9) 1(9) 2(9) 2(9) 2(9) 1(9) 3(9) 1(9) 2(9) 3(9) 1(9) 2(9) 1(9) 3(9) 2(9) 3(9) 3(9) 3(9)
A0B1 A1B0 A1B0 A1B1 A2B2 A0B0 A1B1 A0B2 A0B0 A0B1 A1B2 A0B1 A1B1 A1B0 A0B2 A0B2 A1B2 A0B0
1(10) 1(10) 2(10) 2(10) 2(10) 1(10) 3(10) 1(10) 2(10) 3(10) 1(10) 2(10) 1(10) 3(10) 2(10) 3(10) 3(10) 3(10)
A0: Perendaman air biasa; A1: Perendaman air kelapa; B0: Tanpa kupas kulit buah; B1: Ekstraksi; B2: Kupas kulit buah; 1,2,3: Ulangan ke-1,2 dan 3;(1..10): Urutan individu ke-.
31
Lampiran 2 Rekapitulasi hasil penelitian setiap parameter perkecambahan benih dan pertumbuhan awal semai bintaro (C. manghas)
Perlakuan DB (%) Kct(%/etmal) NP Riap Tinggi Riap Diameter Riap Jumlah Daun
(cm/minggu) (mm/minggu) (helai/minggu)
A0B0 77 1,18 0,26 8,01 1,53 2,70
A0B1 23 0,26 0,04 1,87 0,34 0,70
A0B2 100 0,89 0,54 5,45 1,16 2,20
A1B0 80 1,18 0,47 8,64 1,44 2,80
A1B1 17 0,20 0,03 2,57 0,50 0,80
A1B2 100 0,96 0,62 8,77 1,37 2,60
A0: Perendaman air biasa; A1: Perendaman air kelapa; B0: Tanpa kupas kulit buah; B1: Ekstraksi; B2: Kupas kulit buah
32
33