1
1
1
SKRIPSI
Oleh:
KURNIAWAN ADI PRASTYO
NIM. 12620008
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2016
i
EFEKTIVITAS BEBERAPA AUKSIN (NAA, IAA DAN IBA) TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN ZAITUN (Olea europaea L.) MELALUI
TEKNIK STEK MIKRO
SKRIPSI
Diajukan Kepada :
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh :
KURNIAWAN ADI PRASTYO
NIM. 12620008
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2016
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS PENELITIAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan data,
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya sendiri, kecuali dengan mencantumkan sumber cuplikan pada daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
v
MOTTO
“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan
mendapati-Nya di hadapanmu”
(HR. Tirmidzi. No 2516)
vi
KATA PENGANTAR
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
3.3 Alat Dan Bahan Penelitian ................................................................. 36
3.3.1 Alat Penelitian ................................................................................ 36
3.3.2 Bahan Penelitian ............................................................................. 36
3.4 Langkah Kerja ................................................................................... 37
3.4.1 Persiapan Stek Mikro Tanaman Zaitun .......................................... 37
3.4.2 Pembuatan Konsentrasi Auksin (NAA, IAA dan IBA) ................ 37
3.4.3 Pembuatan Hormon Kental (Talc Hormone) ................................. 38
3.4.4 Stek Mikro (Micro Cutting) Tanaman Zaitun ................................ 39
3.4.5 Penanaman ...................................................................................... 40
3.4.6 Pemeliharaan .................................................................................. 40
3.4.7 Pengamatan ..................................................................................... 41
3.4.8 Pengambilan Data ........................................................................... 41
3.4.9 Analisis Data ................................................................................... 42
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi asam lemak yang ditentukan oleh gas kromatografi
(% m/m metil ester) ................................................................... 23
Tabel 4.1 Hasil pengamatan perlakuan auksin (NAA, IAA dan IBA)
terhadap persentase stek hidup (%) tanaman zaitun (Olea
europaea L.) .............................................................................. 41
Tabel 4.2 Hasil uji ANAVA pada efektivitas beberapa auksin (NAA,
IAA dan IBA) terhadap persentase stek hidup (%) tanaman
zaitun (Olea europaea L.) ......................................................... 49
Tabel 4.3 Hasil uji DMRT 0,5% pada efektivitas beberapa auksin (NAA,
IAA dan IBA) terhadap persentase stek hidup (%) tanaman
zaitun (Olea europaea L.) ......................................................... 50
Tabel 4.4 Hasil uji ANAVA pada efektivitas beberapa auksin (NAA,
IAA dan IBA) terhadap persentase stek berakar (%) tanaman
zaitun (Olea europaea L.) ......................................................... 56
Tabel 4.5 Hasil uji DMRT 0,5% pada efektivitas beberapa auksin (NAA,
IAA dan IBA) terhadap persentase stek berakar (%) tanaman
zaitun (Olea europaea L.) ......................................................... 57
Tabel 4.6 Hasil uji ANAVA pada efektivitas beberapa auksin (NAA,
IAA dan IBA) terhadap jumlah akar tanaman zaitun (Olea
europaea L.) .............................................................................. 62
Tabel 4.7 Hasil uji DMRT 5% pada efektivitas beberapa auksin (NAA,
IAA dan IBA) terhadap jumlah akar tanaman zaitun (Olea
europaea L.) ............................................................................... 62
Tabel 4.8 Hasil pengamatan perlakuan auksin (NAA, IAA dan IBA)
terhadap panjang akar tanaman zaitun (Olea europaea L.) ....... 65
Tabel 4.9 Hasil uji ANAVA pada efektivitas beberapa auksin (NAA,
IAA dan IBA) terhadap panjang akar tanaman zaitun (Olea
europaea L.) ............................................................................... 69
Tabel 4.10 Hasil uji DMRT 5% pada efektivitas beberapa auksin (NAA,
IAA dan IBA) terhadap panjang akar tanaman zaitun (Olea
europaea L.) ................................................................................ 69
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
ABSTRAK
Kurniawan Adi Prastyo. 2016. Efektivitas Beberapa Auksin (NAA, IAA dan IBA)
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Zaitun (Olea europaea L.) Melalui
Teknik Stek Mikro. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang. Pembimbing :
(I) Ruri Siti Resmisari, M.Si., (II) Umayyatus Syarifah, M.A.
Kata Kunci : Zaitun (Olea europaea L.), Stek mikro (micro cutting), Auksin, NAA
(Napthaleneacetic acid), IAA (Indoleacetic acid), IBA (Indolebutyric
acid).
Zaitun (Olea europaea L.) merupakan tanaman berumur panjang yang berasal
dari daerah mediterania. Tanaman ini sering dimanfaatkan buahnya untuk dikonsumsi
secara langsung sebagai penyedap makanan, dan dapat diperas sehingga menghasilkan
minyak. Minyak zaitun digunakan sebagai pengawet makanan, obat herbal dan bahan
kosmetik. Akan tetapi, budidaya tanaman zaitun sulit dilakukan, karena tanaman ini
berumur panjang dan juga berkayu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk budidaya
tanaman zaitun adalah menggunakan teknik stek mikro, yaitu perbanyakan dengan pucuk
atau tunas tanaman dengan mengguakan zat pengatur tumbuh auksin untuk memacu
perakarannya. Dalam penelitian ini digunakan beberapa auksin (NAA, IAA dan IBA)
untuk mengetahui jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang efektif terhadap
pertumbuhan tanaman zaitun melalui teknik stek mikro.
Metode penelitian yang digunakan adalah pucuk tanaman diambil sepanjang 10
cm sebanyak 5 nodus, kemudian dioleskan bagian pangkal pada talc hormone (hormon
kental) kemudian di tancapkan pada media khusus floral foam. Eksplan tanaman zaitun
yang sudah ditancapkan pada media kemudian disimpan pada kotak semai yang telah
diisi pasir hitam kasar sebanyak 1/6 dari ukuran kotak semai, dan ditutup menggunakan
plastik UV selama 6 minggu.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari pengaruh beberapa auksin
(NAA, IAA dan IBA) terhadap pertumbuhan stek tanaman zaitun melalui teknik stek
mikro, berpengaruh terhadap semua parameter yang diujikan, meliputi persentase stek
hidup (%), persentase stek berakar (%), jumlah akar dan panjang akar. Jenis auksin dan
konsentrasi yang efektif untuk menumbuhkan tanaman zaitun melalui teknik stek mikro
adalah NAA 0,1 ppm untuk persentase stek hidup (%) sebesar 70% dari total ulangan (7
stek hidup dari 10 stek ulangan), persentase stek berakar (%) sebesar 40% dan panjang
akar dengan rata-rata 1,296 cm, dan IBA 0,1 ppm untuk jumlah akar pada stek. Meskipun
pada beberapa perlakuan menunjukkan hasil yang sama pada persentase stek hidup (%),
stek berakar (%), jumlah akar dan panjang akar. Akan tetapi, penggunaan jenis hormon
dengan konsentrasi yang rendah memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan yang memberikan hasil tertinggi, sehingga penggunaan hormon dengan
konsentrasi rendah ini lebih efektif untuk digunakan dalam budidaya tanaman zaitun.
xiii
ABSTRACT
Kurniawan Adi Prastyo. 2016. Efectivity of Various Auxines (NAA, IAA dan IBA) to
Olive growth (Olea europaea L.) Troughout Microcutting Techniques.
Thesis. Biology Department, Science and Technology Faculty, Malik Ibrahim
State Islamic University of Malang. Supervisor : (I) Ruri Siti Resmisari, M.Si.,
(II) Umayyatus Syarifah, M.A.
xiv
مستخلص البحث
كورنياوان أدي فراستيا .6102.فعالية اوكسني ) (NAA, IAA, IBAبنمو نبات الزيتون ) (Olea europaea L.من
خالل تقنية تطعيم الصغرية .حبث جامعي ،قسم علم األحياء ،كلية علوم والتكنولوجيا ،جامعة موالنا مالك إبرىيم اإلسالمية
احلكمية مباالنج.
مشرف :روري سييت رمسيساري ادلاجستري ،أمية الشريفة ادلاجستري.
الكلمة األساسية :الزيتون ) ،(Olea europaea L.تطعيمة الصغرية ) ،(micro cuttingاوكسنيNAA ،
(Napthaleneacetic acid), IAA (Indoleacetic acid), IBA (Indolebutyric acid).
الزيتون ) (Olea europaea L.نبات معمرة اليت تنشأ من منطقة البحر األبيض ادلتوسط .غالباً ،يستخدم مثرة
النبات الستهالك مباشرة كادلواد ادلنكهة من األغذية ،وميكن أن تقلص إلنتاج النفط .استخدام نفط الزيتون كمادة حافظة يف أغذية
واألدوية العشبية ومكونات مستحضرات التجميل .ومع ذلك ،مشتل نبات الزيتون صعبا للقيام بو ،ألن النبات ادلعمرة وخشبية
أيضا .إحدى الطرق اليت ميكن القيام مشتل نبات الزيتون ىو استخدام تقنية تطعيمة الصغرية ،يعين أن يكثر الرباعم أو فرخ النبات
باستخدام مادة ضابط الغدو اوكسني حلفز اجلذور .استخدم الباحث عدة اوكسني ) (NAA, IAA, IBAدلعرفة نوع وتركيز
مادة ضابطة اجلسم الفعال ضد بنمو نبات الزيتون من خالل تقنية تطعيم الصغرية.
طريقة البحث ادلستخدمة ىي براعم النبات ادلأخوذ على طول 01سم بقدر 5نودس ،مث لطخت اجلرثوم يف ىرمون
خاثر ( )talc hormoneمث يغرز يف الوسائل اخلاصة،إال وىي . floral foamنبات الزيتون ادلغرز الصغرية على الوسائل ،مث
حيفظها يف مربع ادلرتع الذي يعامر بالرمل اخلشن األسود حىت 1/6من مربع ادلرتع ،وإغالق باستخدام بالستيك uvدلدة 2
أسابيع.
استناداً إىل نتائج البحث اليت مت احلصول عليها من تأثري العديد من أوكسني ( IAA ،IBAو )NAAعلى منو
شتالت من نبات الزيتون من خالل تقنيات قطع صغرية ،وتأثري على مجيع ادلعلمات اختبار ،مبا يف ذلك النسبة ادلئوية للحياة العقل
( )٪والنسبة ادلئوية من قطع اجلذور ( ،)٪وعدد اجلذور وطول اجلذر .نوع أوكسني والًتكيز الفعال لنمو النباتات الزيتون من خالل
تقنيات قطع الصغرى ىو ناه 1.0جزء يف ادلليون إىل النسبة ادلئوية للعقل احلية ( ٪01 )٪من رلموع مكررات ( 0قطع قصاصات
حياة 01مكررات) ،والنسبة ادلئوية للقطع اجلذور ( )٪من ٪01وطول اجلذور مبتوسط قدره 0.6.2سم ،و 1.0جزء يف ادلليون
IBAلعدد اجلذور يف العقل .على الرغم من أن يف بعض العالجات وأظهرت نتائج مماثلة للنسبة ادلئوية للحياة العقل ( ،)٪قطع
اجلذور ( ،)٪وعدد من اجلذور وطول اجلذر ،ولكن استخدام اذلرمونات مع تركيز منخفض يوفر نتائج ال ختتلف كثريا عن العالج
الذي يعطي أعلى عائد ،ذلك أن استخدام اذلرمونات مع تركيز منخفض أكثر فعالية الستخدامها يف زراعة الزيتون.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Artinya : “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;
zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan.”
mengeluarkannya dari bumi, dengan air yang hanya satu macam ini keluarlah
Zaitun (Olea europaea L.) adalah tanaman yang dapat tumbuh di banyak
jenis tanah dan kondisi lingkungan serta mudah dalam perawatannya. Daerah
Daerah ini menjadi pemasok zaitun hingga 95% kebutuhan dunia (Wasito, 2008).
1
2
digunakan sebagai pengawet makanan, obat herbal dan bahan kosmetik (Wasito,
diminati oleh masyarakat. Kandungan asam lemak dalam minyak zaitun dapat
Density Lipoprotein), dan mencegah hipertensi (Foster et al. 2009). Menurut Food
makan (23 gram) per hari dapat menurunkan risiko terserang penyakit jantung.
Selain itu, kayu pohon zaitun memiliki nilai seni dan dapat digunakan dalam
buah dan minyak zaitun. Selama ini, pasokan bibit masih mengandalkan impor
dari negara lain dan masih sedikit pusat pembibitan yang mengembangkan
tanaman ini (Rugini dan Fedeli, 1990; Civantos, 2010). Berbagai manfaat yang
dimiliki tanaman zaitun tersebut menyebabkan adanya keinginan agar tanaman ini
yang lama dan kurang efektif. Selain itu, bibit tanaman zaitun sensitif terhadap
Penyediaan bibit yang sulit ini membuat Indonesia harus mengimpor bibit dari
negara lain. Rostami dan Shahsavar (2012) juga menambahkan bahwa tingkat
efisiensi dari metode ini rendah dan diperlukan kontrol kondisi lingkungan yang
3
tinggi dalam waktu yang lama. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
sifat seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanan terhadap serangan penyakit,
rasa buah, warna dan keindahan bunga. Stek dengan kekuatannya sendiri akan
tanaman sempurna dengan akar, batang, dan daun dalam waktu yang relatif
ketidakcocokan antara akar dengan batang dan tidak terjadi perubahan genetik
pada tanaman induk (Hartmann dan Kester, 1983). Keuntungan ini juga dapat
diperoleh melalui metode kultur jaringan tumbuhan, akan tetapi teknik kultur
tanaman induknya. Hal ini terjadi karena subkultur yang berlebihan serta
tumbuh yang digunakan terlalu tinggi (Mariska et al., 1992). Masalah lain yang
Indonesia adalah modal investasi awal yang cukup besar dan sumberdaya manusia
yang menguasai dan terampil dalam bidang kultur jaringan tanaman masih
4
terbatas. Oleh karena itu, metode stek mikro ini dapat digunakan sebagai alternatif
mendapatkan tanaman stek dengan ukuran dan umur yang sama (homogen) dalam
pengatur tumbuh dari golongan auksin untuk merangsang pertumbuhan akar. Zat
pengatur tumbuh adalah senyawa organik selain hara yang dalam jumlah kecil
Menurut Wattimena (1988) bahwa zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin
dan memacu protein tertentu yang ada di membran plasma untuk memompa ion
ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuh
memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Sel terus tumbuh dengan
mensintesis kembali mineral dinding sel dan sitoplasma. Tahap ini kemudian
acetic acid), IAA (Indole acetic acid) dan IBA (Indole butyric acid). Pemanfaatan
auksin (NAA, IAA, IBA dan auksin lainnya) berperan pada berbagai aspek
menjelaskan bahwa auksin sintetik seperti IAA dan IBA banyak digunakan untuk
Mekanisme kerja NAA dan IBA yaitu dengan merangsang pembelahan sel.
tanaman, tetapi cenderung dioksidasi dalam media kultur dan cepat dimetabolisme
dalam jaringan tanaman. Namun, karakteristik ini dapat berguna, karena dalam
IAA juga telah digunakan dengan regulants lain untuk menginduksi morfogenesis
langsung (termasuk perakaran stek mikro), dan untuk meristem serta kultur tunas
Dalam hal ini, penurunan konsentrasi IAA mungkin penting di stek mikro apel.
IAA konsentrasi tinggi pada awal kultur menginduksi pembentukan akar, tetapi
kemudian, pertumbuhan akar tunjukkan oleh konsentrasi IAA yang lebih rendah
ppm lebih efektif terhadap pembentukan akar pada konsentrasi rendah dengan
persentase stek berakar sebesar 96,55% atau sebanyak 168 stek, sedangkan
pengaruh NAA terhadap pembentukan akar lebih efektif pada konsentrasi tinggi
dengan persentase stek berakar sebesar (91,14%) atau sebanyak 144 stek.
6
efektivitas beberapa auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap pertumbuhan tanaman
zaitun (Olea europaea L.). oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk
mikro (Micro-cutting)?
1.3 Tujuan
mikro (Micro-cutting).
7
1.4 Hipotesis
tanaman zaitun (Olea europaea L.) melalui teknik stek mikro (Micro-
cutting).
1.5 Manfaat
3. Mendapatkan bibit tanaman zaitun yang homogen atau umur dan ukuran
yang sama dalam waktu yang cepat menggunakan metode stek mikro
(micro cutting).
8
1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman zaitun (Olea
europaea L.) varietas Black Mission hasil prunning (pangkas pucuk) yang
(Napthalene Acetic Acid), IAA (Indole Acetic Acid) dan IBA (Indole
Butyric Acid).
pengujian adalah 0 ppm sebagai kontrol, 0,5 ppm, 1,0 ppm, dan 2,0 ppm.
5. Bahan stek mikro (micro cutting) yang digunakan sebagai media penahan
hormon pada tanaman zaitun adalah floral foam berukuran 1,5 cm x 1,5
cm x 1,5 cm. Media tanam yang digunakan untuk menanam hasil stek
6. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah persentase stek hidup
(%), persentase stek berakar (%), jumlah akar, dan panjang akar.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kariim sebanyak enam kali dengan kata-kata shariib yang merujuk langsung pada
buah tersebut, dan juga dengan kata kinayah, yaitu dalam QS. Al-Mu‟minuun [23]
ayat 20 :
gunung. Disebut thur karena di dalamnya terdapat pohon, yaitu pohon zaitun. Jika
tidak terdapat pepohonan sama sekali, maka tempat itu disebut jabal, bukan thur.
Thursina adalah thurisin yang ia adalah berupa gunung, tempat dimana Allah
SWT. berfirman langsung kepada Musa bin Imran a.s. “dan gunung-gunung yang
dapat dimanfaatkan, baik itu berupa minyak maupun lauk pauk yang berasal dari
9
10
Selain itu, tanaman zaitun juga disebut dalam bentuk sumpah seperti
ِ ُالزي ت
ون ْ َّ َوالتِّي ِن َو
Artinya : “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun”
Allah SWT. bersumpah pada surat at-Tin karena pada tanaman tin dan
Minyaknya dapat digunakan sebagai bahan bahar lampu dan juga untuk lauk dan
lulur. Kayu dan arangnya digunakan sebagai kayu bakar. Tidak ada satu bagian
pun dari pohon ini yang tidak berguna, bahkan abunya dapat dimanfaatkan untuk
mencuci sutera. Zaitun merupakan pohon pertama yang tumbuh di bumi dan
sekaligus pohon pertama yang tumbuh setelah banjir besar di zaman nabi Nuh.
Tanaman zaitun tumbuh di tanah para Nabi dan tanah suci (Muhammad, 2004).
serta menguatkan hujjah-Nya, dan dalam hal ini, kalimat “qasam” memiliki dua
dan kedua sebagai “qasam” atau sumpah itu sendiri (Muhammad, 2004).
Sumpah dalam surat At tiin ini termasuk dalam aqsamul Qur‟an sumpah
yang diperkuat dengan sesuatu yang digunakan oleh yang bersumpah. Sumpah
dalam Al-quran adakalanya dengan memakai nama Allah SWT, dan adakalanya
Allah SWT yang berupa tanaman tin dan zaitun). Penggunaan sumpah dengan
nama tanaman tin dan zaitun dalam surat ini menunjukkan bahwa kedua tanaman
famili oleaceae. Pohon zaitun tumbuh sebagai perdu tahunan yang abadi dan
mulai menghasilkan buah pada usia lima tahun. Pada usia 15-20 tahun, pohon
zaitun mampu memproduksi buah secara penuh dan mampu bertahan hidup
hingga ratus bahkan ribuan tahun lamanya, sehingga tanaman yang awalnya perdu
dapat menjadi pohon besar. Zaitun muda yang berwarna hijau kekuningan sering
Sedangkan buah zaitun yang telah matang berwarna ungu kehitaman dan kerap
diekstrak untuk diambil minyaknya yang dikenal sebagai minyak zaitun (Nevy,
2009). Selain dikenal sebagai penambah cita rasa makanan, minyak ini juga
India, dan Asia. Minyak zaitun dianggap sebagai minyak yang sehat karena
mengandung lemak tak jenuh yang tinggi (utamanya asam oleik dan polifenol)
yang terdiri dari sekitar 600 spesies dan sekitar 25 genera, termasuk Olea - yang
memuat pohon penting bernilai ekonomis di Eropa seperti zaitun yang dikenal
12
sebagai Olea europaea L. Yang terakhir adalah salah satu pohon tertua yang
6000 SM (Sebelum masehi) di wilayah tersebut sesuai dengan zaman Persia kuno
Lembah Mediterania (Spanyol, Italia dll) melalui jajahan Yunani dan Romawi.
Pada abad ke-15, Olea europaea L. juga mencapai Amerika yang baru ditemukan
dan hari ini dibudidayakan di seluruh dunia kecuali di Antartika (Kapellakis et al,
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Clase : Magnoliopsida
Sub-clase : Asteridae
Order : Schorpurales
Family : Oleaceae
Sub-family : Oleideae
Genus : Olea
asal-usulnya, kebanyakan peneliti setuju bahwa zaitun liar berasal dari Asia Kecil.
melalui Yunani, Italia, Perancis Spanyol dan Portugal mengikuti pesisir pantai.
Saat ini, budidaya zaitun dan pemilihan kultivar yang berkembang di banyak
daerah di luar rentang habitatnya, dan bahkan di benua lain, seperti Australia,
Amerika Selatan dan Utara (Argentina, Chile, Amerika Serikat), Afrika Selatan
dan bahkan di tempat-tempat eksotis seperti Hawaii (Chiappeta, 2012). Dari enam
Prancis, Siprus, Slovenia dan Malta) dan beberapa daerah Atlantic di South-West
Maroko, subsp. laperrinei di Algeria, Sudan dan Niger, dan subsp. cuspidata dari
Afrika Selatan ke seluruh Afrika Timur, Saudi ke South West China. Subspesies
dalam bentuk liar, dan zaitun yang dibudidayakan (Olea europaea subsp.
Saat ini, ada lebih dari 2000 kultivar di cekungan Mediterania yang
Mengenai firman Allah SWT. Diatas, „Ali bin Abi Thalhah mengatakan
dari Ibnu „Abbas : “Ma‟ruusyaat berarti yang tinggi.” Sedangkan dalam suatu
riwayat, ma‟ruusyat adalah sesuatu yang dijadikan tinggi oleh manusia, dan
maupun di daratan. Dalam hal ini, tanaman zaitun termasuk dalam tanaman
ketika pucuk pohon rusak oleh kerusakan atau lingkungan mekanik ekstrim,
pertumbuhan baru muncul dari sistem akar. Apakah diperbanyak dengan biji atau
10 cm x 7-17 mm, warna abu-abu - hijau pada bagian atasnya, keabu-abuan atau
kekuningan dengan penutup perak, emas atau coklat gelap mengkilap di bawah
ramping, dengan panjang 10 mm, sehingga daun cenderung terkulai (Orwa, 2009).
Daun zaitun tebal, kasar, dan tersusun sejajar . Setiap daun tumbuh selama
periode 2 tahun. Daun memiliki stomata pada permukaan abassial mereka saja.
Stomata yang terletak di trikoma peltate yang membatasi kehilangan air dan
membuat zaitun yang relatif tahan terhadap kekeringan. Beberapa rambut multisel
terdapat pada permukaan daun. Daun zaitun biasanya absisi pada musim semi
ketika berusia 2 atau 3 tahun; Namun sama seperti tanaman hijau lainnya,
daunnya tua setelah berumur lebih dari 3 tahun sejak muncul (Chiappeta, 2012).
16
Bunga kecil-kecil berwarna putih atau krem, panjang bunga 6-10 mm.
Bunga berkembang pada bulan Oktober sampai Maret. Buahnya ovoid, kecil
berwarna hijau muda dengan bercak putih, berubah warna menjadi ungu gelap
ketika buah matang, dengan diameter 10 mm, berbentuk tajam (Fehri et al., 1996).
daun. Biasanya tunas terbentuk pada pertumbuhan diawal musim dan mulai
terlihat pertumbuhan dimusim depan. Tunas dapat tetap aktif selama lebih dari
satu tahun dan kemudian mulai tumbuh, membentuk tandan bunga dengan bunga
yang tidak bisa diprediksi. Ketika setiap aksilar daun membawa tandan bunga, ada
ratusan bunga per ranting. Setiap tandan bunga terdapat sekitar 15 - 30 bunga,
muncul pada bagian aksial sepanjang tunas, diatur dalam malai. bunga sempurna
dengan bagian betina dan jantan, biasanya terdiri dari kelopak kecil, 4 kelopak, 2
benang sari dengan filamen yang mendukung serbuk sari-bantalan antera, dan
putik plum berwarna hijau dengan bentuk tebal pendek dan stigma besar. bunga
sempurna pada bagian apikal dalam perbungaan, dan dalam perbungaan, bunga
tengah umumnya sempurna. bunga tidak sempurna adalah jantan, dengan putik
baik kurang atau belum sempurna. Bunga-bunga yang muncul pada perbungaan
mengisi ruang dalam tabung bunga. putik berwarna hijau ketika belum matang
dan hijau gelap ketika terbuka saat mekar penuh. putik bunga jantan kecil, hampir
tidak naik di atas dasar tabung bunga. Bagian ini kecil dan coklat, putih kehijauan,
atau putih, dan stigma yang besar dan berbulu sebagai fungsi dari putik
(Chiappeta, 2012).
18
2.1.3.4 Buah
Zaitun muda yang berwarna hijau kekuningan kerap disantap begitu saja
atau sebagai penambah rasa. Zaitun matang berwarna ungu kehitaman biasanya
dibuat acar atau diperas diambil minyaknya. Buah zaitun matang mengandung 80
persen air, 15 persen minyak, serta 1 persen protein, karbohidrat, dan serat. Untuk
menghasilkan buah dan berproduksi secara penuh, pohon zaitun harus berumur
Buah zaitun adalah buah berbiji, secara botani mirip dengan almond,
aprikot, ceri, nektarin, buah persik, dan buah-buahan plum. Buah zaitun terdiri
dari karpel, dan dinding ovarium memiliki kedua bagian berdaging dan kering.
The endocarp (pit) membesar ke ukuran penuh dan mengeras pada 6 minggu
setelah mekar penuh. Pada saat itu, endosperm mulai memantapkan dan
September. Mesocarp (daging) dan exocarp (kulit) tetap tumbuh secara bertahap
mereka. Buah mulai berubah dari warna hijau ke kuning-putih (jerami) dan
September. Buah ini matang pada bulan Oktober atau November (di Italia) dan
jika dipanen dan bertingkat pada saat itu, akan mencapai maksimum
Februari ketika daya kecambah yang sangat berkurang (Lagarda et al., 1983)
2.1.3.5 Akar
Pohon zaitun akan menghasilkan dua jenis akar, akar yang (sering hanya
beberapa bulan) berumur pendek dan akar sekunder yang berkembang melebar
(Connell dan Catlin 1994). Sebatang pohon yang ditanam dari biji akan memiliki
akar tunggang yang panjang dan kuat. umumnya batang lurus, sementara pohon
yang diperbanyak dari cangkok akan memiliki jaringan akar dangkal dan akan
lebih rentan terhadap dampak angin (Thompson 1891; Marvin 1888). Jaringan
akar zaitun diatur oleh kedalaman tanah. Tetapi bahkan di tanah yang dalam,
zaitun memiliki sistem akar dangkal yang memanjang, tapi jarang masuk di
bawah 1,2 m. Benih yang ditumbuhkan sendiri atau biji zaitun yang tumbuh
cenderung memiliki sistem akar yang lebih dalam dari zaitun yang tumbuh secara
vegetatif dari stek batang (Connell dan Catlin 1994). Zaitun cenderung memiliki
sekitar 60% dari sistem akar mereka dalam 0,6 m pada tiap jenis tanah. Biasanya
2012).
20
Minyak nabati seperti minyak kelapa atau kelapa sawit, yang digunakan
dalam industri konveksi, mengandung asam lemak jenuh, mirip dengan olahan
susu seperti mentega misalnya. Minyak zaitun, di sisi lain, kaya akan asam lemak
tak jenuh tunggal (lebih dari 79%) - terutama asam oleat. asam oleat bertanggung
jawab atas manfaat untuk kardiovaskular dari minyak zaitun. Peningkatan kadar
merupakan faktor risiko penting pada penyakit jantung. Substitusi lemak jenuh
dengan lemak tak jenuh tunggal menurunkan LDL kolesterol darah, sehingga
jantung dari penyakit jantung. Faktor lipid ketiga yang terkait dengan risiko
kardiovaskular dibentuk oleh kadar trigliserida yang tinggi, yang biasa terlihat
seperti lemak dalam daging. Dalam aliran darah, peningkatan ini berisiko merusak
21
partikel LDL dengan membuatnya menjadi berukuran lebih kecil dan lebih padat,
suatu kondisi yang memungkinkannya untuk merusak dinding arteri lebih mudah
(Carralafuente, 2004).
Ketika konsumsi karbohidrat diganti dengan lemak tak jenuh tunggal, tingkat
2004).
minyak naik di atas titik didih, senyawa yang diproduksi yang dapat menjadi
racun. Minyak zaitun, yang memiliki titik didih lebih tinggi dari bunga matahari
minyak jagung, lebih tahan dari ini dalam memproduksi senyawa berbahaya.
makanan. Titik didih lebih tinggi dari minyak zaitun akan menyebabkan minyak
Tujuan utama dari terapi nutrisi pada penderita diabetes adalah untuk
membantu mereka untuk mencapai kadar gula darah rata-rata yang sedekat
mungkin dengan orang tanpa diabetes. Tujuan lainnya adalah sama pentingnya.
22
Namun, dan termasuk untuk mencapai tingkat lipid darah yang sedekat mungkin
dengan optimal, selain itu juga untuk mengontrol atau menurunkan tekanan darah
dan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang wajar (Carralafuente,
2004).
dikurangi hingga di bawah 10% dari asupan kalori harian, sementara 10% dari
kalori harian harus lemak tak jenuh ganda lemak, dan antara 10-20% dalam
bentuk protein. Asupan kalori yang tersisa harus dipasok oleh karbohidrat dan
lemak tak jenuh tunggal. Proporsi komponen ini dapat diputuskan oleh orang
dengan diabetes, menurut kebiasaan dan keinginan mereka, dan tergantung pada
Minyak zaitun terdiri atas 72 persen asam oleat, asam lemak tak jenuh
tunggal. Minyak zaitun bersifat unik dalam kaitannya dengan kandungan asam
oleatnya yang tinggi karena mayoritas minyak biji, terdiri dari asam lemak tak
Dibandingkan dengan asam lemak tak jenuh ganda, asam oleat yang tak jenuh
tunggal memiliki satu ikatan rangkap, sehingga lebih tahan terhadap oksidasi dan
kontribusi pada antioksidan, stabilitas tinggi, dan daya simpan minyak zaitun yang
Tabel 2.1. Komposisi asam lemak yang ditentukan oleh gas kromatografi (% m/m
metil ester)
Asam Lemak Codex Alimentarius (2003) IOOC* (2003)
Lauric C12:0 Jumlah tidak dapat diukur Tidak spesifik
Myristic C14:0 <0,1 <0,05
Palmitic C16:0 7,5-20,0 7,5-20,0
Palmitoleic C16:1 0,3-3,5 0,3-3,5
Heptadecanoic C17:0 <0,5 ≤0,3
Heptadecenoic C17:1 <0,6 ≤0,3
Stearic C18:0 0,5-5,0 0,5-5,0
Oleic C18:1 55,0-83,0 55,0-83,0
Linoleic C18:2 3,5-211,0 3,5-211,0
Linolenic C18:3 ** ≤1,0
Arachidic C20:0 0,8 ≤0,6
Eicosenoic C20:1 Tidak spesifik ≤0,4
Behenic C22:0 <0,3 ≤0,2***
Erucic C22:1 Jumlah tidak dapat diukur
Lignoceric C24:0 <1,0 ≤0,2
*Batas yang ditetapkan termasuk nilai-nilai ketepatan metode yang
direkomendasikan;
** Menunggu hasil survei IOOC dan pertimbangan lebih lanjut oleh Komite
Lemak dan Minyak, batas nasional dapat tetap berlaku;
*** Batas diangkat ke <0,3 untuk minyak zaitun
(Sumber : Boskou et al, 2006)
batang tanaman dengan ukuran mini. Pada tanaman kentang proses stek dapat
dilakukan bahkan pada tanaman yang baru memiliki 1-2 node (Jasminarni, 2007).
24
A B C
Gambar 2.6. A) micro-cutting tanaman beach cherry (Eugenia Reinwardtiana)
B) micro-cutting tanaman jambu air (Syzygium aqueum Var. Citra)
C) micro-cutting tanaman miracle fruit (Synsepalum dulcificum)
(Sumber : Santoso, 2012)
Menurut Hartmann dan Kester (1983), ukuran stek yang baik memiliki
panjang 10 – 76 cm dengan diameter berkisar antara 0,6 sampai 2,5 atau bahkan
sampai 5 cm. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan bahan
stek menurut Wright (1976) adalah Batang atau ranting dipotong dengan panjang
antara 15 – 25 cm. Sebagian daun pada batang dibuang dan batang harus tetap
Setelah itu, temperatur tempat tumbuh diatur dalam kisaran 25oC – 32oC. Setelah
ditanam, bagian pucuk dijaga agar tetap basah dan dingin dengan menyemprotkan
air sedikit demi sedikit. Karena kelebihan air akan berdampak lebih buruk
stek dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar diantaranya adalah
media, suhu, kelembaban, oksigen, zat kimia dan persiapan bahan stek. Media
25
stek. Delapan faktor yang mempengaruhi perakaran stek yaitu ketersediaan air,
umur, pohon induk, jenis stek tanaman, bagian tanaman, musim pengambilan stek
faktor tanaman, faktor lingkungan dan faktor pelaksanaan (Rochiman dan Harjadi,
1973).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) pada tanaman adalah senyawa organik yang
bukan termasuk unsur hara (nutrisi) yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung
Zat pengatur tumbuh pada tanaman terdiri dari lima kelompok, yaitu auksin,
giberelin, sitokinin, etilen dan inhibitor dengan ciri khas dan berpengaruh yang
dengan nutrient, dimana hormon dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi yang
bisa mengatur proses fisiologi tanaman. Salah satu bahan sintetis yang
tetapi tidak semua zat pengatur tumbuh adalah hormon. Menurut Heddy (1989)
dengan proses metabolik dan tidak berfungsi dalam nutrisi. Istilah zat mencakup
(1987) menyebutkan hormon tumbuh adalah zat organik yang dihasilkan oleh
perakaran, tinggi dan diameter tanaman sehingga setelah bibit ditanam lebih
mampu dan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Menurut Zaerr dan
organik selain nutrisi tanaman yang dalam jumlah sedikit dapat mendorong,
satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan
dapat juga dibuat secara sintetik dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan,
2.4 Auksin
pada tahun 1926, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat
ditemukan Went didapati cukup banyak di ujung koleoptil (Salisbury dan ross,
1992).
(IAA) dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakan IAA dengan auksin.
Namun, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang strukturnya mirip dengan
IAA dan menyebabkan banyak respons yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa
tersebut dapat dianggap sebagai hormon auksin. Salah satunya adalah asam 4-
ditemukan pada banyak jenis tumbuhan dan sering lebih banyak jumlahnya
daripada IAA, walaupun kurang aktif dalam menimbulkan respons khas IAA
(Wightman dan Lighty, 1982; Leuba dan Le torneau, 1990). Yang ketiga asam
merupakan auksin tiruan yang aktif namun ternyata ditemukan pada daun jagung
dan berbagai jenis tumbuhan dikotil (Schneider dkk, 1985; Epstein dkk, 1989)
Secara kimia, IAA mirip dengan asam amino triptofan (walaupun sering
1000 kali lebih encer) dan barangkali memang disintesis dari triptofan. Ada dua
mekanisme sintesis yang dikenal dan keduanya meliputi pengusiran gugus asam
amino dan gugus karboksil akhir dari cincin samping triptofan (Sembdner dkk,
1980; Cohen dan Bialek, 1984; Reinecke dan Bandurski, 1987). Lintasan yang
lebih banyak terjadi pada sebagian besar spesies barangkali mencakup tahapan
berikut : gugus asam amino bergabung dengan sebuah asam amino α-keto melalui
menjadi IAA. Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah triptofan
menjadi IAA terdapat di jaringan muda, seperti meristem tajuk, serta daun dan
buah yang sedang tumbuh. Disemua jaringan ini, kandungan auksin juga paling
caranya diangkut dari satu organ atau jaringan ke organ atau jaringan yang lain.
Berlainan dengan pergerakan gula, ion dan linarut tertentu lainnya, IAA biasanya
tidak dipindahkan melalui tabung tapis floem atau memalui xilem, tapi terutama
bagian tumbuhan lainnya. Seperti pertama kali dikemukakan pada tahun 1930an,
29
pemberian auksin memacu pemanjangan potongan akar atau bahkan akar utuh
pada banyak spesies, tapi hanya pada konsentrasi yang sangat rendah (10-7 sampai
10-13 M, bergantung pada spesies dan umur akar). Pada konsentrasi yang lebih
tinggi (tapi masih cukup rendah antara 1 sampai 10 µM), pemanjangan hampir
potongan akar tumbuh selama beberapa hari atau beberapa minggu in vitro
ini sudah terpenuhi dari hasil sintesis sendiri (Salisbury dan ross, 1992).
napthaleneacetic acid (NAA). IBA dan NAA lebih efektif daripada IAA, sebab
keduanya lebih stabil digunakan dalam penyetekan. IBA dan NAA lebih stabil
terhadap oksidase dan cahaya (Zaerr dan Mapes, 1982). Menurut Salisbury dan
Ross (1992), NAA lebih efektif dari IAA karena NAA tidak dapat dirusak oleh
IAA oksidase atau enzim lainnya, sehingga bertahan lebih lama. Sedangkan IBA
30
lazim digunakan untuk memacu perakaran dibandingkan dengan NAA atau auksin
lainnya.
sifat translokasi yang lambat dan persistensi tinggi serta aktivitas yang rendah
sehingga selang perakaran cukup besar. Selain itu dalam penelitian ini juga
IAA merupakan salah satu hormon tumbuh yang berperan untuk memacu
NAA adalah hormon sintetis pada tanaman dari golongan auksin dan
tanaman secara komersial; NAA adalah agen perakaran dan digunakan untuk
perbanyakan vegetatif tanaman dari batang dan pemotongan daun. Hal ini juga
digunakan untuk kultur jaringan tanaman. Hormon NAA tidak terbentuk secara
alami, dan sama seperti semua auksin yang merupakan racun bagi tanaman pada
Hal ini dianggap hanya sedikit beracun tetapi ketika pada konsentrasi yang lebih
tinggi dapat menjadi racun bagi hewan. Hal ini terlihat ketika diuji pada tikus
tanaman ketika dikombinasikan dengan hormon tumbuhan lain yang disebut asam
giberelat. Karena dalam golongan auksin itu juga telah dipahami untuk mencegah
pematangan buah sebelum waktunya dan penipisan buah-buahan dari batang. Hal
lainnya. Dalam rangka untuk mendapatkan efek yang diinginkan harus diterapkan
Terbentuknya akar pada batang stek mikro tanaman zaitun (Olea europaea
L.) merupakan suatu hasil dari proses sintesis auksin. Dalam ulasan yang hati-hati
tentang cara kerja auksin, Cleland (1987) dalam Salisbury dan Ross (1992)
auksin terjadi secara cepat dan mendadak. Respon tersebut dapat mulai tampak
32
dalam waktu 10 menit dan kemudian berlanjut selama berjam-jam, dan selang
yang berarti bahwa sel tersebut harus mempertahankan potensial airnya agar
selalu negatif daripada potensial air larutan disekitarnya. Pada pertumbuhan yang
diinduksi auksin, potensial air dipertahankan tidak hanya supaya lebih negatif
daripada potensial air larutan sekitarnya, tapi juga lebih negatif daripada potensial
air potongan auksin lebih mudah melentur, sehingga potensial tekanan yang
diperlukan untuk mendesak pemelaran sel tersebut tidak sebesar pada sel yang tak
auksin pada tanaman akan mengakibatkan pengenduran dinding sel, bersifat melar
atau elastis.
pertumbuhan yang cepat. pH rendah ini diduga bekerja dengan cara mengaktifkan
beberapa enzim perusak dinding sel tertentu, yang tidak aktif pada pH lebih
1992).
33
1. IAA memasuki sel baik secara pasif dalam bentuk terurai (IAAH) atau
H+- ATPase
mendominasi.
4. Anion keluar dari sel melalui pembawa aliran keluar auksin anion yang
Setelah IAA masuk kedalam sitosol, yang memiliki pH sekitar 7,2, hampir
untuk IAA- daripada IAAH, IAA akan cenderung menumpuk di sitosol. Namun,
34
banyak dari auksin yang memasuki sel lolos melalui auxin anion efflux carrier.
Menurut model kemiosmotik, transportasi IAA- keluar dari sel didorong oleh
BAB III
METODE PENELITIAN
faktor tunggal yaitu pemberian perlakuan jenis auksinNAA, IAA dan IBA dengan
konsentrasi 0,1 ppm, 0,5 ppm, 1,0 ppm dan 2,0 ppm. Adapun perlakuan tersebut
NAA 0,1 ppm = perlakuan menggunakan NAA dengan konsentrasi 0,1 mg/L
NAA 0,5 ppm = perlakuan menggunakan NAA dengan konsentrasi 0,5 mg/L
NAA 1,0 ppm = perlakuan menggunakan NAA dengan konsentrasi 1,0 mg/L
NAA 2,0 ppm = perlakuan menggunakan NAA dengan konsentrasi 2,0 mg/L
IAA 0,1 ppm = perlakuan menggunakan IAA dengan konsentrasi 0,1 mg/L
IAA 0,5 ppm = perlakuan menggunakan IAA dengan konsentrasi 0,5 mg/L
IAA 1,0 ppm = perlakuan menggunakan IAA dengan konsentrasi 1,0 mg/L
IAA 2,0 ppm = perlakuan menggunakan IAA dengan konsentrasi 2,0 mg/L
IBA 0,1 ppm = perlakuan menggunakan IBA dengan konsentrasi 0,1 mg/L
35
36
IBA 0,5 ppm = perlakuan menggunakan IBA dengan konsentrasi 0,5 mg/L
IBA 1,0 ppm = perlakuan menggunakan IBA dengan konsentrasi 1,0 mg/L
IBA 2,0 ppm = perlakuan menggunakan IBA dengan konsentrasi 2,0 mg/L
(ZPT).
(pangkas pucuk) tanaman zaitun, alat untuk menyiapkan zat pengatur tumbuh
(ZPT) seperti micropippet, cawan, timbangan analitik dan alat untuk menanam
stek zaitun seperti floral foam, tray semai, sprayer, plastik UV. Alat untuk
tanaman zaitun (Olea europaea L.) hasil prunning (pangkas pucuk), media tanam
seperti pasir kasar. Zat pengatur tumbuh (ZPT) auksin seperti NAA, IAA dan
L.) hasil prunning (pangkas pucuk) kebun Alya Nabila Figs Garden, Kediri
(gambar 3.1)
Gambar 3.1. Proses prunning (pangkas pucuk) tanaman zaitun yang akan
digunakan untuk stek mikro (micro cutting)
masing jenis auksin yang dibuat adalah 0 ppm sebagai kontrol, 0,1 ppm, 0,5 ppm,
Hormon yang tersedia berupa hormon stok 100 ppm dengan volume 100
untuk membuat talc hormone (hormon kental) adalah sebanyak 1 mL. Oleh
karena itu, untuk mengambil hormon stok dalam volume kecil (mikro) dilakukan
A B
(kental) agar mampu bertahan pada media tanam floral foam yang digunakan
untuk menanam hasil stek mikro. Pembuatan talc hormone dilakukan dengan cara
pemadat/ pengental hormon agar hormon dapat tertahan pada media floral foam
(gambar 3.3).
39
Gambar 3.3. Pembuatan talc hormone menggunakan campuran hormon dan bedak
Stek mikro yang digunakan berupa pucuk tanaman zaitun hasil prunning
penguapan, disisakan 6 lembar daun pada bagian ujung dan dipotong setengah
dari ukurannya untuk mengurangi penguapan. Hasil stek kemudian dioleskan pada
hormon kental yang telah disiapkan kemudian ditancapkan pada media floral
foam.
A B
Gambar 3.4. A) Bagian pucuk tanaman zaitun (Olea europaea L.) yang dipotong,
B) Hasil stek mikro tanaman zaitun (Olea europaea L.)
40
3.4.5 Penanaman
Media yang digunakan untuk penanaman hasil stek mikro tanaman zaitun
adalah pasir kasar malang. Penggunaan pasir sebagai media tanam karena pasir
bersifat porous (tidak membuat air tergenang) atau mempunyai sirkulasi udara
x 35 cm
3. Tanaman zaitun hasil stek mikro ditanam pada media pasir dengan jarak 5
x 5 cm pada media
pada rak
Gambar 3.5. Kotak semai stek mikro tanaman zaitun yang telah disungkup
3.4.6 Pemeliharaan
Hasil stek yang sudah ditanam pada media stek mikro (floral foam) dan
dua kali sehari dengan cara disemprot menggunakan sprayer. Hal ini dilakukan
pemeliharaan.
41
3.4.7 Pengamatan
stek yang masih hidup normal pada akhir penelitian dengan jumlah stek yang
ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian
jumlah stek yang berakar pada akhir penelitian dengan jumlah stek yang ditanam
pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian dengan
menggunakan rumus:
42
Jumlah akar adalah banyaknya akar yang tumbuh pada bagian pangkal
stek yang terbentuk diamati pada akhir penelitian (6 minggu setelah tanam).
dilakukan analisis ANAVA satu jalur (one way ANOVA) menggunakan aplikasi
SPSS 17.0. Apabila terdapat perbedaan nyata maka dilakukan uji lanjut Duncan
multiple range test (DMRT) 5% untuk mengetahui konsentrasi ZPT auksin yang
paling efektif terhadap pertumbuhan tanaman zaitun (Olea europaea L.) dengan
BAB IV
pertumbuhan tanaman zaitun (Olea europaea L.) melalui teknik stek mikro (micro
seperti:
4.5 Efektivitas Auksin (NAA, IAA dan IBA) Terhadap Persentase Stek
Salah satu indikator stek mikro tanaman zaitun (Olea europaea L.) yang
hidup adalah kondisinya yang masih segar hingga akhir pengamatan (6 minggu
setelah tanam). Kondisi tersebut ditandai dengan batang dan daun yang berwarna
hijau dan tidak kering, daun tidak rontok, serta muncul akar. Stek mampu
bertahan sampai akhir pengamatan karena kondisi sungkup yang tetap terjaga
suhu dan kelembabannya mulai dari awal pengamatan setelah tanam sampai
dengan akhir pengamatan. Selain itu, stek juga mengalami kematian seperti pada
gambar yang menunjukkan hasil stek mikro tanaman zaitun yang kering dan mati.
Stek yang kering diduga karena stek tidak dapat melewati masa kritis setelah
persentase stek hidup (%) menunjukkan bahwa tanaman zaitun hasil stek mikro
(micro cutting) sebanyak 75 stek mampu bertahan hidup dari 130 stek yang
Tabel 4.1. Hasil pengamatan perlakuan auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap
persentase stek hidup (%) tanaman zaitun (Olea europaea L.)
No Perlakuan Awal Akhir
1 Kontrol
2 NAA 0,1
ppm
45
3 NAA 0,5
ppm
4 NAA 1,0
ppm
5 NAA 2,0
ppm
46
6 IAA 0,1
ppm
7 IAA 0,5
ppm
47
8 IAA 1,0
ppm
9 IAA 2,0
ppm
10 IBA 0,1
ppm
48
11 IBA 0,5
ppm
12 IBA 1,0
ppm
49
13 IBA 2,0
ppm
terdapat pengaruh beberapa auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap persentase stek
hidup (%) tanaman zaitun (Olea europaea L.) sebagaimana yang telah tercantum
Tabel 4.2. Hasil uji ANAVA pada efektivitas beberapa auksin (NAA, IAA dan
IBA) terhadap persentase stek hidup (%) tanaman zaitun (Olea
europaea L.)
SK db JK KT Fhitung Ftabel Sig.
Perlakuan 12 7.231 0.603 2.878 1.82 0.002
Ulangan 117 24.500 0.209
Total 129 31.731
Keterangan : Nilai Fhitung > Ftabel menunjukkan adanya pengaruh, sedangkan
nilai Fhitung < Ftabel menunjukkan tidak adanya pengaruh
beberapa auksin yang digunakan (NAA, IAA dan IBA) memberikan hasil yang
persentase stek hidup (%) tanaman zaitun (Olea europaea L.), sehingga dilakukan
50
uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT 5%) untuk
Tabel 4.3. Hasil uji DMRT 0,5% pada efektivitas beberapa auksin (NAA, IAA dan
IBA) terhadap persentase stek hidup (%) tanaman zaitun (Olea
europaea L.)
No Perlakuan Persentase Stek Hidup (%)
1 Kontrol 0a
2 NAA 2,0 ppm 30 ab
3 NAA 1,0 ppm 40 abc
4 IAA 0,1 ppm 40 abc
5 NAA 0,5 ppm 60 bcd
6 IAA 2,0 ppm 60 bcd
7 IBA 1,0 ppm 60 bcd
8 NAA 0,1 ppm 70 bcd
9 IBA 0,1 ppm 70 bcd
10 IBA 2,0 ppm 70 bcd
11 IAA 1,0 ppm 80 cd
12 IBA 0,5 ppm 80 cd
13 IAA 0,5 ppm 90 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu baris
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata, sedangkan yang disertai
huruf yang tidak sama menunjukkan hasil berbeda nyata
berdasarkan hasil uji DMRT α = 0,05.
Hasil uji DMRT 5% pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa beberapa
auksin (NAA, IAA dan IBA) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
terhadap persentase stek tumbuh (%) tanaman zaitun (Olea europaea L.).
Berdasarkan notasi yang terbentuk pada tabel, perlakuan NAA 2,0 ppm
kontrol. Sedangkan perlakuan NAA (0,1 dan 0,5 ppm), IAA (0,5, 1,0 dan 2,0
ppm) dan IBA (0,1, 0,5, 1,0 dan 2,0 ppm) menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata pada notasi. Akan tetapi, pada perlakuan NAA 0,1 ppm yang merupakan
51
menunjukkan hasil yang sama dengan perlakuan yang lainnya. Jadi, NAA 0,1
ppm merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk pertumbuhan stek mikro
tanaman zaitun. Perbedaan tersebut akibat adanya pengaruh jenis auksin yang
hidup dari stek zaitun. NAA merupakan hormon sintetis yang paling murah
dibanding yang lain (dalam golongan auksin), dan dengan konsentrasi 0,1 ppm
zaitun. Perlakuan kontrol kering dan mati disebabkan oleh tanaman zaitun hasil
stek mikro tidak mampu bertahan akibat kekurangan kemampuan untuk tumbuh
Menurut Salisbury dan Ross (1992), NAA lebih efektif dari IAA karena
NAA tidak dapat dirusak oleh IAA oksidase atau enzim lainnya, sehingga
bertahan lebih lama. Sedangkan IBA lazim digunakan untuk memacu perakaran
dibandingkan dengan NAA atau auksin lainnya. IBA bersifat aktif. Hal ini sesuai
NAA mampu membuat persentase stek hidup (%) lebih tinggi daripada perlakuan
yang lain meskipun dengan konsentrasi yang rendah dikarenakan zat pengatur
tumbuh jenis NAA tidak mudah teroksidasi ketika diberikan pada tanaman,
sehingga tanaman akan bertahan hidup dengan baik sampai dengan akhir
pengamatan.
52
Perbedaan persentase stek hidup (%) tanaman zaitun (Olea europaea L.)
juga disajikan dalam bentuk histogram, yang dapat dilihat pada gambar 4.1
dibawah ini.
Gambar 4.1. Histogram persentase stek hidup (%) tanaman zaitun (Olea europaea
L.) dengan perlakuan zat pengatur tumbuh auksin (NAA, IAA dan
IBA) pada konsentrasi 0,1 ppm, 0,5 ppm, 1,0 ppm dan 2,0 ppm.
(MST). Penyebab kematian ini diduga akibat stek mikro zaitun tidak dapat
batangnya mengering. Penyebab yang lain adalah diduga adanya bakteri dan
jamur pada stek. Serangan bakteri dan jamur ditunjukkan dengan membusuknya
batang dan pangkal stek, sehingga menyebabkan tanaman stek tidak dapat
bertahan hidup dan mati. Pada penelitian ini, kematian stek tanaman zaitun
diawali dengan daun rontok yang menyebabkan batang stek zaitun menjadi
kering.
53
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam tanaman/stek
karena faktor dalam. Sedangkan faktor luar terdiri dari faktor fisik (lingkungan),
tumbuh dan berkembang, serta air. Suhu udara yang tepat untuk merangsang
Rochiman dan Harjadi (1973) menjelaskan bahwa suhu udara yang optimal untuk
pembentukan akar pada kebanyakan jenis tanaman pada bedeng stek adalah
sekitar 29oC, karena suhu ini akan dapat merangsang pembelahan sel dalam
perakaran. Suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi dapat menyebabkan stek
mati. Smits dan Yasman (1986) juga menambahkan bahwa kelembaban pada stek
harus diusahakan, konstan diatas 90% terutama sebelum stek mampu berakar.
menjaga lingkungan sungkup agar tetap terjaga dan stabil. Suhu yang digunakan
sungkup yang harus selalu terjaga <31oC dengan kelembaban >70% untuk
menjaga tanaman hasil stek mikro agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan,
yang dapat mengakibatkan tanaman mati karena tidak terlalu kuat dalam
54
tanaman zaitun sehingga dapat diperoleh suhu dan kelembaban ruang sungkup
yang optimal.
perubahan dari satu fase pertumbuhan ke fase pertumbuhan yang lain) serta masa
media tanam dan suhu udara, maka media tanam dapat menjamin pertumbuhan
sistem perakaran tanaman dan proses penyerapan air dan hara. Hal ini disebabkan
55
media menjadi porous sehingga udara dalam media cukup bersih dan seimbang
4.6 Efektivitas Auksin (NAA, IAA dan IBA) Terhadap Persentase Stek
perakaran. Akar berfungsi sebagai alat untuk menyerap nutrisi pada media, baik
media khusus maupun media tanah (tanam) yang digunakan untuk pertumbuhan.
Dengan adanya akar, tanaman akan lebih kuat dan cepat untuk berkembang.
Selain itu, akar juga berfungsi untuk menopang tanaman untuk tumbuh, sehingga
akar yang terbentuk dapat membantu tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Persentase (%) banyaknya stek mikro tanaman zaitun (Olea europaea L.) yang
berakar dalam penelitian ini yaitu 39 stek berakar dari total 130 stek (30%).
auksin (NAA, IAA dan IBA) memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0,00)
terhadap persentase stek berakar (%) tanaman zaitun (Olea europaea L.)
Tabel 4.4. Hasil uji ANAVA pada efektivitas beberapa auksin (NAA, IAA dan
IBA) terhadap persentase stek berakar (%) tanaman zaitun (Olea
europaea L.)
SK Db JK KT Fhitung Ftabel Sig.
konsentrasi auksin yang digunakan (NAA, IAA dan IBA) memberikan hasil yang
signifikan terhadap persentase stek berakar (%) tanaman zaitun (Olea europaea
L.), sehingga dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test
(DMRT 5%) untuk mengetahui taraf perbedaan antara jenis auksin dan
Tabel 4.5. Hasil uji DMRT 0,5% pada efektivitas beberapa auksin (NAA, IAA dan
IBA) terhadap persentase stek berakar (%) tanaman zaitun (Olea
europaea L.)
No Perlakuan Persentase stek berakar (%)
1 Kontrol 0a
2 NAA 2,0 ppm 10 ab
3 IAA 0,1 ppm 10 ab
4 IBA 1,0 ppm 20 bc
5 IAA 0,5 ppm 30 c
6 IAA 2,0 ppm 30 c
7 IBA 0,5 ppm 30 c
8 IBA 0,1 ppm 40 cd
9 IBA 2,0 ppm 40 cd
10 NAA 0,1 ppm 40 cd
11 NAA 0,5 ppm 40 cd
12 NAA 1,0 ppm 40 cd
13 IAA 1,0 ppm 60 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu baris
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata, sedangkan yang disertai
huruf yang tidak sama menunjukkan hasil berbeda nyata
berdasarkan hasil uji DMRT α = 0,05.
Hasil uji DMRT 5% pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa beberapa
konsentrasi auksin (NAA, IAA dan IBA) tidak memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap persentase stek berakar (%) tanaman zaitun (Olea
europaea L.). Perlakuan NAA 2,0 ppm dan IAA 0,1 ppm menunjukkan persentase
stek berakar yang rendah dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol.
Sedangkan perlakuan NAA (0,1, 0,5 dan 1,0 ppm), IAA 1,0 ppm dan IBA (0,1
dan 2,0 ppm) menunjukkan hasil yang sama pada tabel notasi 4.5 diatas terhadap
persentase stek berakar (%) tanaman zaitun. Meskipun hasil uji DMRT pada tabel
4.5 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada tiap perlakuan, akan tetapi
perlakuan NAA 0,1 ppm memberikan pengaruh persentase stek berakar (%) yang
cukup tinggi daripada perlakuan yang lain. Hal ini dikarenakan perlakuan NAA
58
berakar sama tingginya dengan konsentrasi yang lain, sehingga efektif apabila
Zong et al. (2008) menambahkan bahwa IBA dan NAA lebih tahan
terhadap degradasi mikroba dan tanaman, IBA dan NAA terlihat lebih baik dan
efektif lebih lama daripada IAA dan oleh karena itu digunakan secara lebih luas
pada industri hortikultura untuk perbanyakan tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil
yang cukup tinggi dalam persentase stek berakar (%) tanaman zaitun, sehingga
Perbedaan persentase stek berakar (%) tanaman zaitun (Olea europaea L.)
juga disajikan dalam bentuk histogram, yang dapat dilihat pada gambar 4.4
dibawah ini.
Gambar 4.4. Histogram persentase stek berakar (%) pada stek mikro tanaman
zaitun (Olea europaea L.) dengan perlakuan zat pengatur tumbuh
auksin (NAA, IAA dan IBA) pada konsentrasi 0,1 ppm, 0,5 ppm,
1,0 ppm dan 2,0 ppm.
59
baik. Dengan kompenit ini tanah dapat diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya
baik secara fisika, kimia maupun biologi, sehingga mendukung pertumbuhan akar.
Perbaikan sifat fisik tanah sebagai akibat dari penambahan bahan organik juga
dapat meningkatkan daya sangga air, agregasi, permeabilitas dan aerasi tanah
unsur fosfat dalam tanah. Hal ini juga akan mempengaruhi perkembangan akar
unsur-unsur hara dalam media oleh tanaman. Penggunaan media pasir kasar
dalam penelitian ini karena media pasir merupakan media yang porous terhadap
air, sehingga air yang berlebih tidak tertahan pada media sehingga sirkulasi
mendapatkan hasil perbanyakan yang baik media tumbuh untuk tanaman juga
harus diperhatikan. Media tumbuh yang baik untuk budidaya tanaman adalah
mencukupi kebutuhan tanaman akan air dan unsur hara. Manipulasi media
tumbuh yang tepat adalah dengan membuat komposisi media yang dapat
60
mempertahankan kelembaban tanah dalam waktu relatif lebih lama dan mampu
dengan teknik stek dapat dinilai berhasil dengan terbentuknya perakaran pada
stek. Semakin cepat terbentuknya akar, maka akan semakin cepat proses
(Rochiman dan Harjadi, 1973). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, dimana
eksplan stek mikro yang berakar lebih cepat pertumbuhannya daripada eksplan
yang belum berakar, dikarenakan eksplan yang berakar sudah mampu untuk
mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhannya yang diperoleh dari media. Stek yang
Tunas aksilar
Gambar 4.5. Tunas pada stek mikro tanaman zaitun (Olea europaea L.)
61
4.7 Efektivitas Auksin (NAA, IAA dan IBA) Terhadap Jumlah Akar
perkembangan suatu tanaman. Akar merupakan salah satu organ tanaman yang
berfungsi dalam penyerapan nutrisi dan unsur hara yang terdapat di dalam tanah.
Banyaknya akar yang terbentuk pada tanaman akan memberikan manfaat dalam
penyerapan unsur hara secara maksimal bagi tumbuhan tersebut. Pada tiap
morfologi, dimana karakter akar pada perlakuan NAA adalah jumlah lebih banyak
dengan ukuran sedang, perlakuan IAA jumlah akar sedikit, akan tetapi berukuran
lebih pendek dan besar dibandingkan perlakuan NAA, dan perlakuan IBA jumlah
akar sedikit dengan karakter akar bercabang-cabang dengan ukuran lebih panjang.
A B C
Gambar 4.6. Hasil stek mikro tanaman zaitun (Olea europaea L.) yang berakar
pada konsentrasi 1,0 ppm dengan perlakuan A) NAA; B) IAA; C)
IBA
(NAA, IAA dan IBA) memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0,000) terhadap
62
jumlah akar pada hasil stek mikro tanaman zaitun (Olea europaaea L.). Hasil uji
Tabel 4.6. Hasil uji ANAVA pada efektivitas beberapa auksin (NAA, IAA dan
IBA) terhadap jumlah akar tanaman zaitun (Olea europaea L.)
SK Db JK KT Fhitung Ftabel Sig.
Perlakuan 12 30.679 2.557 4.458 1.82 .000
Ulangan 117 67.092 0.573
Total 129 97.771
Keterangan : Nilai Fhitung > Ftabel menunjukkan adanya pengaruh, sedangkan
nilai Fhitung < Ftabel menunjukkan tidak adanya pengaruh
Nilai F hitung yang lebih besar (4,458) daripada nilai F tabel (1,82)
pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan akar hasil stek mikro pada
tanaman zaitun (Olea europaea L.) sehingga dilanjutkan dengan uji DMRT 5%
Tabel 4.7 Hasil uji DMRT 5% pada efektivitas beberapa auksin (NAA, IAA dan
IBA) terhadap jumlah akar tanaman zaitun (Olea europaea L.)
No Perlakuan Rata-rata jumlah akar
1 Kontrol 0a
2 IAA 0,1 ppm 0,19 a
3 IAA 2,0 ppm 0,51 ab
4 NAA 2,0 ppm 0,57 ab
5 NAA 0,1 ppm 0,64 ab
6 NAA 0,5 ppm 0,64 ab
7 IBA 0,5 ppm 0,68 ab
8 IAA 0,5 ppm 0,77 abc
9 IBA 1,0 ppm 1,08 bcd
10 IBA 0,1 ppm 1,12 bcd
11 IBA 2,0 ppm 1,28 bcd
12 NAA 1,0 ppm 1,44 cd
13 IAA 1,0 ppm 1,82 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu baris
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata, sedangkan yang disertai
63
Hasil uji DMRT 5% pada tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa beberapa
auksin (NAA, IAA dan IBA) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap jumlah akar pada stek mikro tanaman zaitun (Olea europaea L.).
ppm, IAA 1,0 ppm dan IBA (0,1 ppm, 1,0 ppm dan 2,0 ppm) menunjukkan hasil
yang sama. Akan tetapi, perlakuan IBA 0,1 ppm memberikan pengaruh terhadap
jumlah akar yang tinggi terhadap perlakuan yang lain. Jadi, IBA 0,1 ppm
merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk pertumbuhan jumlah akar pada
stek mikro tanaman zaitun. Hal ini dikarenakan perlakuan IBA 0,1 ppm adalah
jumlah akar yang tinggi pada stek.. Keseragaman pertumbuhan akar yang terdapat
pada penelitian ini menunjukkan bahwa stek mikro tanaman zaitun mampu
rendah (0,1 ppm). Hal ini disebabkan respon tanaman yang baik terhadap zat
Salisbury dan Ross (1992) menjelaskan bahwa IBA lebih lazim digunakan
untuk memacu perakaran dibanding dengan NAA atau auksin lainnya. Hartmann
pertumbuhan akar tertinggi diperlihatkan oleh stek yang diberi perlakuan IBA
yang terbaik yang dipergunakan secara bebas, sebab ia tidak meracuni tanaman
perakaran pada sejumlah besar jenis tanaman. IBA lebih stabil terhadap pengaruh
IBA bersifat lebih baik dan efektif daripada IAA maupun NAA, karena
IBA lebih unggul dalam aktivitas perakaran. Hal ini dikarenakan kandungan
kimia IBA lebih stabil, daya kerjanya lebih lama serta memberikan kemungkinan
lebih berhasilnya pembentukkan akar. IBA yang diberikan pada stek akan tetap
berada disekitar tempat pemberian, hingga dapat diperoleh respon yang baik
terhadap pembentukan akar (Rochiman dan Harjadi, 1973). Hal ini sesuai dengan
jumlah akar pada stek mikro tanaman zaitun (Olea europaea L.). Meskipun
dengan konsentrasi yang rendah (0,1 ppm), IBA menunjukkan hasil yang efektif
dalam memacu pertumbuhan jumlah akar pada stek mikro tanaman zaitun.
4.8 Efektivitas Auksin (NAA, IAA dan IBA) Terhadap Panjang Akar
Akar yang terbentuk pada hasil stek mikro tanaman zaitun (Olea europaea
L.) mempunyai bentuk yang bervariasi. Panjang akar memberikan manfaat dalam
penyerapan unsur hara yang terkandung didalam tanah. Akar yang berukuran
Tabel 4.8. Hasil pengamatan perlakuan auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap
panjang akar tanaman zaitun (Olea europaea L.)
No Perlakuan Panjang akar
1 Kontrol
pemberian beberapa auksin (NAA, IAA dan IBA) memberikan hasil yang
signifikan (p=0,00) pada panjang akar stek mikro tanaman zaitun (Olea europaea
Tabel 4.9. Hasil uji ANAVA pada efektivitas beberapa auksin (NAA, IAA dan
IBA) terhadap panjang akar tanaman zaitun (Olea europaea L.)
beberapa auksin (NAA, IAA dan IBA) memberikan pengaruh yang signifikan ( p
= 0,000) terhadap panjang akar stek mikro tanaman zaitun (Olea europaea L.).
pada tiap perlakuan seperti yang dipaparkan pada tabel 4.10 dibawah ini.
Tabel 4.10 Hasil uji DMRT 5% pada efektivitas beberapa auksin (NAA, IAA dan
IBA) terhadap panjang akar tanaman zaitun (Olea europaea L.)
No Perlakuan Rata-rata Panjang akar
1 Kontrol 0a
2 IAA 0,1 ppm 0,171 ab
3 NAA 2,0 ppm 0,530 abc
4 NAA 0,5 ppm 0,912 bcd
5 NAA 1,0 ppm 1,047 bcd
6 IBA 2,0 ppm 1,091 cd
7 IBA 0,1 ppm 1,184 cd
8 NAA 0,1 ppm 1,296 cd
9 IBA 1,0 ppm 1,332 cd
10 IAA 1,0 ppm 1,437 cd
11 IAA 2,0 ppm 1,581 d
12 IAA 0,5 ppm 1,637 d
13 IBA 0,5 ppm 1,739 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu baris
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata, sedangkan yang disertai
huruf yang tidak sama menunjukkan hasil berbeda nyata
berdasarkan hasil uji DMRT α = 0,05.
70
0,1 ppm memacu pertumbuhan akar stek mikro tanaman zaitun lebih pendek
daripada perlakuan yang lainnya. Sedangkan perlakuan NAA (0,1 ppm, 0,5 ppm,
dan 1,0 ppm), IAA (0,5 ppm, 1,0 ppm dan 2,0 ppm) dan IBA (0,1 ppm, 0,5 ppm,
1,0 ppm dan 2,0 ppm) dapat memacu pertumbuhan akar stek mikro tanaman
zaitun lebih panjang daripada perlakuan yang lain. Akan tetapi, perlakuan NAA
0,1 ppm mampu menunjukkan hasil yang cukup tinggi dalam panjang akar
tanaman zaitun hasil stek mikro, sehingga efektif digunakan untuk perpanjangan
Zong et al. (2008) menambahkan bahwa meskipun dibutuhkan dan berguna untuk
adventif (Arteca, 2006). Zong et al. (2008) menambahkan bahwa peran utama
auksin pada perbanyakan tanaman adalah menstimulasi akar pada setek batang
dan daun dan meningkatkan cabang akar. Kegunaan dari hormon pengakaran
inisiasi pengakaran, meningkatkan jumlah dan kualitas dari akar, dan mendorong
digunakan untuk pembentukan akar adventif. NAA memiliki sifat yang lebih
tahan, tidak terdegradasi dan lebih murah. Menurut Zaer dan Mapes (1985), NAA
memiliki sifat lebih stabil dibanding IAA dan tidak mudah teroksidasi oleh enzim.
dalam bahan stek ketika terjadi pelukaan pada pangkal stek. Hal ini menyebabkan
(2001) menyatakan adanya kalus belum tentu merupakan tanda bahwa stek dapat
menghasilkan akar, karena fungsi kalus untuk menutup luka dan mencegah
pembusukan stek. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang menunjukkan
bahwa stek yang akarnya panjang mampu beradaptasi dengan baik pada media,
karena organ akar dapat menyerap nutrisi yang ada pada tanah dan mencegah
tanaman mati.
bumi ini dari biji-bijian yang merupakan benda mati. Allah SWT. juga
yang kalian sembah, melainkan Allah yang telah menumbuhkan butir-butir, yakni
bahwa Dia-lah yang mengeluarkan tangkai yang hidup dari butir yang mati, dan
mengeluarkan pohon yang hidup dari tangkai yang hidup. Dia juga yang
mengeluarkan pohon yang hidup dari biji yang mati, dan biji yang mati dari pohon
yang hidup. Pohon ketika masih bersiri dan belum kering dinamakan hayy (hidup)
oleh orang arab. Sedangkan jika telah kering dan batangnya telah runtuh,
dinamakan mayyit (mati). Ini dapat digambarkan dengan “pohon kurma berasal
dari biji, dan biji dari pohon kurma. Demikian pula butir, berasal dari tangkai
buah-buahan yang mati, lalu mengeluarkan daun yang hijau darinya. Seperti itu
juga dengan butir tumbuh-tumbuhan. Lalu dari daun yang hijau itu Sia
mengeluarkan butir tumbuh-tumbuhan yang mati dan biji buah-buahan. Ini juga
merupakan makna Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan
menjelaskan bahwa “Allah menumbuhkan apa yang kita tanam, berupa benih
tanaman yang dituai, dan biji buah, serta membelah dengan kekuasaan dan
Para ahli Genetika mengungkapkan bahwa “Pada asal makhluk hidup ada
kehidupan, setiap yang tumbuh, dari jenis biji maupun benih, mempunyai
yang segar dari biji yang kering, dan mengeluarkan yang kering dari tumbuh-
tersebut. Kebenaran al-Quran tak dapat dibantah lagi, bahkan banyak orang non-
Muslim menjadi Muallaf setelah menelaah ayat-ayat al-Quran. Ini pula yang
dialami oleh beberapa ahli biologi asal Jepang yang menyatakan memeluk Islam,
setelah al-Quran menguatkan hasil riset dan penelitian mereka. Awal mula mereka
memeluk Islam dimulai dari sebuah riset mengenai zat bernama methalonids. Zat
protein ini keluar dari otak manusia dan binatang dalam jumlah yang sedikit. Zat
methalonids sangat penting bagi tubuh manusia dan dapat mengurangi kolesterol.
Selain itu, zat ini juga berguna untuk menguatkan jantung dan memperkuat sistem
pernapasan.
74
Zat methalonids akan diproduksi dalam jumlah yang lebih banyak setelah
usia 15 tahun hingga 35 tahun. Setelah usia ini hingga usia 60 tahun, produksi zat
ini akan berkurang kembali. Dengan demikian, zat methalonids termasuk zat
langka dalam tubuh manusia. Dalam tubuh binatang, zat ini juga ditemukan
sangat sedikit. Untuk itu, para periset Jepang berusaha menemukan zat
methalonids dalam buah-buahan, dan mereka hanya menemukan dalam dua jenis
buah yaitu dari buah tin dan zaitun, yang sudah disebutkan dalam al-Quran sejak
berabad-abad lalu. Menurut riset, diketahui jika mengonsumsi salah satu dari dua
buah tersebut tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan. Menurut mereka,
jika satu biji buah tin dicampur menjadi satu dengan enam biji buah zaitun, maka
Pada suatu saat, para periset Jepang ini berhubungan dengan seorang
dokter berkebangsaan Arab Saudi. Dokter Saudi ini meneliti penggunaan kata tin
dan zaitun dalam al-Quran. Ia menemukan kata “tin” disebutkan sebanyak satu
kali dan kata “zaitun” secara tegas sebanyak enam kali dan satu kali secara
kepada mereka, dan setelah yakin atas akurasi informasi, mereka pun menyatakan
Selain itu, pada tanggal 21 april 1997 untuk pertama kalinya dalam
setebal lebih dari tiga puluh halaman. Didalamnya, mereka menandaskan bahwa
jantung koroner, hipertensi, diabetes, obesitas dan bisa mencegah beberapa jenis
kanker.
Hingga tahun 1986 tidak ada seorangpun peneliti Amerika dan eropa yang
risetnya pada tahun 1985 bahwa minyak zaitun bisa menurunkan kolesterol darah,
berturut-turut berbagai studi dan riset pun gencar dilakukan untuk meneliti
manfaat minyak zaitun. Seiring dengan perjalanan hari, beragam rahasia minyak
zaitun yang berkah, yang berasal dari sebuah pohon berkah ini pun akhirnya
terkuak satu demi satu. Diriwayatkan dari Umar bin Khattab r.a. bahwa
Rasullullah SAW bersabda yang artinya “Makan dan berminyaklah dengan zaitun
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
pengaruh meliputi persentase stek hidup (%), persentase stek berakar (%),
melalui teknik stek mikro adalah NAA 0,1 ppm untuk persentase stek
hidup (%) sebesar 70% dari total ulangan (7 stek hidup dari 10 stek
ulangan), persentase stek berakar (%) sebesar 40% (4 stek berakar dari 10
stek ulangan) dan panjang akar dengan rata-rata 1,296 cm. dan IBA 0,1
ppm untuk jumlah akar pada stek. Meskipun pada beberapa perlakuan
menunjukkan hasil yang sama pada persentase stek hidup (%), stek
berakar (%), jumlah akar dan panjang akar, akan tetapi penggunaan jenis
76
77
5.2 Saran
mudah
2. Perlu digunakan hormon auksin jenis NAA untuk pertumbuhan stek mikro
tanaman zaitun.
78
DAFTAR PUSTAKA
Http://www.plantzafrica.com/medmonographs/oleaeuropafric.pdf.
Abidin, Z. 1983. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Bandung : Angkasa
Allard, R.W., 2005. Principles of Plant Breeding. New York : John Wiley and
Sons
Aloni, R. 1987. The induction of vascular tissue by auxin. P.J. Davies. (ed.), Plant
Hormones and their role in plant growth and development. Boston :
Martinus nijhoff publisher
Arteca, R. N. 2006. Introduction to Horticultural Science. Thompson Delmar
Learning, a part of the Thomson corporation. USA : CABI Publisher
Bartolini, G. Petruccelli, R. and Tindall, H.D. 2002. In Tindal HD. Menini UG:
(eds) Classification, origin, diffusion and history of the olive. Italy : FAO
Rome
Bartolini, G. Prevost, G. Messeri, C. Carignani, G. & Menini, UG. 1998. Olive
germplasm: Cultivars and world-wide collections. Italy : FAO Rome
Boskou G., Salta F.N., Chrysostomou S., Mylona A., Chiou A., Andrikopoulos
N.K. 2006. Antioxidant capacity and phenolic profile of table olives from
the Greek market. Food Chemistry. 94 : 558-564
Chahal, G.S., dan Gosal, S.S. 2002. Principles and Procedures of Plant Breeding
Biotechnological and Conventional Approaches. United Kingdom : Alpha
Science International Ltd. Harrow.
Chiappetta, A. and Muzzalupo, I. 2012. Olive Germplasm - The Olive Cultivation,
Table Olive and Olive Oil Industry in Italy. Italy : Botanical Description
Civantos, L. 2010. Olive Growing. 5th ed. New South Wales (AU): RIRDC Pro
Cohen, J.D. and K. Bialek. 1984. The biosynthesis of indole-3-acetic acid in
higher plants. in A. Crozier and J.R. Hillman (eds.) . The biosynthesis and
metabolism of plant hormones. Cambridge : Cambridge University press.
Crockett, J.U. 1974. Flowering House Plants. The Time-Life Encyclopedia of
Gardening. New York : Time-Life Books.
Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.
New York : Columbia University Press
78
79
Ponganan, A.V. 2004. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA terhadap
Pertumbuhan Stek Mini Pule Pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) Hasil
Kultur In Vitro. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan.
Fakultas Kehutanan. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Prieto, Pilar dan Blanco, Jesus. 2008. Endophytic colonyzation of Olive roots by
Biocontrol Pseudomonas fluorescens PICF7. Microbiol. Ecol. 64 : 297-
306
Rahmawati, A. 2007. Di Balik Beningnya Minyak Zaitun [online]
http://arifiyahs.blogspot.com
Reinecke, D.M. and R.S. Bandurski. 1987. Auxin biosynthesis and metabolism.
Pages 24-42 in P.J. Davies. (ed.), Plant Hormones and their role in plant
growth and development. Boston : Martinus nijhoff publisher.
Rochiman, K. dan Harjadi, S.S. 1973, Pembiakan Vegetatif. Departemen
Agronomi, Fakultas Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Rosati, A. Zipancic, M. Caporali, S. and Paoletti, A. 2010. Fruit set is inversely
related to flower and fruit weight in olive (Olea europaea L.), Scientia
Horticulturae. 126 : 200–204.
Rugini, E. Fedeli, E. 1990. Legumes and Oilseed I: Olive (Olea europaea L.) as
an Oilseed Crop. New York (US): Springer.
Surtiningsih. 2005. Cantik dengan Bahan Alami. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo
Suryo. 1995. Sitogenetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ulfa, M. B. 2011. Penggunaan 2,4-D untuk Induksi Kalus Kacang Tanah. Media
Litbang Sulteng. IV (2) : 137-147
Wasito, H. dan Herawati, E. 2008. Etika Farmasi dalam Islam, edisi 1. Bandung :
Graha Ilmu
Waterman, E., and Lockwood, B. 2007. Active Components and Clinical
Applications of Olive Oil. Alternative Medicine Review. 12 [4]
Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor : Lembaga
Sumber Daya Informasi IPB
Wattimena, G.A., L.W. Gunawan, A. Makmur, R. Suseno, S.H. Sutjahjo. 1986.
Kultur Jaringan Tanaman Pembiakan Mikro dan Manipulasi Genetika
pada Beberapa Tanaman Budidaya. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Wightman, F. And. And D.L. Lighty. 1982. Identification of Phenylacetic acid as
a natural auxin in the shoots of higher plants. Physiologia Plantarum. 55 :
17-24
Wright, J.W. 1976. Introduction to Forest Genetics. New York : Academic Press.
Wudianto, R. 2004. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta : Penebar
Swadaya
Zaerr, J.B. dan M.O. Mapes. 1982. Actions of Growth Regulators dalam Tissue
Culture in Forestry edited by J.M. Bonga dan D.J. Durzan. Boston :
Martinus Nijhoff/ DR. W. Junk Publishers.
Zong M. C., Yi Li and Zhen Z. 2008. Plant Growth Regulators Used in
Propagation, Plant Propagation, Concepts and Laboratory Exercices.
Florida : CRC Press
83
U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10
Kontrol - - - - - - - - - - 0
NAA 0,1 ppm hidup hidup hidup hidup hidup - Hidup - hidup - 7
0,5 ppm hidup hidup hidup hidup - hidup Hidup hidup hidup Hidup 9
1,0 ppm hidup hidup - - hidup hidup Hidup hidup hidup Hidup 8
IBA 0,1 ppm hidup hidup hidup hidup Hidup hidup Hidup - - - 7
83
84
0,5 ppm hidup hidup hidup hidup - hidup Hidup hidup hidup - 8
2. Tabel pengamatan persentase stek berakar (%), jumlah akar dan panjang akar tanaman zaitun (Olea europaea L.)
Kontrol - - - - - - - - - -
1,4 cm 0,5 cm
1,2 cm
3,5 cm
0,6 cm
84
85
2,0 ppm - - - - - - 2 cm - - - 1
1,6 cm
0,7 cm
3,3 cm
2,5 cm 1,5 cm
0,8 cm
1,1 cm
0,7 cm 1,8 cm
3,5 cm
85
86
3 cm
3,5 cm 1,8 cm
2 cm
2,1 cm
0,7 cm
86
87
B) 50 µL hormon stok
Lampiran 4. Proses prunning (pangkas pucuk), persiapan eksplan dan stek mikro
(micro cutting) tanaman zaitun (Olea europaea L.)
89
1. Hasil uji ANAVA pengaruh auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap persentase
stek hidup (%) tanaman zaitun (Olea europaea L.)
ANOVA
Persentase Stek Hidup (%)
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 7.231 12 .603 2.878 .002
Within Groups 24.500 117 .209
Total 31.731 129
2. Hasil uji DMRT 5% pengaruh auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap
persentase stek hidup (%) tanaman zaitun (Olea europaea L.)
3. Hasil uji ANAVA pengaruh auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap
persentase stek berakar (%) tanaman zaitun (Olea europaea L.)
ANOVA
Persentase Stek Berakar (%)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6.729 12 .561 6.387 .000
Within Groups 10.273 117 .088
Total 17.002 129
4. Hasil uji DMRT 5% pengaruh auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap
persentase stek berakar (%) tanaman zaitun (Olea europaea L.)
5. Hasil uji ANAVA pengaruh auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap jumlah
akar tanaman zaitun (Olea europaea L.)
ANOVA
Jumlah_akar
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 30.679 12 2.557 4.458 .000
Within Groups 67.092 117 .573
Total 97.771 129
6. Hasil Uji DMRT 5% pengaruh auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap jumlah
akar tanaman zaitun (Olea europaea L.)
Jumlah_akar
Duncana
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
Kontrol 10 .0000
IAA 0,1 ppm 10 .1900
IAA 2,0 ppm 10 .5100 .5100
NAA 2,0 ppm 10 .5700 .5700
NAA 0,1 ppm 10 .6400 .6400
NAA 0,5 ppm 10 .6400 .6400
IBA 0,5 ppm 10 .6800 .6800
IAA 0,5 ppm 10 .7700 .7700 .7700
IBA 1,0 ppm 10 1.0800 1.0800 1.0800
IBA 0,1 ppm 10 1.1200 1.1200 1.1200
IBA 2,0 ppm 10 1.2800 1.2800 1.2800
NAA 1,0 ppm 10 1.4400 1.4400
IAA 1,0 ppm 10 1.8200
Sig. .053 .055 .080 .052
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10,000.
92
4. Hasil uji ANAVA pengaruh auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap panjang
akar tanaman zaitun (Olea europaea L.)
ANOVA
Panjang akar
5. Hasil uji DMRT 5% pengaruh auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap Panjang
akar tanaman zaitun (Olea europaea L.)
Data
a
Duncan
perlakuan N 1 2 3 4
Kontrol 10 .0000
Lampiran 6. Gambar hasil pengamatan pengaruh auksin (NAA, IAA dan IBA)
terhadap persentase stek hidup (%), persentase stek berakar, jumlah akar dan
panjang akar tanaman zaitun (Olea europaea L.)
1. Perlakuan kontrol
Pengamatan awal Pengamatan akhir Akar