Komunikasi Dalam Bimbingan Konseling Siswa

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pentingnya komunikasi dalam semua sendi kehidupan adalah suatu
hal yang tidak bisa dipungkiri manusia, begitu juga halnya dalam proses
bimbingan dan konseling. Oleh karena keterlibatan komunikasi ini hampir
diseluruh sendi kehidupan manusia, maka telaah komunikasi dilakukan pula
dengan dan dari berbagai disiplin ilmu : antropologi, biologi, ekonomi,
sosiologi, linguistik, psikologi, politik, matematik, enginereering,
neurofisiologi, filsafat, dan sebagainya. Seorang konselor hendaknya
memiliki pemahaman tidak hanya pengetahuan di bidang konseling atau
psikologi saja namun juga di bidang komunikasi. Bimbingan dan konseling
akan berlangsung dengan baik denga adanya komunikasi yang baik pula
antara konselor dan konseli.
Oleh karena itu, makalah kami yang berjudul “Komunikasi dalam
Bimbingan Konseling Siswa” ini akan membahas tentang hal-hal yang
berkaitan dengan komunikasi dalam bimbingan konseling siswa yang
diharapkan mampu menjadi bahan kajian bagi semua guru atau calon guru
sehingga hakikat dari proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
maksimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian, komunikasi, bimbingan, konseling, bimbingan
konseling siswa, serta komunikasi dalam bimbingan konseling siswa?
2. Apakah fungsi dan tujuan komunikasi dalam bimbingan konseling siswa?
3. Bagaimana bentuk komunikasi dalam bimbingan konseling siswa ?
4. Apa sajakah hambatan dalam komunikasi dalam bimbingan konseling
siswa?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian, komunikasi, bimbingan, konseling,
bimbingan konseling siswa, serta komunikasi dalam bimbingan konseling
siswa.
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan komunikasi dalam bimbingan
konseling siswa.
3. Untuk mengetahui bentuk komunikasi dalam bimbingan konseling siswa.
4. Untuk mengetahui hambatan dalam komunikasi dalam bimbingan
konseling siswa
D. Batasan Masalah
Dalam penyajian makalah ini, penulis membatasi pembahasan masalah hanya
pada pengertian, komunikasi, bimbingan, konseling, bimbingan konseling
siswa, serta komunikasi dalam bimbingan konseling siswa; fungsi dan tujuan
komunikasi dalam bimbingan konseling siswa; bentuk komunikasi dalam
bimbingan konseling siswa; serta hambatan dalam komunikasi dalam
bimbingan konseling siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi, Bimbingan, Konseling, Bimbingan Konseling
Siswa serta Komunikasi dalam Bimbingan Konseling Siswa.
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita
antara dua orang atau lebih sehingga pesan yagn dimaksud dapat
dipahami. Kemampuan berkomunikasi merupakan satu kelebihan yang
sangat bermanfaat,karena melalui komunikasi yang berhasil anda dapat
menjaga hubungan baik,menyampaikan gagasan dengan baik,dan
membuat orang lain mendukung gagasan-gagasan anda. Sebaliknya,
komunikasi yang buruk dapat menyebabkan rusaknya hubungan,dan
ketidakmampuan menyampaikan gagasan yang anda miliki. Hali ini akan
membuat orang lain tidak memahami apa yang anda miliki,dan sangatlah
sulit membuat orang lain mendukung gagasan-gagasan anda.
Butuh penguasaan kemampuan komunikasi efektif yang
baik,kemampuan ini bukanlalh mutlak karena bakat atau bawaan sejak
lahir,tetapi suatu keterampilan yang bisa dipelajair oleh siapapun. Bahkan
para ahli komunikasi yang ternama pun tidak sedikit yang memulai belajar
benar-benar dari nol, tapi dengan kemauan dan kerja keras akhirnya
mereka bisa memiliki keterampilan yang sangat berharga ini. Kemempuan
berkomunikasi erat kaitannya dengan kemampuan berbicara, jika
kemampuan berbicara dipengaruhi oleh rasa percaya diri, wawasan yang
luas, dan kebiasaan menggunakan bahasa secara efektif, maka kemapuan
berkomunikasi memiliki cakupan yang cukup luas. Komunikasi dapat
dilakukan baik dengan bahasa verbal maupun bahasa non-verbal dan
sangat dipengaruhi antara lain oleh kesediaan untuk mendengarkan dan
memahami pihak lain.1
Komunikasi sangat berperen penting dalam dunia pendidikan yang
akan menjadi kunci kesuksesan proses pembelajaran, karena di dalam

1
http://ilikechemistry.blogspot.com/p/komunikasi-efektif.html diakses pada 5
Juni 2014 pukul 16.30 WIB
proses pembelajaran terdapat interaksi bimbingan dan konseling yang
mana akan menentukan dari hasil yang diterima murid.
Secara umum proses komunikasi sekurang-kurangnya mengandung
lima unsur yaitu :
a) Siapa yang berbicara (pemberi pesan )
b) Mengatakan apa (isi pesan)
c) Dengan cara apa (media)
d) Kepada siapa (penerima pesan)
e) Hasilnya apa (umpan balik)2
2. Pengertian Bimbingan

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari dari kata guidance


(Bahasa Inggris). Sedangkan makna atau batasan dari istilah bimbingan
ataui guidance ini masih terdapat perbedaan antara ahli yang satu dengan
yang lain. Mereka umumnya memberikan batasan mengenai bimbingan
sesuai dengan latar belakang profesinya, kultur, serta, pandangan dan
falsafah hidupnya masing-masing . Namun demikian, hendaknya disadari
bahwa perbedaan pandangan tersebut justru saling melengkapi antar yang
satu dengan yang lain.3
Untuk memahami makna bimbingan beberapa ahli berpendapat
sebagai berikut.
a. Schertzer dan Stone memberikan batasan bimbingan sebagai suatu
proses bantuan yang ditunjukan kepada individu agar mengenali
dirinyasendiri dan dunianya
b. Arthur Jones memberikan batasan, bimbingan adlah suatu bantuan
yang diberikan oleh seeorang kepada orang lain dalam membuta
pilihan-pilihan dan penyesuaian- penyesuaian serta dalam membuat
pemecahan masalah. Tuuan bimbingan adalah membantu
menumbuhkan kebebasan serta kemampuannya agar menjadi individu
yang bertanggung jawab terhaadapdirinya sendiri.
c. Bimo Walgito memberikan batasan mengenai bimbingan adalah “…
bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada idividu atau
ekelompok individu-individu dalam menghindari atau mengatasi
2
http://hanny21.blogspot.com/2011/04/komunikasi-dalam-konseling.html
Diakses pada tanggal 9 Juni 2014 pukul 13.43 WIB
3
Elfi Mu’awanah & Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2012), hal. 54
kesulitan- kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau
sekumpulan individu- individu itu dapat mencapai kesejahteraan
hidupnya..”4

Dari beberapa batasan yang dikemukakan diatas, menunjukan


bahwa para ahli masih belum memiliki pandangan yang sama terhadap
istilah bimbingan, sekalipun diteliti mereka tetap memberikan pengertian
dasar yang sama, yakni bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan
yang ditunjukan kepada individu.
Dari pengertian-pengertian bimbingan tersebut dapat memberikan
pendapat baru bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian
bantuan yang di tunjukan kepada individu/siswa atau sekelompok siswa
agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik
kemampuan-kemampuan yang ia miliki serta kelemahan- kelemahannya
agar selanjutnya dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung
jawab dalam menentukan jalan hidupnya, mampu memecahkan sendiri
kesulitan yang dihadapi serta dapat memahami lingkungan untuk dapat
menyesuaikan diri dengan linkunaganya secara tepat dan akhirnya dapat
memperoleh kebahagiaan hidup.
Dengan demikian, arah pemberian bantuan dalam bimbingan di
sekolah adalah individunya bukan pemecahan kesulitannya, sebab pda
akhirnya individutersebutlah yang harus menetkan sendiri dalam
pemecahannya. Oleh karena itu berhasil tidaknya suatu usaha bimbingan
ditentukan oleh kesdiaan dan kesadaran siswa itu sendiri.
3. Pengertian Konseling

Konseling merupakan terjemahan dari kata Counselling (Bahasa


Inggris). Ad ayang sependapat dengan penterjemahan kata Counselling
menjadi penyuluhan ., namun ada juga yang kurang sependapat dengan
alas an karena penyuluhan berasal dari kata suluh, yang memakai arti obor
(penerangan) sehingga konseling diartikan penyuluhan, yang berarti
memberikan penerangan kepada orang yang belunmtahu tentang sesuatu

4
Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling, (Jakarta : PT Bina Ilmu, 2004), hal. 3
yang belum ia ketahui agar menjadi tahu. Jika diartikan berdasarkan bahsa
arab, suluh sama dengan ( ) maka akan berarti meluruskkan sesuatu
yang salah. Barang kali makna ini lebih tepat untuk mengartikan konseling
sebagai kegiatan untuk meluruskan perilaku yang salah atau kurang
sesuai.5
Ada beberapa pendapat dari beberapa tokoh mengenai pengertian
konseling:
a. Arthur Jones memberikan batasan, konseling adalah suatu proses yang
membantu individu untuk memecahkan suatu masalah- masalahnya
dengan cara interview.
b. I. Jumhur dan Moh. Surya memberikan batasan, konseling merupakan
salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan, yaitu
membberikan bantuan secara individu (face to face relationship)
c. W. S. Winkel SJ memberikan batasan: … penyuluhan merupakan suatu
asaluran bagi pemberian bimbingan. Dalam rangka penyuluhan
diadakan diskusi atau pembicaraan antar sesorang penyuluh (consellor)
dengan satu orang (individual counselling) atau dengan beberapa orang
sekaligus(group counselling)6
Dari beberapa batasan tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa
konseling adalah suatu bimbingan yang diverikan kepada individu (siswa)
dengan tatap muka (face to face) melalui wawancara. Face to face
(hubungna timbal balik) dan wawancar ini merupakam ciri konseling.
Umumnya konseling diberikan secara individual, namun sebenarnya bisa
diberikan secara kelompok (atau bersama-sama). Pelayanan konseling
terutama ditujukan kepada individu yang bermasalah, maka konseling
dapat digunkan untuk mengatasi maslah yang muncul di sekolah. Karena
itu, layanan konseling ini memerlukan keahlian dari orng yang
memberikanya. Pelayanan konseling merupakn pelayanan professional,
artinya semua orang berhak melakukannya.
Dengan melihat makna atau batasan seperti ayng dikemukakan,
maka dapt disimpulkan hubungan antara bimbingan dan konseling adalah
konseling merupakan salah satu teknik dalam memberikan bimbingan.

5
Ibid., Elfi Mu’awanah & Rifa Hidayah, Bimbingan…, hal. 54-55
6
Ibid., Elfi Mu’awanah, Bimbingan…, hal. 5
Konseling merupakan bagian dari bimbingan sehingga setiap konseling
pasti merupakan bimbingan, namun sebaliknya setiap bimbingan tidak
harus konseling.7
4. Pengertian Komunikasi dalam Bimbingan Konseling
Komunikasi dalam kegiatan bimbingan dan konseling adalah
komunikasi yang menunjang kepada penyampaian karakteristik pesan agar
individu atau siswa memahami arti dan makna pesan yang disampaikan
untuk kepentingan dirinya. Sehingga dalam kegiatan bimbingan yang
melibatkan interaksi antara guru pembimbing dengan klien bisa berjalan
dengan baik. Berjalannya kegiatan dengan baik dalam bimbingan
memerlukan syarat-syarat tertentu sebagai bagian dari bimbingan, antara
lain:Pertama, harus ada saling kepercayaan antara guru pembimbing yang
memberikan bantuan dengan klien (siswa) yang akan dibantu, terutama
dalam diri siswa harus tumbuh kepercayaan bahwa rahasia yang akan
disampaikan dalam pembicaraan dengan guru pembimbing tidak akan
diekspos keluar atau diberitahukan kepada orang lain. Selain itu siswa juga
memiliki keyakinan bahwa guru pembimbing dapat membantunya. 8
B. Fungsi dan Tujuan Komunikasi dalam Bimbingan Konseling Siswa
1. Fungsi Komunikasi dalam Bimbingan Konseling Siswa
Komunikasi dalam bimbingan konseling berfungsi sebagai pemberi
layanan kepada siswa agar masing-masing siswa dapat berkembang
bsecara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.
Oleh karena itu pelayanan bimbingan konseling mengemban sejumlah
fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan
konseling. Fungsi-fungsi tersebut adalah
a. Fungsi Pemahaman
Komunikasi dalam bimbingan konseling siswa akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan siswa: 1)
Pengembangan tentang diri siswa sendiri. 2) Pemahaman tentang
lingkungan siswa. 3) Pemahaman tentang lingkunagn yang lebih
luas.
b. Fungsi Pencegahan
7
Ibid., Elfi Mu’awanah & Rifa Hidayah, Bimbingan…, hal.56-57
8
http://khiyarudin.blogspot.com/p/komunikasi-dalam-bimbingan-dan.html
Diakses pada tanggal 9 Juni 2014 pukul 13.43 WIB.
Dalam hal ini, komunikasi yang terjadi akan berfungsi untuk
menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya siswa dari berbagai
permasalahan yang timbul yang akan dapat mengganggu,
menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian
tertentu dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi Pengentasan
Istilah fungsi pengentasan ini dipakai sebagai pengganti
istilah fungsi kuratif atau fungsi terapeutik dengan arti pengobatan
atau penyembuhan. Dalam pelayanan bimbingan konseling
pemberian label atau berasumsi bahwa siswa atau klien adalah
orang “sakit” atau “rusak” sama sekali tidak boleh dilakukan.
Melalui fungsi pengentasan ini pelayanan bimbingan konseling
akan menghasilkan terentasnya atau teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami oleh siswa.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Dalam fungsi ini, komunikasi yang telah terjadi akan
menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai
potensi dan kondisi positif siswa dalam rangka perkembangan
dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.
e. Fungsi Advokasi
Fungsi komunikasi dalam bimbingan konseling akan
menghasilkan teradvoksinya atau pembelaan terhadap siswa dalam
rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.
Secara keseluruhan, jika semua fungsi- fungsi itu telah
terlaksana dengan baik, dapatlah bahwa siswa akan mampu
berkembang secara wajar dan mantap menuju aktualisasi diri secara
optimal pula. Keterpaduan semua fungsi tersebut akan sangat
membantu perkembangan siswa secara terpadu pula.9
2. Tujuan Komunikasi dalam Bimbingan Konseling Siswa
a. Dalam rangka menemukan pribadi siswa
Komunikasi dalam bimbingan konseling yang bertujuan
untuk menemukan pribadi siswa dimaksudkan agar siswa tersebut
mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta

9
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta Selatan : Ciputat Press, 2002),
hal. 59-62
menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal
pengenmbangan diri lebih lanjut.
b. Dalam rangka mengenal lingkungan
Komunikasi dalam bimbingan konseling yang bertujuan
untuk mengenal lingkungan dimaksudkan agar siswa mengenal
lingkungannhya secara objektif, baik lingkungan social maupun
ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-nilai
dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima
berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula.
c. Dalam rangka merencanakan masa depan
Komunikasi dalam bimbingan konseling yang bertujuan
untuk merencanakan masa depan dirinya, baik yang menyangkut
bidang pendidikan, bidang karir maupun bidang budaya, keluarga
dan masyarakat. Melalui perencanaan masa depan ini individu
diharapkan mampu mewujudkan dirinya sendiri dengan bakat,
minat, intelegensi, dan kemungkinan-kemungkinan yang dimiliki.10
Dalam hal ini perlu diketahui juga bahwa pelaku dari
komunikasi dalam bimbingan konseling adalah guru dan murid , dan
di antara guru dan murid mempunyai hubungan yang bersifat relative
stabil. Ciri khas dari hubungan ini adalah bahwa terdapat status yang
tidak sama antara guru dengan murid. Guru itu secara umum diketahui
mempunyai status yang lebih tinggi dibandingkan dengan murid dan
karena itu dapat menuntut murid untuk menunjukkan kelakuan yang
sesuai dengan sifat hubungan itu. Dalam hubungan guru-murid
biasanya hanya murid diharapkan mengalami perubahan kelakuan
sebagai hasil belajar selain itu perubahan kelakuan yang diharapkan
mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik, misalnya agar anak
menguasai bahan pelajaran tertentu.
Selain itu, guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan
murid bila dalam memberi pelajaran dalam kelas hubungan itu tidak
sepihak, seperti terdapat dalam metode ceramah, akan tetapi
hubungan interaktif dengan partisipasi yang sebanyak-banyaknya dari

10
Ibid., Hallen A, Bimbingan dan…, hal. 57-59
pihak murid. Hubungan itu akan lebih efektif dalam kelas yang kecil
daripada di kelas yang besar.11
Hal ini diharapkan mampu mencapai tujuan dari komunikasi
dalam bimbingan konseling siswa, sehingga siswa mampu mencapai
tujuan dari pendidikannya dengan efektif.
C. Bentuk Komunikasi dalam Bimbingan Konseling Siswa
Komunikasi dialogis antara konselor dan klien pada dasarnya
merupakan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang dilakukan oleh dua orang dimana masing-masing
bertukar posisi sebagai komunikator dan komunikan. Proses komunikasi
ini terjalin dalam situasi psikologi yang mendalam dan lebih sering
dilakukan melaui tatap muka. Komunikasi interpersonal melibatkan
beberapa faktor personal yaitu, persepsi, atraksi interpersonal, konsep diri
dan keperibadian yang dimiliki komunikator maupun komunikan, di
samping pula melibatkan faktor situasional.
Definisi komunikasi interpersonal secara sederhana dikemukakan
oleh Effendy yaitu komunikasi antara seorang komunikator dengan
seorang komunikan. Secara lebih rinci Hovland mendefinisikan
komunikasi interpersonal sebagai suatu keadaan interaksi ketika seseorang
(komunikator) mengirimkan stimuli (biasanya simbol-simbol verbal)
untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan), dalam sebuah
peristiwa tatap muka. Senada dengan pendapat ini, Gunadi menyatakan
komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara dua orang yang
terjalin dalam suasana psikologis yang mendalam dan biasanya dilakukan
secara tatap muka.
Liliweri menambahkan bahwa komunikasi jenis ini dianggap
paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
seseorang, sifatnya yang dialogis yaitu berupa percakapan karena arus
balik bersifat langsung, maka komunikator mengetahui tanggapan
komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan.

11
S Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hal. 78-
79
Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya itu positif
atau tidak, berhasil atau tidak.
Wiryanto menjelaskan ciri-ciri komunikasi antarpribadi
adalah sebagai berikut:
1. Alur pesan berlangsung dua arah baik dari pengirim maupun penerima
pesan;
2. Komunikasi berlangsung dalam suasana yang akrab atau lebih
personal;
3. Umpan balik segera dapat diperoleh;
4. Lebih efektif mempengaruhi sikap dan perilaku;
5. Jumlah orang yang terlibat sangat terbatas.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara
komunikator dan komunikan, umumnya dalam suasana tatap muka dan
umpan balik dapat langsung diamati oleh komunikator.12

Dalam bimbingan konseling siswa, komunikasi terjadi antara guru


bmbingan konseling sebagai konselor dan siswa sebagai klien.
Komunikasi dalam konseling tersebut dapat disebut efektif apabila
tercapai pemahaman satu sama lain atau penerima (komunikan)
menginterpretasikan pesan yang di terimanya sebagaimana di maksudkan
oleh pengirim (komunikator). Keefektifan komunikasi antar pribadi
menurut Tubbs dan Moss (2000: 23) ada lima kriteria yang harus di penuhi
yaitu:
1. Pemahaman
Maksudnya komunikasi di anggap efektif apabila penerima
menerima pemahaman yang cermat atas pesan yang di sampaikanya.
Misalnya seorang guru bimbingan konseling (konselor/komunikator)
memberikan pesan pada siswa (klien/komunikan) bahwa siswa
hendaknya menyusun jadwal kegiatan keseharianya, dan siswa
mengerjakan semua apa yang diminta oleh konselor (guru BK) maka
komunikasi antara konselor dengan klien sudah bisa di katakan efektif.
12
http://hamka3dakwah.blogspot.com/2012/02/komunikasi-dalam-
konseling.html Diakses pada tanggal 9 Juni 2014 pukul 13.30 WIB
2. Kesenangan
Maksudnya bahwa dalam komunikasi tercipta hubungan yang
menyenangkan seperti suasana yang kondusif, berbincang-bincang,
saling tegur sapa, dll.
Contoh : klien, dalam hal ini siswa dapat dalam suasana yang santai
menge-share-kan keluhan atau masalahnya kepada konselor (guru
BK).
3. Pengaruh pada sikap
Maksudnya setelah berkomunikasi maka sikap komunikan
menjadi berubah dan tentunya ke arah yang positif.
Contohnya: ada seorang siswa datang ke konselor untuk
menyelesaikan masalah-maalah yang ada pada dirinya, dan guru BK
memberikan solusi tentang masalah yang ada pada diri klien dan
setelah beberapa waktu siswa tersebut ternyata sudah mampu
mengatasi masalah yang ada pada dirinya serta bisa mengubah
sikapnya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
4. Hubungan yang makin baik
Maksud dari pernyatan di atas adalah bahwa melalui
komunikasi antar pribadi seseorang dapat memperbaiki hubunganya.
Contoh : pada saat pembicaraan antara konselor dengan klien terjadi
kesalah pahaman penafsiran terhadap pesan yang di sampaikan
sehingga terjadi adu mulut maka dengan komunikasi antar pribadi
yang lebih efektif dapat mengurangi kesalah pahaman di entra mereka
sehingga nereka yang semula salah paham dapat menjadi baik.
5. Tindakan
Maksudnya bahwa melalui komunikasi antar pribadi
komunikasi tidak hanya saja memahami pesan yang di sampaikan
tetapi juga melakukan tindakan sesuai yang diharapkan komunikator
atau ikut berpartisipasi.
Sebagai contoh : dalam proses konseling (komunikasi antar pribadi)
telah terjadi kesepakatan bersama bahwa klien (komunikan) akan
melakukan tindakan tertentu, sesuai dengan isi dan proses layanan
yang di terimanya, namun klien tidak melakukan apa yang telah di
sepakati bersama maka komunikasi antar pribadi tersebut di katakana
tidak efektif.13

D. Hambatan dalam Komunikasi dalam Bimbingan Konseling Siswa


1. Hambatan Intermal.
a. Konselor
1) Pemahaman diri (Self-Knowledge)
Seorang konselor hendaknya mampu memahami diriya
dengan baik sebelum ia berusaha memahami orang lain. Jika
seorang konselor tidak mampu memahami dirinya sendiri,
bagaimana ia akan mampu memahami orang lain (klien) apalagi
masalah yang dihadapi si klien. Ini akan memungkinkan
kesalahan treatmen karena kesalahan interpretasi oleh konselor
itu sendiri.
2) Kompeten (Competent)
Seorang konselor hendaknya memiliki kualitas fisik,
intelektual, emosional, social, dan moral sebagai pribadi yang
berguna untuk kemudian diajarkan kepada kliennya. Konselor
yang lemah fisiknya, lemah kemampuan intelektualnya, sensitif
emosinya, kurang memiliki kemampuan dalam berhubungan
sosial, dan kurang memahami nilai-nilai moral maka ia tidak
akan mampu mengajarkan kompetensi-kompetensi tersebut
kepada klien.
Kompetensi konselor juga meliputi kompetensi
akademik dan kompetensi profesional. Kompetensi akademik
konselor yakni lulusan S1 bimbingan konseling atau S2
bimbingan konseling dan melanjutkan pendidikan profesi
selama 1 tahun. Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa
masih banyak di temukan diberbagai sekolah SMP, MTs, MA,
SMA, dan SMK guru BK non BK, artinya konselor sekolah
yang bukan berlatar pendidikan bimbingan konseling. Mereka
diangakat oleh kepala sekolah karena dianggap bisa atau mereka
13
http://irvanhavefun.blogspot.com/2011/07/komunikasi-yang-efektif-antara-
konselor.html Diakses pada tanggal 9 Juni 2014 pada pukul 14.55 WIB.
yang berasal dari sarjana agama. Meskipun secara keilmuan
mereka tidak mendalami tentang teori-teori bimbingan
konseling.
Kompetensi profesional terbentuk melalui latihan,
seminar, workshop. Untuk menjadi konselor profesional
memerlukan proses dan waktu. Konselor profesional
membutuhkan jam terbang yang cukup matang. Di samping itu
masih juga ditemukan dilapangan, adanya manajemen
bimbingan dan konseling yang masih amburadul. Uman
Suherman (2008), lebih lanjut menjelaskan mengenai
manajemen bimbingan dan konseling, layanan bimbingan dan
konseling perlu diurus, diatur, dikemudikan, dikendalikan,
ditangani, dikelola, diselenggarakan, dijalankan, dilaksanakan
dan dipimpin oleh orang yang memiliki keahlian, keterampilan,
serta wawasan dan pemahaman tentang arah, tujuan, fungsi,
kegiatan, strategi dan indikator keberhasilannya.
3) Kesehatan Psikologis
Konselor dituntut memiliki kesehatan psikologi yang
lebih baik dari kliennya. Hal ini penting karena kesehatan
psikologis (psychological health) konselor akan mendasari
pemahamannya terhadap perilaku dan keterampilannya. Ketika
konselor memahami bahwa kesehatan psikologisnya baik dan
dikembangkan melalui konseling, maka ia membangun proses
konseling tersebut secara lebih positif. Apabila konselor tidak
mendasarkan konseling tersebut kepada pengembagan kesehatan
psikologis, maka ia akan mengalami kebingungan dalam
menetapkan arah konseling yang ditempuhnya.
4) Dapat dipercaya (Trustworthiness)
Konselor yang tidak dapat dipercaya akan menjadi
ancaman atau penyebab kecemasan bagi klien.
5) Jujur (Honesty)
Seorang konselor hendaknya bersikap transparan
(terbuka), autentik, dan asli (genuine). Jika seorang konselor
tidak memiliki kejujuran
2. Hambatan Eksternal.
a. Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan
oleh siapa saja? Jawabannya bisa saja “benar” dan bisa pula “tidak”.
Jawaban ”benar”, jika bimbingan dan konseling dianggap sebagai
pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara amatiran belaka.
Sedangkan jawaban ”tidak”, jika bimbingan dan konseling itu
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi
(yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas tertentu),
dengan kata lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri
keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan
itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang
bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui
pendidikan dan latihan yang cukup lama di Perguruan Tinggi, serta
pengalaman-pengalaman.
b. Bimbingan dan Konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja
Sebagian orang berpandangan bahwa BK itu ada karena
adanya masalah, jika tidak ada maka BK tidak diperlukan, dan BK
itu diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah saja.
Memang tidak dipungkiri bahwa salah satu tugas utama bimbingan
dan konseling adalah untuk membantu dalam menyelesaikan
masalah. Tetapi sebenarnya juga peranan BK itu sendiri adalah
melakukan tindakan preventif agar masalah tidak timbul dan
antisipasi agar ketika masalah yang sewaktu-waktu datang tidak
berkembang menjadi masalah yang besar. Kita pastinya tahu
semboyan yang berbunyi “Mencegah itu lebih baik daripada
mengobati”.
c. Keberhasilan layanan BK tergantung kepada sarana dan prasarana
Sering kali kita temukan pandangan bahwa kehandalan dan
kehebatan seorang konselor itu disebabkan dari ketersediaan sarana
dan prasarana yang lengkap dan mutakhir. Seorang konselor yang
dinilai tidak bagus kinerjanya, seringkali berdalih dengan alasan
bahwa ia kurang didukung oleh sarana dan prasarana yang bagus.
Sebaliknya pihak konseli pun terkadang juga terjebak dalam
asumsi bahwa konselor yang hebat itu terlihat dari sarana dan
prasarana yang dimiliki konselor. Pada hakikatnya kehebatan
konselor itu dinilai bukan dari faktor luarnya, tetapi lebih kepada
faktor kepribadian konselor itu sendiri, termasuk didalamnya
pemahaman agama, tingkah laku sehari-hari, pergaulan dan gaya
hidup.
d. Konselor harus aktif, sedangkan konseli harus/boleh pasif
Sering kita temukan bahwa konseli sering menyerahkan
sepenuhnya penyelesaian masalahnya kepada konselor, mereka
menganggap bahwa memang itulah kewajiban konselor, terlebih
lagi jika dalam pelayanan Bk tersebut konseli harus membayar. Hal
ini terjadi sebenarnya juga disebabkan karena tak jarang konselor
yang membuat konseli itu menjadi sangat berketergantungan
dengan konselor. Konselor terkadang mencitrakan dirinya sebagai
pemecah masalah yang handal dan dapat dipercaya. Konselor
seperti ini biasanya berorientasi pada ekonomi bukan pengabdian.
Tak jarang juga konselor yang enggan melepaskan konselinya,
sehingga dia merekayasa untuk memperlambat proses penyelesaian
masalah, karena tentunya jika tiap pertemuan konseli harus
membayar maka akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh
konselor.
e. Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan Konseling harus
segera terlihat
Seringkali konseli (orangtua/keluarga konseli) yang
berekonomi tinggi memaksakan kehendak kepada konselor untuk
dapat menyelesaikan masalahnya secepat mungkin tak peduli
berapapun biaya yang harus dikeluarkan. Tidak jarang konselor
sendiri secara tidak sadar atau sadar (karena ada faktor tertentu)
menyanggupi keinginan konseli yang seperti ini, biasanya konselor
ini meminta kompensasi dengan bayaran yang tinggi. Yang lebih
parah justru kadang ada konselor itu sendiri yang mempromosikan
dirinya sebagai konselor yang mampu menyelesaikan masalah
secara tuntas dan cepat. Pada dasarnya yang mampu menganalisa
besar/kecil nya masalah dan cepat/lambat nya penanganan masalah
adalah konselor itu sendiri, karena konselor tentunya memahami
landasan dan kerangka teoritik BK serta mempunyai pengalaman
dalam penanganan masalah yang sejenisnya.
f. Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah “polisi sekolah”
Masih banyak anggapan bahwa bimbingan dan konseling
adalah “polisi sekolah”. Hal ini disebabkan karena seringkali pihak
sekolah menyerahkan sepenuhnya masalah pelanggaran
kedisiplinan dan peraturan sekolah lainnya kepada guru BK.
Bahkan banyak guru BK yang diberi wewenang sebagai eksekutor
bagi siswa yang bermasalah. Sehingga banyak sekali kita temukan
di sekolah-sekolah yang menganggap guru Bk sebagai guru
“killer” (yang ditakuti). Guru (BK) itu bukan untuk ditakuti tetapi
untuk disegani, dicintai dan diteladani. Jika kita menganalogikan
dengan dunia hukum, konselor harus mampu berperan sebagai
pengacara, yang bertindak sebagai sahabat kepercayaan, tempat
mencurahkan isi hati dan pikiran. Konselor adalah kawan
pengiring, penunjuk jalan, pemberi informasi, pembangun
kekuatan, dan pembina perilaku-perilaku positif yang dikehendaki
sehingga siapa pun yang berhubungan dengan bimbingan
konseling akan memperoleh suasana sejuk dan memberi harapan.
Kendati demikian, konselor juga tidak bisa membela/melindungi
siswa yang memang jelas bermasalah, tetapi konselor boleh
menjadi jaminan untuk penangguhan hukuman/pe-maaf-an bagi
konselinya. Yang salah tetaplah salah tetapi hukuman boleh saja
tidak diberikan, bergantung kepada besar kecilnya masalah itu
sendiri. 14

14
http://alan03-konselorfile.blogspot.com/2012/05/hambatan-konselor-dalam-
melaksanakan.html Diakses pada tanggal 9 Juni 2014 pukul 14.30 WIB
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Komunikasi dalam kegiatan bimbingan dan konseling adalah komunikasi
yang menunjang kepada penyampaian karakteristik pesan agar individu
atau siswa memahami arti dan makna pesan yang disampaikan untuk
kepentingan dirinya
2. Komunikasi dalam bimbingan konseling siswa berfungsi sebagai pemberi
layanan kepada siswa agar masing-masing siswa dapat berkembang
bsecara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.
Sedangkan tujuan dari komunikasi dalam bimbingan konseling siswa
adalah dalam rangka menemukan pribadi siswa, mengenal lingkungan
siswa, dan merencanakan masa depan siswa
3.
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai