Morfologi Ribun
Morfologi Ribun
Morfologi Ribun
PENDAHULUAN
nusantara. Setiap daerah memiliki ciri tertentu untuk membedakan dengan bahasa
daerah lainnya. Dengan kata lain terdapat ciri kesemestaan dalam semua bahasa
yang kita sebut kesemestaan bahasa atau universalia bahasa (language universal).
pada dasarnya adalah menyusun tata bahasa, kamus, dan sejumlah teks. Hubungan
di antara unsur-unsur itu bersifat hierarkis. Posisi teratas adalah tata bahasa,
1
Budiwiyanto mendefinisikan tata bahasa sebagai seperangkat aturan
untuk memproduksi ujaran. Jika dipahami dari segi maknanya, kata “tata” di
dalam “tata bahasa” berarti aturan, kaidah, atau susunan. Ketiga makna kata itu
Tidak ada satupun bahasa di dunia yang yang tidak bersistem. Disadari atau tidak
oleh penuturnya, bahasa yang diujarkan dan digunakan sebagai alat komunikasi
sehari-hari dengan lawan tutur memiliki aturan ataupun struktur, baik dari sisi
baru. Tata aturan pada tingkatan ini membicarakan tentang tata kata dalam sebuah
sering disebut pula tata kata atau tata bentuk (Kentjono, 2005: 144). Selain itu,
Melayu dan Bahasa Dayak. Seiring berjalannya waktu banyak pendatang dari luar
Kalimantan Barat yang heterogen sehingga membawa adat, budaya, dan bahasa
Kalimantan Barat.
kelompok etnik dan bahasa yang ada di Kabupaten Sanggau, terdapat tiga
2
kelompok besar di sana. Jika dikaji dari kedekatan budaya, hukum adat, dan
Dayak Iban, dan rumpun Dayak Pantai. Sementara itu, berdasarkan aspek ilmu
tiga kelompok besar, yaitu kelompok Bidayuhik, Ibanik, dan Melayik. Tiga
kelompok ini memiliki sub-sub yang berdomisili di daerah aliran sungai yang
Jangkang, Bonti, Sungai Tayan, Belitang, dan Mengkiang (Alloy, dkk., 2008: 50
—51).
Sungai Tayan sebagai salah satu varian bahasa Bidayuhik. Sementara itu, Dayak
Ribun yang dikenal juga dengan nama Hibun adalah kelompok masyarakat
subsuku Dayak yang tersebar di Kecamatan Tayan Hulu, Parindu, Bonti, dan
dunia yang bersistem, kajian ini akan mengkaji sistem dalam bahasa Ribun di
3
Kabupaten Sanggau. Adapun tataran sistem bahasa yang dibahas dalam kajian ini
adalah morfologi.
“Morfologi dan Sintaksis Bahasa Taman” yang dilakukan Peternus Hanye, dkk.
Tahun 1987 dan judul lain “Struktur Bahasa Taman di daerah Kabupaten Kapuas
Hulu” tahun 1984/1985 dilakukan oleh Paternus Hanye, dkk. Dari kajian
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
bertujuan mengkaji sistem morfologi dalam bahasa Ribun. Kajian yang bersifat
umum ini akan dibahas lebih lanjut ke dalam sub-subkajian yang lebih sempit,
yaitu (1) mengkaji morfem yang terdapat dalam bahasa Ribun; (2) mengkaji
4
bentuk kata dalam bahasa Ribun; (3) mengkaji kronstruksi morfologis dalam
1.4 Manfaat
Kajian ini dapat memberi dua manfaat sekaligus, yaitu manfaat secara
teoretis dan manfaat secara praktis. Secara teoretis, kajian ini diharapkan dapat
satuan-satuan dasar bahasa, khususnya bahasa daerah. Sementara itu, dari sisi
praktis, kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti, pengkaji,
ataupun pemerhati bahasa Ribun sekaligus dapat menjadi cara untuk lebih
yang menelaah struktur atau betuk kata, utamanya melalui morfem. Lebih lajut
dijelaskan morfologi dibagi menjadi dua bidang, yaitu telaan infeksi (inflectional
Istilah morfemik digunakan bila penekanan pada teknik analis kata menjadi
morfem. Analisis morfemik dalam pengertian ini adalah bagian dari telaah
lisnguis sinkronis. Sedangkan analisis morfologis adalah istilah yang lebih umum,
5
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dengan kata
perubahan bentuk kata tersebut, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti)
yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata
itu juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara
terendah dan kata pada tingkat tertinggi. Kesimpulannya, morfologi adalah ilmu
yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-
bukanlah satuan bahasa terkecil yang bermakna, karena kata dapat diuraikan lebih
lanjut. Satuan-satuan bahasa terkcil yang bermakan adalah morfem yang bersifat
arbiterer, yang berarti hubungan antara bunyi dari satu morfem dengan maknanya
sama sekali bersifat konvensional, bukan berakar pada objek yang diwakilinya.
adalah satuan terkecil dari pembentukan kata dalam suatu bahasa yang tidak dapat
diuraikan lebih lanjut ke dalam-dalam bagian yang bermakna atau yang dapat
Morfem
6
Kata Penuh Kata Fungsi Afik Pangkal Terikat
Prefiks Sufiks
(secara inheren). Morfem terdiri dari dua jenis yaitu morfem bebas dan terikat.
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterkaitannya dengan morfem lain
morfem yang harus bergabung dengan morfem lainnya agar dapat digunakan
dalam pertuturan.
yang terdapat dalam banyak bahasa di dunia. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi
Reduplikasi atau kata ulang adalah kata yang mengalami pengulangan baik
pada kata maupun unsur suatu kata. Dengan definisi lain reduplikasi adalah kata
yang mengalami proses morfemis dengan mengulangi bentuk dasar atau sebagian
dari bentuk dari suatu kata dasar. Chaer (2008: 178) membagi reduplikasi menjadi
empat, yaitu: (1) reduplikasi fonologis; (2) reduplikasi sintaksis; (3) reduplikasi
sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang
kata majemuk.
7
Berdasarkan kelas kata pembentuknya. kata majemuk dapat dibedakan
atas:
Menurut Chaer (2008: 25) proses morfologi pada dasarnya adalah proses
pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui proses afiks (dalam proses
kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar baik bentuk dasar
tunggal maupun kompleks. Afiksasi terbagi menjadi lima, yaitu (1) prefiks (afik
yang terletak di awal kata); (2) sufiks (afik yang terdapat di akhir kata; (3) infiks
(afik yang terdapat di tengah kata); (4) kombinasi afik (penggunaan prefik dan
sufik secara bersama-sama tetapi proses afiksasinya tidak serentak); (5) kombinasi
yang memiliki ciri dapat bergabung dengan partikel tidak, tetapi tidak dapat
bergabung dengan partikel di, ke, dari, sangat, lebih atau agak. Verba juga dapat
8
dicirikan oleh perluasan kata tersebut denag rumus Verba (kata kerja) + Ajektiva
(dalam alami), atau dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an seperti adil
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis (1) tidak mempunyai potensi
untuk bergabung dengan partikel tidak (2) mempunyai potensi untuk didahului
oleh partikel dari (Kridalaksana, 1994). Kata benda mencakup pronomina dan
numeralia.
kata yang menunjuk, menyatakan, atau menanyakan tentang sebuah substansi dan
kata yang digunakan untuk mengacu pada nomina lain. Sedangkan Kridalasana
tidak dapat bergabung dengan tidak atau sangat. Numeralia mewakili bilangan
yang terdapat dalam alam di luar bahasa. Contoh: Gunung Semeru lebih dari 1000
kaki tingginya.
9
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia,
atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Dalam kalimat Ia sudah pergi, kata
sudah adalah adverbia. Hal tersebut terjadi bukan karena mendampingi verba
dalam Saatnya sudah dekat. Oleh karena itu, sekalipun banyak adverbia dapat
Adverbia berupa bentuk dasar disebut adverbia dasar dan bentuk turunan. Bentuk
ini mendeskripsikan secara objektif dan tepat tentang morfologi bahasa Ribun
sesuai dengan kondisi bahasa Ribun di Kabupaten Sanggau saat ini. Selain itu,
metode simak dan cakap (Sudaryanto, 1988) digunakan dalam hal pengumpulan
data.
penelitian ini, yaitu metode simak dan cakap. Untuk penggunaan metode simak,
teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik rekam dan catat. Di dalam
metode simak ini juga menggunakan alat bantu untuk memberikan petunjuk atau
10
penjelas apa yang ditanyakan informan. Untuk penggunaan metode cakap, teknik
kata, kata bentukan, dan kalimat. Pertanyaan tersebut dijawab oleh informan
dalam bahasa Ribun. Teknik rekam dan catat digunakan pada waktu
dengan data yang diperoleh dengan teknik catat. Data tersebut diolah, dipilih, dan
tersebutu, yang tujuannya agar dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca dan
Populasi penelitian ini adalah tuturan asli bahasa Ribun. Karena jumlah
keseluruhan tuturan itu tidak terbatas sehingga tidak mungkin dapat ditangani
semua, tuturan itu diambil sebagian saja yang dipandang cukup representatif.
11
Agar penelitian ini lengkap dan sampel yang dipilih dapat represetatif, perlu
kriteria yang dikemukakan oleh Taryono et. al. (1993: 23-24) sebagai berikut:
atau sederajat);
d. informan tidak terlalu lama meninggalkan tempat asal;
e. informan dapat berbahasa Indonesia;
f. informan tidak cacat wicara;
g. informan tidak terlalu lama menggunakan bahasa lain secara terus-menerus;
h. informan bersedia menjadi informan;
i. informan bersikap terbuka, jujur, sabar, ramah, dan tidak terlalu emosional
BAB II
12
Bahasa Ribun mengenal 37 fonem. Mengenai sistem bunyi ini dibahas
dalam kajian fonologi. Oleh karena itu, dalam laporan kajian morfologi tidak akan
dibicarakan lagi.
2.1 Morfem
pembentukan kata bahasa Ribun dan dapat dibedakan artinya. Dalam kajian ini
memiliki makna yang berdeda dengan kata jalan ‘jalan‘, umbeʸʔ ‘cuci‘, dan
doʷʔ ‘makan‘. Jadi bentuk-bentuk jalan ‘jalan‘, umbeʸʔ ‘cuci‘, dan doʷʔ
juga bentuk-bentuk bo-, bəʔ-, dan tu- dapat pula dikategorikan sebagai morfem
dengan morfem lain dapat langsung digunakan dalam pertuturan. Dengan kata lain
bentuk ini dapat berdiri sendiri tanpa bantuan morfem lainnya. Morfem bebas
berupa morfem dasar. Berikut ini adalah beberapa contoh morfem bebas dalam
bahasa Ribun.
Contoh:
Onoʔ ‘anak’
13
onoʔ haŋ ntisuᵊh boju (527)
boju ‘baju’
oɲoʷ ‘orang’
puːn ‘pohon’
piːŋ ‘air’
dan piːŋ ‘air’ dapat berdiri sendiri dalam penggunaannya tanpa harus digabungkan
Selain morfem bebas, dalam bahasa Ribun juga terdapat satuan bahasa
yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa. Bentuk ini harus bergabung
dengan morfem lain agar membentuk satuan makna. Berikut adalah contoh
14
Morfem Terikat Bahasa Ribun
Bentuk-bentuk seperti [ni-], [to/tu-], [bəʔ-], [bo-] dan [pe-] tidak dapat
berdiri sendiri. Bentuk-bentuk ini terikat dengan bentuk lainnya. Jika bentuk-
Contoh:
memiliki makna.
2. totiŋoʔ ‘tertelan‘
[tiŋoʔ] + [to-]
‘telan’ ‘ter-‘
Bentuk [to-] pada kata totiŋoʔ tidak dapat berdiri sendiri karena tidak memiliki
makna.
3. moŋkaŋ-molaŋ ‘setengah-setengah‘
Moŋkaŋ ‘setengah‘
Bentuk [molaŋ] pada kata moŋkaŋ-molaŋ tidak dapat berdiri sendiri karena
Bentuk kata dalam bahasa Ribun dibedakan menjadi kata dasar dan kata
bentukan, yang meliputi kata berafiks, kata ulang, dan kata majemuk.
15
2.2.1 Kata Dasar
Contoh:
1. tuluᵊŋ ‘tolong’
2. tohun ‘hutan’
‘jalan-jalan ke hutan’
3. dodoᵘʔ ‘duduk’
omoʷ yoᵘʔ dodoᵘʔ ŋohiᵃ (562)
kamu jangan duduk di situ
4. koyoᵘ ‘kayu’
komboᵘh kayoᵘ haŋ dukuᵃh meter (576)
panjang kayu (pohon) itu dua meter
5. hajiŋ ‘rajin’
Uwoh hajiŋ kone muh (604)
Paman rajin ke ladang
yang sudah mengalami perubahan karena mendapat awalan, sisipan, atau akhiran,
pengulangan atau digabungkan dengan kata lain yang biasa lazim disebut kata
majemuk. Kata bentukan dalam bahasa Ribun terbagi menjadi kata berprefiks,
bahasa Ribun berupa kata berprefiks. Kata berprefiks adalah kata dasar yang
16
ditambah afiks pada bagian awal kata. Dalam bahasa Dayak Ribun terdapat 4
prefik, yaitu: [ni-] ‘di-‘, [to-] ‘ter-‘, [bo-] ‘ber-‘, dan [pə-] ‘peng-‘
Contoh:
1. ni- ‘di-‘
3. to/te-/tu ‘ter-‘
4. bo ‘ber-‘
[ɲjuaʔ] + [bo-] → boɲjuaʔ
‘jual‘ ‘ber‘ ’berjual‘
ŋohiʔ mo to may boɲjuaʔ (611)
‘Malam saya ini tidak berjual’
‘Malam ini saya tidak berjualan’
4. pə- ‘peng-‘
17
Pamanku pemburu
Kata ulang atau reduplikasi adalah kata yang mengalami pengulangan baik
pada kata maupun unsur suatu kata. Dengan definisi lain reduplikasi adalah kata
yang mengalami proses morfemis dengan mengulangi bentuk dasar atau sebagian
Dayak Ribun terdapat tiga jenis kata ulang, yaitu: perulangan seluruhnya,
a. Perulangan Seluruhnya
Contoh:
1. doʷʔ ’makan‘
doʷʔ-doʷʔ ‘makan-makan’
2. ŋkodu? ‘lari‘
ŋkoduʔ-ŋkoduʔ ‘lari-lari‘
18
b. Perulangan Sebagian
Contoh:
1. Bojalan ’berjalan‘
Bojalan-jalan ‘berjalan-jalan’
2. Tobantiŋ ’terbanting‘
Tohu ɲin poʏu leh tobantiŋ- bantiŋ wah saʸis mobel (614)
Moŋkaŋ ’setengah‘
Moŋkaŋ-molaŋ ‘setengah-setengah‘
kata dalam bahasa Ribun dapat dilakukan dengan penggabungan dua buah kata
dasar yang membentuk makna yang baru. Bentuk seperti ini lazim disebut kata
majemuk.
Contoh:
1. mandeʸʔ monuʔ
19
[mandeʸʔ] + [monuʔ]
‘mandi‘ ‘burung‘
dasar yaitu mandeʸʔ ‘mandi‘ dan monuʔ ‘burung‘. Penggabungan kedua kata ini
membentuk makna yang baru yaitu mandi yang dilakukan sekadarnya, tidak
mandeʸʔ monuʔ terbentuk dari penggabungan kata kerja dan kata benda. Kata
majemuk mandeʸʔ monuʔ termasuk dalam kata majemuk tak senyawa karena
2. ba: ʔ toŋaŋ
[ba: ʔ] + [toŋaŋ]
‘baik‘ ‘tangan‘
Kata majemuk ba:ʔ toŋaŋ dibentuk dengan menggabungkan dua buah kata
dasar, yaitu ba:ʔ ‘baik‘ dan toŋaŋ ‘tangan‘. Penggabungan kedua kata ini
membentuk makna yang baru, yaitu suka membantu. Berdasarkan kelas kata
pembentuknya, kata majemuk ba:ʔ toŋaŋ terbentuk dari penggabungan kata sifat
dan kata benda. Kata majemuk ba:ʔ toŋaŋ merupakan kata majemuk tak senyawa
20
Berdasarkan data yang didapat di lapangan, diketahui ciri konstruksi
bahasa Ribun adalah gabungan morfem. Baik morfem bebas maupun morfem
terikat.
Contoh:
21
Kata dalam bahasa Ribun dapat dibagi berdasarkan kategori bentuk, fungsi,
dan makna. Berdasarkan data yang diperoleh, kata dalam bahasa Ribun terbagi
menjadi kata benda, kata ganti, kata kerja, dan kata sifat.
Kata benda dalam bahasa Ribun terbagi menjadi tiga, yaitu kata benda dasar,
kata benda bentukan, dan kata benda ulang. Berikut adalah pembahasannya.
Ciri morfologis kata benda dasar dalam bahasa Ribun adalah kata benda
morfem. Dalam bahasa Ribun kata benda bentukan terbagi menjadi kata benda
22
a. Kata Benda Berafiks
Dalam bahasa Ribun terdapat kata benda berafiks. Kata benda ini terbentuk
Contoh:
Contoh:
‘rumah‘ ‘rumah-rumah‘
23
5. buntaŋ →pengulangan → buntaŋ-buntaŋ (177)
‘kelapa‘ ‘kelapa-kelapa‘
Pengertian kata ganti yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah kata
kata yang berfungsi untuk menggantikan kata benda atau orang tertentu yang tidak
Kata ganti orang adalah semua kata yang dapat menggantikan orang.
Ribun terdapat tiga macam kata ganti orang, yaitu kata ganti orang pertama, kata
ganti orang kedua, dan kata ganti orang ketiga. Tiap macam kata ganti tersebut
terbagi menjadi bentuk tunggal dan jamak. Berikut adalah pemerian kata ganti
Berikut adalah contoh penggunaan kata ganti orang dalam bahasa Ribun.
1. [okoʷ] ‘saya‘
2. [moʷ] ‘kamu‘
24
Kamu tidak kuliah hari ini?
3. [moʔ] ‘kita‘
4. [mu] ‘mereka‘
5. [dimoʔ] ‘kalian‘
6. miːmoʔ ‘kami‘
miːmoʔ nak ŋaret (624)
Kami akan menyadap karet
Kata ganti kepunyaan dalam bahasa Ribun adalah kata ganti yang
menyatakan milik. Berikut adalah kata gantik kepunyaan dalam bahasa Ribun.
kamu)‘
OrangKetiga deʔ ‘-nya‘ mu ‘mereka’
Contoh:
25
ŋokeh homiŋmu?
‘Dimana rumahmu?‘
4. [janiʔ] + mu → janiʔmu
‘babi‘ ‘mereka‘ ‘babi mereka‘
Janiʔmu nay (633)
Babi mereka kecil
5. [homiŋ] + [dieᵗn] → homiŋ dieᵗn
‘rumah‘ ‘kalian‘ ‘rumah kalian‘
homiŋ dieᵗn biəʔ (627)
rumah kalian jelek
Kata ganti penunjuk dalam Bahasa Ribun ada dua, yaitu əntoʷ ‘ini’ dan
ɲin ‘itu‘. Kata ganti penunjuk ini selalu terletak di awal kalimat.
Contoh:
1. [əntoʷ] ‘ini‘
əntoʷ bukumu
‘ini bukumu‘
2. [əntoʷ] ‘ini
əntoʷ ‘tosaʔ (630)
‘ini salah‘
3. [ɲin] ‘itu‘
ɲin ojaʷ (631)
itu jauh
4. [ɲin] ‘itu‘
ɲin poyoᵘʔ (632)
itu tanah
26
2.4.2.4 Kata Ganti Penghubung
bahasa Ribun terdapat kata ganti penghubung ɲoŋ ‘yang‘. Ciri dari kata
penghubung ɲoŋ ‘yang‘ adalah selalu terletak di awal kalimat. Berikut adalah
contoh penggunaannya.
Contoh:
1. [ɲoŋ] ‘yang‘
‘yang‘ juga digunakan di tengah kalimat. Jika digunakan di tengah kalimat, ɲoŋ
‘yang‘ tidak berfungsi sebagai kata ganti penghubung melainkan sebagai kata
Contoh:
Kata dasar dalam bahasa Ribun terbagi menjadi dua, yaitu kata kerja
dasar dan kata kerja bentukan. Kata kerja dasar adalah kata kerja yang masih
dalam bentuk asli yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar. Sedangkan
kata bentukan adalah turunan dari kata dasar. Berikut adalah pembahasannya.
27
Kata kerja dasar adalah kata kerja yang belum mendapatkan imbuhan.
Kata ini menjadi dasar pembentukan kata yang lebih besar. Dalam bahasa Ribun
terdapat kata kerja dasar. Kata dasar dalam bahasa Ribun hanya terbentuk dari
Kata kerja bentukan adalah kata kerja yang merupakan turunan dari kata
kerja dasar. Dalam bahasa Ribun, kata kerja bentukan dibagi berdasarkan
pembentukannya menjadi kata kerja berafik, kata kerja ulang, dan kata kerja
Contoh:
1. botigiŋ ‘berpegang‘
28
[tiŋin] + [bo]
‘pegang‘ ‘ber-‘
2. teŋala ‘terbaring‘
[ŋala] + [te]
‘baring‘ ‘ter-‘
b. Kata Kerja Ulang
Kata kerja ulang adalah kata kerja yang mengalami proses reduplikasi
(pengulangan). Berdasarkan data yang diperoleh, kata kerja ulang dalam Bahasa
Ribun berupa kata kata kerja dasar yang mengalami prose reduplikasi.
Contoh:
1. doʷʔ ‘makan’
doʷʔ →pengulangan→ doʷʔ-doʷʔ
‘makan’ ‘makan-makan’
Kata sifat adalah kata mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya
dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Kata sifat dapat
kata.
yang terdapat dalam bahasa Ribun adalah kata sifat dasar. Kata sifat dasar adalah
kata sifat yang belum mendapatkan imbuhan. Kata ini dapat menjad dasar untuk
pembentukan kata yang lebih besar. Dalam bahasa Ribun terdapat kata sifat.
29
8. suɲi sepi
9. Kompis kempes
10. Nay kecil
Kata tugas yang dimaksudkan pada bagian ini adalah kata yang terutama
menyatakan hububgan gramatikal yang tidak dapat bergabung dengan afiks dan
tidak mengandung makna leksikal. Berikut contoh kata tugas yang terdapat dalam
bahasa Ribun.
Contoh:
mo ‘seperti‘
maseʸ mo sadeʸ (602)
masih seperti anak kecil
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
sebagai berikut.
1. Morfem dalam bahasa Ribun terbagi menjadi dua, yaitu morfem bebas dan
terikat.
2. Bentuk kata dalam bahasa Ribun terbagi menjadi kata dasar dan kata berprefik.
Prefiks dalam bahasa Ribun terdiri dari [ni-] ‘di-‘, [to-] ‘ter-‘, [bo-] ‘ber-‘, dan
[pə-] ‘peng-‘.
3. Kata bentukan dalam bahasa Ribun terbagi menjadi kata berprefiks, kata ulang,
dan kata majemuk. Prefiks dalam bahasa Ribun terdiri dari [ni-] ‘di-‘, [to-]
30
‘ter-‘, [bo-] ‘ber-‘, dan [pə-] ‘peng-‘. Jenis kata ulang dalam bahasa Ribun
dalam bahasa Ribun terbagi menjadi dua pola pembentukan yaitu, kata kerja +
kata ganti, kata kerja, kata sifat dan kata tugas. Kata benda terbagi menjadi kata
benda dasar dan kata benda bentukan. Kata ganti terbagi menjadi kata ganti
orang, kata ganti kepunyaan, kata ganti penunjuk, dan kata ganti penghubung.
Kata kerja terbagi menjadi kata kerja dasar dan kata kerja bentukan.
3.2 Saran
cakupan kajian yang luas maka kajian Morfologi Bahasa Ribun belum dapat
bagian kajian morfologi yang belum tergali. Oleh karena itu kami rekomendasikan
agar kajian terhadap Morfologi Bahasa Ribun diteruskan dengan kajian lanjutan
31
Daftar Pustaka
Alloy, Sujarni, dkk. 2008. Mozaik Dayak: Keberagaman Subsuku dan Bahasa
Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi.
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga
Cetakan Keempat. Jakarta: Balai Pustaka.
Asfar, Dedy Ari. 2015. Bahasa Ribun: Refleks Fonem Proto-Melayu Polinesia
dalam Bahasa Ribun. Pontianak: Top Indonesia.
Ba’dulu dan Herman. 2005. Morfosintaksis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budiwiyanto, Adi. Pendokumentasian Bahasa dalam Upaya Revitalisasi Bahasa
Daerah yang Terancam Punah di Indonesia. Diakses dari
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1823/pendokumen
tasian-bahasa-dalam-upaya-revitalisasi-bahasa-daerah-yang-terancam-
punah-di-indonesia tanggal 31 Februari 2018.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan proses).
Jakarta:Rieneka Cipta
-------.2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
-------.2012. Linguistik Umum. Edisi Revisi Cetakan Keempat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Darmojuwono, Setiawati. 2005. “Semantik”. Dalam Pesona Bahasa: Langkah
Awal Memahami Linguistik. Penyunting: Kushartanti, Untung Yuwono, dan
Multamia RMT Lauder. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat diunduh tanggal 30 Januari
2018.
Martina, dkk. 2014. Morfologi Bahasa Dayak Uud Danum. Pontianak: Balai
Bahasa Kalimantan Barat.
Partenus Hanye, dkk. 1987. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Taman. Pontianak:
Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah Kalimantan
Barat 1987/1988.
Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kajian Morfologi: Bentuk Derivasional dan
Inflesional. Bandung: PT Refika Aditama.
32
Kentjono, Djoko. 2005. “Morfologi”. Dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal
Memahami Linguistik. Penyunting: Kushartanti, Untung Yuwono, dan
Multamia RMT Lauder. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia.
-------2005. “Bahasa dan Linguistik”. Dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal
Memahami Linguistik. Penyunting: Kushartanti, Untung Yuwono, dan
Multamia RMT Lauder. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Anek Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Sulisussiawan, Ahadi, dkk.. 1996/1997. Fonologi Bahasa Bedayuh. Laporan
Kegiatan Proyek Penelitian dan Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah. Pontianak, Kalimantan Barat.
33