InteroperabilitasDarmaPutra2017 PDF
InteroperabilitasDarmaPutra2017 PDF
InteroperabilitasDarmaPutra2017 PDF
net/publication/329188907
CITATIONS READS
0 457
1 author:
Safril Hidayat
Universitas Pertahanan Indonesia
16 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Safril Hidayat on 26 November 2018.
1. Latar Belakang
Dewasa ini kita bersama semakin sering mendengar dan familiar dengan istilah
interoperabilitas. Bahkan, setiap kegiatan latihan maupun operasi selalu dikaitkan dengan
pentingnya interoperabilitas. Secara empirik, interoperabilitas ini memiliki persepsi yang
berbeda-beda tergantung interprestasi masing-masing individu maupun organisasi, bahkan
pada level negara sekalipun definisi interoperabilitas berbeda antar negara (Sjöblom, 2005).1
Interoprabilitas menjadi buah bibir yang ramai dibicarakan dalam setiap even mulai dari
tingkat latihan terendah, apalagi tingkat latihan dan operasi gabungan. Bahkan, makanpun
dikaitkan dengan interoperabilitas. Salah? Tentu tidak. Namun, hal itu terlalu
menyederhanakan interoperabilitas sehingga tumpang tindih dengan sinergitas. Pada artikel
ini penulis menyampaikan pandangan teoretis tentang interoperabilitas sehingga dapat
menjawab Siapa yang terlibat dalam mewujudkan interoprabilitas? Apa itu interoprabilitas?
Kapan dilakukan interoperabilitas? Dimana interoperabilitas diwujudkan? Dimana
interoperabilitas dilakukan? Bagaimana mewujudkan interoperabilitas? Pertanyaan terakhir
adalah mengapa interoperabilitas diperlukan? Dengan kata lain setelah membaca artikel
singkat ini pembaca dapat menjawab sendiri Siabidibame interoperabilitas, untuk selanjutnya
dikembangkan oleh masing-masing pembaca.
Artikel singkat ini tentunya bertujuan membawa alam pikiran dan persepsi kita tetap
fokus pada makna interoperabilitas sehingga akhirnya dapat diwujudkan untuk mencapai
setiap tugas pokok yang dibebankan kepada perorangan maupun satuan. Tulisan ini bukan
bermaksud menggurui secara top down atau bottom up, namun lebih kepada sharing of
knowledge untuk menambah wawasan dan pengetahuan dengan harapan dapat bermanfaat
bagi pembaca sekalian.
1
Ingvar Sjöblom. 2005. Interoperabilitet i Multinationella Operationer. Stockholm: Krigsvetenskapliga
institutionen, Försvarshögskolan dalam International military mobility and interoperability, Jon Mjölnevik and
Urban Nuldén, 2010, Stocholm: Viktoria Institute
2
tentang interoperability adalah “the degree to which two products, programs, etc. can be used
together, or the quality of being able to be used together”
(http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/interoperability,2017). Oxford Online
Dictionary memberikan pengertian khusus berkaitan dengan militer yaitu “The ability of
military equipment or groups to operate in conjunction with each other”
(https://en.oxforddictionaries.com/definition/interoperability,2017)
Nah, kemudian kata interoperable berubah menjadi interoperability yang dalam bahasa
Indonesia kemudian menjadi interoperabilitas sebagaimana perubahan kata integrity menjadi
integritas, stability menjadi stabilitas, dan sebagainya walaupun secara legalitas belum ada
dalam KBBI tahun 2008. Belum adanya arti yang tepat dalam KBBI menimbulkan pemaknaan
kata yang berbeda sehingga menimbulkan implementasi yang berbeda. Konon, istilah ini
sudah sering dipakai TNI, namun belum ada satu doktrinpun yang menjelaskan tentang
interoperabilitas. Tampaknya baru sebatas wacana saja.
Bila kita gunakan google search engine maka dalam waktu 1 menit akan muncul 15 juta
lebih pilihan tentang interoperability. Dapat kita bayangkan bahkan pada tingkat global saja
tersedia berbagai macam pilihan makna tentang interoperability. Interoperabilitas merupakan
subjek yang sangat luas dan kompleks. Kompleksitasnya melebihi kerumitan angka-angka
binari dalam suatu sistem komputer yang tunggal. Interoperabilitas dalam dunia militer
berkaitan dengan C4ISR (Command, Contol, Communications, Computers, Intelligence,
Surveillance, Reconnaisance) atau dalam istilah militer Indonesia adalah K4IPP (Komando,
Kendali, Komunikasi, Komputer, Intelijen, Pengamatan, Pengintaian) dimana interoperabilitas
adalah peningkat kemampuan utama (key enabler) pelaksanaan operasi militer yang efektif,
kolaboratif, dan multi organisasi atau satuan dalam keseluruhan spektrum operasi.2
Interoperabilitas merupakan kunci keberhasilan dari suatu skenario dan merupakan
ujian akhir atas suatu operasi militer. Departemen Pertahanan Amerika Serikat mendefinisikan
interoperabilitas sebagai kemampuan sistem, unit, atau kekuatan untuk menyediakan layanan
atau jasa akses dari suatau sistem, unit, atau kekuatan, dan menggunakannya untuk
beroperasi secara efektif bersama-sama.3 Dalam Doktrin gabungannya Militer Amerika Serikat
mendefinisikan interoperabilitas dilakukan pada tingkat teknis dan operasional dalam
mendukung operasi militer sehingga dengan demikian interoperabilitas melampaui sistem
tunggal dengan memasukkan orang, satuan, dan prosedur.4 Dengan demikian kemampuan
sistem, unit, dan kekuatan dalam memberikan dan menerima dukungan dari sistem lain, unit,
dan kekuatan lain secara timbal balik (resiprokal) sehingga memungkinkan untuk beroperasi
secara efektif bersama-sama. Dalam istilah komunikasi maka interoperabilitas mengatasi
interaksi secara end-to-end. Gambaran interoperabilitas mulai dari level strategis sampai
teknologi merupakan suatu hubungan timbal balik yang kompleks, sebagaimana digambarkan
di bawah ini:
2
Michael Robkin. 2010. A Short History of Interoperability. FDA-Continua-CIMIT Workshop January 25, 26, & 27,
2010. Hal.11.
3
Department of Defense Directive 5000.1. 1996. "Defense Acquisition," 15 March 1996. Sumber:
<http://www.acq.osd.mil/ar/doc/dodd5000-1.pdf> Diakses tanggal 23 Februari 2017.
4
U.S. Joint Chiefs of Staff. 1998. Department of Defense Dictionary of Military and Associated Terms. 7 December
1998. Sumber: <http://www.acq.osd.mil/ar/doc/dodd5000-1.pdf> diakses tanggal 23 Februari 2017
3
5
NATO. 2006. Interoperability for joint operations. Brussel: NATO Public Diplomacy Division. Hal.3.
6
Joan Greenbaum and Morten Kying. 1991. Design at work: Cooperative Design of Computer Systems. Hillsdale:
Lawrence Earlbaum
7
Graham Button and Richard Harper. 1996. The Relevance of ’Work-Practice’ for design. Computer Supported
Cooperative Work (CSCW). Nederländerna: Kluwer Academic Publishers. Hal. 263-280.
4
Selanjutnya Suchman (1995)8 mengatakan bahwa seseorang yang bekerja dalam suatu bidang
khusus harus dapat menggambarkan pekerjaan ini kepada orang lain, karena setiap tempat
kerja adalah unik sehingga diperlukan dalam melihat organisasi militer dan menggambarkan
suatu daerah atau mandala operasi. Dengan kata lain terjadi pertukaran pengalaman dalam
interoperabilitas (Malamud, 1992).9 Dengan demikian interoperabilitas dilakukan pada masa
damai dan terutama dilakukan pada masa perang.
Interoperablitas tidak hanya terjadi dalam OMP namun juga terjadi pada OMSP.
Interoprabilitas ini berkaitan dengan sistem. Sebagaimana dalam adagium militer “civis pacem
para bellum” maka di saat damailah interoperabilitas dibiasakan dan disamakan prosedur dan
penggunaanya untuk dapat digunakan saat terjadinya suatu operasi gabungan baik taktis
maupun operasional untuk mendukung keputusan pada level strategis demikian pula
sebaliknya (resiprokal).
8
Lucy Suchman. 1995. Making work Visible. New York: ACM Press. Volume 38, Issue 9. Hal. 56 - 64
9
Carl Malamud. 1992. Interoperability in Today’s Computer Networks. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall
5
10
Per Wikberg. 1999. Tekniska framsteg inte alltid av godo, FOA-tidningen, nr 4, (Naskah Elektrionik). Sumber:
<http://www.foi.se/FOI/templates/Page____1236.aspx> Diakses tanggal 23 Februari 2017.
6
8. Penutup
Interoperabilitas dapat terwujud jika semua bertanggung-jawab dalam menghadapi
seluruh tantangan secara bersama-sama atau setiap individu, satuan, dan unit bertanggung
jawab bersama. Interoperabilitas tidak dapat diwujudkan seperti membalik telapak tangan
atau mengedipkan kelopak mata (demikian mudahnya). Interoperabilitas akan melalui sebuah
metamorfosis yang dilakukan secara perorangan maupun satuan sehingga proses tersebut
memerlukan perubahan beberapa kali tanpa harus saling menyalahkan antara satu dengan
lainnya. Kombinasi dari berbagai faktor berkontribusi dalam membenahi segala kekurangan
atau kelemahan secara terus-menerus dan rutin dalam mewujudkan interoperabilitas.
Setelah membaca artikel singkat ini, pembaca tentunya dapat menarik sebuah
kesimpulan dan persepsi tentang interoperabilitas. Dengan demikian dapat dijadikan sebagai
wawasan dalam memikirkan kemajuan K4IPP di masa mendatang.
11
Ibid.
12
David Todd and Phil Bossert. 1995. Viewing Rapid Global Mobility as a Revolution in Military Affairs. (Naskah
Elektronik). Sumber: <http://www.airpower.maxwell.af.mil/ airchronicles/cc/todd.html> diakses tanggal 23
Februari 2017.
13
LTC Robert L. Bethea, Jr. 2003. Joint C4I Interoperability – A Look at the Process for Army Transformation. Carlisle
Barracks, Pennsylvania: U.S. Army War College . Hal.6
7