Keamanan Maritim Bueger

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Terjemah Makna Teori Keamanan Maritim Christian Beuger

Keamanan Maritim menjadi topik hangat di dunia internasional sejak Amerika


(Amerika Serikat) memeloporinya dengan meluncurkan Kebijakan Keamanan Maritim
nasional pada tahun 2004 (Bueger, 2015). Terhadap hal ini, Inggris, Uni Eropa, dan
Uni Afrika telah meluncurkan strategi keamanan maritim yang ambisius pada tahun
2014 (Bueger 2015). Keamanan maritim sendiri merupakan istilah ilmiah umum yang
digunakan untuk mengklasifikasikan masalah maritim, seringkali terkait dengan
keamanan nasional, lingkungan laut, pembangunan ekonomi, dan keamanan manusia
(Bueger dan Edmunds, 2017). Amerika, meski merupakan sebuah negara kontinen
memandang hal ini sangat penting apalagi negara ini memiliki garis pantai mencapai
19.924 km dengan negara bagian Alaska yang terpanjang garis pantainya, yakni
10.600 km (Firmansyah, 2022). Kesadaran akan hal ini muncul juga akibat serangan
11 September yang membuat Amerika menyadari betapa terorisme merupakan
sebuah ancaman serius keamanan. Dan terorisme dapat muncul lewat laut dimana 23
negara bagian Amerika memiliki garis pantai (Murphy 2010).
Diantara banyak ahli yang membahas tentang keamanan maritime, Christian
Bueger adalah salah satu yang sangat serius kepadanya. Bueger adalah seorang
Profesor Hubungan Internasional dari 3 Universitas kenamaan (Universitas
Kopenhagen, Denmark; Universitas Seychelles, Seychelles dan Unversitas Cardiff,
Inggris). Bueger juga menjadi direktur SafeSeas dan salah satu Ketua Copenhagen
Ocean Hub.
(29 Februari 2024 Pembicaraan publik tentang Samudera Hindia Bagian
Barat Mauritius)

Terhadap Keamanan Maritim, Christian Buerger menyatakan bahwa konsep


keamanan di laut didasarkan pada kerangka konvergen yang harus mematuhi
konsep-konsep tradisional dan dalam saat yang bersamaan harus dapat
mengidentifikasi kesamaan yang akan memungkinkan penggabungan bertahap pada
isu-isu yang lebih luas (Mudric 2026). Terhadap konsep keamanan di laut, Buerger
membagi dalam beberapa kerangka tesis yakni (1) the matrix framework, yang
menggabungkan the concept of marine safety, sea- power, blue economy and
resilience; (2) the securitization framework, yang membahas mengenai interrelasi
(interrelationship) antara ancaman di laut dan perbedaan kepentingan politik serta
1
ideologi; (3) the security practice theory, membahas mengenai intensi sebenarnya
(true intention) dan aksi pada aktor-aktor-aktor yang terlibat dalam area keamanan di
laut.

Keamanan maritim mengatur jaringan hubungan, menggantikan atau


memasukkan konsep-konsep lama yang sudah ada, serta berhubungan dengan
konsep-konsep yang lebih baru dikembangkan. Setidaknya ada empat hal yang
perlu dipertimbangkan: kekuatan laut, keselamatan laut, ekonomi biru, dan
ketahanan manusia. Masing-masing konsep ini mengarahkan kita pada dimensi
keamanan maritim yang berbeda. Konsep kekuatan laut dan keselamatan laut
merupakan pemahaman yang telah ada selama berabad-abad mengenai bahaya di
laut, dan kedua konsep terakhir ini muncul pada waktu yang hampir bersamaan
dengan keamanan maritim.

Wacana mengenai keamanan di laut sebelum perdebatan mengenai


'keamanan maritim' saat ini adalah mengenai perang laut, pentingnya proyeksi
kekuatan maritim, dan konsep kekuatan laut. Berlandaskan pemahaman
tradisionalis mengenai keamanan nasional sebagai perlindungan kelangsungan
hidup negara, konsep 'kekuatan laut' bertujuan untuk menguraikan peran angkatan
laut dan menguraikan strategi penggunaannya. Di masa damai, peran kapal perang
terutama terlihat dalam melindungi jalur komunikasi inti laut untuk memfasilitasi
perdagangan dan kemakmuran ekonomi melalui pencegahan serta pengawasan dan
larangan (Rubel 2012). Konsep kekuatan laut berkaitan dengan keamanan maritime
beberapa cara. Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah fakta bahwa angkatan
laut merupakan salah satu aktor utama dalam keamanan maritim. Selain itu, diskusi
mengenai kekuatan laut membahas sejauh mana pasukan negara harus bertindak di
luar wilayah perairan mereka, terlibat di wilayah lain selain wilayah mereka sendiri,
dan hadir di perairan internasional.

Konsep 'keselamatan laut' membahas keselamatan kapal dan instalasi maritim


dengan tujuan utama melindungi para profesional maritim dan lingkungan laut.
Keselamatan laut pertama-tama menyiratkan peraturan pembangunan kapal dan
instalasi maritim, pengendalian rutin atas prosedur keselamatannya serta pendidikan
profesional maritim dalam mematuhi peraturan. Keselamatan laut terkait erat dengan
pekerjaan Organisasi Maritim Internasional dan Komite Keselamatan Maritim1 yang
bertindak sebagai badan internasional inti yang mengembangkan peraturan dan

2
regulasi. Jika perhatian utama keselamatan laut setelah kecelakaan Titanic pada
tahun 1912 adalah pencarian dan penyelamatan serta perlindungan nyawa pelaut
dan penumpang, maka secara bertahap hal ini telah bergeser ke permasalahan
lingkungan dan pencegahan tabrakan, kecelakaan dan bencana lingkungan yang
mungkin terjadi. menyebabkan.

Tumpahan minyak yang tercatat pada tahun 1970an telah meningkatkan profil
dimensi lingkungan dalam keselamatan laut, sementara peristiwa seperti tumpahan
minyak pada Perang Teluk tahun 1991 mengungkapkan hubungan antara
keamanan tradisional dan permasalahan lingkungan. Masalah keselamatan adalah
inti dari keamanan maritim mengingat hal ini mungkin melibatkan kepentingan
lingkungan dan budaya. Keselamatan laut juga semakin dikaitkan dengan keamanan
maritim mengingat bahwa industri maritim, perusahaan pelayaran dan karyawan
mereka secara bersamaan merupakan target potensial (misalnya bajak laut, teroris,
atau penjahat) serta calon pelaku (dengan terlibat dalam kejahatan maritim seperti
perdagangan manusia). orang, barang atau senjata terlarang, atau bekerja sama
dengan pelaku kekerasan).

Namun keamanan maritim juga terkait dengan pembangunan ekonomi.


Sepanjang sejarah, lautan selalu mempunyai arti penting secara ekonomi. Mayoritas
perdagangan dilakukan melalui laut dan perikanan merupakan industri yang
signifikan. Baik pelayaran maupun perikanan global telah berkembang menjadi
industri bernilai miliaran dolar. Nilai komersial lautan juga semakin dievaluasi
kembali karena potensi ekonomi dari sumber daya lepas pantai, energi fosil dan
pertambangan dasar laut, serta potensi ekonomi dari pariwisata pesisir. Konsep
'ekonomi biru' dan 'pertumbuhan biru' – diusulkan pada KTT Dunia Rio+20 tahun
2012 dan didukung secara luas, misalnya, dalam Strategi Pertumbuhan Biru Uni
Eropa – bertujuan untuk menghubungkan dan mengintegrasikan berbagai dimensi
pembangunan ekonomi di negara-negara tersebut. lautan dan membangun strategi
pengelolaan berkelanjutan untuk lautan. Konsep ekonomi biru terkait dengan
keamanan maritim karena strategi pengelolaan berkelanjutan tidak hanya
memerlukan penegakan dan pemantauan undang-undang dan peraturan, namun
lingkungan maritim yang aman memberikan prasyarat untuk pengelolaan sumber
daya kelautan.

Dua dimensi inti dalam konsep ekonomi biru, yaitu ketahanan pangan dan
ketahanan masyarakat pesisir, terkait langsung dengan konsep keempat yang perlu
3
diperhatikan untuk memahami hubungan semiotik keamanan maritim, yaitu
keamanan manusia. Keamanan manusia merupakan usulan utama sebagai
alternatif pemahaman keamanan dalam kaitannya dengan keamanan nasional yang
dicetuskan pada tahun 1990an. Konsep ini awalnya diusulkan oleh Program
Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), dan bertujuan untuk
memusatkan pertimbangan keamanan pada kebutuhan masyarakat dibandingkan
negara (misalnya Gasper 2005, Martin dan Owen 2010, Paris 2001).

Dimensi inti keamanan manusia berkaitan dengan pangan, tempat tinggal,


mata pencaharian berkelanjutan, dan pekerjaan yang aman. Mengingat perikanan
merupakan sumber pangan dan lapangan kerja yang sangat penting, terutama di
negara-negara kurang berkembang, penangkapan ikan secara ilegal, tidak
dilaporkan dan tidak diatur (Illegal, Unreported and Unregulated/IUU) Fishing
merupakan masalah besar yang berdampak pada keamanan manusia.3 Keamanan
manusia memiliki beberapa dimensi maritim, yang mencakup keamanan pelaut
terhadap kerentanan penduduk pesisir terhadap ancaman maritim secara lebih luas.
Ketahanan masyarakat pesisir telah diidentifikasi sebagai faktor kunci munculnya
ancaman maritim dan oleh karena itu sangat penting dalam pencegahannya.

Referensi

Bueger, Christian (2015) What is Maritime Security? Forthcoming in Marine Policy, November
2015

4
Bueger, Christian; Edmunds, Timothy (November 2017). "Beyond seablindness: a new
agenda for maritime security studies". International Affairs. 93 (6)

Firmansyah, Rangga H (2022). 10 Negara dengan Garis Pantai Terpanjang di Dunia,


Indonesia Salah Satunya. Geostat.id. Oktober 2022.

Gasper, Des. 2005. “Mengamankan Kemanusiaan: Menempatkan 'Keamanan Manusia'


sebagai Konsep dan Wacana.” Jurnal Pembangunan Manusia6 (2)

Martin, Mary, dan Taylor Owen. 2010. “Keamanan Manusia Generasi Kedua: Pelajaran dari
Pengalaman PBB dan UE.” Urusan Internasional 86 (1): 211–224.

Mudric, Miso. 2016. “Maritime Security: Editorial Note.” CIRR Jurnal Online Edition 75. OBP.
2017. “Piracy and Robbery against Ships in Asia 2016.” Retrieved
(http://oceansbeyondpiracy.org/reports/sop/se-asia).
Murphy, Martin N. 2010. Perahu Kecil, Negara Lemah, Uang Kotor: Pembajakan dan
Terorisme Maritim di Dunia Modern. C Hurst & Co Penerbit Ltd.

Paris, Roland. 2001. “Keamanan Manusia: Pergeseran Paradigma atau Udara Panas?”
Keamanan Internasional 26 (2)

Anda mungkin juga menyukai