Askep Soal-1
Askep Soal-1
Askep Soal-1
Search:
LAPORAN PENDAHULUAN
KETOASIDOSIS
DIABETIKUM (KAD)
HOME
ALL ARTICLE ( DAFTAR ISI )
PRIVACY AND POLICY
ABOUT ME
MOTTO
Tuesday, January 28, 2014
KAD adalah keadaan yan g ditandai dengan asidosis met abolik akibat
pembentukan keton yang berlebihan, sedangk an SHH ditandai dengan hiperos
molalitas berat dengan kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari KAD
murni (American Diabetes Association, 2004)
Salah satu kendala dalam laporan mengenai insidensi, epide miologi dan angka
kematian KAD adalah belum ditemukannya kesepakatan tentang definisi
KAD.Sindroma ini mengandung triad yang terdiri dari hiperglikemia, ketosis dan
asi demia. Konsensus diantara para ahli dibidang i ni mengenai kriteria diagnost ik
untuk KAD adalah pH arterial < 7,3, kadar bikarbonat < 15 mEq/L, d an kadar
glucosa darah > 250 m g/dL disertai ketonemia dan ketonuria moderate(Kitabchi dkk,
1994).
Diabetic Keto Acidosis (DKA) adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa seorang
penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Kondisi kehilangan urin, air, kalium,
amonium, dan natrium menyebabkan hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar
glukosa darah sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas menyebabkan
asidosis dan sering disertai koma. (http://medical-dictionary.thefreedictionary.com)
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama
kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya
faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan
pencegahan ketoasidosis berulang. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati
Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. diketahui bahwa jumlah sel
darah putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari infeksi.
(Samijean Nordmark,2008)
Krisis hiperglikemia pada diab etes tipe 2 biasanya terjadi karena ada
keadaan yang mencetuskannya. Faktor pencetus krisis hiperglikemia ini antara lain :
1. Infeksi : meliputi 20 –55% dari kasus krisis hiperglikemia dicetuskan oleh Infeksi.
Infeksinya dapat berupa : Pneumonia, Infeksi traktus urinarius, Abses, Sepsis, Lain-lain.
2. Penyakit vaskular akut: Penyakit serebrovaskuler, Infark miokard akut, Emboli paru,
Thrombosis V.Mesenterika
4. Heat stroke
Gejala klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari 24 jam.
Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan yang nyata biasanya terjadi beberapa hari
menjelang KAD, dan sering disertai mual-muntah dan nyeri perut. Nyeri perut sering
disalah-artikan sebagai 'akut abdomen'. Asidosis metabolik diduga menjadi penyebab
utama gejala nyeri abdomen, gejala ini akan menghilang dengan sendirinya setelah
asidosisnya teratasi.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang juga . Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali.
Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa
bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang
ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan
kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-
kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida selama
periode waktu 24 jam.Akibat defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan lemak
(lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan
diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi
badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara
normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan
bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin
memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin
memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada
derajat dehidrasi. Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan
dengan kadar glukosa darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai
kadar glukosa yang berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya
mungkin tidak memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa
darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
2. Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler. Untuk setiap 100
mg / dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh sekitar
1,6 mEq / L. Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah
yang sesuai.
3. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan perawatan. EKG
dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat potasium.
4. Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang rendah (6,8-
7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi
respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan
keton (yang mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam
darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam hubungannya dengan kesenjangan anion
untuk menilai derajat asidosis.
5. Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai pergeseran kiri
mungkin menyarankan mendasari infeksi.
7. Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu, ketonuria dapat
berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang mendasarinya.
8. β-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat β kapiler dapat digunakan untuk mengikuti respons terhadap
pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol / L dianggap normal, dan tingkat
dari 3 mmol / L berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
9. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi saluran
kencing yang mendasari.
10. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg / dL) / 2.8.
Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma biasanya
memiliki osmolalitis > 330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm /
kg H2O ini, maka pasien jatuh pada kondisi koma.
11. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme kronis),
maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat terjadi pada
dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum
yang terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
Diabetic Hyperosmolar
(KAD) (HONK)
b. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi
stress.
Didasarkan atas adanya "trias biokimia" yakni : hiperglikemia, ketonemia, dan asidosis.
Kriteria diagnosisnya adalah sebagai berikut :
Hiperglikemia, bila kadar glukosa darah > 11 mmol/L (> 200 mg/dL).
KAD juga harus dibedakan dengan penyebab asidosis, sesak, dan koma yang lain
termasuk : hipoglikemia, uremia, gastroenteritis dengan asidosis metabolik, asidosis
laktat, intoksikasi salisilat, bronkopneumonia, ensefalitis, dan lesi intrakranial.
I. KOMPLIKASI KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila penderita
mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air kencingnya terdapat protein. Dengan
menurunnya fungsi ginjal akan disertai naiknya tekanan darah. Pada kurun waktu yang
lama penderita nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus
melakukan cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung
kongesif.
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa mata.
Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan.
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita bisa stres, perasaan
berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat dirasakan (mati rasa).
4. Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya aterosklerosis pada
pembuluh darah jantung. Bila diabetesi mempunyai komplikasi jantung koroner dan
mendapat serangan kematian otot jantung akut, maka serangan tersebut tidak disertai
rasa nyeri. Ini merupakan penyebab kematian mendadak.
5. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan kadar glukosa
darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera. Keterlambatan dapat
menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai berupa
koma dan kejang-kejang.
6. Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni, ginjal penderita
diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan darah pada diabetisi
juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta
penyempitan yang terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak
untuk menambah takanan darah.
Tujuan penatalaksanaan :
4. Mencegah komplikasi,
5. Mengenali dan menghilangkan faktor pencetus.
Oksigenasi / ventilasi
Jalan napas dan pernapasan tetap prioritas utama. Jika pasien dengan kesadaran /
koma (GCS <8) mempertimbangkan intubasi dan ventilasi. Pada pasien tsb sementara
saluran napas dapat dipertahankan oleh penyisipan Guedel's saluran napas. Pasang
oksigen melalui masker Hudson atau non-rebreather masker jika
ditunjukkan. Masukkan tabung nasogastrik dan biarkan drainase jika pasien muntah
atau jika pasien telah muntah berulang. Airway, pernafasan dan tingkat kesadaran
harus dimonitor di semua treatment DKA.
Circulation
Penggantian cairan
Sirkulasi adalah prioritas kedua. DKA pada pasien yang menderita dehidrasi berat bisa
berlanjut pada shock hipovolemik. Oleh sebab itu, cairan pengganti harus dimulai
segera. Cairan resusitasi bertujuan untuk mengurangi hiperglikemia, hyperosmolality,
dan counterregulatory hormon, terutama dalam beberapa jam pertama, sehingga
mengurangi resistensi terhadap insulin. Terapi Insulin paling efektif jika didahului
dengan cairan awal dan penggantian elektrolit. Defisit cairan tubuh 10% dari berat
badan total maka lebih dari 6 liter cairan mungkin harus diganti. Resusitasi cairan
segera bertujuan untuk mengembalikan volume intravaskular dan memperbaiki perfusi
ginjal dengan solusi kristaloid, koloid dan bisa digunakan jika pasien dalam syok
hipovolemik. Normal saline (NaCl 0,9%) yang paling sesuai. Idealnya 50% dari
total defisit air tubuh harus diganti dalam 8 jam pertama dan 50% lain dalam 24 jam
berikutnya. Hati-hati pemantauan status hemodinamik secara teliti (pada pasien yang
tidak stabil setiap 15 menit), fungsi ginjal, status mental dan keseimbangan cairan
diperlukan untuk menghindari overload cairan.
1. Aktivitas / Istirahat
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, Klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, Ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama, Takikardia
3. Integritas/ Ego
4. Eliminasi
5. Nutrisi/Cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri/kenyamanan
8. Pernapasan
9. Keamanan
10. Seksualitas
11. Penyuluhan/pembelajaran
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
4. Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
1 NOC: NIC :
Defisit Volume Cairan
Fluid balance Fluid management
Definisi : Penurunan
cairan intravaskuler, Hydration Pertahankan catatan intake dan
interstisial, dan/atau
intrasellular. Ini output yang akurat
Nutritional Status :
mengarah ke Food and Fluid Intake Monitor status hidrasi (
dehidrasi, kehilangan
cairan dengan kelembaban membran mukosa,
Kriteria Hasil :
pengeluaran sodium nadi adekuat, tekanan darah
Mempertahankan urine ortostatik ), jika diperlukan
output sesuai dengan
Monitor vital sign
Batasan Karakteristik usia dan BB, BJ urine
: normal, HT normal Monitor masukan makanan /
- Hematokrit meninggi
- Kehilangan berat
badan seketika
(kecuali pada third
spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
- Kehilangan volume
cairan secara aktif
- Kegagalan
mekanisme
pengaturan
- Pernafasan pursed-
lip Terapi oksigen
- Tahap ekspirasi Bersihkan mulut, hidung dan
berlangsung sangat secret trakea
lama
Pertahankan jalan nafas yang
- Peningkatan diameter paten
anterior-posterior
Atur peralatan oksigenasi
- Pernafasan rata-
rata/minimal Monitor aliran oksigen
-
Perusakan/pelema
han muskulo-skeletal
- Obesitas
- Posisi tubuh
- Kelelahan otot
pernafasan
- Hipoventilasi
sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi
Neuromuskuler
- Kerusakan
persepsi/kognitif
- Perlukaan pada
jaringan syaraf tulang
belakang
- Imaturitas Neurologis
3 NOC : NIC :
Resiko Infeksi
Immune Status Infection Control (Kontrol
Definisi : Peningkatan
resiko masuknya infeksi)
Knowledge : Infection
organisme patogen
control Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
Risk control
Faktor-faktor resiko : Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil :
- Prosedur Infasif Batasi pengunjung bila perlu
Klien bebas dari tanda
- Ketidakcukupan dan gejala infeksi Instruksikan pada pengunjung
pengetahuan untuk untuk mencuci tangan saat
Menunjukkan
menghindari paparan
kemampuan untuk berkunjung dan setelah
patogen
mencegah timbulnya berkunjung meninggalkan
infeksi pasien
- Trauma
Gunakan sabun antimikrobia
- Kerusakan jaringan Jumlah leukosit dalam
batas normal untuk cuci tangan
dan peningkatan
paparan lingkungan Cuci tangan setiap sebelum dan
Menunjukkan perilaku
- Ruptur membran hidup sehat sesudah tindakan kperawtan
Dorong istirahat
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
6 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
DAFTAR PUSTAKA
Wallace TM, Matthews DR. Recent Advance in The Monitoring and management of Diabetic
Ketoacidosis. QJ Med 2004; 97 : 773-80.
Dr. MHD. Syahputra. Diabetic ketosidosis. www. Library.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 17
November 2010.
0 Comments
1 Comments
nt.fb admin wiwing setiono
Popular Posts
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIK/ CHRONIC
KIDNEY DISEASE (CKD)
LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS
Blog Archive
▼ 2014 (47)
o ► March (11)
o ► February (3)
o ▼ January (33)
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU/ KANKER PARU
LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA
INFEKSI NOSOKOMIAL
LAPORAN PENDAHULUAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK...
LAPORAN PENDAHULUAN MASTEKTOMI
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ ...
LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS
LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM
LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO
LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO/ LUKA BAKAR
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTIROID
LAPORAN PENDAHULUAN BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLAS...
LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS (DM) DENGAN U...
PITTING EDEMA
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS
PENGKAJIAN NEUROLOGI (SARAF KRANIAL, GLASGOW COMA ...
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK
LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS
LAPORAN PENDAHULUAN PPOK
LAPORAN PENDAHULUAN EFUSI PLEURA
LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA
SGB (SINDROMA GUILLAIN BARRE)
DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA versi 2
DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA versi 1
INDUKSI PERSALINAN
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS
CONTOH DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN DISCHARGE PLANNING...
DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA versi 3
► 2013 (43)
Search her
Author
wiwing setiono
wiwing setiono.skep.ns