Laporan Praktikum
Laporan Praktikum
Laporan Praktikum
FARMASI FISIKA II
EMULSIFIKASI
Disusun oleh :
Kelompok V :
Farmasi C
Emulsi adalah sistem dispersi, dengan stabilitas terbatas yang dibentuk oleh
sekurang – kurangnya dua cairan terdispersi di dalam cairan lain dalam bentuk
partikel halus ( ukuran mikron ) dengan adanya satu atau lebih zat pengemulsi.
Parafin cair sering digunakan sebagai pembawa dari obat baik untuk pemakaian
dalam maupun luar dan juga untuk sediaan kosmetik. Pada umumnya parafin cair
merupakan salah satu komponen dari suatu formula sistem dispersi dan agar sediaan
homogen dibuat emulsi.
V = 2 r ( pt – po ) g
18 n
Dimana :
v = laju pengendapan
g = gravitas
n = viskositas
Jika po > pt, maka v adalah negatif dan akan terjadi pemisahan keatas. Tetapi
jika fase terdispersi lebih berat daripada medium pendispersi ( pt – po ), maka nilai v
positif dan terjadi pemisahan kebawah atau pengendapan. Dari persamaan stokes
dapat diketahui bahwa jari – jari partikel dan viskositas medium pendispersi dapat
mempengaruhi stabilitas fisik emulsi.
Emulsi adalah system 2 fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan
bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes kecil menjadi
tetesan besar dan akhirnya menjadi 1 fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi
(surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antara tetesan dan
fase eksternal dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan
berkolesensi.
ALAT DAN BAHAN
Alat
Pengaduk listrik
Pemanas listrik
Thermometer
Beaker glass
Batang pengaduk
Gelas ukur
Bahan
Parafin cair
Span
Tween
Glycerin
Aquadest
PROSEDUR KERJA
2. Cari HLB butuh dari paraffin cair, kemudian tentukan jumllah span dan tween sesuai
dengan harga HLBnya
2. Campurkan bahan bahan tersebut, berdasarkan kelarutannya di dalam fasa air atau fasa
minyak.
5. Dituangkan perlahan lahan fasa paraffin kedalam fasa air pada suhu 70ºC
6. Diaduk dengan pengaduk listrik pada kecepatan 1000rpm selama 10 menit, kemudian
dinginkan sampai suhu kamar
7. Masukkan dalam botol dan sebagian untuk uji stabilitas emulsi dan uji tipe emulsi.
2. Campurkan bahan bahan tersebut, berdasarkan kelarutannya di dalam fasa air atau fasa
minyak.
5. Dituangkan perlahan lahan fasa paraffin kedalam fasa air, tanpa pemanasan.
2. Campurkan bahan bahan tersebut, berdasarkan kelarutannya di dalam fasa air atau fasa
minyak.
5. Dituangkan perlahan lahan fasa paraffin kedalam fasa air, tanpa pemanasan.
8. Masukkan dalam botol dan sebagian untuk uji stabilitas emulsi dan uji tipe emulsi.
SKEMA KERJA
Masukkan bahan kedalam beaker glass berdasarkan fase nya (fase air atau fase minyak)
Dituangkan perlahan-lahan fase minyak kedalam fase air pada suhu 70C
Masukkan kedalam gelas ukur dan sebagian untuk uji stabilitas emulsi dan uji tipe emulsi
Pembuatan Emulsi Parafin Formula 2
Masukkan bahan kedalam beaker glass berdasarkan fase nya (fase air atau fase minyak)
Masukkan kedalam gelas ukur dan sebagian untuk uji stabilitas emulsi dan uji tipe emulsi
Masukkan bahan kedalam beaker glass berdasarkan fase nya (fase air atau fase minyak)
Masukkan kedalam gelas ukur dan sebagian untuk uji stabilitas emulsi dan uji tipe emulsi
DATA DAN PERHITUNGAN
HLB Tween 80 : 15
Metode Aligasi :
12
------- +
6,4
Metode pewarnaan
Indikator larut air (methylene blue) ditambahkan pada sediaan emulsi, aduk
sampai homogen
Amati pola dengan mikroskop : ukuran globul (partikel) dan tipe emulsinya
Metode pengenceran
Membandingkan stabilitas fisik emulsi, dengan cara pendiaman pada suhu kamar selama
7 hari dalam gelas ukur.
Table Formula 1
Tabel Formula 2
Tabel Formula
No Nama Bahan Fungsi Persentase (%) Bobot Dalam 100 ml
. (Gram)
PEMBAHASAN
Emulsi adalah suatu system yang secara termodinamik tidakstabil, terdiri paling sedikit dua
fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal
dua jenis emulsi yaitu :
Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi didalam fase air
Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi didalam fase minyak
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan factor penting karena
mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi emulgator yang digunakan. Salah satu
emulgator yang banyak digunakan adalah surfaktan yang memiliki fungsi untuk menurunkan
tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-
globul fase terdispersinya.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsa
yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsa dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi
buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga
emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief, 2000)
Pada percobaan kali ini kami menggunakan tiga formula emulsi tipe minyak dalam air untuk
formula satu menggunakan paraffin, span 20, tween 80 dan aquadest dengan pemanasan 70°C,
formula dua menggunakan paraffin, span 20, tween 80 dan aquades tanpa pemanasan dan untuk
formula tiga menggunakan paraffin, span 20, tween 80, aquadest dan gliserin. Span dan tween
digunakan sebagai surfaktan, paraffin sebagai fase minyak, aquadests sebagai fase air dan pada
formula 3 gliserin digunakan sebagai fase air.
Jadi untuk pembuatanya dibuat fase air yang terdiridari tween 80 dan air, sedangkan untuk
fase minyak terdiri dari span 80 dan paraffin. Pada formula tiga dilakukan hal yang sama hanya
saja pada fase air ditambahkan gliserin. Kemudian fase minyak dan air dipanaskan sampai suhu
mencapai 70 derajat Celcius. Setelah itu fase minyak dituangkan kedalam fase air. Kemudian,
diaduk dengan pengaduk listrik dengan kecepatan 1000 rpm selama 10 menit (Formula 1 dan 3)
dan 500 rpm (Formula 2).
Kemudian untuk penetuan tipe emulsi kami menggunakan dua metode yaitu metode
pewarnaan dan metode pengenceran. Pada metode pewarnaan digunakan dua indikator yaitu
methylene blue dan sudan, emulsi dengan penambahan methylene blue akan homogeny
sedangkan dengan penambahan indicator sudan emulsi tidak bias homogen. Hal tersebut dapat
diketahui bahwa emulsi yang kami buat buat adalah tipe minyak dalam air. Dan pada metode
pengenceran dengan penambahan air suling sampai 10 kali bobot sediaan yang kami buat tetap
homogen, yang menunjukkan sediaan yang kami buat adalah tipe minyak dalam air.
Setelah itu dilakukan pengamatan selama 6 hari kedepan untuk melihat kestabilan emulsinya
seperti :
Creaming :yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu mengandung
fase dispers lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible artinya
bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
Koalesen dan cracking yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak
dan butir minyak akan koalesen (menyatu) sifatnya irreversible (tidak bias diperbaiki).
Hal ini dapat terjadi karena peristiwa kimia, seperti penambahan alcohol, perubahan pH,
penambahanCaO/CaCL2 dan peristiwa fisika seperti pemanasan, penyaringan,
pendinginan dan pengadukan
Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyok-konyong tipe emulsi W/0 menjadi O/W atau
sebaliknya dan sifatnya irreversible.
Berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan uji emulsifikasi maka dapat ditarik
kesimpulan :
Jumlah golongan surfaktan yang digunakan untuk emulsi adalah Span 20 2.34 gram dan
Tween 80 2.66 gram
HLB butuh yang digunakan parafin adalah 12, HLB butuh Span 20 adalah 8.6, dan HLB
butuh Tween 80 adalah 15
Martin, A., 1993, Physical Pharmacy. 4th ed., Lea & Febiger, Philadelphia, London,
p.324-361.
Florence A.T., and Attwood D., 1998, Physicochemical Principles of Pharmacy, 3 rd Ed.
The Macmillan Press Ltd.