Yushlihah Rofiati Yusuf, 1706039111, FG 2, Keperawatan Maternitas-C

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Proses Fertilisasi

Oleh Yushlihah Rofiati Yusuf, 1706039111, FG 2, Keperawatan Maternitas-C

Fertilisasi merupakan proses penyatuan gamet pria dan wanita yang terjadi di tuba
fallopi (Karlina, dkk, 2015). Sperma yang masuk ke dalam lubang vagina melakukan :
Kapasitasi
• Saluran reproduksi wanita melakukan penyesuaian karena pelepasan selubung glikoprotein
dan protein-protein di dalam plasma semen
• Plasma tersebut membungkus akrosom selama kurang lebih 7 jam pada tubuh manusia
bergender laki-laki.
Reaksi Akrosom
• Reaksi pelepasan enzim-enzim dari akrosom yang bertujuan untuk menembus lapisan-
lapisan oosit
Apabila fertilisasi tersebut ingin berhasil, maka harus terjadi < 24 jam setelah ovulasi
karena ovum dapat dibuahi oleh sperma dalam kurun waktu tersebut dan bertahan hingga 72
jam di tubuh wanita Nuraini (n.d.).
Tahap 1: Penembusan Cumulus Ooforus dan Corona Radiata
- Jutaan spermatozoa melakukan usaha untuk menembus lapisan-lapisan ovum
- Akrosom pada spermatozoa mengeluarkan enzim secara berurutan : Hyalurudinase
Corona PenetraringEnzyme (CPE)  Akrosin
-Enzim-enzim tersebut yang akan membantu menembus Zona Pelusida
Tahap 2: Penembusan Zona Pelusida
- Pelindung glikoprotein yang mengelilingi sel telur  bertujuan untuk mempermudah dan
mempertahankan dalam pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom - Permeabilitas
zona tersebut akan berubah apabila kepala spermatozoa menyentuh permukaan oosit
- Pembebasan enzim-enzim lisosom dari membran plasma oosit yang dilapisi oleh granul-
granul korteks  bertujuan untuk membuat sebuah reaksi zona untuk menghambat penetrasi
sperma dan membuatnya tidak aktif.
Tahap 3: Fusi Oosit dan Membran Sel Sperma
- Oosit dan membran sel sperma bergabung di sel telur  menghasilkan 23 kromosom
pronukleus dari tiap-tiap gender, sehingga dijumlahkan menjadi 46 kromosom
- Sperma membesarkan kepalanya serta melepaskan ekornya  berfungsi untuk mendorong
menembus pada tahap satu dan tahap dua.
- Jenis kelamin anak dapat disesuaikan berdasarkan jenis sperma yang memfertilsasi ovum

Fertilisasi  Terbentuk 44 kromosom autosom dan dua kromosom X (Perempuan) atau


kromosom X dan Y (LakiLaki) (Nuraini, n.d.). Ovum yang sedang meiosis memicu
penebalan zona pellucida sehingga tidak mampu dipenetrasi oleh sperma lainnya.
- Zigot yang telah terbentuk terus melakukan pembelahan sepanjang perjalanan dari tuba
uterina menuju uterus (2-4 hari) dan terbentuk blastomer.
- Selama tiga hari, terdapat 16 sel yang berbentuk padat yang dinamakan morula. Morula
dilapisi oleh lapisan pelindung zona pelusida.
- Perkembangan selanjutnya berlangsung saat morula mengapung bebas di uterus  Cairan
masuk ke dalam zona pelusida dan masuk ke dalam ruang interseluler di antara blastomer 
Terbentuk ruangan di dalam massa sel dan membentuk blastosis.
Pembentukan ini menandakan diferensiasi utama pertama embrio, yang kemudian menjadi
amnion.

Daftar Pustaka
Karlina, N., dkk (2015). Bahan Ajar Embriologi Manusia. Yogyakarta: Penerbit Deepublish

Nuraini, T. (n.d.). Fertilisasi dan Kontrol Reproduksi. Diambil dari


http://staff.ui.ac.id/system/files/users/tutinfik/material/f ertilisasidankontrolrepr.pdf

Anda mungkin juga menyukai