Makalah Literasi Media

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti sekarang ini, pemahaman generasi muda tentang realitas
kehidupan sehari-hari bisa dicapai melalui media massa. Media massa memiliki
kemampuan untuk membangun pencitraan dalam benak generasi muda serta membentuk
pendapat dan persepsi mereka. Kehadiran berbagai bentuk media dan jejaring sosial digital
memungkinkan terjadinya akses informasi tanpa batas, kapan saja, dan dimana saja.
Kekuatan komunikasi media massa tidak ada tandingannya. Tidak seorang pun di
dunia ini mampu menghindar dari media, walau sesibuk apapun individu yang
bersangkutan. Media massa mampu membangkitkan rasa duka sekaligus suka bagi seluruh
masyarakat dunia termasuk Indonesia. Media massa lahir atas kreativitas dan intelektual
manusia.
Kenyataan bahwa isi pesan media massa begitu halus sehingga tidak disadari
khususnya generasi muda, mendorong munculnya kebutuhan akan literasi media sebagai
metode atau langkah-langkah untuk memecahkan masalah. Literasi media adalah
kemampuan untuk mengkritik isi media dan memiliki pemahaman penuh tentang realitas.
Literasi media digital merupakan suatu keharusan dalam dunia pendidikan. Pola pikir,
pemahaman, dan karya-karya yang dihasilkan siswa harus merujuk pada acara-acara
ilmiah, sistematis, dan didapatkan melalui sumber yang valid dan terpercaya. Analisis dan
pemahaman kredibilitas sumber informasi yang digunakan menjadi hal penting yang
selanjutnya digunakan dalam memenuhi kebutuhan informasi di sekolah. Literasi media
digital siswa terwujud pada pemahaman serta cara mendapatkan dan menyebarkan
informasi melalui media digital. Pemanfaatan internet, website, search engine, media sosial
dan jejaring sosial merupakan bentuk literasi media digital yang menjadi trend masa
sekarang.
B. Rumusan Masalah
1. Model apa yang digunakan dalam mengkomunikasikan literasi media kepada siswa
SMA (Sekolah Menengah Atas)?
2. Bagaimana cara mengkomunikasikan literasi media kepada SMA (Sekolah Menengah
Atas)?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui dan memahami dalam mengkomunikasikan literasi media kepada
siswa SMA.
2. Dapat mengetahui dan memahami cara mengkomunikasikan literasi media kepada
siswa SMA.
BAB II

PEMBAHASAN

Literasi media adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan menggunakan


berbagai macam media agar mendapatkan sebuah informasi untuk suatu keperluan. Literasi media
juga merupakan kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi,dan mengkomunikasikan isi
pesan media. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fokus utamanya terdapat dalam isi pesan media
tersebut. Media yang bisa mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari berupa internet seperti
adanya website, media sosial, search engine dan lainnya.

Difinisi literasi media menggunakan pendekatan tritokomi yang mencakup tiga bidang
yaitu literasi media bermakna memiliki akses ke media, memahami media, dan menciptakan dan
mengekspresikan diri untuk menggunakan media. Akses artinya kemampuan menggunakan fungsi
dan kompetensi navigasi (mengubah saluran televisi, menggunakan sambungan internet),
kompetensi menegendalikan media (misalnya menggunakan sistem terpasang interaktif,
melakukan transaksi melalui internet), pemahaman artinya memilki kemampuan untuk memahami
atau menafsirkan serta memperoleh perspektif isi media serta sikap kritis terhadapnya.
Menciptakan mencakup berinteraksi dengan media (misalnya berbicara di radio, ikut serta dalam
diskusi di internet), juga menghasilkan isi media. Bagi seseorang yang memiliki pengalaman
mengisi berbagai media massa membuat seseorang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang
pendekatan kritis terhadap isi media.

Literasi media harus diketahui oleh semua kalangan masyarakat terutama dalam
lingkungan sekolah seperti SMA (Sekolah Menengah Atas), karena dalam dunia pendidikan
literasi media digital sangat penting agar anak tidak salah dalam memahami media digital. Dengan
ini maka literasi media harus disisipkan kedalam lingkungan sekolah. Salah satu caranya yaitu
dengan memasukkan edukasi tentang literasi media ini kedalam ekstrakurikuler di sekolah.

Ekstrakulikuler merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setelah selesainya jam


kurikulum atau yang berarti tambahan kegiatan untuk memusatkan anak dalam suatu kegiatan.
Jika sekolah sudah memberikan ekstrakulikuler tersebut maka siswa mengetahui pentingnya
literasi media.
Siswa SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta memiliki berbagai kegiatan untuk menunjang
prestasi non akademik di sekolah. Seperti diadakannya ekstrakulikuler seperti jurnalistik,
broadcasting, cinematography. Dalam ekstrakulikuler jurnalistik mengajarkan siswa tentang
penulisan. Ragam penulisan yang sedemikian banyak menjadi pilihan para siswa untuk
mengekspresikan dirinya. Seperti membuat cerita pendek, puisi, tulisan berita, novel serta majalah
dinding. Di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta memiliki media majalah dinding (mading) yang
dikelola oleh siswa. Tentunya, hal ini merupakan hal yang sangat positif bagi siswa.
Ekstrakulikuler broadcasting mengulas mengenai dunia entertainment, pertelevisian, dan
photography. Dalam broadcasting ini menjadikan siswa dapat memproduksi suatu kinerja di balik
layar dengan baik dan paham mengenai teknologi. Selain itu, ekstrakulikuler cinematography juga
banyak menguntungkan siswa. Karena dalam ekstrakulikuler ini mengajarkan tentang
memproduksi film. Jadi, para siswa dapat menyalurkan ide dan lebih kreatif. Kami mengenalkan
pentingnya literasi media bagi siswa SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta yang bekerjasama
dengan guru ekstra untuk mengadakan sosialisasi mengenai literasi media agar terhindar dari
bahaya hoax atau informasi yang palsu dan merugikan. Dalam rencana kami untuk menyadarkan
tentang pentingnya literasi media telah kami susun rencana sebagai berikut.

A. Metode
1. Persiapan
a) Kontak Awal dengan sekolah untuk menelusuri kemungkinan pelaksanaan kegiatan
di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta dan prosedur yang harus dijalankan
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler.
b) Obervasi berupa survei awal, melakukan pertemuan secara langsung dengan
pimpinan sekolah. Menelusuri lebih dalam mengenai fenomena hoax di sekolah.
2. Pelatihan
Kegiatan pelatihan dilakukan secara kelompok dengan cara tatap muka bersama
dilanjutkan dengan diskusi. Pelatihan ini dibagi ke dalam beberapa materi, yaitu :
a. Pengenalan Program Studi, Kegiatan PKM dan pemahaman dasar mengenai
Literasi Media.
b. Perkembangan Media Sosial
c. Contoh Kasus dan Pemutaran Film Pendek Untuk lebih mempermudah pemahaman
peserta, maka disampaikan beberapa contoh kasus dan tayangan video berkaitan
dengan hoax dan dampaknya.
d. Evaluasi ini dilakukan setelah proses pelatihan melalui tingkat pemahaman dari
pelatihan tersebut.
B. Pengenalan Literasi Media
Pada tahap pertama kami menemui kepala sekolah SMA Muhammadiyah 7
Yogyakarta untuk berdiskusi tentang bagaimana cara kita untuk memasukan literasi media
dalam ekstrakulikuler Jurnalistik, Broadcasting dan Cinematography yang ada di SMA
tersebut. karena menurut kami permasalahan hoax itu tidaklah masalah yang remeh,
Kehadiran fitur share, like, hashtag, trending topic, di media sosial tidak dapat dipungkiri
telah sangat berpengaruh dalam membaca minat dan konsumsi informasi khalayak.
Melalui fitur-fitur tersebut, berita dan informasi dapat dibagikan secara viral: tersebar luas
dan terjadi dalam waktu singkat layaknya wabah penyakit yang disebarkan oleh virus.
Berita yang dibagikan secara viral melalui media sosial adalah berita yang mampu
membangkitkan emosi positif atau negatif yang sangat kuat (high-arousal emotions).
Meski demikian, disadari pula bahwa pengguna media sosial non Jurnalis umumnya tidak
paham pentingnya akurasi, sering luput/tidak melakukan disiplin verifikasi serta tidak
memiliki bekal cukup untuk memahami etika jurnalisme dan hukum media daring saat
membagikan informasi di media sosial.
Saat ini, pemberitaan bohong atau palsu (hoax) menjadi fokus perhatian terutama
di media online. Banjir informasi menyulitkan khalayak untuk menentukan informasi yang
benar dengan informasi palsu. Dari berbagai temuan tersebut kita dapat menggaris bawahi
bahwa jalan utama untuk mengantisipasi hoax adalah membangun kompetensi publik
dalam menghadapi luapan banjir informasi. Upaya membangun kompetensi publik yaitu
dapat dilakukan melalui literasi media.
Metode literasi media, tentu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Untuk
menghadapi generasi digital native yang terbangun dengan teknologi digital di tangannya,
tentu dibutuhkan strategistrategi baru. Namun, tidak kalah penting diperlukan pertukaran
informasi terkait hoax, diskusi-diskusi sehingga dapat terbangun komunitas yang memiliki
ketahanan terhadap hoax.
1. Media Sosial
Tahap pertama kami menyampaikan materi tentang Media Sosial dan tentu
saja di kalangan rema pada saat ini sangatlah tidak asing dengan istilah Media
Sosial. Pemanfaatan media social di Indonesia saat ini berkembang luar biasa.
Media social muncul dalam media barudan selalu mendapatkan sambutan
hangat dari pengguna internet. Media social ini mengizinkan kita untuk dapat
bertukar informasi kepada semua orang yang merupakan sesame pengguna
media tersebut. perilaku penggunaan media social pada masyarakat Indonesia
yang cenderung konsumtif, membuat informasi yang benar atau salah menjadi
campur aduk.
Keberadaan internet sebagai media online membuat informasi yang belum
terverifikasi benar atau salahnya tersebar dengan cepat. Hanya dalam hitungan
detik suatu perisyiwa sudah bisa langsung tersebar dan diakses oleh pengguna
internet melalui media social. Melalui media sosial, ratusan bahkan ribuan
informasi disebar setiap harinya.
Penggunaan media social pada saat ini teruslah meningkat apalagi
dikalangan remaja, jadi sangat dinkhawatirkan jika tidak dibekali dengan
literasi media para remaja di Indonesia ini bisa saja menelan mentah – mentah
berita – berita yang belum terverivikasi kebenarannya dan parahnya lagi jika
sampai menelan berita yang benar benar salah atau bisa disebut dengan hoax.
Maka dengan diadakan literasi ini diharapkan para remaja bisa menyikapi
lebih bijak dalam menerima informasi informasi dari media social dan juga
dapat memastikan kebenarannya dahulu.
2. Informasi benar vs informasi palsu
Materi kedua memaparkan mengenai perbedaan karya jurnalistik dan karya
media sosial, pembagian media berdasarkan informasi yang disampaikannya,
bagaimana membedakan berita benar dan berita palsu, tahapan untuk mengecek
sebuah berita apakah benar atau palsu, aspek hukum yang berkaitan dengan
penggunaan media sosial. Penekanan terpenting ke peserta berkaitan dengan
hoax ini adalah bagaimana kita bisa menahan diri untuk tidak begitu saja
menyebarkan kembali informasi yang kita terima sebelum kita tahu kebenaran
dan manfaat dari informasi tersebut. Dari diskusi sebagian besar peserta pernah
mengirimkan kembali pesan yang belum tentu benar kepada temannya yang
lain atau mensharenya di media sosial miliknya. Bahkan, sedikit sekali yang
meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaran dari informasi yang mereka
terima tersebut.
Pengecekan informasi menjadi hal mendasar yang diterapkan ke peserta,
beberapa langkah yang bisa dijadikan cara untuk mengecek kebenaran yang
dibahas dalam pelatihan ini antara lain : (a). Mengecek nama domain, (b).
Mengecek penanggung jawa (redaksi) dan alamat media, (c). Mengecek data
domain melalui Whois domain, (d). Mengecek Tanggal Sumber berita, (e).
Membandingkan dengan berita dari media yang lain, (f). Jangan membuka
kembali media yang mengirimkan hoax. Peserta pun diberikan gambaran
mengenai langkah yang harus dilakukan dalam memberlakukan sebuah
informasi di media sosial. Dalam paparan lainnya, juga disampaikan contoh-
contoh berita hoax baik berupa berita tulis maupun gambar, contoh kasus
berkaitan dengan penyebaran berita hoax serta data mengenai orangorang yang
dikenai aspek hukum karena menyebarkan berita palsu.

Anda mungkin juga menyukai