PENDAHULUA1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak kultivar talas. Terdapat lima kultivar talas yang

dikenal di daerah Bogor, yaitu talas Bentul, Ketan, Pandan, Sutera dan Lampung.

Terdapat lebih dari 180 kultivar talas yang dapat dibedakan secara morfotipe, dan

setidaknya terdapat 20 kultivar yang telah diidentifikasi berpotensi untuk

dijadikan tanaman induk bagi pemuliaan tanaman (Ivancic et al., 2008).

Ivancic, A., O. Roupsard, JQ. Garcia, M. Meltras, T. Molisale, S. Tara, & V.


Lebot. 2008. Thermogenesis and flowering biology of Colocasia gigantea,
Araceae. Journal of Plant Research. 121:73-82.

Tanaman talas sudah lama dibudidayakan dan digunakan sebagai sumber

di Indonesia. Talas merupakan tanaman yang unik secara ekologi, dapat tumbuh

pada kondisi di mana tanaman lain kurang berhasil, misalnya kondisi genangan,

kegaraman (dapat tumbuh pada kondisi 25-50% air garam),dan naungan. Tanaman

talas memiliki kemampuan yang tinggi untuk mempertahankan kepadatan stomata di

bawah kondisi naungan dan khlorofil yang tinggi (Setyowati et al., 2007).

Setyowati M., I. Hanarida, dan Sutoro. 2007. Karakteristik Umbi Plasma Nutfah
Tanaman Talas (Colocasia esculenta). Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.

Saat ini talas merupakan salah satu makanan yang sangat populer

dikonsumsi oleh masyarakat. Di Propinsi Irian Jaya talas digunakan sebagai

makanan pokok sumber karbohidrat disamping sagu dan ubi jalar. Di samping

sebagai sumber pangan, talas juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri,

misalnya sebagai bahan baku kosmetik dan plastik. Umbi talas sangat mudah

dikenal dan dapat divariasikan menjadi berbagai olahan karena memiliki rasa

yang sangat khas (Firdaus et al., 2006).


Firdaus, L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat
Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.

Talas dapat tumbuh dengan cara sengaja ditanam, dibudidayakan maupun

hidup liar (dibuang). Talas tidak hanya untuk dikosumsi tetapi ada beberapa jenis

talas yang dijadikan tanaman hias. Namun tanaman talas yang sering dijadikan

tanaman hias sering disebut dengan keladi (Xanthosoma sp). Meski keladi

tergolong dalam suku talas-talasan antara keladi dan talas memiliki perbedaan.

Keladi masuk dalam genus Caladium sedangkan talas masuk dalam genus

Colocasia. Keladi sejati jarang membentuk umbi yang besar dan tidak boleh

dikonsumsi, karena semua bagiannya beracun. Sedangkan talas menghasilkan

umbi yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, hampir

90% bagiannya bisa dimakan (Prana dan Kuswara, 2002).

Prana M.S., Kuswara T. 2002. Budidaya Talas. Madikom pustaka


Mandiri. Jakarta. Hal 197-221.

Dikenal dua varietas talas, yaitu Colocasia. esculenta var. esculenta yang

mempunyai pangkal batang membesar dengan sedikit rimpang dan Colocasia

esculenta var. antiquorum yang mempunyai pangkal batang tidak terlalu

membesar tetapi membentuk banyak rimpang dengan ukuran besar. Varietas yang

pertama lazim disebut dasheen, yang kedua disebut eddoe. Jenis-jenis talas ada

bermacam macam antara lain talas bogor (Colocasia esculenta), talas padang

(Colocasia gigantea hook F), dan talas belitung (Xanthosoma sagitifolium). Masih

banyak jenis-jenis talas lainnya yang belum diketahui varietasnya

(Rukmana, 2008).

Rukmana, R. 2008. Macam-macam Jenis Tanaman Talas di Indonesia, Talas


Bogor (Colocasia esculenta), Talas Padang (Colocasia gigantea hook, f)
dan Talas Belitung (Xanthosoma sagitifolium). Hal 79-96.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Talas (Colocasia esculenta L.)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi :

Magnoliophyta, Subdivisio : Magnoliophytina, Kelas : Liliopsida (berkeping

satu), Sub Kelas : Arecidae, Ordo : Arales, Famili : Araceae (suku talas-talasan),

Subfamili : Aroideae, Genus : Colocasia, Spesies : Colocasia esculenta L.

(Steenis, 2008).

Steenis, C. G. G. J. 2008. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Cetakan Kedua


Belas. (diterjemahkan oleh Moeso Surjowinoto, dkk.). Pradnya Paramita.
Jakarta.

Tanaman talas jenis (Colocoasia esculenta) termasuk tumbuhan tegak

yang memiliki perakaran liar, berserabut dan dangkal. Tanaman monokotil

setinggi 90-180 cm. batang yang tersimpan dalam tanah pejal, bentuk silinder

(bulat), umumnya berwarna cokelat tua, dilengkapi dengan kuncup ketiak yang

terdapat di atas, lampang daun tempat munculnya umbi baru, tunas (stolon)

(Minantyorini dan Hanarida, 2002).

Daun talas berbentuk perisai besar dengan tangkai panjang dan besar,

lembaran daunnya 20-50 cm, dengan tangkai mencapai 1 meter panjangnya dan

warna pelepahnya bermacam-macam. Permukaan daunnya ditumbuhi rambut-

rambut halus yang menjadikannya kedap air. Permukaan daun bagian bawah

berlapis lilin (pruinosus), dan memiliki tekstur yang kasap sedangkan bagian atas

daun berwarna lebih cerah. (Minantyorini dan Hanarida, 2002).

Minantyorini dan Hanarida. 2002. Panduan Karakterisasi dan Evaluasi Plasma


Nutfah Talas (Colocasia esculenta L. Shott). Departemen Pertanian.
Pelepah daunnya tertancap agak ketengah helai daun sebelah bawah.

Bunga terdiri atas tangkai seludang dan tongkol. Bunga betinanya terletak di

pangkal tongkol, bunga jantan disebelah atasnya, sedang diantaranya terdapat

bagian yang menyempit. Tanaman dipanen setelah berumur 6- 9 bulan Hasil per

rumpun sangat bervariasi yaitu berkisar 0,25 - 6 kg (Prana dan Kuswara, 2002).

Perbungaannya terdiri atas tongkol, seludang dan tangkai. Bunga jantan

dan bunga betina terpisah, yang betina berada di bawah, bunga jantan di bagian

atasnya, dan bunga mandul terdapat diantara bunga jantan dan bunga betina .

Buah bertipe buah buni. Bijinya banyak, bentuk bulat telur, panjangnya ± 2 mm

(Hidayat, 2014).

Hidayat, E.B. 2014. Morfologi Tumbuhan. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.


Jalan Pintu Satu. Senayan. Jakarta.

Talas merupakan tanaman umbi-umbian yang dapat mengeluarkan getah

berwarna putih seperti susu. Tanaman ini memiliki daun berbentuk perisai dan

warna daun yang sangat bervariasi tergantung varietasnya. Pada setiap permukaan

daun dan pelepah tanaman ini dilapisi oleh lapisan lilin untuk melindungi diri.

Tanaman ini memiliki sistem perakaran yang relatif dangkal. Daya jangkau akar

tanaman ini mencapai kedalaman 40 - 60 cm dari permukaan tanah. Kulit umbi

talas berwarna kemerah-merahan dan dagingnya berwarna putih keruh

(Muchtadi dan Sugiyono, 2002).

Syarat Tumbuh

Iklim

Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim

sedang. Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim lembab (curah
hujan tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan rendah), tetapi ada

kecenderungan bahwa produk talas akan lebih baik pada daerah yang beriklim

rendah atau iklim panas (Damayanti, 2009).

Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 175 mm

pertahun. Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah hujan dan

tumbuh sangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000 mm/tahun atau lebih.

Selama pertumbuhan tanaman talas menyukai tempat terbuka dengan penyinaran

penuh serta tanaman ini mudah tumbuh pada lingkungan dengan suhu 25-300 C

dan kelembaban tinggi (Paiki et al., 2006).

Damayanti F. 2009. “Karakterisasi Morfologi dan Analisis Jumlah Kromosom


Beberapa Plasma Nutfah Talas Asal Kabupaten Kutai Barat Kalimantan
Timur”. Majalah Ilmiah Faktor edisi Juli-Agustus.Universitas Indraprsta
PGRI

Paiki FA., A Alexander, Bagyono, FH Listiorini, L Musadi dan MY


Sadsoetoeboen. 2006. Seleksi dan Evaluasi Plasma Nutfah Talas
(Colocasia esculenta (L) Schott) di Irian Jaya.

Dalam mengusahakan tanaman talas terdapat hal yang sangat penting

untuk diperhatikan yaitu bahwa tanaman ini harus mendapat penyinaran matahari

secara penuh selama pertumbuhannya. Oleh karena itu tanaman talas ditanam di

tempat-tempat yang terbuka karena jika ditanam pada tempat yang terlindung

dimana tidak mendapat penyinaran matahari,maka tanaman talas tidak akan

tumbuh dengan baik dan produksinya tidak akan mencapai tingkatan optimal.

Penyinaran matahari secara penuh minimum 11 jam per hari adalah sangat

baik untuk pertumbuhan tanaman talas (Paiki et al., 2006).

Tanah

Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan bahan

organik atau humus. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai
jenis tanah, misal tanah lempung yang subur berwarna coklat pada lapisan tanah

yang bebas air tanah, tanah vulkanik, andosol, tanah latosol

(Rudyatmi dan Rahayu, 2012).

Tanaman talas untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di

tanah drainase baik dan PH 5,5–6,5. Tanah yang bergambut sangat baik untuk

talas tetapi harus diberi kapur 1 ton/ha bila PH nya di bawah 5,0

(Minantyorini dan Hanarida, 2002).

Tanaman talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Apabila

tidak tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang,

tanaman talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman ini

ialah menjelang musim hujan, sedang musim panen tergantung kepada kultivar

yang di tanam (Paiki et al., 2006).

Rudyatmi, E. dan E.S. Rahayu. 2012. “Karakterisasi Talas Lokal Jawa Tengah
dalam rangka Identifikasi Sumber Plasma Nutfah Sebagai Upaya
Konservasi Tanaman Pangan Alternatif”. Laporan Hasil Penelitian DIPA
Universitas Negeri Semarang.

TEKNIK PEMULIAAN PADA TANAMAN TALAS (Colocasia esculenta L.)


DENGAN CARA INDUKSI POLIPLOIDI

Pengertian Pemuliaan Tanaman

Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan untuk mengubah susunan genetic

tanaman secara tetap (baka) sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai

dengan tujuan yang diinginkan pelakunya/pemulianya. Pemuliaan tanaman dapat

diartikan sebagai ilmu dan seni yang mempelajari adanya pertukaran dan

perbaikan karakter tanaman yang diwariskanpada suatu populasi baru dengan sifat

genetic yang baru. Pemuliaan tanaman umumnya mencakup tindakan

penangkaran, persilangan, dan seleksi (Widodo, 2003).


Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (i) usaha

koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii) identifikasi dan

karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan ataupun

dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi, (v) pengujian dan

evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas. Teknik persilangan

yang diikuti dengan proses seleksi merupakan teknik yang paling banyak dipakai

dalam inovasi perakitan kultivar unggul baru, selanjutnya, diikuti oleh kultivar

introduksi, teknik induksi mutasi dan mutasi spontan yang juga menghasilkan

beberapa kultivar baru (Gepts dan Hancock, 2006).

Gepts, P and Hancock, J. 2006. The future of plant breeding. Crop Sci. 46:1630-
1634.

Widodo, I. 2003. Penggunaan marka Molekuler pada Seleksi Tanaman. Makalah


Pribadi Tidak Diterbitkan. Program pasca sarjana. Bogor. IPB.

Dalam program pemuliaan tanaman secara konvensional biasanya seleksi

terhadap karakter-karakter yang menjadi target dilakukan atas dasar seleksi

fenotip/morfologi, baik secara individu maupun populasi tanaman. Penentuan

karakteristik merupakan hal yang krusial dalam deskripsi tanaman. Karakteristik

yang paling tua dan paling umum digunakan adalah sifat morfologi dan fisiologi,

seperti bentuk batang, bentuk daun, ketahanan terhadap penyakit dan lain-lain.

Kerugian menggunakan tipe ini adalah ekspresinya sangat bervariasi terhadap

kondisi lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa fenotip suatu karakter

dipengaruhi tidak hanya oleh factor genetic, tetapi juga oleh factor lingkungan.

Oleh karena itu seleksi terhadap suatu karakter yang didasarkan pada

penampakan/fenotip memiliki banyak kekurangan, diantaranya memberikan hasil

yang tidak konsisten, terutama bila karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh factor
lingkungan (heritabilitas rendah) dibandingkan factor genetik. Selain hasilnya

tidak konsisten waktu yang dibutuhkan juga relative lama, seleksi secara

konvensional akan membutuhkan waktu yang lama dan areal yang luas untuk

memproduksi satu galur baru (Bernet, 2013).

Bennet, J. 2013. Maps and Markers in Genome Analysis of Plant, Pests, and
Pathogen. Workshop Handbook. IRRI, los Banos. P. 19-30.

Tujuan Pemuliaan Tanaman

Peningkatan produktivitas tanaman umumnya merupakan tujuan yang

paling sering dilakukan pemulia dalam merakit suatu kultivar. Hal ini karena

peningkatan produktivitas berpotensi menguntungkan secara ekonomi. Bagi

petani, peningkatan produktivitas diharapkan dapat menkonpensasi biaya produksi

yang telah dikeluarkan. Peningkatan produktivitas (daya hasil per satuan luas)

diharapkan akan dapat meningkatkan produksi secara nasional (Nugraha, 2004).

Peran pemuliaan dalam upaya peningkatan kualitas komoditas tanaman

adalah perakitan kultivar yang memiliki kualitas tinggi seperti perbaikan terhadap

warna, rasa, aroma, daya simpan, kandungan protein, dll. Perbaikan kualitas juga

berarti perbaikan ke arah preferensi konsumen (market/client). Karakter kualitas

target pemuliaan, sebagai contoh pada tanaman mangga adalah karakter

(diantaranya): daging buah tebal, rasa manis, tekstur daging buah baik, kadar serat

rendah, biji tipis, kulit buah tebal dengan warna menarik serta memiliki daya

simpan yang panjang (Nugraha, 2004).

Nugraha, U.S. 2004. Legalisasi, kebijakan, dan kelembagaan pembangunan


perbenihan. PerkembanganTeknologi TRO. 26 (1).

Pemuliaan untuk merakit tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit,

toleran terhadap cekaman lingkungan seperti kekeringan, kadar Al, Fe tinggi,


sudah sering dilakukan. Sebagi contoh, perakitan padi tahan hama penggerek dan

toleran kekeringan telah dilakukan oleh LIPI. Perakitan tebu yang toleran

kekeringan juga dilakukan oleh Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan

Indonesia. Pemuliaan jagung hibrida, jagung yang memiliki kandungan protein

tinggi, kedelai yang tahan lalat kacang, toleran naungan, telah dan sedang

dilakukan pada Lab. Pemuliaan Tanaman Unpad (Gepts dan Hancock, 2006).

Manfaat Pemuliaan Tanaman

Macam-macam Teknik Pemuliaan Tanaman pada Tanaman Talas


(Colocasia esculenta L.)

Teknik Pemuliaan pada Tanaman Talas (Colocasia esculenta L.) dengan Cara
Induksi Poliplodi

Tanaman poliploid adalah tanaman yang memiliki set kromosom lebih

dari sepasang (diploid). Poliploidi dapat terjadi secara alami maupun diinduksi

dengan bahan kimia anti-mitotik, antara lain dengan orizalin, trifularin, amiprofos

metil, dan kolkisin. Kolkisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid yang

diisolasi dari tumbuhan Colchicum autumnale dan mampu menginduksi

poliploidisasi tidak hanya pada sel tumbuhan melainkan juga pada sel hewan

(Tuyl et al., 2012).

Tuyl, JMV., B. Meijer, & MP. Van Dien. 2012. The use of oryzalin as an
alternative for colchicine in in vitro chromosome doubling of Lilium and
Nerine. Acta Horticulturae. 325:625-625.

Potensi genetik tanaman dapat ditingkatkan dengan pemuliaan tanaman.

Pemuliaan tanaman talas melalui hibridisasi atau persilangan terkendala oleh

bunga yang jarang terbentuk karena pembungaan yang sangat dipengaruhi oleh

faktor lingkungan terutama suhu (Ivancic et al. 2008). Selain itu, selama ini talas

diperbanyak secara vegetatif sehingga memiliki keragaman genetik sempit. Salah


satu strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala tersebut antara lain

dengan pemuliaan mutasi menggunakan iradiasi sinar Gamma pada talas satoimo

(Martin et al. 2013), fusi protoplas (Martin et al. 2015) atau teknik manipulasi lain

seperti induksi tanaman poliploid sehingga keragaman genetik talas dapat

diperluas. Poliploidi adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki set

kromosom (genom) lebih dari sepasang.

Anda mungkin juga menyukai