Dimas
Dimas
Dimas
Nim : 19.24.022127
Prodi : Pendidikan Teknologi Informasi
Kampus : III Pulang Pisau
Dosen Pengampu :Dr.Diplan S.Pd, M.Pd
1
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang
dilakukan guru, yang mampu memperngaruhi karakter peserta didik. Guru membantu
membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru,
cara guru bebicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal
terkait lainnya.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tenting pentingnya upaya
peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada
perbedaan-perbedaan pendapat diantara mereka tentang pendekatan dari modus
pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan
pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di Negara-negara barat,
seperti : pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan
klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yaitu
melalui penanaman nilai-nilai social tertentu.
Jadi, Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai-nilai
karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu,
tekad, srta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nlai-nilai, baik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, linkungan, maupun bangsa, sehingga akan
terwujud insane kamil.
Tugas pendidik di semua jenjang pendidikan tidak terbatas pada pemenuhan otak
anak dengan berbagai ilmu pengetahuan. Pendidik selayaknya mengajarkan pendidikan
menyeluruh yang memasukkan beberapa aspek akidah dan tata moral. Oleh karenanya,
pendidik harus mampu menjadikan perkataan dan tingkah laku anak didiknya di kelas
menjadi baik yang pada akhirnya nanti akan tertanam pendidikan karakter yang baik dikelak
kemudian hari.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini
merupakan masa kritis bagi pembentukkan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan
bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk
pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada
anak adalah usaha yang strategis.
Permasalahan serius yang tengah dihadapi bangsa Indonesia adalah sistem
pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif)
dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Proses
belajar juga berlangsung secara pasif dan kaku sehingga menjadi tidak menyenangkan bagi
anak. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti budi pekerti dan
agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya
sekedar tahu). Semuanya ini telah membunuh karakter anak sehingga menjadi tidak kreatif.
Padahal, pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan
melibatkan aspek knowledge, feeling, loving, dan acting. Pembentukan karakter dapat
diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang
memerlukan latihan otot-otot akhlak secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat.
Selain itu keberhasilan pendidikan karakter ini juga harus ditunjang dengan usaha
memberikan lingkungan pendidikan dan sosialisasi yang baik dan menyenangkan bagi anak.
2
A. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak
mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari. Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan
budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata
masyarakat luas.
Pendidikan karakter bertujuan sebagai berikut;
1. Versi Pemerintah
Berikut ini ada pendapat beberapa ahli mengenai tujuan pendidikan Karakter
Membentuk Manusia Indonesia yang optimis dan Percaya Diri
Membentuk Manusia Indonesia yang Bermoral
Membentuk Manusia Indonesi yang Cerdas dan Rasional
Membentuk Manusia Indonesia yang Inovatif dan Suka Bekerja Keras
Membentuk Manusia Indonesia yang Berjiwa Patriot
2. Versi Pengamat
Sahrudin dan Sri Iriani berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan
membentuk masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergorong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, serta
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi, yang semuanya dijiwai oleh
iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sekaligus berdasarkan
Pancasila
B. Ciri-ciri dasar dan Prinsip pendidikan karakter
Forester menyebutkan paling tidak ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter:
Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan herarki nilai.
Maka nilai menjadi pedoman yang bersifat normative dalam setiap tindakan
Koherensi yang memberi keberanian membuat seseorang teguh ada prinsip,
dan tidak mudah terombang ambing pada situasi baru atau takut resiko.
Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain.
Tidak adanya koherensi dapat meruntuhkan kredibilitas seseorang.
Otonomi Disana seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai
menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat dari penilaian atas keputusan
pribadi tanpa terpengaruh desakan pihak lain.
Keteguhan dan kesetiaan Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna
menginginkan apapun yang di pandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar
bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
3
C. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Pendidikan di sekolah akan berjalan lancar, jika dalam pelaksanaannya
memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas memberikan
beberapa rekomendasi prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif
sebagai berikut;
Memperomosikan nila-nilai dasar etika sebagai basis karakter
Mengidentifikasikan karakter secara komperehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan dan perilaku
Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
mebangun karakter.
Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
Komponen Pendukung dalam Pendidikan Karakter
a) Partisipasi Masyarakat
b) Kekan Pendidikan
c) Kespakatan
d) Kurikulum Terpadu
e) Pengalaman Pembelajaran
f) Valuasi
D. Upaya Pendidikan Karakter dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran
a. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu
yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik.
Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup
keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait
lainnya. Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang
baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik
bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial
tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.
Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan
di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda.
b. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber
dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang
juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki
tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut.
c. Terdapat empat jenis pendidikan karakter yang selama ini dilaksanakan
dalam proses pendidikan
4
d. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran
wahyu Tuhan (konservasi moral)
e. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi
pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para
pemimpin bangsa (konservasi lingkungan);
f. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan);
g. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses
kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan (konservasi humanis).
Pendidikan karakter bukanlah suatu proses menghafal materi soal
ujian, dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan
pembiasaan untuk berbuat baik; pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria,
malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungannya
kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius
dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal.
Disinilah bisa kita pahami, mengapa ada kesenjangan antara praktik
pendidikan denga karakter peserta didik. Bisa dikatakan, dunia pendidikan di
Indonesia kini sedang memasuki masa-masa yang sangat pelik. Kucuran
anggaran pendidikan yang sangat besar disertai berbagai program terobosan
sepertinya belum mampu memecahkan soal mendasar dalam dunia
pendidikan, yakni bagaimana mencetak alumni pendidikan yang unggul,yang
beriman, bertakwa, profesional, sebagaiman disebutkan dalam tujuan
pendidikan nasional.
Pijakan utama yang harus dijadikan sebagai landasan dalam
menerapkan pendidikan karakter ialah nilai moral universal yang dapat digali
dari agama. Meskipun demikian, ada beberapa nilai karakter dasar yang
disepakati oleh para pakar untuk diajarkan kepada peserta didik. Komponen
pendukung dalam pendidikan karakter meliputi; partispasi masyarakat,
kebijakan pendidikan, kesepakatan, kurikulum terpadu, pengalaman
pembelajaran, evaluasi, bantuan orangtua, pengembangan staf dan program.