Pendidikan Karakter Pada Usia Dini

Unduh sebagai odt, pdf, atau txt
Unduh sebagai odt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Pendidikan Karakter pada Usia Dini

Disusun Oleh :
Aurelya Dewi Anggreini Pandiangan
XI MIPA 6

Ibu Risma Sitohang S.Pd

BAHASA INDONESIA
1.A.  Latar Belakang
            Usia dini utamanya di Taman Kanak-kanak merupakan usia yang
efektif untuk mengembangkan berbagai potensi dan kepribadian yang
dimiliki oleh anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara termasuk melalaui pendidikan karakter dalam
pembelajaran. Kegiatan ini tidak hanya terkait dengan kemampuan
kognitif saja tetapi juga kesiapan mental, sosial dan emosional. Oleh
karena itu dalam pelaksanaanya harus dilakukan secara menarik,
bervariasi dan menyenangkan.

Usia dini usia yang efektif untuk mengembangkan potensi dan


kepribadian anak. Dapat dilakukan dengan berbagai cara. Contohnya
melalui pendidikan karakter. Adanya pendidikan karakter diperlukan
untuk memenuhi cita cita bangsa , yaitu menghasilkan generasi muda
berkarakter,kreatif,inovatif,berwawasan kebangsaan cerdas,sehat,
disiplin,dan bertanggungjawab. Pendidikan karakter bagi anak pada usia
dini sangat penting sebagai pedoman diri.

Pada zaman sekarang, dapat disadari terjadinya krisis akhlak yang


menimpa semua lapisan masyarakat. Anak anak sekolahpun juga
termasuk dari bagian tersebut. Untuk mencegah lebih parahnya krisis
akhlak ini. Pendidikan karakter sangatlah penting. Pendidikan karakter
dapat diberikan sendiri sebagai suatu mata pelajaran , pendidikan
karakter bangsa diberikan secara terintegrasi ke dalam semua mata
pelajaran.

Keluarga adalah tempat pertama kita belajar pendidikan karakter.


Kita diberi tahu oleh orang tua kita agar menjadi anak yang berkarakter.
Setelah dimulai dari keluarga kita memasuki Taman Kanak Kanak , yaitu
pendidikan anak usia dini yang berada di jalur formal. Proses dalam
pendidikan karakter harus dilakukan secara menarik,bervariasi dan
menyenangkan.

            Penerapan pendidikan karakter pada anak usia dini dapat


dituangkan dalam program harian, yaitu tentang kepribadian anak,
kemandirian, kedisiplinan, dan tanggung jawab sehingga anak siap
mengikuti pada jenjang pendidikan selanjutnya dan masa dewasanya.

            Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan bagi anak usia dini


yang berada pada jalur formal yang tentunya harus mampu
mempertahankan citra dan kwalitas pembelajaran sehingga masyarakat
tetap mengakui mutu dan proses belajar mengajar yang dilaksanakan.
Salah satunya yaitu menyiapkan anak didik yang berkarakter.

            Dengan ditulisnya makalah ini maka diharapkan dapat


membantu para pendidik dalam menerapkan pendidikan karakter pada
penyusunan perencanaan pembelajaran sehingga pembelajaran lebih
terarah, efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

1. B.     Rumusan Masalah
            Berdasar uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah
yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian karakter?


2. Apakah pendidikan karakter itu?
3. Apakah fungsi dari pendidikan karakter?
4. Apakah tujuan dari pendidikan karakter?
5. Bagaimana hubungan antara pendidikan karakter dengan
kecerdasan?
6. Bagaimana peran lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dalam
mengembangkan dan menanamkan pendidikan karakter?
7. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter khususnya
pada Pendidikan Anak Usia Dini?
 

1. C.    Tujuan
            Berdasar dari rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan ini
yaitu sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan tentang pengertian karakter


2. Untuk menjelaskan tentang pengertian pendidikan karakter
3. Untuk menjelaskan tentang fungsi dari pendidikan karakter
4. Untuk menjelaskan tentang tujuan dari pendidikan karakter
5. Untuk menjelaskan tentang hubungan antara pendidikan
karakter dengan kecerdasan
6. Untuk menjelaskan tentang peran lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini dalam mengembnagkan dan menanamkan pendidikan
karakter
7. Untuk menjelaskan tentang penerapan pendidikan karakter
khususnya pada Pendidikan Anak Usia Dini
 

  BAB II

PEMBAHASAN

 
1. A.  Pengertian Karakter
            Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein yang berarti
mengukir. Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir di atas
batu permata atau permukaan besi yang keras. Dari sini kemudian
berkembang pengertian karakter yang diartikan sebagai tanda khusus
atau pola perilaku. Doni Koesoema A (2007:80) memahami bahwa
karakter adalah sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap
sebagai ciri atau karakteristik yang bersifat khas dari seseorang yang
bersumber dari hasil bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, pengertian karakter adalah bawaan,
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, dan watak.
            Jadi bisa disimpulkan bahwa karakter itu erat kaitannya dengan
personality. Seseorang bisa dikatakan berkarakter apabila tingkah
lakunya sesuai dengan kaidah moral. Individu yang berkarakter baik atau
unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, lingkungan, bangsa dan negara,
serta dunia internasional pada umunya dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan
motivasinya (perasaanya). Karakter itu lebih bersifat spontanitas
maksudnya dalam bersikap atau melakukan perbuatan telah menyatu
dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu difikirkan lagi. 

1. B.  Pendidikan Karakter
            Pendidikan adalah proses internalisasi nilai budaya ke dalam diri
seseorang dan masyarakat sehingga orang dan masyarakat menjadi
beradap. Pendidikan bukan hanya merupakan sarana menstransfer ilmu
pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana
pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturasi dan sosialisasi).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter ini berkutat pada empat hal yaitu olah hati, olah
pikir, olah rasa dan olah raga. Olah hati yang dimaksud adalah berkata,
bersikap, dan berperilaku jujur. Olah pikir artinya cerdas yang selalu
merasa membutuhkan pengetahuan. Olah rasa artinya memilki cita-cita.
Sedang olah raga artinya enjaga kesehatan di tengah-tengah menggapai
cita-cita tersebut.
            Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri
peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai
karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius,
nasionalis, produktif dan kreatif (Puskur, 2010). Menurut T. Ramli (2003),
pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk
pribadi anak supaya menjadi manusia, warga masyarakat dan warga
negara yang baik. 

1. C.  Fungsi dari pendidikan karakter


            Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu
yang melibatkan aspek pengetahuan (kognitif), sikap dan perasaan
(afektif), dan tindakan (aksi). Tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan
karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan
secara sistematis dan berkelanjutan maka seorang anak akan menjadi
cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal dalam
mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena seseorang akan
lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan hidup
termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

            Fungsi dari pendidikan karakter dan budaya bangsa menurut


Puskur (2010) adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan ; pengembangan potensi peserta didik untuk
menjadi pribadi yang berperilaku baik,
2. Perbaikan ; memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang
lebih bermartabat
3. Penyaring ; untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan
budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai budaya dan karakter
budaya yang bermartabat
 

1. D.  Tujuan Pendidikan Karakter


            Mengacu pada dasar falsafah bangsa, maka Pancasila sebagai
kristalisasi nilai budaya bangsa Indonesia, harus tetap menjadi rujukan
dalam menerapkan berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan
bernegara termasuk di dalamnya baik aktivitas menata program dan
menyelenggarakan pendidikan, maka sila-sila Pancasila merupakan nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia tetap merupakan pilar dalam mewujudkan
proses penyelenggaraan pendidikan karakter. Dr. Ratna Megawangi
pencetus karakter di Indonesia menyebutkan nilai-nilai karakter,
diantaranya yaitu :
1. Cinta Tuhan dan kebenaran
2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3. Amanah
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, kepedulian,dan kerja sama
6. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah
7. Keadilan dan kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi dan cinta damai
            Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, seimbang, dan sesuai dengan standar kompetensi lulusan.
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya dalam
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud
dalam perilaku sehari-hari.

            Tujuan pendidikan karakter menurut Puskur (2010) yaitu sebagai


berikut :
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/ afektif peserta didik
sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya
bangsa yang religius
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia
yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan
 

1. E.  Hubungan antara Pendidikan Karakter dengan


Kecerdasan dan Keberhasilan Akademik
            Pengertian karakter ini banyak dikaitkan dengan pengertian budi
pekerti, akhlak mulia, moral, dan bahkan dengan kecerdasan ganda
(multiple intelligence). Terkait dengan kecerdasan ganda, bahwa
kecerdasan meliputi empat pilar saling terkait satu sama lain, yaitu
kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial sering disebut sebagai kecerdasan
yang berdiri sendiri yang lebih disebut dengan pengertian cerdas pada
umunya, dengan ukuran baku internasional yang dikenal dengan istilah
IQ. Sementara kecerdasan yang lainnya belum atau tidak memiliki
ukuran matematis sebagaimana kecerdasan intelektual. Kecerdasan di
luar kecerdasan intelektual inilah yang lebih dekat dengan pengertian
karakter pada umumnya. Dr. Martin Luther King tokoh spiritual kulit
hitam di Amerika Serikat menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk
melahirkan insan cerdas secara komprehensif, menyeluruh dan
berkarakter kuat.
            Adakah hubungan antara karakter dengan keberhasilan
akademik?

Sebuah buku yang baru terbit berjudul Emotional Intelligence and


School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai
hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak
terhadap keberhasilan di sekolah. Faktor-faktor yang menyebabkan
kurang berhasil di bidang akademik bukan hanya terketak pada
kecerdasan otak, tetapi pada masalah karakter, yaitu rasa percaya diri,
kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan
berkonsentrasi, rasa empati, dan kemapuan berkomunikasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di
masyarakat, ternyata 80% dipengaruhi oleh kecerdasan emosi dan hanya
20% ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai
masalah dalam kecerdasan emosinya akan mengalami kesulitan dalam
belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang
bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan bila tidak
cepat ditangani  maka akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya
para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi yang
tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh
para remaja misalnya tawuran, narkoba, miras dan sebagainya.

 
1. F.   Peran lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dalam
mengembangkan dan menanamkan pendidikan karakter
            Lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat penting
dalam upaya untuk membentuk karakter, walaupun dasar dari
pendidikan karakter adalah di dalam lingkungan keluarga. Apabila
seorang anak memperoleh pendidikan karakter yang baik dalam
keluarga, maka anak tersebut selanjutnya akan berkarakter baik pula.
Namun banyak orang tua yang hanya mementingkan aspek kecerdasan
otak daripada pendidikan karakter.
            Peran lembaga pendidikan diibaratkan sebagai “mesin” untuk
mencetak sumber daya manusia yang berkarakter. Lembaga pendidikan
menjadi “bengkel” bagi perbaikan moralitas bangsa yang terkikis oleh
dampak negatif modernisasi. Pendidikan dituntut berperan aktif sebagai
agen perubahan.
 

G. Implementasi pendidikan karakter khususnya pada Pendidikan Anak


Usia Dini
            Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaan nilai-nilai
karaker kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kecerdasan atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan maupun kebangsaaan sehingga menjadi manusia insan
kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus
dilibatkan termasuk komponen itu sendiri yaitu kurikulum, prose
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau
pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas
atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana dan prasarana,
pembiayaan dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
            Selam ini pendidikan dalam lingkungan keluarga belum
memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian
kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan orang
tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam
mendidik anak, pengaruh pergaulan luar, dan pengaruh media elektronik
ditengarai bisa mempengaruhi perkembangan dan pencapaian hasil
belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahn
tersebut yaitu melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan
dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga
dengan pendidikan formal di sekolah.

            Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan


manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud
adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan
dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara
memadai. Pengelolaan tersebut meliputi nilai yang perlu ditanamkan,
muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga
kependidikan.

            Dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah terdapat


empat model yaitu :

1. 1.      Model otonom
     Memposisikan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran tersendiri
yang menghendaki adanya rumusan yang jelas tentang standar isi,
kompetensi dasar, silabus, rencana pembelajaran, bahan ajar,
metodologi dan evaluasi pembelajaran.
1. 2.      Model integrasi
     Mengintergasikan pendidikan karakter dengan seluruh bidang
pengembangan ditepuh dengan paradigma bahwa semua guru adalah
pengajar karakter. Pada tingkat PAUD terdapat lima bidang
pengembangan yang dapat diintergasikan dengan pendidikan karakter,
yaitu bidang pengembangan Nilai Agama dan Moral, bidang
pengembangan Sosial, Emosional dan Kemandirian, bidang
pengembangan Bahasa, bidang pengembangan Kognitif, bidang
pengembangan Fisik Motorik. Materi pembelajaran yang berkaitan
dengan norma atau nilai-nilai perlu dikembangkan dan dikaitkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran nilai
karakter tidak hanya pada tataran kognitif tetapi internalisasi dan
pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
1. 3.      Model suplemen
     Pendidikan karakter juga dilaksanakan di luar jam sekolah yang mana
dapat ditempuh dengan dua cara yaitu melaui kegiatan ekstrakurikuler
dan melalui kegiatan kemitraan dengan lembaga lain yang memiilki
kapabilitas dalam pembinaan karakter.
     Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu media yang efektif
untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta
didik. Kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu pengembangan peserta
didik sesuai kebutuhan, potensi, bakat dan minat. Selain itu dengan
kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa
tanggung jawab, sosial, serta potensi peserta didik.

1. 4.      Model kolaborasi
     Merupakan kolaborasi dari semua model dan merupakan upaya untuk
mengoptimalkan kelebihan setiap model dan menutupi kekurangan
masing-masing pada sisi lain.
           

            Selain model penerapan pendidikan karakter di sekolah, terdapat


juga alternatif pembelajaran pendidikan karakter di sekolah yaitu :

1. 1.      Tahap pembelajaran
     Dalam pendidikna karakter menuju pada terbentuknya akhlak mulia
dalam diri maka terdapat tiga tahapan yang harus dilalui yaitu :
a)      Moral knowing, bertujuan agar peserta didik mampu membedakan
antara nilai karakter mulia dengan karakter tercela
b)     Moral loving, bertujuan untuk menubuhkan rasa cinta dan rasa
membutuhkan terhadap karakter mulia
c)      Moral doing, merupakan puncak keberhasilan pendidikan karakter
yang mana peserta didik mempraktikkan karakter mulia tersebut dalam
kehidupan sehari-hari
1. 2.      CTL Sebagai Alternatif Dalam Pendidikan Karakter
     Cotextual Teaching Learning adalah proses pendidikan yang mana
mengaitkan pebelajaran dengan pengalaman nyata peserta didik.
Peserta didik diharapkan belajar langsung dengan mencari dan
menggabungkan informasi secara aktif dari masyarakat lalu
menggabungkannya untuk alasan tertentu. Selanjutnya peserta didik
dirangsang untuk mengajukan pertanyaan seputar karakter. Pertanyaan
ini akan membantu peserta didik untuk menemukan kaitan antara
pelajaran di kelas dengan situasi yang mereka alami baik di sekolah,
rumah maupun masyarakat. Dalam upaya menguatkan kesadaran
berkarakter positif maka peserta didik perlu dibawa ke dalam
pengalaman hidup bersama orang lain dalam situasi yang sangat
berbeda dari kehidupan sehari-harinya.
     Di sekolah pendidikan karakter adalah integrated dalam berbagai
disiplin ilmu. Lalu bagaimana pendidikan karakter dapat diberikan dan
disampaikan secara efektif kepada peserta didik? Berikut adalah strategi
efektif dalam melakukan pembelajaran pembentukan karakter yaitu :

a)      Involve the parents (libatkan orang tua)


          Libatkan orang tua dalam kegiatan sekolah. Selain itu selalu
melakukan komunikasi yang intensif dan terbuka demi membangun
tegaknya moral anak.
b)     Role playing (bermain peran)
          Peserta didik terutama anak usia dini sangat suka sekali bermain
peran. Guru hendaknya memberikan kesepatan pada peserta didik untuk
memerankan peran-peran tertentu
c)      Introduce reading good books (mengenalkan macam-   macam buku
bagus)
Lupakan lembar kegiatan siswa untuk sementara waktu. Sudah waktunya
para peserta didik mengeksplorasi keajaiban membaca. Buku adalah
pusat kekuatan nilai. Banyak sekali nilai yang tertanam melalui membaca
dongeng.

d)     Play games (bermain game)


          Melalui permainan game  kita dapat menanamkan pentingnya rasa
tanggung jawab, dan kerja sam dengan tim.
e)      Praise and recognition (pujian dan pengakuan)
          Memperkuat setiap perbuatan baik dengan memberikan pujian
dan pengakuan sebagai bentuk motivasi.
          Apapun strategi yang dilakukan guru, yang terpenting yaitu selalu
menunjukkna contoh yang baik .  Kita harus ingat bahwa peserta didik
belajar sesuatu melalui imitasi. Jika mereka bisa meniru cara orang tua/
guru berbicara, berapa banyak lagi nilai yang bisa orang dan guru
pancarkan? Disamping itun juga di sekolah adanya dukungan-dukungan
penciptaan lingkungan dengan memampang slogan-slogan yang berisi
ajakan dan anjuran untuk selalu berkarakter mulia.

 
 
BAB III
PENUTUP
 
1. A.    Kesimpulan
     Dari uraian diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
diantaranya yakni:
 Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir di atas batu
permata atau permukaan besi yang keras. Dari sini kemudian
berkembang pengertian karakter yang diartikan sebagai tanda khusus
atau pola perilaku. Doni Koesoema A (2007:80) memahami bahwa
karakter adalah sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap
sebagai ciri atau karakteristik yang bersifat khas dari seseorang yang
bersumber dari hasil bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, pengertian karakter
adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak.
 Pendidikan adalah proses internalisasi nilai budaya ke dalam
diri seseorang dan masyarakat sehingga orang dan masyarakat
menjadi beradap.       Pendidikan karakter dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan
karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga
negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif (Puskur, 2010)
 Fungsi dari pendidikan karakter dan budaya bangsa menurut
Puskur (2010)
Pengembangan ; pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi
pribadi yang berperilaku baik,

Perbaikan ; memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung


jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih
bermartabat

  Penyaring ; untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya


bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai budaya dan karakter budaya
yang bermartabat

 Faktor-faktor yang menyebabkan kurang berhasil di bidang


akademik bukan hanya terketak pada kecerdasan otak, tetapi pada
masalah karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama,
kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan
kemapuan berkomunikasi.
 Peran lembaga pendidikan diibaratkan sebagai “mesin” untuk
mencetak sumber daya manusia yang berkarakter. Lembaga
pendidikan menjadi “bengkel” bagi perbaikan moralitas bangsa yang
terkikis oleh dampak negatif modernisasi. Pendidikan dituntut
berperan aktif sebagai agen perubahan
 Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan
manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud
adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan,
dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah
secara memadai. Pengelolaan tersebut meliputi nilai yang perlu
ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan
tenaga kependidikan.
 

1. B. Saran
     Penulis dapat memberikan beberapa saran berdasarkan uraian diatas,
Mengingat pentingnya pendidikan karakter sebagai penunjang
harmonisan manyarakat, maka sejak dini hendaknya ditanamkan
pendidikan karakter, bukan hanya disekolah, namun juga di lingkungan
keluarga dan sekolah. Jadi penting sekali kerjasama antara pihak-pihak
tersbut demi suksesnya kepribadian anak-anak bangsa yang baik.
 

DAFTAR RUJUKAN
 Soenarko, bambang. 2010. Konsep pendidikan karakter. Kediri: universitas
nusantara.
 

           

Anda mungkin juga menyukai