Makalah Demokrasi Terpimpin

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


           Demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Demokrasi maksudnya memperbincangkan tentang kekuasaan, atau lebih
tepatnya pengelolaan kekuasaan secara beradab. Demokrasi pada dasarnya adalah
aturan orang (people rule) dalam sistem politik yang demokratis dimana warga
mempunyai hak, kesempatan, dan suara yang sama dalam mengatur
pemerintahan di dunia publik. Di Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-
citakan pembentukan negara demokratis yang berwatak anti-feodolisme dan anti-
imperialisme, dengan tujuan untuk membentuk masyarakat madani.
Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di
Indonesia, yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpinnya
saja. Pada bulan 5 Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Presiden Sukarno
menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden. Soekarno juga membubarkan
Konstituante yang ditugasi untuk menyusun Undang-Undang Dasar yang baru,
dan sebaliknya menyatakan diberlakukannya kembali Undang-Undang Dasar
1945, dengan semboyan "Kembali ke UUD' 45". Soekarno memperkuat tangan
Angkatan Bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi
yang penting.

B. Rumusan Masalah
1. Latar belakang demokrasi terpimpin?
2. Kebijakan demokrasi terpimpin?
3. Kehidupan politik masa demokrasi terpimpin?
4. Kehidupan ekonomi masa demokrasi terpimpin?
5. Kehidupan Masyarakat dan Kebijakan Pemerintah Masa Demokrasi
Terpimpin?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Demokrasi Terpimpin


Demokrasi Terpimpin sempat berjalan di Indonesia. Demokrasi terpimpin
adalah sebuah sistem demokrasi di mana seluruh keputusan serta pemikiran
berpusat pada pemimpin negara, kala itu Presiden Soekarno. Konsep sistem
Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam
pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956.
Latar belakang demokrasi terpimpin bisa di lihat dari beberapa aspek
sebagai berikut:
1. Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada masa
demokrasi liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara.
2. Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa
demokrasi liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh
kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi
tersendat.
3. Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.

B. Kebijakan Demokrasi Terpimpin


Beberapa kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Presiden Soekarno pada
masa Demokrasi Terpimpin dalam berbagai aspek antara lain:
1. Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
a.  Pembentukan MPRS
b.  Pembubaran DPR dan pembentukan DPR GR
c.  Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
d.  Pembentukan Front Nasional
e.  Pembentukan Kabinet Kerja
2. Arah Politik Luar Negeri Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin
a.  Peran Aktif Indonesia pada Masa Awal Demokrasi Terpimpin
b.  Konfrontasi dengan Malaysia
c.  Indonesia Keluar dari Keanggotaan PBB
3. Pemasyarakatan Ajaran Nasakom dan Ajaran Resopim
a. Ajaran Nasakom
b. Ajaran Resopim

2
4. Kehidupan Ekonomi pada Masa Demokrasi Terpimpin
a. Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
b. Penurunan Nilai Mata Uang (Devaluasi)
c. Deklarasi Ekonomi (Dekon)
d. Kebijakan Lain Pemerintah ( Kotoe dan Kesop)

C. Kekurangan dan Kelebihan Demokrasi Terpimpin


1. Kelebihan Demokrasi terpimpin :
Pemerintah berusaha menata kehidupan politik sesuai dengan UUD 1945.
Dibentuk lembaga-lembaga negara antara lain MPRS,DPAS, DPRGR dan
Front Nasional.
2. Kekurangan Demokrasi Terpimpin :
 Penataan kehidupan politik menyimpang dari tujuan awal, yaitu
demokratisasi (menciptakan stabilitas politik yang demokratis) menjadi
sentralisasi (pemusatan kekuasaan di tangan presiden). Presiden cenderung
berkuasa mutlak sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.

D. Kehidupan Politik pada Masa Demokrasi Terpimpin 


1. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Merupakan jembatan politik dari era Demokrasi liberal menuju era
Demokrasi terpimpin.
a. Latar belakangnya, yakni:
 Pemberlakuan Sistem Demokrasi Terpimpin yang bertujuan untuk
memperbaharui struktur  politik Indonesia.
 Pembentukan Kabinet bernama gotong Royong.
b. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yakni:
 Dibubarkannya Konstituante.
 Tidak berlakunya UUDS 1950  dan berlakunya UUD 1945 kembali.
 Pembentukan MPR yang terdiri atas DPR dan DPAS.

2. Sistem pemerintahan dan konsep politik 


a. Sistem pemerintahan yang diterapkan adalah Presidensial.
b. Presiden berposisi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan serta
tidak  bertanggung jawab kepada parlemen/DPR.
c. Dalam melakukan pemerintahan, Presiden mendapat dukungan dari 3
kekuatan besar, yakni Nasionalis, Agama, Komunis/ NASAKOM. Hal ini
menciptakan peluang bagi berkembangnya ideologi komunis.

3
d. Presiden Soekarno mengemukakan bahwa :
1.) Ajaran NASAKOM yakini, nasionalis, agama dan komunis. 
 Ajaran ini digunakan oleh PKI untuk menyebarkan ideologi
komunis.
 Ketua PKI D. N. Aidit berusaha menyebarluaskan beberapa
cuplikan pidato Presiden Soekarno sehingga seolah searah dengan
gagasan dan cita-cita politik PKI. 
2.) Ajaran RESOPIM yakni, resolusi, sosialisme Indonesia, dan pimpinan
nasional.
 Tujuannya adalah memperkuat kedudukan Soekarno.
 Pokok poin ajarannya adalah semua unsur kehidupan berbangsa
dan bernegara harus didapat melewati resolusi, dijiwai oleh
sosialisme dan diambil kendali oleh satu pimpinan nasional PBR
atau panglima besar resolusi yakni Presiden Soekarno.
 Dampaknya adalah, kedudukan lembaga tinggi dan tertinggi
negara ditentukan di bawah Presiden.

3. Politik Luar Negeri 


Jejak proklamasi kemerdekaan politik luar negeri Indonesia adalah bebas
aktif. Namun, dalam demokrasi terpimpin, politik luar negeri Indonesia
terjadi penyimpangan. Pada Manipol USDEK ditegaskan bahwa, politik luar
negeri, Indonesia mempunyai tujuan untuk menghilangkan imperialisme dan
mencapai dasar-dasar bagi perdamaian dunia yang utuh dan abadi.
a Politik konfrontasi Nefo & Oldefo
Presiden Soekarno memperkenalkan doktrin politik baru yang memberi
bagian dunia menjadi 2 blok, yakni New Emerging Forces/NEFO dan Old
Established Forces/Oldefo. Nefo merupakan kumpulan negara sosialis
yang dianggap progresif dan negara yang sedang berkembang, termasuk
juga negara yang baru merdeka atau sedang memperjuangkan
kemerdekaannya.
b. Politik mercusuar
Merupakan politik untuk mendapatkan kemegahan, keindahan dalam
pergaulan antarbangsa di dunia. Politik mercusuar dilaksanakan oleh
Presiden Soekarno karena berasumsi Indonesia sebagai mercusuar yang
mampu menerangi jalan negara-negara Nefo. Hal ini ditegaskan dengan:
 Membangun beberapa bangunan fenomenal yang perlu biaya miliaran
rupiah.

4
 Mengadakan Games of the New Emerging Forces.
c. Konfrontasi dengan Malaysia 
Pemerintah Indonesia berpendapat pembentukan Federasi Malaysia
sebagai proyek neokolonialisme Inggris yang dianggap membahayakan
Indonesia dan negara-negara Nefo. Kebijakan Presiden Soekarno, yaitu:
1). Mempublikasikan Dwi Komando Rakyat/Dwikora pada 3 Mei 1964,
yang berisi:
 Perhebat lagi ketahanan Revolusi Indonesia
 Menolong perjuangan rakyat Malaysia untuk terbebas dari Nekolim
Inggris.
2.) Membangun Komando Operasi Tertinggi/Koti dan Komando Mandala 
4. Indonesia Keluar dari PBB
Karena, telah menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB dan PBB tidak mengganti struktur organisasi PBB.
5. Pembebasan Wilayah Irian Barat
Perjuangan pembebasan Irian Barat melalui, perjuangan diploma, Konfrontasi
politik, Konfrontasi ekonomi dan militer.

E. Kehidupan Ekonomi pada Masa Demokrasi Terpimpin


Kekacauan politik ditandai dengan adanya Inflasi. Kehidupan ekonomi
semakin merosot. Maka dari itu, Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk
mengatasi masalah perekonomian, yaitu:
1. Membangun dewan perancang nasional/depernas.
 Dibentuk menurut UU no. 80 tahun 1958.
 Dipimpin oleh Muh. Yamin.
 Tugasnya untuk Mempersiapkan rancangan UU pembangunan nasional
dan menilai penyelenggaraan pembangunan.
 Pada tahun 1963 berganti nama menjadi Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional atau Bappenas yang dipimpin oleh Presiden
Soekarno.
2. Menjalankan kebijakan devaluasi mata uang rupiah.
3. Menekan poin laju inflasi.
4. Menerapkan deklarasi ekonomi.
5. Sistem dana revolusi.

5
F. Kehidupan Masyarakat dan Kebijakan Pemerintah Masa Demokrasi
Terpimpin.
Kehidupan masyarakat Indonesia hingga tahun 1959 terbilang cukup
memprihatinkan, ekonomi masyarakat belum berhasil dengan baik dan tantangan
yang menghadangnya cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi
ini adalah sebagai berikut.
1. Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya
memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal
setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin
Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada
tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU tanggal 19
Maret 1950. Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp.
5,1 Miliar. Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki
uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas.
Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan
pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat
pinjaman sebesar Rp. 200 juta.

2. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng


Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah
Republik Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah
yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro
Djojohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk
mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional
(pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya adalah:
 Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
 Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
 Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan
diberikan bantuan kredit.
 Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang
menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan
Program Gerakan Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun
(1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima
bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat

6
tercapai dengan baik meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar.
Kegagalan program ini disebabkan karena :
 Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non
pribumi dalam kerangka sistem ekonomi liberal.
 Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
 Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
 Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
 Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan
menikmati cara hidup mewah.
 Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan
secara cepat dari kredit yang mereka peroleh.
Dampaknya adalah program ini menjadi salah satu sumber defisit
keuangan. Beban defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar
rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar
rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan
kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan
ekonomi lemah sehingga masih terdapat para pengusaha pribumi sebagai
produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.

3. Nasionalisasi De Javasche Bank


Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951
pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi
Bank Indonesia. Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian
kredit harus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat
pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter. Tujuannya
adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta
melakukan penghematan secara drastis. Perubahan mengenai nasionalisasi De
Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral dan bank
sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951 berdasarkan Undang-
undang No. 24 tahun 1951.

4. Sistem Ekonomi Ali-Baba


Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo
(menteri perekonomian kabinet Ali I). Tujuan dari program ini adalah:
 Untuk memajukan pengusaha pribumi.
 Agar para pengusaha pribumi bekerjasama memajukan ekonomi nasional.

7
 Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi
dalam rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
 Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha
pribumi dan non pribumi.
Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba
digambarkan sebagai pengusaha non pribumi khususnya Cina. Dengan
pelaksanaan kebijakan Ali-Baba, pengusaha pribumi diwajibkan untuk
memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa
Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf. Pemerintah
menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Pemerintah
memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-
perusahaan asing yang ada. Program ini tidak dapat berjalan dengan baik
sebab:
 Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat
untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha
non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh bantuan kredit.
 Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan
persaingan bebas.
 Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.

5. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)


Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa
untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia
dengan pihak Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gde Agung. Pada
tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, yang
berisi:
 Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
 Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
 Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh
diikat oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak.
Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga
Indonesia mengambil langkah secara sepihak. Tanggal 13 Februari 1956
Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni Indonesia-
Belanda secara sepihak. Tujuannya untuk melepaskan diri dari keterikatan
ekonomi dengan Belanda. Sehingga, tanggal 3 Mei 1956, akhirnya Presiden
Soekarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB. Dampaknya
adalah banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan

8
pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan Belanda
tersebut.

6. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)


Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan
program yang silih berganti menimbulkan ketidakstabilan politik dan
ekonomi yang menyebabkan terjadinya kemerosotan ekonomi, inflasi, dan
lambatnya pelaksanaan pembangunan. Program yang dilaksanakan umumnya
merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa kabinet Ali
Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini
merancang pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri
perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima
Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961
dan disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan
prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan
(Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.

7. Musyawarah Nasional Pembangunan


Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan
daerah. Masalah tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan
Musayawaraah Nasional Pembangunan (Munap). Tujuan diadakan Munap
adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana
pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Tetapi tetap saja
rencana pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena:
 Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.
 Terjadi ketegangan politik yang tak dapat diredakan.
 Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
Hal ini membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan
PRRI/ Permesta sehingga meningkatkan defisit Indonesia. Memuncaknya
ketegangan politik Indonesia- Belanda menyangkut masalah Irian Barat
mencapai konfrontasi bersenjata.

BAB III
PENUTUP

9
A. Kesimpulan
Dalam perkembangan Demokrasi Indonesia, Indonesia sudah mengalami
beberapa kali pergantian sistem politik dan pemimpin. Namun dengan sejalannya
demokrasi itu Indonesia sampai saat ini masih saja belum menemukan sistem
Demokrasi yang tepat. Banyak permasalahan yang datang dalam pencarian
sistem Indonesia maupun jiwa para pemimpinnya.

Demokrasi terpimpin yang mempunyai kelebihan  sebagai berikut:


1. Mampu membangun intregritas nasional
2. Kembalinya irian barat
3. Pelopor nonblok dan pemimpin Asia-Afrika

Dan Demokrasi terpimpin juga mempunyai kelemahan sebagai berikut:


1. Penataan kehidupan konstitusi tidak jalan
2. Pertentangan ideologi sangat tajam(nasionalis- agama- komunis)
3. Kehidupan politik tidak demokratis
4. Kekuasaan penuh ditangan presiden

B. Saran
Walaupun bangsa ini telah merdeka, nyatanya masih banyak rakyat yang
tidak merasakan hasil dari kemerdekaan itu. Oleh karena itu, sebagai warga
negara yang baik kita perlu menanamkan sikap demokratis. Meskipun pemerintah
memiliki kebijakan dan kekuasaan yang lebih tinggi, kita patut untuk
berpartisipasi di dalamnya. Misalnya, menaati norma dan aturan yang berlaku
serta berpartisipasi dalam bidang politik melalui pemilihan umum dan
keikutsertaan dalam partai politik. Kekuasaan dan kebijakan pemerintah pun
tidak boleh terlalu membebani masyarakat Indonesia. Pemegang kekuasaan harus
bersikap adil. Dengan begitu, keseimbangan partisipasi dari pemegang kekuasaan
dan masyarakat akan menjadi lebih baik. Indonesia akan menjadi negara yang
adil, makmur dan sejahtera.

DARTAR PUSTAKA

10
Apriliyani, Avista."Tugas Pkn Demikrasi Terpimpin ". 30 Agustus 2014.

http://avist29.blogspot.co.id/2014/08/tugas-pkn-demokrasi-terpimpin.html?m=1 . 21
September 2017.

Lisarani, Varetha. "Masa Pemerintahan Demokrasi Terpimpin (5 Juli 1959-11 Maret


1966) SMA Kelas 2. 14 Juli 2010.

Nurul azizah, Andi. "Makalah Demokrasi Terpimpin ".22 Februari 2016.

11

Anda mungkin juga menyukai