Penelitian Evaluasi Penggunaan Antibiotik

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 91

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN PNEUMONIA

ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG


BOYOLALI TAHUN 2016

Oleh :

Endah Novitasari
19133917 A

HALAMAN JUDUL

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN PNEUMONIA
ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI TAHUN 2016

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
derajat Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi

Oleh :

Endah Novitasari
19133917 A

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017

i
PENGESAHAN SKRIPSI
Berjudul :
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN PNEUMONIA
ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI TAHUN 2016

Oleh
Endah Novitasari
19133917A

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi
Pada tanggal : 6 Juni 2017

Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi,
Dekan

Prof. Dr. R. A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt.

Pembimbing Utama

Dra. Yul Mariyah, M.Si., Apt.

Pembimbing Pendamping,

Sunarti, S.Farm, M.Sc., Apt


Penguji :

1. Dra. Pudiastuti RSP., MM., Apt 1. .............

2. Dewi Ekowati, M.Sc., Apt 2. ....................

3. Yane Dila Keswara, M.Si., Apt 3. ...................

4. Dra. Yul Mariyah, M.Si., Apt 4. ....................

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka


apabila telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah urusan
lainnya dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya berharap.”

(QS Al-Insyirah:6-8)

“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh balasan-Nya di sisi Allah sebagai balasan yang baik dan yang paling
besar pahalanya”
(QS. Al-Muzzammil: 20)

“Ilmu itu lebih baik dari pada harta, ilmu menjaga engkau dan
engkau menjaga harta, ilmu itu penghukum (hakim) dan harta
terhukum, harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi, ilmu
bertambah bila dibelanjakan‟‟

(Ali bin Abi tolib)

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yang


bermanfaat, rezeki yang baik dan amal ibadah yang diterima‟‟
(Al-Adzkar Imam An-Nawawi)

iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila skripsi ini merupakan jiplakan dari penelitian/karya ilmiah/skripsi
orang lain, maka saya siap menerima sanksi, baik secara akademis maupun
hukum.

Surakarta, Mei 2017

Endah Novitasari

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA
PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2016, SKRIPSI” skripsi ini
ditulis sebagai salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan anugerah, nikmat, dan petunjuknya
disetiap langkah hidupku
2. Dr. Ir. Djoni Tarigan, MBA., selaku rektor Universitas Setia Budi Surakarta.
3. Prof. Dr. R. A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi.
4. Ganet Eko Pramukantoro, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selalu setia sabar mendampingi saya selama menyusun skripsi.
5. Dra. Yul Mariyah, M.Si., Apt., selaku Pembimbing Utama yang telah
berkenan meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, pengarahan,
petunjuk, nasehat serta motivasi dalam menyusun Skripsi ini.
6. Sunarti, S.Farm, M.Sc., Apt., selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dalam menyusun Skripsi ini.
7. Tim penguji yang telah menyediakan waktu untuk menguji dan memberikan
masukan untuk penyempurnaan skripsi ini..
8. Ahmad Nasrullah F, S.H, M. Hum., selaku Direktur RSUD Pandan Arang
Boyolali pada tahun yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.
9. Kepala IFRS dan seluruh karyawan Instalasi Farmasi RSUD yang meluangkan
waktu untuk membantu dalam penelitian ini.

v
10. Keluargaku tercinta Ayahanda, Ibunda dan Adikku tercinta yang telah
memberikan semangat dan dorongan materi, moril dan spiritual kepada
penulis selama perkuliahan, penyusunan skripsi hingga selesai studi S1
Farmasi.
11. Terima kasih untuk sahabat masa kecilku atas doa dan dukungannya (Indri,
Yolla, Ryan), terima kasih untuk teman terbaiku Hasna, Riana, Ana, April, Ita
Tyas) telah memberi dukungan penuh kepada saya, sahabat tersayang (Ica
Rani, Lala, Ressa, Mita, Eka, Jovita, Ina, Vianda, Galuh, Anita, Lina, Dewi)
yang selalu membantu dan menyemangati, serta teman-teman Teori 4
angkatan 2013 dan teman KKN 2017 kelompok 12 B (Desy, Amanda, Ance,
Sukron, Gani, Jaka, Atika, Nanda, Desby)
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan saran dan
masukan yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Mei 2017

Endah Novitasari

vi
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iii

PERNYATAAN ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii

INTISARI............................................................................................................. xiv

ABSTRACT .......................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5


A. Pneumonia ....................................................................................... 5
1. Definisi ..................................................................................... 5
2. Etiologi ..................................................................................... 5
3. Patogenesis Pneumonia ............................................................ 5
4. Epidemiologi ............................................................................ 6
5. Faktor yang mempengaruhi terjadinya pneumonia .................. 7
5.1 Mekanisme pertahanan paru ............................................... 7
5.2 Pembersihan saluran nafas terhadap bahan infeksius. ........ 7
6. Klasifikasi Pneumonia. ............................................................. 7
6.1 Pneumonia komunitas ........................................................ 8
6.2 Pneumonia nosokomial ...................................................... 8
6.3 Pneumonia aspirasi ............................................................. 8
6.4 Pneumonia oportunistik ...................................................... 8

vii
6.6 Peneumonia rekuren ........................................................... 8
7. Faktor Resiko ........................................................................... 8
8. Diagnosis .................................................................................. 8
8.1 Anamnesia .......................................................................... 9
8.2 Pemeriksaan fisis ................................................................ 9
8.3 Pemeriksaan Penunjang ...................................................... 9
8.3.1 Pemeriksaan laboratorium ............................................... 9
8.3.2 Pemeriksaan radiologis.................................................. 10
8.3.3 Pemeriksaan khusus ...................................................... 10
B. Antibiotik....................................................................................... 10
1. Definisi Antibiotik .................................................................. 10
2. Sifat – sifat antibiotik ............................................................. 11
3. Penggolongan antibiotik ......................................................... 11
4. Obat untuk pasien pneumonia ................................................ 11
5. Penggunaan antibiotik pada anak ........................................... 13
6. Evaluasi penggunaan antibiotik.............................................. 14
7. Tatalaksana pengobatan ......................................................... 14
C. Rasionalitas.................................................................................... 15
1. Tepat diognosis....................................................................... 15
2. Tepat indikasi penyakit .......................................................... 15
3. Tepat obat ............................................................................... 15
4. Tepat dosis .............................................................................. 15
5. Tepat pasien ............................................................................ 15
6. Tepat interval waktu pemberian ............................................. 15
7. Tepat informasi obat ............................................................... 16
D. Profil Rumah Sakit ........................................................................ 16
1. Pengertian Rumah Sakit ......................................................... 16
2. Tugas dan fungsi Rumah Sakit ............................................... 17
3. Sejarah Rumah Sakit Pandan Arang ...................................... 17
4. Visi, misi, motto, janji dan falsafah RSUD Pandan Arang .... 17
4.1 Visi ................................................................................ 17
4.2 Misi ............................................................................... 17
4.4 Janji. .............................................................................. 18
4.5 Falsafa ........................................................................... 18
E. Rekam Medik ................................................................................ 18
1. Definisi ................................................................................... 18
2. Fungsi ..................................................................................... 19
3. Isi rekam medik ...................................................................... 19
F. Formularium Rumah Sakit ............................................................ 19
G. Landasan Teori .............................................................................. 20
H. Keterangan Empiris ....................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 22


A. Rancangan Penelitan ..................................................................... 22
B. Populasi dan sampel ...................................................................... 22
1. Populasi .................................................................................. 22

viii
2. Sampel .................................................................................... 22
2.1 Kriteria inklusi. ............................................................. 22
2.2 Kriteria eksklusi. ........................................................... 23
C. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 23
D. Bahan dan Alat .............................................................................. 23
1. Bahan ............................................................................................. 23
2. Alat ......................................................................................... 23
E. Variabel Penelitian ........................................................................ 24
1. Variabel utama ....................................................................... 24
2. Variabel bebas ........................................................................ 24
3. Variabel tergantung ................................................................ 24
F. Definisi Oprasional ........................................................................ 24
G. Jalannya Penelitian ........................................................................ 26
H. Analisis Data ................................................................................. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 27


A. Distribusi Pasien ............................................................................ 27
1. Distribusi pasien berdasarkan dengan jenis kelamin .............. 27
2. Distribusi pasien berdasarkan umur ....................................... 28
3. Distribusi pasien berdasarkan lama inap (LOS) ..................... 29
4. Distribusi pasien pneumonia berdasarkan antibiotik yang
digunakan ............................................................................... 30
B. Kesesuaian penggunaan antibiotik ................................................ 31
1. Kesesuian dengan formularium rumah sakit................. 31
2. Kesesuaian dengan penatalaksanaan pneumonia menurut
literatur. ........................................................................ 31
C. Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik .................................... 34
1. Tepat Indikasi................................................................ 34
3. Tepat obat...................................................................... 35
4. Tepat pasien .................................................................. 36
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 38


A. Kesimpulan .................................................................................... 38
B. Saran .............................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39

LAMPIRAN .......................................................................................................... 42

ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Jalannya penelitian .............................................................................. 26

x
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. Pengobatan empiris pneumonia pada anak. .......................................... 12

Tabel 2. Dosis antibiotik pengobatan pneumonia .............................................. 13

Tabel 3. Distribusi pasien pneumonia anak di RSUD Pandan Arang Boyolalai


Tahun 2016 berdasarkan jenis kelamin. ............................................... 27

Tabel 4. Distribusi pasien pneumonia anak di RSUD Pandan Arang Boyolali


Tahun 2016 berdasarkan umur ............................................................ 28

Tabel 5. Distribusi pasien pneumonia anak di RSUD Pandan Arang Boyolali


tahun 2016 berdasarkan lama Rawat inap. ........................................... 29

Tabel 6. Distribusi pasien pneumonia berdasarkan penggunaan antibiotik di


RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2016. ........................................ 30

Tabel 7. Kesesuaian antibiotik dengan formularium di RSUD Pandan Arang


Boyolali tahun 2016. ............................................................................ 31

Tabel 8. Kesesuaian antibiotik dengan International Child Health .................. 32

Tabel 9. Evaluasi ketepatan dosis penggunaan antibiotika pada pasien


pneumonia anak dirawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali
tahun 2016. ........................................................................................... 35

Tabel 10. Evaluasi ketepatan obat penggunaan antibiotika pada pasien


pneumonia anak dirawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali
tahun 2016. ........................................................................................... 36

Tabel 11. Evaluasi ketepatan pasien penggunaan antibiotika pada pasien


pneumonia anak dirawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali
tahun 2016. ........................................................................................... 36

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat ijin penelitian........................................................................ 43
Lampiran 2. Surat ijin jawaban penelitian ......................................................... 44
Lampiran 3. Surat pengantar ijin penelitian ....................................................... 45
Lampiran 4. Data sampel yang dimasukan kedalam tabel ceklist...................... 46
Lampiran 5. Persentase distribusi pasien pneumonia anak yang menggunakan
antibiotik berdasarkan jenis kelamin di RSUD Pandan Arang
Boyolali selama tahun 2016 .......................................................... 48
Lampiran 6. Persentase pasien pneumonia yang menggunakan antibiotik
berdasarkan umur di RSUD Pandan Arang Boyolali selama tahun
2016 ............................................................................................... 49
Lampiran 7. Persentase pasien pneumonia yang menggunakan antibiotik
berdasarkan lama rawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali
selama tahun 2016 ......................................................................... 50
Lampiran 8. Persentase distribusi pasien pneumonia yang menggunakan
antibiotik rawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali selama
tahun 2016 ..................................................................................... 51
Lampiran 9. Persentase ketepatatan indikasi penggunaan antibiotik pada pasien
pasien pneumonia anak dirawat inap di RSUD Pandan Arang
Boyolali tahun 2016. ..................................................................... 52
Lampiran 10. Persentase ketepatatan dosis penggunaan antibiotik pada pasien
pasien pneumonia anak dirawat inap di RSUD Pandan Arang
Boyolali tahun 2016 ...................................................................... 53
Lampiran 11. Persentase ketepatatan obat penggunaan antibiotik pada pasien
pasien pneumonia anak dirawat inap di RSUD Pandan Arang
Boyolali tahun 2016 ...................................................................... 54
Lampiran 12. Persentase ketepatatan pasien penggunaan antibiotik pada pasien
pasien pneumonia anak dirawat inap di RSUD Pandan Arang
Boyolali tahun 2016 ...................................................................... 55
Lampiran 13. Foto pengambilan data rekam medis di RSUD Pandan Arang
Boyolali ......................................................................................... 56
Lampiran 14. Literatur Dipiro Ed IX .................................................................... 57
Lampiran 15. International Chilh He .................................................................... 66

xii
DAFTAR SINGKATAN

Ab : Antibiotik
LOS : Long Of Stay
TI : Tepat Indikasi
TP : Tepat Pasien
TD : Tepat Dosis
TO : Tepat Obat
RM : Rekam Medik
BB : Berat Badan

xiii
INTISARI

NOVITASARI, E., 2017 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA


PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2016, SKRIPSI,
FAKULTAS FARMASI, UNIVERSITAS SETIA BUDI, SURAKARTA.

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran napas yang


paling sering terjadi. Penggunaan antibiotik merupakan terapi utama pada
pengobatan pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan
antibiotik pada pasien pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan
Arang Boyolali pada tahun 2016 yang meliputi tepat dosis, tepat obat, dan tepat
pasien.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
penggumpulan data yang diambil secara retrospektif. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua pasien pneumonia anak yang tercantum dalam rekam medik di
RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016. Sampel dalam penelitian ini adalah
pasien pneumonia anak yang tercantum dalam rekam medik menggunakan
antibiotik di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 yang disesuaikan dengan
kriteria inklusi.
Penelitian dilakukan terhadap 50 pasien pneumonia anak yang memenuhi
kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik pada
pengobatan pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang
Boyolali tahun 2016 sudah sesuai dengan standar International Childh Health,
Guideline Dipiro dan Formularium Rumah Sakit. Evaluasi penggunaan antibiotik
yang rasional berdasarkan dengan kriteria tepat pasien sebanyak 100%, tepat
indikasi 100%, tepat dosis 78% dan tepat obat 77%.

Kata kunci : evaluasi, antibiotik, deskriptif, pneumonia, anak

xiv
ABSTRACT

NOVITASARI, E., 2017 EVALUATION OF THE USE OF ANTIBIOTICS


IN TREATMENT INSTALLATION OF PNEUMONIA CHILDREN
HOSPITAL IN RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI IN THE YEAR OF
2016, THESIS, FACULTY OF PHARMACY, UNIVERSITY OF SETIA
BUDI, SURAKARTA

Pneumonia is one of the diseases of respiratory tract infections most often


occur. The use of antibiotics is the main therapy in the treatment of pneumonia.
This study aims to determine the use of antibiotics in childhood pneumonia
patients in Inpatient Hospital Pandan Arang Boyolali in 2016 which includes the
right dose, the right medication and the rightpatient.
The method used is descriptive method with data taken penggumpulan
retrospectively. The population in this study were all patients with pneumonia of
children listed in medical records in hospitals Pandan Arang Boyolali 2016. The
sample in this study are patients with pneumonia of children contained in the
medical record use of antibiotics in hospitals Pandan Arang Boyolali in 2016
adjusted for the inclusion criteria.
The study was conducted on 50 patients with pneumonia of children who
met the inclusion criteria. The results research shows that the use antibiotics in the
treatmen installation of Pneumonia Children hospital in RSUD Pandan Arang
Boyolali in the year of 2016 already in accordance with the standars International
Childh Health, Dipiro Guideline dan Hospital formulary. Evaluation of rational
antibiotic use based on appropriate criteria patients (100%), the right indication
(100%), the right medication (78%) and the right dose (77%).

Keywords: evaluation, antibiotics, descriptive, pneumonia, child

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi bukan hanya masalah kesehatan utama di Indonesia saja,
melainkan penyakit dan masalah kesehatan di berbagai negara berkembang.
Pneumonia adalah salah satu dari penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut.
Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkiolus dan alveoli yang dapat
disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus, dan parasit
(Jeremy 2007).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang banyak menyerang anak
dan bayi. Kejadian pneumonia pada masa balita berdampak jangka panjang yang
akan muncul pada masa dewasa yaitu penurunan fungsi paru. Penanggulangan
pneumonia di dunia hanya mampu menurunkan 35% angka kematian akibat
penyakit ini (Widjojo 2008).
Menurut Unicef dan WHO tahun 2006, pneumonia merupakan pembunuh
anak yang dapat menyebabkan kematian lebih tinggi dibandingkan dengan total
kematian akibat AIDS, malaria, dan campak. Hampir semua kematian akibat
pneumonia (99,9%), yang dapat terjadi di negara berkembang maupun negara
kurang berkembang, tertinggi di daerah Sub-Sahara mencapai 1.022.000 kasus per
tahun, dan di Asia selatan mencapai 702.000 kasus per tahun. Dilaporkan pula,
tiga per empat kasus pneumonia pada balita di dunia berada di 15 negara, dan
Indonesia salah satu antara 15 negara tersebut, menduduki tempat ke-6 dengan
jumlah kasus 6 juta (Nuroh 2013).
Pengobatan infeksi saluran pernafasaan pneumonia terdiri atas pengobatan
antibiotik. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi
yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62%
antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang
sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian berbagai rumah sakit
ditemukan sampai 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi
intensitas penggunaan antibiotik yang cukup tinggi menimbulkan berbagai

1
2

permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi


bakteri terhadap antibiotik dan muncul efek obat yang tidak dikehendaki. Hal ini
terjadi akibat pemakaian obat antibiotik yang tidak bijak dan penerapan
kewaspadaan standar yang tidak benar di fasilitas pelayanan kesehatan
(Anonim 2014).
Masalah yang nantinya akan diterima bagi pasien dengan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya pemborosan biaya dan
tidak tercapainya manfaat klinik yang optimal dalam pencegahan maupun
pengobatan penyakit infeksi. Peresepan obat tanpa indikasi yang jelas, yaitu
penentuan dosis yang salah, cara, dan lama pemberian yang keliru, serta
peresepan obat yang mahal merupakan sebagian contoh dari ketidakrasionalan
peresepan yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari (Kemenkes, 2011).
Penelitian yang terkait mengenai evaluasi penggunaan obat antibiotik pada
pengobatan pneumonia anak yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Menurut
penelitiaan Wikkal Vannoea Pratama Tahun 2013 “Evaluasi Penggunaan
Antibiotik pada Anak dan Bayi Pneumonia di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta
tahun 2014” dari hasil penelitian kesesuaian antibiotik yang digunakan dengan
formularium RSUD Dr. Moewardi edisi tahun 2013- 2014 sangat sesuai.
Hasil penelitian Nuvia Dhiar Saputri Tahun 2013 “Evaluasi Penggunaan
Antibiotik pada pasien Pneumonia Pediatric di Instalasi Rawat Inap RSUP „X‟
Tahun 2011‟‟ hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pasien yang tepat indikas
adalah 100%, tepat obat 23,52%, tepat pasien 98,03%, dan tepat dosis sebesar
23,52%.
Pneumonia merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian khusus
dengan demikian pula halnya dengan penggunaan antibiotik untuk pneumonia.
Antibiotik merupakan zat-zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri dan fungi, yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Oleh karna itu peneliti ingin melakukan
penelitian tentang evaluasi penggunaan antibiotik pada pengobatan pneumonia
anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 dengan
3

menggunakan metode deskriptif. Penelitiaan ini dilakukan untuk mengetahui atau


mengukur apakah suatu obat antibiotik telah digunakan dengan tepat.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat ditarik
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia anak di
Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 yang di
evaluasi meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis?
2. Bagaimana kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia anak di
Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 dengan
standar International Childh Health, Guideline Dipiro, dan Formularium
Rumah Sakit?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia
anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 yang
di evaluasi meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis.
2. Untuk mengetahui kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia
anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016
dengan standar International Childh Health, Guideline Dipiro, dan
Formularium Rumah Sakit.

D. Kegunaan Penelitian
Manfaat dilakukan penelitian ini yaitu:
1. Sebagai masukan, bahan evaluasi dan pelengkap bagi peneliti lainya yang
berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.
2. Penelitian untuk meningkatkan pelayanaan khususnya dalam pemakaian
antibiotik pada pasien pneumonia anak infeksi saluran pernafasan akut.
4

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti dan dapat
dimanfaatkan oleh peneliti lain untuk melakukan studi penggunaan obat dalam
mengenai penggunaan obat antibiotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pneumonia
1. Definisi
Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, jamur, dan parasit), bahkan bahan kimia radiasi,
aspirasi, obat-obatan dan lain-lain. Mengingat pneumonia dapat menyebabkan
kematian bila tidak segera diobati, maka pengobatan awal penyakit pneumonia
dapat diberikan antibiotik (Alsagaff 2004). Pneumonia terjadi dari tahun ke tahun
dengan prevalensi relatif dari etiologi yang bervariasi dengan cuaca. Pneumonia
terjadi pada semua umur, meskipun secara manifestasi klinis, lebih akut pada
remaja dan dewasa, dan merupakan penyakit kronis. Pneumonia kebanyakan
terjadi karena virus dan bakteri, yang paling dominan menyebabkan pneumonia
adalah S. pneumonia dan M. pneumonia dada (Glover et al 2005).
2. Etiologi
Pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, mycoplasma pneumonia,
jamur, aspirasi, pneumonia hypostatic, dan sindrom loeffler. Pneumonia karena
virus biasanya menerima infeksi primer atau komplikasi dari suatu virus, seperti
morbilli atau varicella (Nursalam 2008).
Etiologi pneumonia pada anak meliputi Streptococcus grup B dan gram
negative seperti E. colli, Pseudomonas sp, dan Klebsiella sp. Pada anak balita
pneumonia lebih sering disebabkan oleh infeksi Steptococcus pneumoniae,
Heamophilus influenza, dan Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang
lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi
Mycoplasma pneumoniae (Nastiti N. Raharjoe et al 2010).
3. Patogenesis Pneumonia
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidak
seimbangan daya tahan tubuh, mikoorganisme dapat berkembang biak dan
menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada
mikoorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran nafas. Ada

5
6

beberapa cara mikroorganime mencapai permukaan yaitu melalui inokulasi


langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, inhalasi bahan aerosol dan
kolonisasi dipermukaan mukosa. Dari empat cara diatas yang terbanyak adalah
kolonisasi (Perhimpunan Ahli Paru 2003).
Masuknya mikroorganisme ke saluran nafas dan paru dapat melalui
berbagai cara:
a. Inhalasi langsung dari udara,
b. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring,
c. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain,
d. Penyebaran secara hematogen.
Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguan
sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran nafas bagian bawah. Agen-agen
mikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer
yaitu aspirasi sekret yang berisi mikoorganisme patogen yang telah berkolonisasi
pada orofaring, infeksi aerosol yang infeksius dan penyebaran hematogen dari
bagian ekstra pilomonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua
cara tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara
hematogen lebih jarang terjadi (Perhimpunan Ahli Paru 2003).
4. Epidemiologi
Pneumonia membunuh anak lebih dari penyakit lain, mencakup hampir 1
dari 5 kematian anak, balita, membunuh lebih dari 2 juta anak balita setiap tahun
yang sebagian besar terjadi dinegara berkembang. Oleh karena itu pneumonia
disebut sebagai pembunuh nomor satu. Di negara berkembang pneumonia
merupakan penyakit yang terabaikan atau penyakit yang terlupakan karena itu
begitu banyak anak meninggal akibat pneumonia namun sangat sedikit perhatian
yang diberikan kepada masalah pneumoni (Weber et al 2010).
Pada tahun 2007 dan 2008 perbandingan kasus pneumonia adalah 7:3,
artinya ada 7 kasus pneumonia pada balita, berarti akan terdapat 3 kasus
pneumonia pada bayi. Tahun 2009 terjadi perubahan menjadi 6:4, namun
pneumonia pada balita masih menjadi proporsi terbesar (Weber et al 2010).
7

5. Faktor yang mempengaruhi terjadinya pneumonia


Diketahui beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
pneumonia yaitu:
5.1 Mekanisme pertahanan paru. Paru berusaha untuk mengeluarkan
berbagi mikoorganisme yang terhirup seperti partikel debu dan bahan-bahan yang
terkumpul dalam paru. Beberapa bentuk anatomis saluran nafas, reflek batuk,
sistem mukosiler, juga sistem fagositosis yang dilakukan oleh sel-sel tertentu
dengan memakan partikel-partikel yang mencapai permukaan alveoli. Bila fungsi
ini dapat berjalan dengan baik, maka bahan infeksi yang bersifat infeksius dapat
dikeluarkan dari saluran pernafasan, sehingga pada orang sehat tidak akan terjadi
infeksi serius. Infeksi saluran nafas berulang terjadi akibat berbagai komponen
system pertahanan paru yang tidak bekerja dengan baik.
5.2 Pembersihan saluran nafas terhadap bahan infeksius. Saluran nafas
bawah dan paru berulang kali dimasuki oleh berbagai mikoorganisme dari saluran
nafas atas, akan tetapi tidak menimbulkan rasa sakit, ini menunjukkan adanya
mekanisme pertahanan paru yang efisien sehingga dapat menyapu bersih
mikoorganisme sebelum bermultiplikasi dan dapat menimbulkan penyakit.
Pertahanan paru terhadap bahan-bahan berbahaya dan infeksius berupa reflex
batuk, penyempitan saluran nafas, juga dibantu oleh respon imunitas humoral
(Supandi 1992).
5.3 Kolonisasi bakteri di saluran pernapasan. Di dalam saluran napas
atau cukup banyak bakteri yang bersifat komnesal. Bila jumlah mereka semakin
meningkat dan mencapai suatu konsentrasi yang cukup, kuman ini kemudian
masuk ke saluran napas bawah dan paru, dan akibat kegagalan mekanisme
pembersihan saluran napas, keadaan ini bermanifestasi sebagai penyakit.
Mikroorganisme yang tidak menempel pada permukaan mukosa saluran anaps
akan ikut dengan sekresi saluran napas dan terbawa bersama mekanisme
pembersihan, sehingga tidak terjadi kolonisasi
6. Klasifikasi Pneumonia.
Pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu:
8

6.1 Pneumonia komunitas (Community Acquired Pneumonia),


pneumonia yang didapat dimasyarakat yaitu terjadinya infeksi diluar rumah sakit.
Infeksi LRT (lower respiratory tract) yang terjadi 48 Jam setelah pasien dirawat
dirumah sakit, pada pasien yang belum pernah dirawat di rumah sakit selama > 14
hari (Jeremy 2007).
6.2 Pneumonia nosokomial (Hospita-Acquired Pneumonia) adalah
pneumonia yang diperoleh selama perawatan di rumah sakit atau sesudahnya
karna penyakit lain (Hariadi 2010).
6.3 Pneumonia aspirasi/anaerob adalah infeksi oleh bakteroid dan
organisme anaerob lain setelah aspirasi orofaringeal dan cairan lambung.
Pneumonia jenis ini dapat pada pasien dengan status mental terdepresi, maupun
pasien dengan gangguan refleks menelan (Jeremy 2007).
6.4 Pneumonia oportunistik adalah pasien dengan penekanan sistem
imun, mudah mengalami infeksi oleh virus, jamur, dan mikrobakteri, selain
organisme bakteria lain (Jeremy 2007).
6.6 Peneumonia rekuren disebabkan organisme aerob dan anaerob yang
terjadi pada fibrosis kistik dan bronkietaksis (Jeremy 2007).
7. Faktor Resiko
Faktor-faktor tinggi pneumonia terdapat pada anak-anak yang mempunyai
sistem kekebalan tubuh rendah yaitu pada keadaan malnutrisi atau kekurangan
gizi, terutama pada bayi yang tidak diberi Asi eksklusif, penyakit seperti infeksi
HIV dan campak meningkatkan resiko anak tertular pneumonia. Faktor
lingkungan yang dapat meningkatkan kerentanan anak untuk pneumonia adalah
polusi udara dalam ruangan yang disebabkan oleh memasak dan pemanasan
dengan bahan seperti kayu atau kotoran, tinggal dirumah yang penuh sesak serta
orang tua yang merokok (WHO 2010).
8. Diagnosis
Diagnosis pneumonia bergantung pada pneumonia kelainan fisis atau bukti
radiologis yang menunjukkan konsolidasi. Klasifikasi diagnosis klinis pada masa
kini dilengkapi faktor patogenesis yang berperan (lingkungan, kuman penyebab,
penjamu). Diagnosis dan terapi pada pneumonia atau infeksi saluran nafas bawah
9

dan atas pada umumnya dapat ditegakkan berdasarkan alogaritma. Diagnosis di


dasarkan pada riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisis yang teliti dan
pemeriksaan penunjang (Dahlan 2001).
Menurut WHO (2005), klasifikasi pneumonia adalah penderita dengan
gejala batuk atau sukar bernafas dengan tanda-tanda nafas cepat. Untuk anak
umur 1-5 tahun, dikatakan mempunyai nafas cepat apabila frekuensi nafasnya
lebih dari 40 kali per menit. Gejala umum pneumonia adalah batuk atau sukar
bernafas dan beberapa tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam
atau stridor pada anak dalam keadaan tenang.
8.1 Anamnesia. Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam,
menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40oC, batuk dengan dahak
mukoid atau purulent kadang-kadang disertai darah, sesak nafas dan nyeri dada.
Pada pasien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan
tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran.
Pada awalnya keluhan batuk yang tidak produktif, tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuning-kuningan,
kehijau-hijauan, dan seringkali berbau busuk. Pasien biasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan menggigil.
8.2 Pemeriksaan fisis. Temuan pemeriksan fisis dada tergantung dari luas
lesi di paru, tanda yang mungkin ada adalah suhu 39oC, dyspnea: inspiratory
effort ditandai dengan tekipnea, tretraksi (chest indrawing) nafas cuping hidung
dan sianosis. Gerakan dinding toraks dapat berkurang pada daerah yang terkena
dan meningkat pada daerah yang sehat pada pemeriksaan palpasi, perkusi normal
atau redup sampai pekak, pada daerah paru normal tepat diatas area konsolidasi,
sering terdengar suara perkusi timpani. Pada pemeriksaan infeksi, dada terlihat
lebih mencembung, penderita tanpak kesakitan pada daerah yang terkena,
sehingga mempengaruhi posisi tidur (Jeremy 2007).
8.3 Pemeriksaan Penunjang.
8.3.1 Pemeriksaan laboratorium. Leukositosis umumnya menandai
adanya bakteri leukosit normal atau rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus
atau mikroplasma atau pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respon
10

leukosit, orang tua atau lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas,


misalnya neutropenia pada infeksi kuman gram negative atau S. Aureus pada
pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu
(Jeremy 2007).
8.3.2 Pemeriksaan radiologis. Pola radiologis dapat berupa pneumonia
alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace disease) misalnya oleh
streptococcus pneumonia, bronkopneumonia (segmental disease) oleh abtara lain
Staphylococcus; virus atau mikroplasma dan pneumonia interstisial (interstitial
disease) oleh virus dan mikroplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apical lobus
bawah atau inferior atau lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada
pasien yang tidak sadar, lokasi ini bias dimana saja. Infiltrate dilobus atas sering
ditimbulkan Klebsiella, tuberkulosis atau amilodosis. Pada lobus bawah dapat
terjadi infiltrate akibat Staphylococcus atau bakteriemia (Jeremy 2007).
8.3.3 Pemeriksaan khusus. Titer antibodi terhadap virus, logionela, dan
mikroplasma. Nilai diagnostik bila titer tinggi atau terdapat kenaikan titer 4 kali.
analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
oksigen (Jeremy 2007).

B. Antibiotik
1. Definisi Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi maupun bakteri
yang memiliki khasiat mematikan atau yang dapat menghambat pertumbuhan
kuman sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatife kecil (Tan dan Raharja
2010).
Antibiotik merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan pada
salah satu infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Beberapa studi menemukan
bahwa sekitar 40-62% antibiotik dikonsumsi secara tidak tepat pada berbagai
penelitiaan kualitas penggunaan antibiotik diberbagai rumah sakit ditemukan 30%
-80% tidak didasarakan pada indikasi. Penggunaan antibiotik yang cukup tinggi
menimbulkan masalah dan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi
11

bakteri terhadap antibiotik. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit
tetapi lambat laun juga berkembang dimasyarakat (Kemenkes 2011).
Antibiotik bertujuan untuk mencegah dan mengobati penyakit-penyakit
infeksi. Pemberian pada kondisi yang bukan disebabkan oleh infeksi banyak
ditemukan dalam praktek sehari-hari, baik di puskesmas, rumah sakit, maupun
praktek swasta. Ketidaktepatan diagnosis pemilihan antibiotik, indikasi, dosis,
cara pemberian, frekuensi dan lama pemberian menjadi penyebab tidak akuratnya
pengobatan infeksi dengan antibiotik (Nelson 1995).
2. Sifat – sifat antibiotik
Sifat-sifat antibiotik sebaiknya menghambat atau membunuh
mikroorganisme patogen tanpa merusak inang. Bersifat bakterisida dan bukan
bakteriostatik, tidak menyebabkan resisten pada kuman, berspektrum luas, tidak
menimbulkan efek samping bila dipergunakan dalam jangka waktu yang lama,
tetap aktif dalam plasma, cairan badan atau eksudat, larut dalam air serta stabil,
bacterisidal level, di dalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama
(Waluyo, 2004).
3. Penggolongan antibiotik
Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerja, adalah sebagai
berikut (Menkes RI 2011).
a) Obat yang menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, meliputi
antibiotik beta laktam, basitrasin, vankomisin.
b) Obat yang memodifikasi atau menghambat sintesis protein meliputi
aminoglikosida, tetrasiklin, kloramfenikol, makrolida (eritromisin,
azitromisin, klaritromisin), klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.
c) Obat antimetabolit yang menghambat enzim-enzim esensial dalam
metabolisme folat, meliputi sulfonamide dan trimetroprim.
d) Obat yang mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat, meliputi
kuinolon (asam nalidiksat, fluorokuinolon) dan nitrofuran.
4. Obat untuk pasien pneumonia
Prinsip terapi pneumonia sama dengan penatalaksanan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Awal terapi dimana mikoorganisme belum diketahui
12

dilakukan secara empiris dengan menggunakan antibiotik spuktum luas sehingga


penyebab dapat diketahui. Bila hasil kultur kuman patogen telah diketahui,
secepat mungkin terapi diganti dengan mengunakan antibiotik yang lebih spesifik.
Selain diberikan antibiotik, pasien diberikan juga pengobatan suportif dengan
diberikan oksigen 1-2 L/menit, IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1 + KCl
10mEq/500ml cairan. Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan berat badan,
kenaikan suhu, atau status hidrasi. Jika sekresi lendir berlebih dapat diberikan
inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosiler (Mansjoer et al 2000).
Dalam penetapan dosis dan interval pemberian antibiotik pada anak yang
paling benar adalah berdasarkan berat badan.
Tabel 1. Pengobatan empiris pneumonia pada anak.
Usia Mikroorganisme pathogen Terapi
1 bulan Grub B streptococcus, Haemophilus Ampisillin-sulbaktam,
influenza (nontype-able), Escherichia sefalosforin, karbapenen,
coli, Staphylococcus aureus, Listeria, Ribavirin
CMV, RSV, adenovirus

1-3 bulan C.pneumonia, possibly Makrolida/azalida,


Ureaplasma,CMV, Pneumocystis trimetropim-
cariniI (afebriln sindrom pneumonia, sulfamethoxazole
S.pneumonia, Staphylococcus aureus Ribavirin, Semisintetik
penisilin atau sefalosporin

3 bulan – Pneumococcus, H. influenza, RSV, Amoksisilin-sulbaktam,


6 tahun adenovirus, parainfluenza amoksisilin-clavulanat,
Ribavirin

>6 tahun Pneumococcus,Mycoplasma pneumonia, Makrolida/azalida,


adenovirus sefalosporin, amoksisilin-
klavulanat
(Dipiro edisi 9).
13

Tabel 2. Dosis antibiotik pengobatan pneumonia


Kelas Antibiotik Dosis anak Dosis dewasa
Makrolida Klaritromisin 15 mg/kg 0,5-1 g
Eritromisin 30-50mg/kg 1-2 g
Azitromisin 10 mg/kg x 1hari, 5 500 mg x
mh/kg/hari x4 hari 1hari,250 mg/hari
x 4 hari

Azalida Tetrasiklin HCl 25-50 mg/kg 1-2 g


Doksisiklin 2-5 mg/kg 0,25-0,3 g

Penisilin Ampisilin 100-200 2-6 g


Amoksisilin/amoksisilin- 45-100 mg/kg 0,75-1 g
klavulanat
Piperasilin-Tazobaktam 200-300 mg/kg 12-18 g
Ampisilin-sulbaktam 150-200 mg/kg 4-8 g

Sefalosporin Ceftriakson 50-75 mg/kg 1-2 g


Ceftazidim 90-150 mg/kg 4-6 g
Cefepim 100-150 2-6 g
Cefotaxime 150 mg/kg 2-12 g

Fluoroquinolone Gamifloksasin - 320 mg


Levofloksasin 8-20 mg/kg 0,5-0,75 g
Ciprofloksasin 30 mg/kg 1,2 g

Aminoglikosida Gentamisin 7,5 mg/kg 7,5 mg/kg


Tobramsisn 7,5 mg/kg 7,5 mg/kg
(Dipiro edisi 9).

5. Penggunaan antibiotik pada anak


Penggunaan antibiotik terhadap anak, hasil studi di Indonesia, Pakistan
dan India menunjukkan bahwa pada 25% responden memberikan antibiotik pada
anak dengan demam. Hal ini menunjukkan peningkatan penggunaan antibiotik
secara irasional juga terjadi pada anak. Fakta ini sangat perlu diperhatikan karena
prevelansi penggunaan antibiotik tertinggi didapat pada anak-anak. Sebuah studi
menunjukkan 62% orang tua anak mengharapkan dokter meresepkan antibiotik
dan hanya 7% yang tidak mengharapkan dokternya meresepkan antibiotik
(Edberg et al 1986).
Anak memiliki resiko efek merugikan yang lebih tinggi akibat infeksi
bakteri karena tiga faktor. Pertama, karena sistem imunitas anak yang belum
berfungsi secara sempurna, kedua, akibat pola tingkah laku anak yang lebih
banyak beresiko terpapar bakteri, dan ketiga, karena beberapa antibiotik yang
14

cocok digunakan pada dewasa belum tentu tepat jika diberikan kepada anak
karena absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat termasuk antibiotik
pada anak berbeda dengan dewasa, serta tingkat maturase organ yang berbeda
sehingga dapat terjadi perbedaan respon terapetik atau efek sampingnya.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dalam hal indikasi, maupun cara
pemberian dapat merugikan penderita dan dapat memudahkan terjadinya
resistensi terhadap antibiotik serta dapat menimbulkan efek samping. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah dosis obat yang tepat bagi anak-anak, cara
pemberian, indikasi, kepatuhan, jangka waktu yang tepat dan dengan
memperhatikan keadaan patofisiologi pasien secara tepat, diharapkan dapat
memperkecil efek samping yang akan terjadi (Edberg et al 1986).
6. Evaluasi penggunaan antibiotik
Evaluasi penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan pendekatan
retrospektif dengan mengambil data Rekam Medik. Pengkajian antibiotik yang
dilakukan meliputi jenis antibiotik, kesesuaian dosis dan frekuensi, serta lama
penggunaannya pada pasien pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap RSUD
Pandan Arang Boyolali.
7. Tatalaksana pengobatan
Upaya pengobatan merupakan salah satu bagian dari tatalaksana standar
pengobatan pneumonia yang disebabkan oleh virus atau bakteri, untuk penyakit
pneumonia biasanya tidak memungkinkan untuk menentukan penyebab spesifik
pneumonia dengan gambaran klinis ataupun penampilan sinar X. Penyakit
penenumonia dapat diklasifikasikan dengan pneumonia ringan atau pneumonia
berat. Terapi antibiotik harus diberikan pada pasien pneumonia ringan maupun
berat, terapi untuk pneumonia berat mungkin memerlukan terapi tambahan yang
mendukung, seperti oksigen yang harus diberikan dirumah sakit. Penatalaksanaan
pengobatan pneumonia dalam penelitian ini adalah International Childh Health,
Guideline Dipiro dapat dilihat pada lampiran
15

C. Rasionalitas
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011), penggunaan obat dikatakan
rasional jika memenuhi kriteria:
1. Tepat diognosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang
tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan
terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang
diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya.
2. Tepat indikasi penyakit
Setiap obat memiliki spaktrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya
diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya
dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri.
3. Tepat obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis
titegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang
memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum panyakit.
4. Tepat dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek
terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat ynag dengan
rentang terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi
yang diharapkan.
5. Tepat pasien
Ketepatan pasien serta penilaiannya mencakup pertimbangan apakah ada
kontraindikasi atau kondisi – kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian dosis
secara individual.
6. Tepat interval waktu pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis,
agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari
(misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang
16

harus dimunum 3x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum
dengan interval setiap 8 jam.
7. Tepat informasi obat
Iformasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting
dalam menunjang keberhasilan terapi,

D. Profil Rumah Sakit


1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah bagian dari integral dari keseluruhan system
kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan.
Sehingga pembangunan rumah sakit tidak lepas dari pembangunan kesehatan,
yakni harus sesuai dengan garis-garis besar haluan negara. Menurut beberapa ahli
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional yang
teroganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelanggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta
pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (Alamsyah 2011).
Rumah Sakit sebagai salah satu subsitem pelayanan kesehatan
menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan
kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan
medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan.
Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan
unit rawat inap. Dalam perkembangannya, pelayanan Rumah Sakit tidak terlepas
dari pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembanagn ini tercermin pada
perubahan fungsi klasik RS yang pada awalnya hanya memberikan pelayanan
yang bersifat penyembuhan (kuratif) terhadap pasien melalui rawat inap.
Pelayanan RS kemudian bergeser karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya
teknologi kedokteran, dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan RS saaat
ini tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan) tetapi juga bersifat pemulihan
(rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi
kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, sasaran
17

pelayanan kesehatan RS bukan hanya untuk individu pasien, tetapi juga


berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum (Muninjaya 2004).
2. Tugas dan fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna.
Untuk menjelaskan tugas rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelengaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang ilmu bidang kesehatan
(Anonim 2009).
3. Sejarah Rumah Sakit Pandan Arang
Rumah Sakit Boyolali merupakan Rumah Sakit milik Pemda Kabupaten
Boyolali yang didirikan pada tanggal 1 oktober 1961, dengan berdasarkan Perda
Kabupaten Boyolali No. 12/IV/DPRGR/BI/1961 tanggal 28 Maret 1961 dan mulai
berfungsi tanggal 1 Oktober 1961. Tanggal 12 November 1991 diberi nama
“RUMAH SAKIT UMUM PANDAN ARANG” berdasar surat keputusan Nomor
1346 tahun 1991. Berdasarkan surat Kepmenkes No. 009/G/MENKES/SK/1993
RSUD Pandan Arang Boyolali berstatus klasifikasi tipe C.
4. Visi, misi, motto, janji dan falsafah RSUD Pandan Arang
4.1 Visi. Terwujudnya Rumah Sakit Umum Pandan Arang Kabupaten
Boyolali sebagai pusat pelayanan dan rujukan kesehatan terbaik, ditunjang dengan
pelayanan professional dan familiar menjadi pilihan utama maasyarakat.
4.2 Misi. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu
kepada seluruh lapisan masyarakat melalui organisasi pembelajaran (Learning
18

organization), SDM professional, produktif dan berkotmitmen serta menejemen


mandiri, efektif dan efisien.
4.3 Motto.
a. Tekadku pelayanan terbaik
b. Pelayananku untuk kesembuhan
c. Pengabdianku untuk meringankan penderitaan
4.4 Janji. Kami melayani dengan hati nurani
4.5 Falsafa.
4.5.1 Terhadap pasien
a. Pasien adalah orang yang paling penting di RSUD Pandan Arang Boyolali.
b. Satu-satunya penyebab kami berada dalam kegiatan Rumah Sakit adalah
karena pasien kami.
c. Pasien bukanlah angka statistik semata, mereka memiliki emosi, perasaan, dan
kritisme seperti kami.
4.5.2 Terhadap karyawan. Karyawan yang dilatih dengan baik dan
memiliki motivasi tinggi merupakan faktor yang sangat penting dalam melayani
konsumen kami, oleh karena itu kami memilih, melatih, dan memberikan
penghargaan terhadap karyawan yang memprioritaskan kepuasan pasien.

E. Rekam Medik
1. Definisi
Rekam Medik menurut Surat Keputusan Jendral Pelayanan Medik
didefinisikan sebagai berkas yang berisikan dokumen tentang identitas,
pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang diberikan
kepada seorang penderita selama dirawat di rumah sakit, baik rawat jalan maupun
rawat inap. Rekam medik dikatakan lengkap jika data pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus, riwayat penyakit, data laboratorium dan pemeriksaan lain,
diagnosa dan penanganan medik lain-lain berhubungan dengan latar belakang
penyakit pasien (Siregar & Amalia 2003).
Data identifikasi dalam rekam medik pada umumnya terdapat pada lembar
penerimaan masuk rumah sakit yang mengandung informasi yang berkaitan
19

misalnya nomer rekam medik, nama, alamat, jenis kelamin, tanggal lahir, tempat
lahir, status perkawinan, keluarga, pekerjaan, nama dan alamat dokter, diagnosa
pada penerimaan, tanggal dan masuk rumah sakit, dan tempat dirumah sakit
(Siregar & Amalia 2003).
2. Fungsi
Fungsi rekam medik adalah (Siregar et al 2003). Digunakan sebagai dasar
perencanaan dan keberlanjutan perawatan penderita. Merupakan suatu sarana
komunikasi antara dokter dengan setiap profesional yang berkontribusi pada
perawatan penderita. Melengkapi bukti dokumen terjadinya atau penyebab
kesakitan penderita dan penanganan atau pengobatan selama rawat inap di rumah
sakit. Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan
yang diberikan kepada penderita. Membantu perlindungan kepentingan hukum
penderita, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab. Menyediakan data
untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan. Sebagai dasar perhitungan
biaya dengan menggunakan data dalam rekam medik, bagian keuangan dapat
menetapkan besarnya biaya pengobatan penderita.
3. Isi rekam medik
Rekam medik yang lengkap yaitu mencakup data identifikasi, sosiologis,
sejarah famili pribadi dan sejarah kesakitan yang diderita. Pemeriksaan lainnya
berupa pemeriksaan fisik, diagnosis sementara, diagnosis kerja, penanganan
medik atau bedah, patologi mikroskopi nyata dan kondisi pada waktu
pembebasan. Data laboratorium klinis, pemeriksaan sinar-X dan sebagainya
(Siregar & Amalia 2003).

F. Formularium Rumah Sakit


Formularium adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui oleh
Panitia farmasi dan Terapi untuk digunakan di RS pada batas waktu tertentu.
Formularium adalah dokumen yang selalu diperbaharui secara terus menerus,
yang berisi sediaan-sediaan obat yang terpilih dan informasi tambahan penting
lainnya yang merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir staf medik rumah sakit
(Depkes RI 2014).
20

Formularium rumah sakit merupakan daftar obat yang disepakati beserta


informasinya yang harus diterapkan di rumah sakit. Formularium rumah sakit
disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) / Komite Farmasi dan Terapi
(KFT) rumah sakit berdasarkan DOEN dan disempurnakan dengan
mempertimbangkan obat lain yang terbukti secara ilmiah dibutuhkan untuk
pelayanan di rumah sakit tersebut. Penyusunan Formularium Rumah Sakit juga
mengacu pada pedoman pengobatan yang berlaku. Penerapan Formularium
Rumah Sakit juga mengacu pada pedoman pengobatan yang berlaku. Penerapan
Formularium Rumah Sakit harus selalu dipantau. Hasil pemantauan dipakai untuk
pelaksanaan evaluasi dan revisi agar sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran (Depkes 2008).

G. Landasan Teori
Pneumonia adalah salah satu dari penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah akut. Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkiolus dan alveoli yang
dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus, dan parasit
(Jeremy 2007).

Penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, mycoplasma pneumonia,


jamur, aspirasi, pneumonia hypostatic, dan sindrom loeffler. Pneumonia karena
virus bias menerima infeksi primer atau komplikasi dari suatu virus, seperti
morbilli atau varicella (Nursalam et al 2008). Tujuan pneumonia adalah
menyembuhkan secara klinis, menurunkan morbiditas dengan tetap waspada
timbulnya toksisitas antara lain pada fungsi hati, jantung, ginjal dan organ lainnya
(Anonim 2005).
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi maupun bakteri
yang memiliki khasiat mematikan atau yang dapat menghambat pertumbuhan
kuman sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil (Tan & Raharja
2010).
Istilah penggunaan obat yang rasional mencakup kriteria seperti obat yang
benar; indikasi yang tepat, yaitu bahwa alasan penulisannya didasarkan pada
21

pertimbangan medik; obat yang tepat, berkaitan dengan manfaat, keamanan,


kesesuaian bagi penderita dan biaya; penderita yang tepat, yaitu tidak ada
kontraindikasi yang terjadi dan kemungkinan reaksi merugikan adalah minimal
(Siregar 2003).
Penelitian tentang evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia
anak sudah pernah dilakukan menurut penelitian Nuvia Dhiar Saputri Tahun 2013
“Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada pasien Pneumonia Pediatric di Instalasi
Rawat Inap RSUP „X‟ Tahun 2011‟‟ hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
pasien yang tepat indikas adalah 100%, tepat obat 23,52%, tepat pasien 98,03%, dan
tepat dosis sebesar 23,52%. Penelitian tentang penggunaan antibiotik pada
pengobatan pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang
Boyolali tahun 2016, berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam sampel,
tempat penelitian dan periode penelitian.
Metode penelitian penggunaan antibiotik pada pengobatan pneumonia
dilakukan dengan pendekatan dengan metode deskriptif. Pola penggunaan
antibiotik meliputi pola penggunaan antibiotik, kesesuaian penggunaan antibiotik
pada pengobatan pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Pandanaran Boyolali Tahun 2016.

H. Keterangan Empiris
Berdasarkan landasan teori, maka penelitian tentang penggunaan antibiotik
pada pengobatan pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang
Boyolali tahun 2016, maka keterangan empiris sebagai berikut:
1. Evaluasi penggunaan antibiotik pada pengobatan pneumonia anak di Instalasi
Rawat Inap RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 sudah rasional meliputi
tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan tepat pasien yang disesuaikan dengan
standar International Childh Health, Guideline Dipiro dan Formularium
Rumah Sakit.
2. Penggunaan antibiotik pada pengobatan pneumonia anak di Instalasi Rawat
Inap RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 sudah sesuai dengan standar
International Childh Health, Guideline Dipiro dan Formularium Rumah Sakit
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitan
Rencana Penelitian ini termasuk dalam jenis Non Eksperimental yaitu
Penelitian Deskriptif dengan pengumpulan data secara Retrospektif, sebab tidak
memberikan perlakuan pada subyek penelitian. Pengambilan data diambil secara
retrospektif dari instalasi rekam medik pada pasien Pneumonia anak di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali Tahun 2016.

B. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2015). Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien pneumonia anak yang tercantum dalam rekam
medik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali tahun 2016.
2. Sampel
Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan penelitian yang diambil dari
suatu populasi dan teliti secara rinci (Sugiyono 2015). Sampel dalam penelitian ini
adalah pasien pneumonia anak yang tercantum dalam rekam medik menggunakan
terapi antibiotik di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang Boyolali tahun
2016.
Sampel yang diambil harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
2.1 Kriteria inklusi. Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum
yang dapat diikut sertakan ke dalam penelitian. Yang termasuk dalam kriteria
inklusi adalah:
a. Pasien terdiagnosa pneumonia pada pasien anak < 14 tahun
b. Pasien yang mendapatkan perawatan > 3hari
c. Pasien yang mendapat terapi antibiotik data diambil dari rekam medik.

22
23

d. Pasien yang telah menyelesaikan pengobatan hingga dinyatakan sembuh oleh


dokter
2.2 Kriteria eksklusi. Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang
menyebabkan subyek tidak memenuhi kriteria inklusi sehingga tidak dapat diikut
sertakan dalam penelitian. Yang termasuk kriteria eksklusi meliputi:
a. Pasien dengan data rekam medik yang sudah rusak, tidak lengkap dan tidak
dapat dibaca
b. Pasien yang pulang paksa
c. Pasien yang meninggal

C. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di RSUD Pandan Arang Boyolali pengambilan
data yang sudah terjadi ditahun 2016 direkam medik di RSUD Pandan Arang
Boyolali.

D. Bahan dan Alat


1. Bahan
Bahan yang digunakan adalah rdata-data rekam medik (medical record)
pasien pneumonian rawat inap di Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali. Data yang
dicatat pada lembar pengumpulan data meliputi: nomor rekam medik, identitas
pasien (usia dan jenis kelamin), diagnosis, antibiotik untuk terapi pneumonia yang
diberikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal keluar rumah sakit, dan lama rawat
inap.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah formulir pengambilan data
yang dirancang sesuai dengan kebutuhan penelitian, seperti alat tulis untuk
mencatat.
24

E. Variabel Penelitian
1. Variabel utama
Variabel penelitian ini adalah peresepan antibiotik pada paien pneumonia
anak di RSUD Pandan Arang tahun 2016, maka pada penelitian ini digunaka satu
variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel bebas adalah variabel yang
menjadi sebab terjadinya variabel tergantung, sedangkan variabel tergantung
adalah variabel yang dipengaruhi nilainya oleh variabel bebas.
2. Variabel bebas
Dalam penelitian ini adalah peresepan antibiotik pada pasien pneumonia
anak di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tahun 2016.
3. Variabel tergantung
Kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia anak di RSUD
Panda Arang Boyolali tahun 2016 dengan penatalaksanaan pneumonia
berdasarkan standar pengobatan. Kesesuaian dengan menggunakan
penatalaksanaan pneumonia menurut standar pengobatan dilihat dari ketetapan
pemilihan antibiotik, ketetapan dosis antibiotik, dan lama penggunaan antibiotik
yang diberikan.

F. Definisi Oprasional
1. Pneumonia adalah infeksi pernafasan bawah akut berupa peradangan pada
paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan
senyawa kimia dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat yang ada
di bronkiolus respiratorius dan alveoli.
2. Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit pneumonia
pada pasien anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang Boyolali tahun
2016.
3. Pasien pneumonia adalah paien yang memiliki umur 0-14 tahun dan terdapat
diagnosa pneumonia yang dirawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali
tahun 2016
4. Formularium Rumah Sakit adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui
oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di RS pada batas waktu
tertentu.
25

5. Tepat indikasi adalah dimana pemberian obat dengan indikasi yang benar dan
sesuai diagnosa dokter.
6. Tepat obat adalah kesesuaian anibiotik yang diberikan kepada pasien setelah
dilakukan diagnosis oleh dokter dengan mempertimbangkan keefektifan,
keamanan, dan kecocokan obat dan harga bagi pasien.
7. Tepat dosis adalah kesesuaian pemberian dosis antibiotik sehingga tercapainya
terapi yang diinginkan pada pasien pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap
RSUD Pandan Arang Boyolali.
8. Tepat pasien menunjukkan tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan
terjadinya efek samping sangat kecil pada pasien anak di Instalasi Rawat Inap
RSUD Pandan Arang Boyolali
9. Rumah Sakit Umum Daerah adalah tempat pelayanan kesehatan yang
berfungsi untuk melayani semua bentuk pelayanan kesehatan baik berupa
pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi termasuk pelayanan terhadap pasien
pediatri dengan diagnosis penyakit pneumonia anak di RSUD Pandan Arang
Boyolali.
26

G. Jalannya Penelitian
Jalannya penelitian evaluasi penggunaan antibiotik pasien anak di RSUD
Pandan Arang Boyolali dapat dilihat dari skema penelitian berikut :

Pengajuan judul proposal kepada dosen dosen pembimbing


skripsi Universitas Setia Budi Surakarta

Pengurusan administrasi :
1. Pengajuan izin proposal
2. Pengajuan izin penelitian

Pengajuan izin RSUD Pandan Arang Boyolali

 Pelaksanaan penelitian : pelacakan data nomer rekam medik


yang sesuai dengan diagnosa dan kriteria yang sesuai
 Pengambilan data dari rekam medik penelitian

Analis data

Hasil dan Pembahasasn

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1. Jalannya penelitian

H. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif yaitu non
eksperimental dan kemudiaan diolah, untuk mengetahui rasionalitas penggunaan
antibiotik pada pasien pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan
Arang Boyolali tahun 2016 dan hasil dievaluasi rasionalitasnya berdasarkan
standar standar pengobatan sehingga persentase rasionalitas penggunaan antibiotik
di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 dapat diketahui.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan evaluasi penggunaan antibiotik pada


pengobatan pneumonia anak diinstalasi rawat inap RSUD Pandan Arang
Boyolalai Tahun 2016. Dalam penelitian ini terdapat 50 kasus pasien anak dengan
penyakit pneumonia di RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2016 yang sesuai
dengan kriteria inklusi sebagai sampel. Data yang didapat dalam penelitian ini
adalah data dari rekam medik yang diambil dari data tentang jenis kelamin, umur
pasien, berat badan pasien, nama antibiotik, frekuensi antibiotik dan dosis.

A. Distribusi Pasien
Distribusi pasien dengan penyakit pneumonia anak di di RSUD Pandan Arang
Boyolali tahun 2016 berdasarkan distribusi : jenis kelamin, umur, lama inap dan
terapi antibiotik yang digunakan.

1. Distribusi pasien berdasarkan dengan jenis kelamin


Pengelompokan distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin bertujuan
untuk mengetahui jenis kelamin mana yang paling banyak terjadi kasus
pneumonia, seperti yang terlihat pada table 3.
Tabel 3. Distribusi pasien pneumonia anak di RSUD Pandan Arang Boyolalai Tahun 2016
berdasarkan jenis kelamin.
No. Jenis kelamin Jumlah pasien Persentase (%)
1. Laki – laki 30 60 %
2. Perempuan 20 40 %
Jumlah 50 100 %

Sumber : data sekunder (yang telah diolah)


Tabel 3 berdasarkan distribusi jenis kelamin di RSUD Pandan Arang
Boyolali tahun 2016 di dapat hasil 30 pasien laki – laki (60% ) dan 20 pasien
perempuan (40%), dari tabel 3 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan angka yang
tidak begitu jauh mengenai kejadian pneumonia anak pada laki – laki dan
perempuan (Lampiran 5). Penelitian ini dapat menunjukan bahwa anak laki – laki
lebih banyak menderita pneumonia dibandingkan dengan anak perempuan

27
28

dikarenakan anak laki – laki memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah di
bandingkan dengan daya tahan tubuh anak prempuan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lilik di RSUD. Dr Moewardi
Surakarta pada tahun 2013 menunjukan bahwa jumlah pasien anak laki – laki
lebih besar dari pada perempuan, yaitu sebanyak 53,01% laki – laki dan 46,98%
pada pasien perempuan. Hasil penelitian ini diperkuat dengan Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa pasien pneumonia sebagian
besar berjenis kelamin laki – laki (Anonim 2012).
Pneumonia lebih sering terjadi pada pasien anak laki – laki yang berusia
kurang dari 6 tahun. Hal ini mungkin berkaitan dengan respon pada anak, karena
secara sistem biologis pertahanan tubuh anak laki – laki dan anak perempuan
berbeda. Organ paru pada anak perempuan memiliki daya hambat aliran udara
yang lebih rendah dan daya hantar yang lebih tinggi sehingga sirkulasi udara
dalam rongga pernapasan lebih lancar dan paru terlindung dari infeksi patogen
(Uekert et al 2006).
Meskipun secara keseluruhan dinegara yang sedang berkembang seperti
Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak peneliti yang
menyatakan ada perbedaan prevalensi penyakit peneumonia terhadap jenis
kelamin tertentu.
2. Distribusi pasien berdasarkan umur
Pasien juga dikelompokan berdasarkan umur, ini bertujuan untuk
mengetahui prevalensi penyakit pneumonia anak. Pengelompokan distribusi
pasien berdasarkan data rekam medik, RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016,
seperti yang terlihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi pasien pneumonia anak di RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2016
berdasarkan umur
No Umur Jumlah pasien Persentase (%)
1. 0 – 6 hari 0 pasien 0%
2. 7 – 28 hari 0 pasien 0%
3. 28 - < 1 tahun 9 pasien 18 %
4. 1 – 4 tahun 35 pasien 70 %
5. 5 – 14 tahun 6 pasien 12 %
Total 50 pasien 100 %
Sumber : data sekunder (yang telah diolah)
29

Tabel 4 terlihat gambaran tentang pengobatan pasien pneumonia anak


yang dapat diklasifikasikan berdasarkan umur 1 – 4 tahun adalah umur yang
paling banyak terserang pneumonia yaitu 35 pasien (70%), umur 28 - <1 tahun
adalah umur kedua yang di serang penyakit pneumonia yaitu 9 pasien ( 18%) dan
umur 5 – 14 tahun = 6 pasien (12%). Anak – anak adalah kelompok umur yang
paling banyak terserang penyakit pneumonia. , penelitian ini membuktikan bahwa
penyakit pneumonia banyak menyerang pasien anak – anak karena pertahanan
tubuh anak masih lemah (Lampiran 6).
Anak dengan kelompok usia kurang dari lima tahun rentan mengalami
pneumonia berat dengan gejala batuk sukar bernapas. Sistem kekebalan tubuh
anak pada usia tersebut juga sangat rentan sehingga mudah terinfeksi oleh
penyakit yang ditularkan melalui udara (Misnadiarly 2008).
3. Distribusi pasien berdasarkan lama inap (LOS)
Pengelompokan distribusi pasien berdasarkan lama rawat inap bertujuan
untuk mengetahui berapa lama rata – rata rawat inap tiap pasien di Rawat Inap
RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016, seperti yang terlihat pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi pasien pneumonia anak di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016
berdasarkan lama Rawat inap.
No Hari inap (LOS) Jumlah pasien Persentase (%)
1 3 1 2%
2 4 9 18 %
3 5 16 32 %
4 6 6 12 %
5 7 8 16 %
6 8 3 6%
7 9 5 10 %
8 10 1 2%
9 15 1 2%
Total 50 100 %
Sumber : data sekunder ( yang telah diolah )

Tabel 5 menunjukan lama rawat inap pasien pneumonia anak di RSUD


Pandan Arang Boyolali tahun 2016 yang tidak kurang dari 3 hari, sehingga semua
data rekam medik pasien pneumonia tersebut memenuhi kriteria inklusi.
Prevalensi rawat inap tertinggi adalah selama 5 hari sebanyak 16 kasus dengan
persentase 32% dan tertinggi kedua yaitu 4 hari sebanyak 9 kasus dengan
30

persentase 18% (Lampiran 7). Pasien yang diperbolehkan pulang dari rumah sakit
karena kondisi pasien sudah sembuh atau melakukan rawat jalan dan dapat
meneruskan terapi lanjutan dirumah karena sudah merasa lebih baik atau sembuh.
4. Distribusi pasien pneumonia berdasarkan antibiotik yang digunakan
Pengelompokan distribusi pasien berdasarkan antibiotik yang digunakan
bertujuan untuk mengetahui jenis antibiotik yang paling banyak diresepkan dan
digunakan oleh pasien pneumonia anak di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun
2016 dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi pasien pneumonia berdasarkan penggunaan antibiotik di RSUD Pandan
Arang Boyolali Tahun 2016.
No Golonggan antibiotik Nama antibiotik Jumlah Persentase (%)
(Ab)
1. Sefalosforin Cefotaxime 47 72,3 %
2 Sefalosforin Cefixime 14 21,5 %
3 Penisilin Ampisilin 4 6,2 %
Jumlah 65 100 %
Sumber : data skunder (yang telah diolah)
Tabel 6 berdasarkan data yang diperoleh terdapat 3 jenis antibiotik yang
paling banyak diresepkan pada pasien pneumonia anak di RSUD Pandan Arang
Boyolalai tahun 2016. Cefotaxime = 47 (72,3%), cefixime = 14 (21,5%) dan
ampisilin = 4 (6,2%) merupakan salah satu antibiotik yang paling banyak
digunakan di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 dibandingkan dengan
jenis antibiotik yang lain. Antibiotik yang paling banyak dipakai berasal dari
golongan, sefalosforin (cefotaxime, cefixime), golongan penisilin (Ampisilin).
Sefalosforin (cefotaximem, cefixime) adalah golongan antibiotik yang paling
banyak digunakan, sedangkan dari golongan penisilin hanya ampisilin saja yang
digunakan di RSUD Pandan Arang Boyolali (Lampiran 8).
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011) pemilihan jenis antibiotik di
rumah sakit didasarkan pada pedoman penggunaan antibiotik, pedoman diagnosis,
serta formularium rumah sakit rumah sakit yang disahkan oleh direktur rumah
sakit. Selain itu klinisi memerlukan guideline terapi antibiotika yang dapat
digunakan sebagai terapi empiris di rumah sakit (Utami 2012).
31

B. Kesesuaian penggunaan antibiotik


Dari data penelitian yang telah dikumpulkan akan di analisis tentang
kesesuaian penggunaan antibiotik untuk terapi pasien pneumonia anak di RSUD
Pandan Arang Boyolali tahun 2016 yang disesuaikan dengan standar pengobatan
yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini adalah Formularium
rumah sakit, guideline Dipiro dan International Child Health. Dalam penelitian ini
tidak digunakan Standar Pelayanan Medis (SPM) karena terkait dengan perijinan
dari pihak rumah sakit yang belum bisa memberikan ijin digunakan sebagai
pembanding dalam penelitian.
1. Kesesuian dengan formularium rumah sakit.
Kesesuaian penggunaan antibiotik yang digunakan untuk terapai pasien
pneumonia anak di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 dengan
formularium RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 7. Kesesuaian antibiotik dengan formularium di RSUD Pandan Arang Boyolali
tahun 2016.
Ada dalam Formularium
No Nama antibiotik
Ya Tidak
1. Cefatoxime √ -
2. Cefixime √ -
3. Ampisilin √ -
Total 3 0
Sumber : data skunder (yang telah diolah)

Tabel 7 di atas dapat disimpulkan bahwa kesesuaian antibiotik yang


digunakan untuk pasien pneumonia anak di RSUD Pandan Arang Boyolali pada
tahun 2016 dengan formularium RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 sangat
sesuai. Artinya semua obat antibiotik yang telah digunakan di rumah sakit ada
pada formularium.
2. Kesesuaian dengan penatalaksanaan pneumonia menurut literatur.
Total data keseluruhan penggunaan antibiotik yang digunakan untuk 50
pasien pneumonia anak ada 65 terapi antibiotik yang akan dilihat kesesuaianya
dengan penatalaksanaan menurut literatur International Child Health, Dipiro
edisi 9.
32

Tabel 8. Kesesuaian antibiotik dari segi jenis, dosis dan bentuk sediaan masing – masing
antibiotik yang digunakan pasien pneumonia anak di Rawat Inap RSUD Pandan
Arang Boyolali tahun 2016 berdasarkan literatur.
Jumlah kesesuaian berdasarkan
No Nama Obat Golongan Obat resep Total
Sesuai Tidak Sesuai
1. Cefotaxime Sefalospforin 47 0 47
Persentase 100 0 100
2. Cefixime Sefalospforin 0 14 14
Persentase 0 100 100
3. Ampisislin Penisislin 4 0 4
Persentase 56 44 100
Sumber : data skunder (yang telah diolah)
Literatur: guideline International Child Health, Dipiro edisi 9

Tabel 8 Data penelitian yang telah dilakukan pemberian antibiotik yang


telah dibandingkan dengan literatur berdasarkan jenis, dosis, dan bentuk sediaan
dari masing – masing antibiotik secara keseluruhan terdapat antibiotik yang tidak
sesuai 100%. Antibiotik yang tidak sesuai adalah cefixime, dalam literatur untuk
penggunaan antibiotik golongan sefalosforin hanya menyarankan penggunaan
cefotaxime sehingga cefixime tidak dapat dibandingkan. Hal ini mungkin
dikarenakan peresepan dokter yang mengacu dan di dasarkan hanya pada
ketentuan Formularium Rumah Sakit tanpa membandingkan dengan literatur lain.
Obat antibiotik yang sering digunakan yaitu Cefotaxime, terapi ini telah
sesuai dengan prosedur terapi pada International Child Health dan guideline
dipiro edisi 9. Terapi antibiotik yang juga diberikan yaitu cefixime dan ampisilin,
namun cefixime adalah antibiotik yang tidak ada dalam prosedur penatalaksanaan
pneumonia International Child Health dan guideline dipiro edisi 9, namun ketiga
antibiotik tersebut memiliki efek yang bisa digunakan dalam terapi pneumonia.
Sehingga dari penelitian yang telah dilakukan terdapat 3 antibiotik yang
digunakan untuk penyakit pneumonia anak.
Cefotaxime adalah antibiotik golongan sefalosforin generasi ketiga dan
memiliki sifat bakterisidal. Dosis antibiotik cefotaxime aktif terhadap gram
negatif seperti E.coli, H influenzae, Klebsiella sp, Proteus sp (indole positif dan
negatif), serattia sp, Neissarea sp, dan Bacteroides sp. Bakteri gram positif yang
pekaantara lain: Staphylococci, Streptococci aerob serta anaerob, Streptococcus
33

pneumoniae, dan Clostridium sp. Efek samping Cefotaxime adalah


trombositopenia, eosinofilia, leukopenia yang bersifat sementara, reaksi
hipersensitif, efek pada saluran pencernaan dan superinfeksi.
Cefixime juga termasuk golongan sefalosforin generasi ketiga yang
bersifat bakterisid dan berspektrum luas terhadap mikroorganisme gram positif
dan gram negatif, seperti antibiotik golongan sefalosforin oral yang lain, cefixime
sendiri memiliki aktivitas yang poten terhadap mikroorganisme gram positif dan
gram negatif seperti Steptococcus sp, Streptococcus pneumoniae, dan gram
negatif seperti Branhamella catarrhalis, Escherichia coli, Proteus sp,
Haemaphilus influenza. Mekanisme kerja cefixime yaitu menghambat mekanisme
dinding sel. Efek samping dari cefixime adalah diare dan keluhan saluran cerna
lainnya, sakit kepala dan pusing. Cefixime diberikan kepada pasien pneumonia
yang resisten terhadap pnisislin.
Ampisislin merupakan antibiotik golonan penisilin diberikan sebagai lini
pertama untuk terapi pneumonia. Ampisilin termasuk golongan penisilin
semisintetik yang berasal dari inti penisilin yaitu asam 6-amino penisilanat (6-
APA) dan merupakan antibiotik dengan spektrum luas yang bersifat bakterisid,
secara klinis efektif terhadap kuman gram-positif yang peka terhadap penisislin G
dan gram negatif lainnya antara lain:
a. Kuman gram-negatif seperti Gonokokus, H. Influenza, dan beberapa jenis
E. Coli, Shigella, Salmonella dan P. Mirabilis.
b. Kuman gram-positif seperti S pneumonia, Entrokokkus dan Safilokokus yang
tidak menghasilkan penisilinase.
Efek samping dari penggunaan antibiotik ampisilin yaitu gangguan pada
saluran cerna seperti mual, muntah, stomatitis, entrokolitis, kolitis
pseudomembran. Pasien yang diobati dengan penisislina dapat timbul reaksi
hipersensitif, seperti eritema multifrom.
34

C. Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik


Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotika dilakukan terhadap 50 data
rekam medik pasien pneumonia anak yang dirawat inap di RSUD Pandan Arang
Boyolali tahun 2016. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan
pengobatan menjadi kurang efektif dan terjadinya resistensi. Penggunaa obat yang
rasional yaitu jika memenuhi kriteria tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan
tepat dosis.
1. Tepat Indikasi.
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Misalnya antibiotik
diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya
dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri. Pengobatan
dikatakan sudah tepat indikasi apabila antibiotik yang diberikan berdasarkan
diagnosis pneumonia. Tepat indikasi pada penelitian ini adalah penggunaan
antibiotik berdasarkan adanya indikasi infeksi pneumonia
Tabel 9. Evaluasi ketepatan indikasi penggunaan antibiotika pada pasien pneumonia anak
dirawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016.
No Hasil Jumlah Resep %
1. Tepat Indikasi 65 65
2. Tidak Tepat Indikasi 0 0
Total 65 100
Sumber: data rekam medik RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016
Literatur: guideline International Child Health, Dipiro edisi 9.

Tabel 9 diketahui dari penelitian bahwa sebanyak 65 resep yaitu dengan


persentase 100% sudah tepat indikas. Antibiotik yang digunakan adalah
cefotaxime, cefixime, ampisilin. Antibiotik cefixime adalah golongan sefalosforin
yang menurut literatur golongan sefalosforin dapat digunakan untuk terapi
pengobatan pneumonia. Cefixime adalah antibiotik yang tidak ada dalam literatur
dosis dan bentuk sediaannya untuk pasien pneumonia, namun cefixime sendiri
dapat digunakan dalam terapi pneumonia karena mekanisme kerja cefixime yang
dapat menghambat mekanisme dinding sel. Sehingga semua antibiotik yang
digunakan pada pasien pneumonia di instalasi rawat inap RSUD Pandan Arang
Boyolali tahun 2016 yaitu 100% tepat indikasi. ( lampiran 9).
2. Tepat dosis.
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek
terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat ynag dengan
35

rentang terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi
yang diharapkan.
Tabel 10. Evaluasi ketepatan dosis penggunaan antibiotika pada pasien pneumonia anak
dirawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016.
No Hasil Jumlah resep Persentase (%)
1 Tepat dosis 50 77
2 Tidak tepat dosis 15 23
Total 65 100
Sumber: data rekam medik RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016
Literatur: guideline International Child Health, Dipiro edisi 9.

Tabel 10 menjelaskan bahwa ketidak tepatan dosis dalam penggunaan


antibiotik di instalasi rawat inap RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016,
diketahui bahwa sebanyak 15 resep yaitu 23% dinyatakan tidak tepat dosis di
antaranya penggunaan antibiotik cefixime. sedangkan pasien yang mendapat dosis
secara tepat sebanyak 50 resep dengan persentase sebesar 77% (Lampiran 10).
Penggunaan cefixime dalam formularium rumah sakit RSUD Pandan
Arang memang digunakan sebagai antibakteri, tetapi pada formularium rumah
sakit tersebut tidak spesifik menyebutkan antibiotik – antibiotik mana saja yang
dapat digunakan sebagai terapi untuk mengobati pasien pneumonia. Begitu pula
untuk dosis antibiotik yang tercantum dalam formularium, tidak spesifik
digunakan untuk usia berapa tahun dan berapa lama penggunaan antibiotik
tersebut. Sehingga peresepan dokter bisa saja hanya berdasarkan formularium
rumah sakit atau hanya berdasarkan terapi empiris tanpa berdasarkan literatur lain
dimana menurut guideline International Child Health, Dipiro edisi 9 untuk
penggunaan cefixime tidak tercantum sebagai terapi pengobatan pneumonia.
Kemudian untuk penggunaan cefotaxime terdapat penggunaan yang tidak sesuai
setelah dibandingkan dengan literatur.
3. Tepat obat.
Tepat obat adalah pemilihan obat yang harus mempunyai efek terapi
sesuai dengan penyakitnya, dengan mempertimbangkan keefektifan, keamanan,
kecocokan obat bagi pasien, serta ada dalam daftar pengobatan yang telah
direkomendasikan.
36

Tabel 11. Evaluasi ketepatan obat penggunaan antibiotika pada pasien pneumonia anak
dirawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016.
No Hasil Jumlah Resep Persentase (%)
1. Tepat Obat 51 78
2. Tidak Tepat Obat 14 22
Total 65 100
Sumber: data sekunder (yang telah diolah)
Literatur: guideline International Child Health, Dipiro edisi 9.

Tabel 11 diketahui sebanyak 51 resep yaitu 78% dari total 65 resep


dikatakan tepat obat, sedangkan resep yang dikatakan tidak tepat obat sebanyak
14 resep dengan persentase 22% (Lampiran 11). Hal ini disebabkan pasien
pneumonia anak yang dirawat di instalasi rawat inap RSUD Pandan Arang
Boyolali tidak diklasifikasikan kedalam pneumonia ringan atau berat.
4. Tepat pasien.
Ketepatan pasien serta penilaiannya mencakup pertimbangan apakah ada
kontraindikasi atau adakah kondisi-kondisi khusus yang
memerlukan penyesuaian dosis secara individual.
Tabel 12. Evaluasi ketepatan pasien penggunaan antibiotika pada pasien pneumonia anak
dirawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016.
No Hasil Jumlah Resep Persentase (%)
1. Tepat Pasien 50 100
2. Tidak Tepat Pasien 0 0
Total 50 100
Sumber: data rekam medik RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016.

Tabel 12 menunjukan bahwa dari 50 pasien yaitu sebanyak 100% pasien


pneumonia di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 dikatakan tepat pasien
berdasarkan dengan diagnosis dokter dan hasil skintest yang dilakukan. Antibiotik
yang diberikan yaitu golongan sefalosforin, cefotoxime tidak menimbulkan
hipersensitifitas terhadap sefalosforin pada pasien (Lampiran 12).
Dari penelitian ada 4 kesuaian yang dapat dilihat untuk penggunaan
antibiotik pada pasien anak pneumonia di RSUD Pandan Arang Boyoalai dengan
penatalaksanaan pneumonia anak yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien,
tepat dosis. Hasil dari evaluasi ketepatan pasien penggunaan antibiotik di RSUD
Pandan Arang Boyolali tahun 2016 yang rasional berdasarkan kriteria tepat
indikasi 78%, tepat pasien 100%, tepat obat 78% , tepat dosis 77%.
37

Penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang penggunaan antibiotik pada


penderita pneumonia anak mendapat hasil yang menunjukkan bahwa penderita
pneumonia yang di rawat inap RSUP “X” tahun 2011 secara keseluruhan
mendapat pengobatan dengan antibiotik, yaitu ampisilin, amoksisilin, cefotaksim,
cefriakson, gentamisin, cefepime, ciprofliksasin, dan kombinasi ampisilin dengan
kloramfenikol (nuvia 2013). Hasil penelitian ini, pasien pneumonia anak di RSUD
Pandan Arang Boyolali tahun 2016 secara keseluruhan juga mendapat pengobatan
dengan antibiotik, yaitu cefotaxime, cefixime, ampisilin. Terapi antibiotik yang
dapat digunakan berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya
(Ostapchuk, et al., 2004).

D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dari penelitian ini adalah susahnya mendapatkan padoman
penatalaksanaan pneumonia dari Departemen Kesehatan Repiblik Indonesia,
sehingga penelitian ini tidak dapat membandingkan kesesuaian penggunaan
antibiotik yang diresepkan dengan Standar Pelayanan Medik di RSUD Pandan
Arang Boyolali.
Kendala lain dari penelitian ini yaitu mengumpulkan data dari catatan
rekam medik secara retrospektif, artinya peneliti mengambil data dari rekam
medik yang sudah ada. Sehingga peneliti tidak dapat pengetahui keadaan pasien
pneumonia anak yang sebenarnya. Dalam pengambilan data secara retrospektif
kita tidak dapat mengetahui ketika pasien mengalami masalah dalam pengobatan,
misalnya pada peresepan kita tidak dapat mengetahui adanya riwayat alergi pasien
yang sedang berlangsung, adakah ketidakpatuhan cara minum obat, dan apakah
sama kondisi pasien dengan terapi antibiotik yang diresepkan. Kondisi pasien
merupakan pertimbangan dokter dalam mendiagnosa dan memberikan terapi.
Kendala saat melakukan penelitian adalah saat peneliti mulai menelusuri
buku catatan rekam medik, dimana kendala sulitnya membaca resep/tulisan yang
ada dalam buku rekam medik tersebut dan tidak lengkapnya data diri pasien
terkait dengan hasil laboratorium dan gejala pasien. .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Evaluasi penggunaan antibiotik pada pengobatan pneumonia anak di Instalasi
Rawat Inap RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 sudah rasional yang
meliputi tepat pasien sebanyak 100%, tepat indikasi 100%, tepat dosis 77%,
tepat obat 78%.
2. Penggunaan antibiotik pada pengobatan pneumonia anak di Instalasi Rawat
Inap RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016 sudah sesuai dengan standar
International Childh Health, Guideline Dipiro dan Formularium Rumah Sakit.

B. Saran
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan dapat disampaikan saran
sebagai berikut
1. Pentingnya pemilihan pengobatan antibiotik yang tepat untuk anak.
2. Perlunya kerjasama yang baik antara dokter dan apoteker guna mencegah
terjadinya pengobatan yang tidak rasional melalui beberapa usaha diantaranya
dengan melakukan MESO (Monitoring Efek Samping Obat).
3. Pentingnya komunikasi dan kerjasama antara tenaga medis sehingga tercapai
pengobatan yang tepat.
4. Perlu adanya perbaikan dan kejelasan dalam pencatatan rekam medik pasien
sehingga memudahkan peneliti serupa yang mengambil data dari rekam medik
rumah sakit tersebut.

38
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul, 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Gramik
Fakultas Kedokteran Indonesia Universitas Air Langga, Surabaya.

Alamsyah D. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Anonim, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Nafas.


Departemen kesehatan RI. Jakarta.
Anonim, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 44 tahun 2009
Tentang Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2014, Penggunaan Antibiotik Secara Bijak Dalam Peningkatan
Penggunaan Obat Rasional, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dahlan, Z. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Volume ke-2. Ed ke-3. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
[Depertemen Kesehatan RI]. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia.
Badan POM RI. Gramedia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan


Indonesia2014. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dipiro, JT. 2015. Infectious Diseasses. In: BG wells, JT Dipiro, TL


Schwinghammer, dipiro CV, Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach, Ed 9, New York: Mc Graw-Hill Companies 1998.hlm 410 –
417.
Edberg & Stephen, C.1986.Antibiotik dan Infeksi, Jakarta: EGC.
Glover, M. L., Reed, M.D., 2005, Lower Respiratory Tract Infections, In Dipiro,
J. t., Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition,
McGraw Hill Companies, New York.
Hariadi, S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu
penyakit paru FK Unair RSUD Dr. Soetomo Surabaya
International worid child healt. 2013. Pocket Book Of Hospital Care For Children
Guidelines For The Management Of Common Childhood Illnesses, Secon
Edition. Hal 75-90.

39
40

Jeremy PT. 2007. At Glance Sistem Respiras. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Medical Series. Hal 76-77.
[Kementrian Kesehatan RI]. 2011. Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
[Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman pelayanan
kefarmasian untuk terapi antibiotik. Jakarta.
Kementrian Kesehatan. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/MENKES/PER/2011. Tentang Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotik. Jakarta: kementrian kesehatan
Masjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. 2000. Kapita Selekta
kedokteran, jilid 2 Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
[MENKES RI] Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/2011.
Padoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta: MENKES RI
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut Edisi 1. Pustaka Obor Populer, Jakarta.

Muninjaya AA. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.

Nelson. 1995. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 2 Edisi 3. Penerbit Buku


Kedokteran. EGC. Jakarta.
Nuroh latifah 2013. Pola Penggunaan Antibiotik Untuk Pneumonia Pada Pasien
Pediatrik di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada Priode
Januari 2009- Desember 2011.Surakarta.
Nuvia Dhiar Saputri 2013. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Pneumonia Pediatrik di instalasi rawat inap RSUP „„X” Tahun 2011.
Surakarta.
Nursalam, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dan Anak. Jakarta: Salemba.
Ostapchuk, M., Robert, D., & Haddy R., 2004, Community Acquired Pneumonia
in Infants and Children, http://www.aafp.org/afp/2004/0901/p899.pdf
(diakses tanggal 2 januari 2012).
[PDPI] Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003. Pneumonia Komuniti.
Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Paru Indonesia. Hal 2-15.
Rahajoe, Nastiti N, Bambang S, Drmawan S. Buku Ajar Respirologi Anak. Ed. 1.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI 2010.
41

Siregar CJP, Amalia L. 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori & Penerapan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Supandi PZ. 1992. Pulmonologi Klinik. Jakarta: Bagian Pulmonologo FKUI. Hal
87-91.

Sugiyono. 2015. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung: CV.


Alfabeta Bandung.

Tan HT, Rahardja K. 2010. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia
Uekert, S. J., G. Akan, M. Evans, Z. Li, K. Roberg, C. Tisler, D. DaSilva, E.
Anderson, R. Gangnon, D. B. Allen, J. E. Gern, R. F. Lemanske. 2006.
Sex-Related Differences in Immune Development and The Expression of
Atopy in Early Childhood. J Allergy Clin Immunol 118; 6: 1375-1381.
Utami ER. 2012. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Saintis: 1:124 –
138.

UNICEF, 2006. Pneumonia The Forgetten Killer of Children.


http://www.unicef.org/publications/files/pneumonia_theforgetten_killer_of
children.pdf

Waluyo L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah


Malang Press. Hal: 140-143.
Weber M, Handy F. 2010. Buletin. Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita.
Jakarta; Kementrian Kesehatan RI. Hal 1-11.
Widjojo, Parno, Khairuddin, 2008. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
Pada Khasus Pneumonia yang dirawat pada bangsal penyakit dalam di
RSUD DR. Kariadi Semarang Tahun 2008. Semarang.
[WHO] World Health Organization. 2005. Pocket book of hospitalmcar for
children: guidelines for the management of common illness with limited
resources. WHO Press. P. 72-3.
WHO. 2010. Retional use of medicine http: //www.who. int/ medicines
/rational_use /areas /en.
42

LAMPIRAN
43

Lampiran 1. Surat ijin penelitian


44

Lampiran 2. Surat ijin jawaban penelitian


45

Lampiran 3. Surat pengantar ijin penelitian


46

Lampiran 4. Data sampel yang dimasukan kedalam tabel ceklist


Ceklist penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia anak di RSUD Pandan
Arang Boyolali tahun 2016.

Umur BB LOS TP
No No. RM JK Obat Dosis TO TD TI
(th) (Kg) (hari)

1 16507339 L 1 3,9 Cefotaxime 1 75mg/8jam 8 √ √ √ √


Cefixime 2x30mg X X X
2 16510337 L 2 7,5 Ampisilin 250mg/8jam 6 √ √ √ √

3 16510898 L 2 10,5 Cefotaxime 350mg/ 8jam 4 √ √ √ √

4 16511388 P 1 5 Cefotaxime 300mg/8jam 5 √ √ √ √


cefixime 2x30mg X X X
5 16512706 P 1 6 Cefotaxime 300mg/8jam 6 √ √ √ √
Cefixime 2x30mg √ √ X
6 16512779 L 1 7,2 Cefotaxime 300mg/8jam 7 √ √ √ √
Cefixime 2x40mg X X X
7 15492962 L 1 8,5 Ampisilin 150mg/ 6 jam 5 √ √ √ √

8 16512943 L 1 6 Cefotaxime 300mg/8jam 7 √ √ √ √


Cefixime 2x35mg X X X
9 16507040 L 0 4 Cefotaxime 200mg/8jam 4 √ √ √ √
10 16513530 P 2 7 Cefotaxime 200mg/8jam 5 √ √ √ √
11 15480079 L 5 20 Ceoftaxime 750mg/8jam 7 √ √ √ √
Cefixime 2x35mg X X X
12 16513953 L 1 9 Cefotaxime 250mg/8jam 5 √ √ √ √

13 16514006 P 1 8 Cefotaxime 300mg/8jam 5 √ √ √ √


14 16514334 L 2 5 Cefotaxime 250mg/8jam 5 √ √ √ √
15 16516551 P 1 9 Cefotaxime 300mg/8jam 5 √ √ √ √
16 16516600 L 2,5 9 Cefotaxime 300mg/8jam 4 √ √ √ √
17 16516813 P 5 12,5 Cefotaxime 500mg/8jam 5 √ √ √ √
Cefixime 2x 30 mg X X X
18 16517382 L 2 11 Cefotaxime 300mg/8jam 4 √ √ √ √
19 15501180 P 1 8 Cefotaxime 250 mg/8jam 5 √ √ √ √
20 16518155 L 0 3,7 Cefotaxime 150mg/8jam 15 √ √ √ √
21 15487707 P 2 10 Cefotaxime 350mg/8jam 4 √ √ √ √
22 16514006 P 1 8,7 Cefotaxime 300mg/8jam 5 √ √ √ √
23 16518541 L 6 12 Cefotaxime 500mg/8jam 4 √ √ √ √
24 16518707 P 0 4 Cefotaxime 200mg/8jam 9 √ √ √ √
25 16510542 L 1 8 Cefotaxime 300mg/8jam 4 √ √ √ √
Ampisilin 250mg/8jam √ √ √
26 16521458 L 7 14,5 Cefotaxime 400mg/8jam 8 √ √ √ √
27 15492962 L 1 10,2 Cefotaxime 300mg/8jam 7 √ √ √ √
Cefixime 2x50mg X X X
28 16523199 P 1 8,8 Cefotaxime 250mg/8jam 3 √ √ √ √
29 08284119 P 8 14 Cefotaxime 500mg/8jam 6 √ X √ √
Cefixime 2x70mg X X X
30 16524674 L 1 6 Cefotaxime 300mg/8jam 9 √ √ √ √
31 16524857 L 1 7 Cefotaxime 300mg/8jam 9 √ √ √ √
32 07242255 P 10 29 Cefotaxime 750mg/8jam 5 √ √ √ √
Cefixime 2x100mg X X X
33 14469686 P 2 9 Cefotaxime 300mg/8jam 5 √ √ √ √
Cefixime 2x35mg X X X
34 16525294 L 0 4,3 Cefotaxime 200mg/8jam 9 √ √ √ √

35 16525866 L 1 9,5 Cefotaxime 300mg/8jam 7 √ √ √ √


Cefixime 2x35mg X X X
36 16526108 P 1 8,4 Ampisilin 250mg/8jam 6 √ √ √ √
37 15482854 P 1 10,2 Cefotaxime 350mg/8jam 6 √ √ √ √
38 16517439 L 0 6,3 Cefotaxime 200mg/8jam 5 √ √ √ √
47

Umur BB LOS TP
No No. RM JK Obat Dosis TO TD TI
(th) (Kg) (hari)

39 16526108 P 1 8,4 Cefotaxime 300mg/8jam 5 √ √ √ √


40 15488576 L 1 8,5 Cefotaxime 300mg/8jam 7 √ √ √ √
41 16527801 L 3 11 Cefotaxime 300mg/8jam 5 √ √ √ √
42 16527877 L 4 14 Cefotaxime 350mg/8jam 6 √ √ √ √
43 16528276 L 0 6 Cefotaxime 300mg/8jam 8 √ √ √ √
44 16528212 L 0 2,5 Cefotaxime 125mg/8jam 9 √ √ √ √
45 16529495 P 0 6,2 Cefotaxime 250mg/8jam 4 √ √ √ √
46 16529609 L 1 7,6 Cefotaxime 250mg/8jam 7 √ √ √ √
Cefixime 2x30mg X X X
47 16529996 P 1 8 Cefotaxime 500mg/12jam 10 √ √ √ √
48 16530250 L 1 8,2 Cefotaxime 350mg/8jam 4 √ √ √ √
Cefixime 3x25mg X X X
49 16530339 L 2 12 Cefotaxime 500mg/8jam 4 √ √ √ √
50 15502455 P 7 17,1 Cefotaxime 500mg/8jam 7 √ √ √ √
Sumber: data rekam medik RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016.
Literatur : International Child Healt dan dipiro edisi 9
48

Lampiran 5. Persentase distribusi pasien pneumonia anak yang


menggunakan antibiotik berdasarkan jenis kelamin di RSUD
Pandan Arang Boyolali selama tahun 2016

( )

( )
49

Lampiran 6. Persentase pasien pneumonia yang menggunakan antibiotik


berdasarkan umur di RSUD Pandan Arang Boyolali selama
tahun 2016
50

Lampiran 7. Persentase pasien pneumonia yang menggunakan antibiotik


berdasarkan lama rawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali
selama tahun 2016
51

Lampiran 8. Persentase distribusi pasien pneumonia yang menggunakan


antibiotik rawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali selama
tahun 2016
52

Lampiran 9. Persentase ketepatatan indikasi penggunaan antibiotik pada


pasien pasien pneumonia anak dirawat inap di RSUD Pandan
Arang Boyolali tahun 2016.
53

Lampiran 10. Persentase ketepatatan dosis penggunaan antibiotik pada


pasien pasien pneumonia anak dirawat inap di RSUD Pandan
Arang Boyolali tahun 2016
54

Lampiran 11. Persentase ketepatatan obat penggunaan antibiotik pada


pasien pasien pneumonia anak dirawat inap di RSUD Pandan
Arang Boyolali tahun 2016
55

Lampiran 12. Persentase ketepatatan pasien penggunaan antibiotik pada


pasien pasien pneumonia anak dirawat inap di RSUD Pandan
Arang Boyolali tahun 2016
56

Lampiran 13. Foto pengambilan data rekam medis di RSUD Pandan Arang
Boyolali
57

Lampiran 14. Literatur Dipiro Ed IX


58
59
60
61
62
63
64
65
66

Lampiran 15. International Chilh Healt


67
68
69
70
71
72
73
74
75

Anda mungkin juga menyukai