Makalah Akad Salam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

AKAD SALAM

A. Pengertian Akad Salam

Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli di mana barang
yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan
pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih)
dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-
syarat tertentu. Untuk menghindari resiko yang merugikan, pembeli boleh meminta
jaminan dari penjual.

Salam tidak sama dengan transaksi ijon dan karena itu diperbolehkan oleh syariah
karena tidak ada gharar. Walaupun barang baru diserahkan di kemudian hari, harga,
spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahannya sudah ditentukan
dan disepakati ketika akad terjadi. Contoh akad salam misalnya: pembeli memesan beras
tipe IR 64 sebanyak 2 tondengan harga Rp 5000 per kilogram dan diserahkan 4 bulan ke
depan atau pada waktu panen, dibayar di muka. Di sini jelas bahwa pembeli harus
menyerahkan uang di muka sebesar Rp 10.000.000 untuk pembelian 2 ton beras IR 64
yang akan diserahkan 4 bulan kemudianoleh penjual.

Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat
berubah selama angka waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati sebelumnya, pembeli boleh melakukan khiar yaitu
memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan.

Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual,dan dapat
juga dilakukan oleh 3 pihak secara paralel : pembeli – penjual – pemasok yang disebut
sebagai salam paralel. Risiko yang muncul dari kasus ini adalah apabila pemasok tidak
bisa mengirim barang maka ia tidak dapat memenuhi permintaan pembeli, risiko lain
barang yang dikirimkan oleh pemasok tidak sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli
sehingga perusahaan memiliki persediaan barang tersebut dan harus mencari pembeli
lain yang berminat. Sedangkan ia tetap memiliki kewajiban pada pembeli dan pemasok.
B. Jenis Akad Salam
1. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum
adaketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.

2. Salam paralel artinya melaksanakan 2 transaksi salam, yaitu antara pemesan pembeli
dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya.
Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan dan memesan kepada
pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut. Salam paralel dibolehkan
asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada akad pertama yaitu akad antara
penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antara pembeli dan penjual, jika
saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan (terjadi taalluq). Akad
antara penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan penjual. Beberapa
ulama kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama jika perdagangan dan
transaksi semacam itu dilakukan secara terus-menerus karena dapat menjurus kepada
riba.
Perbedaan antara Salam, Forward, dan Future

Salam Forward Future


Penentuan harga Saat kontrak Saat kontrak Saat kontrak dibuat
dan kuantitas dibuat dibuat
produk yang
akan dikirimkan
Pengiriman Di masa depan Di masa depan Tidak harus ada
barang sesuai dengan sesuai dengan pengiriman karena
kontrak kontrak pembeli atau penjual
dapat menutup
kewajibannya dengan
bertukar posisi
Pembayaran Saat kontrak Saat barang Saat melakukan
oleh pembeli dibuat, pembeli diterima di masa pembelian atau penjualan,
harus melunasi depan sesuai investor harus
seluruh nilai dengan kontrak menyimpan uang di
kontrak yang clearing house dan setiap
disetujui hari akan proses mark to
the market
Barang yang Barang yang halal Sesuai dengan Barang yang
menjadi objek dan harus mudah kehendak ditransaksikan
kontrak ditemui di pasar. pembeli dan distandarisasi. Umumnya
Umumnya salam penjual yang future memperjualbelikan
digunakan dalam membuat komoditas dan aset
kontrak jual-beli kontrak forward keuangan
produk pertanian
Tujuan Memberikan Lindung nilai Lindung nilai dan
dibuatnya modal kerja dan spekulasi spekulasi
kontrak kepada penjual
untuk
memproduksi

C. Dasar Syariah
 Sumber Hukum Akad Salam
1) Al Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya
dengan benar...” (QS 2;282)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu...” (QS 5;1)
2) Al-Hadits
“Barang siapa melakukan salam,hendaknya ia melakukannya dengan
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang
diketahui.” (HR.Bukhari Muslim)
“tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara
tangguh muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah)
 Rukun dan Ketentuan Akad Salam
Rukun salam ada 3, yaitu :
1) Pelaku, terdiri atas penjual (muslam illaihi) dan pembeli (al muslam)
Pelaku adalah cakap hukum dan baligh.
2) Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam fiih) dan modal salam
(ra’su maalis salam)
a. Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam, yaitu :
- Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya
- Modal salam berbentuk uang tunai
- Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau
merupakan pelunasan piutang
b. Ketentuan syariah barang salam, yaitu :
- Barang tersebut harus dapar dibedakan/diidentifikasi mempunyai
spesifikasi dan karakteristik yang jelas seperti kualitas, jenis, ukuran dsb
sehingga tidak ada gharar
- Barang tersebut harus dapat dikualifikasi/ditakar/ditimbang
- Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu boleh
juga dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu 6 bulan atau
musim panen disesuaikan dengan kemungkinan tersedianya barang yang
dipesan
- Barang tidak harus ada di tangan penjual, tetapi harus ada pada waktu yang
ditentukan
- Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan, akad
menjadi fasakh/rusak dan pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai
dengan barang yang dipesan tersedia atau membatalkan akad sehingga
penjual harus mengembalikan dana yang telah diterima
- Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati
dalam akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk
menerima atau menolak
- Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik, maka
penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hak ini dianggap
sebagai pelayanan kepuasan pelanggan
- Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli boleh
memilih menolak atau menerimanya
- Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asalkan disetujui oleh kedua
pihak dan dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan
kesepakatan, dan tidak boleh menuntut penambahan harga
- Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan
secara syariah
- Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain
- Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah
3) Ijab kabul/serah terima
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
D.

Anda mungkin juga menyukai