Ragam Ilmiah Bahasa Indonesia
Ragam Ilmiah Bahasa Indonesia
Ragam Ilmiah Bahasa Indonesia
Disusun oleh :
Muhammad Fatchur Rozi (1918012)
Bagas Prasetyo Nugroho (1918013)
Diagy Ghaniyyu Muqsit (1918014)
Diffa Adrian Rahma Chiesa (1918015)
Ivan Farhan Abiyyu (1918016)
Krisna Wangsa Nata Asmara (1918017)
Hafiz Aria Alfaizi (1918019)
Suryanto Ramadhan (1918020)
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
i
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bahasa Indonesia, sebagaimana bahasa pada umumnya, digunakan untuk
tujuan tertentu dan dalam konteks tertentu. Tujuan dan konteks ini akan
menentukan ragam bahasa Indonesia yang harus digunakan. Seseorang yang
menggunakan bahasa Indonesia untuk orasi politik misalnya, akan menggunakan
ragam yang berbeda dari orang lain yang menggunakan untuk menyampaikan
khotbah Jumat atau bahan kuliah. Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia
akademik atau ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam
ilmiah.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian bahasa ragam ilmiah ?
2. Bagaimanakah karakteristik bahasa ragam ilmiah ?
3. Bagaimanakah ciri ragam bahasa ilmiah ?
4. Bagaimanakah ragam bahasa pidato ilmiah ?
5. Bagaimanakah penulisan karya ilmiah dengan ragam akademik ?
I.3 Tujuan
1. Memahami pengertian bahasa ragam ilmiah.
2. Memahami karakteristik bahasa ragam ilmiah.
3. Memahami ciri ragam bahasa ilmiah.
4. Memahami ragam bahasa pidato ilmiah.
5. Memahami penulisan karya ilmiah dengan ragam akademik.
I.4 Manfaat
1. Diharapkan dalam pembuatan makalah ini dapat memperkaya bahan-bahan
mengenai penyusunan karya ilmiah yang benar, baik bagi penulis maupun
pembaca.
2. Makalah ini diharapkan akan dapat menambah wawasan , pandangan dan
cakrawala mengenai penyusunan karya ilmiah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Ragam Bahasa Ilmiah
Kalimat ilmiah adalah tulisan yang disusun secara sistematis dan logis.
Bahasa tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam bahasa
ilmiah.
Dalam kehidupan sosial dan sehari-hari masyarakat Indonesia, baik secara
lisan maupun tulisan, digunakan berbagai bahasa daerah termasuk dialeknya,
bahasa Indonesia, dan/atau bahasa asing. Bahkan, dalam situasi tertentu, seperti
dalam keluarga perkawinan campuran digunakan pula bahasa yang bersifat
campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua
bahasa ibu pasangan perkawinan campuran itu. Dalam situasi kebahasaan seperti
itu, timbul berbagai ragam atau variasi bahasa sesuai dengan keperluannya, baik
secara lisan maupun tulisan. Kalimat ilmiah biasa digunakan pada laopran,
makalah, tesis, disertasi.
Contoh :
• Penelitian ini mengkaji teknik pentajaman objek yang efektif dan efisien
• Ketua kelompok itu memiliki argumen yang tepat
• Barisan upacara itu memiliki formasi yang rapih
• Soekarno menjadi figur yang baik buat bangsa indonesia
• Semakin lama zaman semakin modern
2
lisan dapat kita temui, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi
sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non
standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam
kesempatan non formal lainnya.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau
santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat
disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan,
hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis.
Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak
menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk
tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.
Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki
ciri kebakuan yang berbeda.
Ragam lisan antara lain meliputi:
• Ragam bahasa cakapan;
• Ragam bahasa pidato;
• Ragam bahasa kuliah;
• Ragam bahasa panggung.
Ciri-ciri ragam lisan:
• Memerlukan orang kedua/teman bicara;
• Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
• Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu
intonasi dan bahasa tubuh;
• Berlangsung cepat;
• Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
• Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
• Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta
intonasi.
2. Ragam Tulis
Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media
tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan
struktur sampai pada sasaran secara visual.
3
Dalam penggunaan ragam bahasa tulis makna kalimat yang
diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan
ragam bahasa lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh
situasi pemakaian . Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa
tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata,
penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta
kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam tulis yang antara lain meliputi:
• Ragam bahasa teknis;
• Ragam bahasa undang-undang;
• Ragam bahasa catatan;
• Ragam bahasa surat.
Ciri-ciri ragam tulis :
• Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
• Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
• Harus memperhatikan unsur gramatikal;
• Berlangsung lambat;
• Selalu memakai alat bantu;
• Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
• Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya
terbantu dengan tanda baca.
B. Karakteristik Bahasa Tulisan Menurut Goeller :
1. Accuracy (akurat) yaitu kelogisan segala informasi atau gagasan yang
dituliskan.
2. Bravety (ringkas) yaitu pengungkapan gagasan yang ringkas, tidak
menggunakan kata-kata mubazir.
3. Clarity (jelas) yaitu tulisan mudah dipahami, penalaran jelas, tidak
menimbulkan tafsir ganda.
C. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Cara Pandang Penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri
dari ragam dialek, ragam terpelajar (pendidikan), sikap penutur.
1. Ragam Daerah
4
dikenal dengan nama logat atau dialek. Dialek dibedakan menjadi
4 , yaitu sebagai berikut:
a) Dialek Regional
yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu
sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah
dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka
berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu
dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek
Medan.
b) Dialek sosial,
Yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat
tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya
dialek wanita dan dialek remaja.
c) Dialek temporal
Yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu.
d) Idiolek
Yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua
berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas
pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.
2. Ragam Pendidikan
Ragam pendidikan terdiri atas ragam bahasa baku dan ragam
bahasa tidak baku.
a) Ragam baku
Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya
dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam
kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.
Ciri Ragam Bahasa Baku :
• Kemantapan dinamis;
• Kecendekiaan;
• Keseragaman kaidah.
Ciri Struktur bahasa Indonesia Baku :
• Lengkap secara morfologis;
• Lengkap secara struktur;
5
• Penggunaan jenis kata/diksi yang tepat;
• Penggunaan kalimat yang efektif;
• Keparalelan/kesejajaran .
6
membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang
disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
▪ Contoh A : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) akan
mempengaruhi serapan hara fosfor oleh tanaman inang melalui akar
terutama tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan fosfor
yang dimungkinkan oleh adanya hifa eksternal.
▪ Contoh B : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada akar
tanaman inang akan meningkatkan serapan hara fosfor melalui hifa
eksternalnya. Kalimat pada contoh B secara jelas mampu menunjukkan
hubungan sebab-akibat tetapi tidak terungkap jelas pada contoh A.
• Contoh A : Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok.
• Contoh B : Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok.
Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan
kata idiomatis yang tidak cermat tampak pada contoh A.
B. Lugas dan Jelas
Bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas
dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga
akan menghindari kesalah-pahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat.
• Contoh A : Untuk mengetahui apakah baik dan buruknya pribadi
seseorang dari tingkah dan lakunya dalam sehari-hari.
• Contoh B : Baik buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah
lakunya sehari-hari.
• Contoh A tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara
lain karena kalimat terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu
manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan yang disampaikan.
C. Menghindari Kalimat Fragmentasi
Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat
terjadi antara lain karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan
dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang
diungkapkan.
• Contoh A : Harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Fragmentaris)
• Contoh B : Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat
Lengkap)
7
D. Bertolak dari Gagasan
Penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan
tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan
didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai
pelaku perlu dihindari.
• Contoh A : Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa
menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
• Contoh B : Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan
dan membina anak berbakat sangat penting.
• Contoh kalimat A beroriantasi pada penulis. Contoh B berorientasi
pada gagasan.
E. Formal dan Objektif
Sifat formal dan objektif ditandai dengan kosa kata, bentukan kata,
dan kalimat. Kosakata yang digunakan bernada fornal dan kalimat-
kalimatnya mengandung unsur yang lengkap.
Contoh :
Kata Formal Kata Informal
Membuat Bikin
Hanya Cuma
Memberi Kasi
• Contoh A : Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf.
Penelitian pasti diawali adanya masalah.
• Contoh B : Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph. Penelitian
diawali adanya masalah.
Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan
subjektif dan emosional. Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak,
pasti, dan selalu perlu dihindari. Penulisan kalimat A berikut perlu dihindari
karena barsifat subjektif/emosional.
F. Ringkas dan Padat
8
Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-
unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa
yang hemat.
• Contoh A : Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga
negara Indonesia.
• Contoh B : Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di
atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi
setiap warg/a negara Indonesia.
Contoh A berikut termasuk bahasa ilmiah yang
ringkas/padat. Hadirnya kata yang bercetak miring pada kalimat B tidak
memberi tambahan makna yang berarti. Dengan demikian, hadirnya kata-
kata tersebut mubazir.
G. Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara
konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan
istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan
secara konsisten.
a) Contoh : kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan
kata tugas bagimengantarkan objek.
9
8. Konsisten dalam pembahasan topik, pengendalian variabel, tujuan, penalaran,
istilah, sudut pandang, pendahuluan, landasan teori, deskripsi data, analisis
data, hasil analisis, sampaidengan kesimpulan dan saran.
II.5 Ragam Bahasa Pidato Ilmiah (Presentasi Ilmiah)
Ragam pidato ilmiah terdiri atas beberapa jenis, antara lain: presentasi
makalah ilmiah, presentasi skripsi, presentasi tesis, presentasi disertasi dan
pidato pengukuhan guru besar. Penulisan makalah ilmiah dilanjutkan dengan
presentasi, diskusi dan tanya jawab. Adapun penulisan skripsi, tesis dan
disertasi dilanjutkan dengan presentasi, pertanyaan ujian, dan diakhiri dengan
penentuan kelulusan.
Untuk mendapat hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu:
A. Etika ilmiah, makdsunya bahwa seseorang presenter ilmiah
1. harus menggunakan ragam bahasa ilmiah,
2. penalaran ilmiah,
3. bersikap obejktif,
4. menggunakan kalimat yang terukur kebenarannya,
5. mematuhi aturan formal presentasi,
6. mempresentasikan seluruh materi (secara singkat) sesuai dengan waktu
yang ditentukan,
7. mengutip konsep, data, dan pendapat dengan menyebutkan sumbernya,
8. mengutip data yang relevan dengan pembuktian,
9. tidak mempresentasikan masteri di luar bahasa karya ilmiah,
10. dapat menjawab pertanyaan pendengar atau penguji atas bahasa materi,
konsep, data, kata, istilah, penalaran, pembuktian, konsekuensi logis dari
karya ilmiahnya,
11. mencermati setiap respon pendengar (penguji).
B. Ketentuan lembaga (universitas), yaitu :
1. mengikuti format penulisan sesuai dengan ketentuan lembaga atau
universitas,
2. mengikuti produser (aturan) yang berlaku pada lembaga atau universitas,
3. mengikuti sistem yang berlaku pada lembaga atau universitas.
C. Kemampuan personal, yakni,
10
1. bersikap simpatik, sopan dan hormat kepada pendengar (penguji),
2. bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukkan kemampuan
diri berlebiha,
3. menghindari subjektivitas dengan menggunakan akau, saya rasa, saya
pikir, dan lain-lain. Sebaiknya seseorang presenter menggunakan kata
pengalaman membuktikan ..., uji coba menunjukkan, dan lain-lain,
4. berpakaian sopan,
5. menunjukkan sikap positif, serius, cermat, dan percaya diri.
D. Kemampuan teknis, yakni
1. menganalisis data primer dan sekundewr, baik kualitatif maupaun
kuantitatif,
2. mengaplikasikan penggunaan pustaka,
3. melengkapi pembuktian (sumber) teori,
4. menggunakan saran visual seperti, LCD, OHP, peraga, dan data (dokumen),
5. memvisualkan data pendukung gambar, grafik, atau data lain yang relevan.
Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter juga dituntut untuk berusaha
sekiuat tenaga agar bahasa Indonesia ilmiah sebagaimana yang dikemukakan di
atas. Sementara itu, beberapa fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap dapat
dimanfaatkan, misalnya adanya kesempatan untuk mengulang-ulang,
menekankan dengan menggunakan intonasi, jeda, dan unsur intonasi lainnya.
Contoh pidato presentasi skipsi:
Bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara yang saya hormati,
Perkenanakan saya memaparkan skripsi saya secara ringkas!
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penjualan Saham terhadap Laba Usaha pada
PT BNI Cabang Makassar tahun 2007”. Skripsi ini memasahkan bagaimana
pengaruh penjualana saham terhadap laba usaha pada perusahaan tersebut sejak 1
Juli hingga 31 Desember 2007. Penjualan saham merupakan variabel bebas dan
laba usaha merupakan variabel terikat.
Kajian teoritik bersumber pada data sekunder yang diperoleh melalui buku,
jurnal, ensiklopedia, website, dan beberapa laporan penelitian dalam bahasan
yang sejalan dengan topik ini. Kajian ini menggunakan sumber data yang
diterbitkan pada tahuan 2006-2007. Kajian ini dideskripsikan dalam Bab II
Deskripsi Teori.
11
Berdasarkan kajian teoritik tersebut dilakukan pengumpulan data di
lapangan, yaitu kantor PT BNI Cabang Makassar dan di kantor-kantor cabang
pembantu lainnya untuk mendapatkan data prmier. Data ini dikumpulkan sejak
tanggal 1 juli sampai dengan 31 Desember 2007. Data ini diperoleh melalui
observasi, angket, wawancara, dan melalui website. Data ini dideskripsikan
dalam Bab V Deskripsi Data, Analisis, dan Hasil Analisis Data. Selanjutnya, data
ini dianalisis secara deskriptif.
Hasil analisis menunjukkan bahawa penjualan saham terhadap laba usaha
memenngaruhi secara signifikan. Sebagai kesimpulan bahwa penjualan saham
berpengaruh secara positif terhadap laba usaha.
II.6 Ragam Ilmiah dalam Menulis Akademik
Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan
presentasi ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk
memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempat hal
tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan lisan.
Itu berarti bahwa pada saat menulis tulisan ilmiah, penulis harus
berusaha keras agar bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar
menunjukkan sifat yang cendekia, lugas dan jelas, mengindari kalimat yang
fragmentasi, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan
konsisten. Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan
kata, pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan dalam
menggunakan ejaan, dan aspek-aspek lainnya.
Contoh : Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-
aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru dapat terwujud apabila
manusia terlibat di dalamnya. Di dalam berbicara, pembicara dan lawan bicara
sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya,
penggunaan bahasanya, inpterpretasi-interpretasi lainnya terhadap tindakan
lawan bicara. Setiap peserta penutur bertanggung jawab atas tindakan dan
penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan yang dilakukan dalam interaksi
lingual itu.
12
II.7 Asas-asas penyusunan gagasan di dalam karya ilmiah
A. Kejelasan (Clarity)
Karangan ilmiah harus konkret dan jelas. Kejelasan itu tidak saja
berarti mudah dipahami, mudah dibaca, tetapi juga harus tidak memberi ruang
untuk disalahtafsirkan, tidak boleh bersifat samar-samar, tidak boleh kabur,
tidak boleh ada di wilayah abu-abu. (Bahasa Jawa: keduh gambling wijang-
wijang).
Kejelasan di dalam karangan ilmiah itu ditopang oleh hal-hal berikut:
1. pemakaian bentuk, kebahasaan yang lebih dikenal daripada bentuk
kebahasaan yang masih harus dicari-cari dulu maknannya, bahkan oleh
penulisnya.
2. pemakaian kata-kata yang pendek, ringkas, tajam, lugas, daripada kata-
kata yang berbelit, yang panjang, yang rancu, dan boros.
3. pemakaian kata-kata dalam bahasa sendiri daripada kata-kata dalam
bahasa asing.Kata-kata asing dapat digunakan hanya kalau memang istilah
itu sangat teknis sifatnya sehingga tidak (belum) ada istilah garing kata-
kata yang pas dalam bahasa Indonesia. Jadi, jangan sampai verbalistis.
B. Ketepatan (Accuracy)
Karangan ilmiah menjunjung tinggi keakuratan. Hasil penelitian ilmiah
dan cara penyajian hasil penelitian itu haruslah tepat/akurat. Supaya karangan
ilmiah sungguh-sungguh akurat, penulis/peneliti harus sangat cermat, sangat
teliti, tidak boleh sembrono, atau main-main dengan ilmu.
Dalam cara penyampaiannya, di dalam karangan ilmiah itu harus
terwadahi butir-butir gagasan dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang
dimaksud oleh peneliti/penulisnya. Kualifikasi demikian itulah yang dimaksud
dengan istilah efektif-sangkil.
C. Keringkasan (Brevity)
Karangan ilmiah haruslah ringkas. Ringkas tidak sama dengan pendek.
Karangan yang tebalnya 500 halaman dapat dikatakan ringkas sejauh di
dalamnya tidak terdapat bentuk-bentuk kebahasaan yang bertele-tele, kalimat-
kalimat yang bertumpukan (running-on sentences), dan sarat dengan
kemubaziran dan kerancuan. Jadi, karangan ilmiah itu tidak boleh
menghamburkan kata-kata, tidak boleh mengulang-ulang ide yang telah
13
diungkapkan, dan tidak berpura-pura dalam mengungkapkan maksud atau
gagasan. Karangan ilmiah harus dibangun dari ide yang kaya dengan bahasa
yang hemat dan sederhana. Jadi bukan sebaliknya, ide yang miskin namun
dengan bahasa yang berbunga-bunga.
Karangan ilmiah harus ditulis dengan hati dan diteliti kembali, dibenahi
kembali, diedit kembali dengan pikiran. Jadi, peganglah prinsip ‘writing with
heart, editing with brain’ di dalam praktik penulis karya ilmiah.
14
untuk menomori halaman judul, halaman yang bertajuk prakata, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan daftar lain (jika ada). Angka
Romawi besar (I, II, III, IV, V) digunakan untuk menomori tajuk bab
pendahuluan, tajuk bab analisis, tajuk bab simpulan, misalnya BAB I
PENDAHULUAN. Angka Arab (1, 2, 3, 4, dan seterusnya) digunakan untuk
menomori halaman-halaman naskah mulai bab pendahuluan sampai dengan
halaman terakhir dan untuk menomori nama-nama tabel, grafik, histogram,
bagan, dan skema.
2. Letak Penomoran
Halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar
lampiran, menggunakan angka Romawi kecil yang diletakkan pada bagian
bawah, tepat di tengah-tengah (simetris). Halaman yang bertajuk bab
pendahuluan, bab analisis, bab simpulan, daftar pustaka/rujukan, indeks,
dan lampiran, menggunakan angka Arab yang diletakkan pada bagian
bawah, tepat di tengah-tengah (simetris). Halaman-halaman naskah
lanjutan menggunakan angka Arab yang diletakkan pada bagian kanan
atas.
3. Penomoran Subbab
Subbab dan subsubbab dinomori dengan angka Arab sistem digital.
Angka terakhir dalam digital ini tidak diberi titik (seperti 1.1, 1.2, 2.1,
1.1.2, 2.2.3, 3.2.1, dan seterusnya). Dalam hubungan ini, angka digital
tidak lebih dari tiga angka (maksimal, misalnya 1.1.1, 1.4.3, 1.1.2, 3.2.2,
3.3.3, 4.4.1), sedangkan penomoran selanjutnya menggunakan a, b, c,
kemudian 1), 2), 3), selanjutnya a), b), c), dan seterusnya.[5]
Artikel berbentuk feature dapat lebih dinikmati, kalau artikel
tersebut diberi ilustrasi. Lebih-lebih bila isinya mengenai sesuatu
keilmuan atau petunjuk teknis. Informasi akan menjenuhkan bila
diungkapkan dengan kata, karena bertele-tele, lebih baik disajikan berupa
gambar ilustrasi.
Ilustrasi memang gambar, tetapi tidak hanya gambar tangan yang
dibuat dengan pensil, ballpen atau tinta Cina saja, melainkan dapat juga
berupa foto jepretan lensa, gambar pandangan pancungan, peta, denah,
bagan dan diagram.[6]
15
II.9 Aspek Penalaran dalam Karya Ilmiah
Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas
penalaran seseorang. Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan
karangan itu sendiri. Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek.
Kelima aspek tersebut adalah:
A. Aspek Keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang satu dengan
yang lain dalam suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan
ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat harus
berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan
teori, pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
B. Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang harus
didahulukan atau ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke
hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti
urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar
berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis
yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas
secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas
pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.
C. Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis
terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang
telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan
argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan),
pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus memuat
argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
D. Aspek Teknik Penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan
secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan
tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman
16
terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak yang
harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
E. Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik
dan benar? Baku? Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar
dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi
kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah
akademis.
17
BAB III
Penutup
III.1 Kesimpulan
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa
Indonesia yang digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah.
Bahasa ragam ilmiah memiliki ciri khas yakni cendekia, lugas dan jelas,
menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif,
ringkas dan padat, dan konsisten.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu : etika ilmiah, ketentuan lembaga
(universitas), kemampuan personal, dan kemampuan teknis.
Menggunaan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan
presentasi ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk
memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempat hal
tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan lisan.
III.2 Saran
1. Dalam menulis karya ilmiah diharapkan memperhatikan sistematika
penulisan sehingga karya ilmiah tersebut dapat diterima oleh berbagai
kalangan.
2. Dalam menulis diharapkan penulis dapat mengkaji berbagai fenomena dan
permasalahan yang terjadi dalam masyarakat saat ini sehingga karya tulis
dapat menjadi menarik dan bermanfaat bagi para pembaca.
3. Kami mengharapkan para pembaca dapat meningkatkan kekreatifannya
dan kekritisannya dalam berfikir saat membuat karya ilmiah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah. (2013, April 2). Diambil kembali dari
rasydinsjatry: http://rasydinsjatry.blogspot.com/2013/04/bahasa-indonesia-
ragam-ilmiah_162.html
Bahasa Ragam Ilmiah. (2012, Juni 22). Diambil kembali dari justsangtae:
http://justsangtae.blogspot.com/2012/06/bahasa-ragam-ilmiah.html
Contoh Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah. (2013, September 20).
Diambil kembali dari ruslananwar06:
https://ruslananwar06.blogspot.com/2013/09/contoh-karakteristik-bahasa-
indonesia.html
Irfansyah, D. (2013, November 25). Analisa Ragam Bahasa. Diambil kembali dari
dendiirfansyah: http://dendiirfansyah.blogspot.com/2013/11/analisa-ragam-
bahasa.html
Makalah bahasa indonesia - penulisan karya ilmiah. (2013, Januari 1). Diambil
kembali dari Gudang Makalah:
https://gudangmakalah.blogspot.com/2013/01/makalah-bahasa-indonesia-
penulisan.html
Menyelaraskan Karya Ilmiah di kalangan Mahasiswa. (2013, Februari 5). Diambil
kembali dari evaindra: http://evaindra.blogspot.co.id/2013/02/menyelaraskan-
karya-ilmiah-di-kalangan.html
Pengertian Ragam Bahasa. (2015, Mei 3). Diambil kembali dari aliza124:
http://aliza124.blogspot.com/2015/05/pengertian-ragam-bahasa-ilmiah-
semi.html
Ragam Bahasa Ilmiah. (2016, Oktober 10). Diambil kembali dari KUMPULAN
MAKALAH: https://kumpulanmakalah94.blogspot.com/2016/10/ragam-
bahasa-ilmiah.html
19