Laporan Analisis Garam Beriodium Dengan Titrasi Iodometri
Laporan Analisis Garam Beriodium Dengan Titrasi Iodometri
Laporan Analisis Garam Beriodium Dengan Titrasi Iodometri
OLEH:
KELAS: VIA
SINGARAJA
2019
PERCOBAAN X
I. Tujuan
a. Menentukan kandungan iodium dalam bentuk iodat pada garam beriodium
perdagangan.
4. Dicatat volume
titran yang
diperlukan sampaiNo Titrasi Volume
titik akhir titrasi ke titran
dan dilakukan 1 I 0,83 mL
strandarisasi ini
minimal sebanyak 2 II 0,75 mL
3 kali. 3 III 0,90 mL
3. Dititrasi larutan di Pada saat dititrasi dengan Na2S2O3 warna biru mulai
atas dengan larutan memudar.
Na2S2O3 yang telah
distandarisasi
sampai warna biru
dari larutan
menghilang.
V. Pembahasan
Iodium merupakan mikronutrien penting untuk tubuh manusia.
Kekurangan iodium dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, salah satunya
gondok. Untuk itu, perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan seperti
pemasyarakatan penggunaan garam beriodium. Garam beriodium diperoleh
melalui proses iodisasi yaitu dengan penambahan iodium dalam bentuk KIO 3 pada
garam dapur.
Kadar iodium yang ditambahkan pada garam tidaklah sembarangan karena
kelebihan iodium juga dapat mengganggu kesehatan. Untuk itu, dalam percobaan
ini dilakukan analisis terhadap garam beriodium perdagangan dengan teknik titrasi
iodometri untuk menentukan kandungan iodium dalam bentuk iodat (KIO3).
Penentuan kandungan iodium pada garam dengan teknik titrasi iodometri
dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu:
a) Pembuatan Larutan Standar Na2S2O3:
Tahap awal dalam percobaan ini adalah pembuatan larutan sekunder natrium
tiosulfat (Na2S2O3). Untuk pembuatan larutan natrium tiosulfat digunakan
Na2S2O3 .5H2O yang berupa serbuk berwarna putih. Dalam percobaan ini,
dibuat volume larutan sebanyak 250 mL dengan massa Na 2S2O3 .5H2O yang
digunakan adalah 6,2531 gram. Pembuatan larutan natrium tiosulfat dimulai
dengan menimbang Na2S2O3 .5H2O, kemudian Na2S2O3 .5H2O tersebut
dilarutkan dengan aquades mendidih. Penggunaan aquades mendidih bertujuan
agar garam pentahidrat tersebut lebih cepat larut. Untuk mempercepat proses
pelarutan maka perlu juga dilakukan pengocokan sehingga larutan yang
terbentuk bersifat homogen. Dalam pembuatan larutan Na2S2O3 tersebut juga
dilakukan penambahan zat pengawet yaitu kloroform. Penambahan zat
pengawet ini bertujuan untuk mencegah aktivitas bakteri yang mungkin ada di
dalam larutan, mengingat Na2S2O3 .5H2O yang digunakan untuk membuat
larutan Na2S2O3 bersifat higroskopis. Sehingga ada kemungkinan pada saat
penimbangan Na2S2O3 .5H2O bakteri juga ikut menempel. Dengan data yaitu
massa Na2S2O3 .5H2O adalah 6,2531 gram, volume larutan yang akan dibuat
adalah 250 mL, dan berat molar (BM) dari Na2S2O3 .5H2O adalah 248
gram/mol maka dapat dihitung konsentrasi dari larutan natrium tiosulfat
tersebut dengan cara sebagai berikut:
Menghitung mol dari Na2S2O3 , yaitu:
massaNa2 S 2 O 3
Mol Na2S2O3 = BM
6,2520 gram
Mol Na2S2O3 = 248 gram/mol
Mol Na2S2O3 = 0,025 mol
Menghitung konsentasi Na2S2O3 , yaitu:
mol Na 2 S2 O3
[Na2S2O3] = volume
0,025 mol
[Na2S2O3] = 250 mL
0,025 mol
[Na2S2O3] = 0,25 L
[Na2S2O3] = 0,1 mol/L
[Na2S2O3] = 0,1 M
Setelah terbentuk larutan Na2S2O3 dengan konsentrasi 0,1 M maka dilakukan
pengenceran agar diperoleh konsentrasi 0,005 N. Maka dari itu, perlu
ditentukan volume larutan Na2S2O3 0,1 M yang akan diambil untuk diencerkan.
Untuk menentukkan volume Na2S2O3 0,1 M yang akan diambil maka dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
Menentukkan konsentrasi dan volume akhir larutan yang diharapkan :
Konsentrasi akhir (setelah pengenceran) yang diharapkan adalah 0,005
N. Konsentrasi ini diubah dalam bentuk molaritas. Untuk mengubah
konsentrasi dari normalitas (N) menjadi molaritas (M) maka perlu
diperhatikan persamaan reaksi berikut:
2 S2O3-2 → S4O6-2 + 2e
Dari reaksi tersebut terlihat bahwa 2 mol ion tiosulfat untuk membentuk
1 mol ion S4O6-2 akan dilepaskan 2 elektron sehingga untuk 1 mol ion
tiosulfat akan dilepaskan 1 mol elektron. Maka n= 1 ekiv/mol , dan
molaritas larutan yang diharapkan dapat dihitung sebagai berikut:
N=nxM
N
M= n
0,005 N
M= 1 ekiv/mol dengan 1N = 1 ekiv/L maka
0,005 ekiv/L
M = 1 ekiv/mol
M = 0,005 mol/L
M = 0,005 M
Dari perhitungan didapatkan bahwa konsentrasi akhir (setelah
pengenceran) yang diharapkan dari larutan Na2S2O3 adalah 0,005 M.
Selain menentukkan konsentrasi, perlu juga diperhitungkan volume
yang akan dibuat setelah diencerkan. Dalam percobaan ini, ditentukan
bahwa volume yang diharapkan setelah pengenceran adalah 100 mL.
Menghitung volume yang akan diambil :
Berdasarkan data di atas, yaitu konsentrasi awal (M1) = 0,1 M,
konsentrasi akhir (M2) = 0,005 M, volume akhir (V 2) = 100 mL , maka
dapat dihitung volume larutan Na2S2O3 0,1 M yang akan diambil (V 1)
dengan cara sebagai berikut:
V1 x M1 = V2 x M2
V 2 x M2
V1 = M1
100 mL × 0,005 M
V1 = 0,1 M
V1 = 5 mL
Jadi, volume larutan Na2S2O3 0,1 M yang diambil adalah 5 mL.
Selanjutnya 5 mL larutan Na2S2O3 0,1 M ini ditambahkan aquades
sampai volume akhir menjadi 100 mL.
b) Pembuatan Larutan Primer KIO3:
Setelah terbentuk larutan sekunder Na2S2O3 0,005 N, tahap selanjutnya yang
dilakukan adalah pembentukan larutan primer KIO3. Larutan ini dibuat untuk
menstandarisasi larutan Na2S2O3 0,005 N. larutan KIO3 yang dibuat adalah
larutan KIO3 dengan konsentrasi 0,005 N. Dalam pembuatan larutan KIO 3,
langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang KIO3. KIO3 merupakan
serbuk yang berwarna putih. Banyaknya KIO3 yang ditimbang adalah 1,7833
gram. Setelah KIO3 ditimbang sebanyak 1,7833 gram, kemudian KIO3 tersebut
dilarutkan dengan aquades 50 mL dan selanjutnya dikocok agar diperoleh
larutan yang homogen. Dengan data yaitu massa KIO 3 yang ditimbang =
1,7833 gram, volume = 50 mL = 0,05 L, dan berat molar (BM) = 213,9
gram/mol maka konsentrasi awal larutan yang dibuat dapat dihitung sebagai
berikut:
Mol KIO3:
massa KIO 3
Mol KIO3 = BM
1,7833 gram
Mol KIO3 = 213,9 gram/mol
Mol KIO3 = 0,0083 mol
100 mL × 0,00083 M
V1 = 0,166 M
V1 = 0,5 mL
Jadi, untuk membuat larutan KIO3 0,005 N dari larutan KIO30,0083 M maka
perlu diambil sebanyak 0,5 mL larutan KIO 30,0083 M dan selanjutnya
ditambahkan aquades sampai volumenya 100 mL.
c) Pembuatan Indikator Amilum 1%:
Indikator yang akan digunakan dalam titrasi iodometri ini adalah larutan kanji
1%. Indikator larutan kanji dibuat dari tepung kanji. Tepung kanji ditimbang
sebanyak 1,5003 gram, selanjutnya ditambahkan 1,0007 gram asam borat.
Campuran tersebut kemudian ditambahkan aquades sebanyak 100 mL dan
diaduk. Larutan yang terbentuk adalah larutan yang berwarna putih dan keruh.
Dari massa tepung kanji yang digunakan maka persentase larutan kanji yang
dibuat dapat dihitung sebagai berikut:
% (b/v) = massa (gram)/volume (mL) x 100%
% larutan kanji = 1,5 gram/ 100 mL x 100% = 1,5%
Persentase larutan kanji yang dibuat ternyata 1,5% sedangkan persentase
larutan kanji yang digunakan dalam titrasi adalah 1%. Untuk itu dilakukan
proses pengenceran, dimana dalam hal ini volume akhir yang diharapkan
adalah 100 mL sehingga volume awal yang diambil dapat ditentukan sebagai
berikut:
V1 x 1,5% = V2 x 1%
V 2 x 1%
V1= 1,5%
100 mL x 1%
V1 = 1,5%
V1 = 66,67 mL
Jadi, larutan kanji 1,5% diambil 66,67 mL, selanjutnya ditambahkan aquades
sampai volumenya 100mL. larutan kanji ini selanjutnya dididihkan sampai
membentuk gelati yang jernih.
d) Pembuatan HCl 35%:
HCl digunakan dalam titrasi iodometri karena berfungsi sebagai penyedia
suasana asam. HCl yang ada di laboratorium merupakan HCl pekat dengan
kadar 37%, sehingga untuk mendapatkan HCl 35%perlu dilakukan
pengenceran. Dalam pengenceran ini volume akhir yang diharapkan adalah 10
ml sehingga volume HCl 37% yang diambil dapat dihitung sebagai berikut :
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 37% = 10 mL x 35%
10 mL x 35%
V1 = 37%
V1 = 9,5 mL
Sehingga untuk membuat HCl 35% dari HCl 37% dapat dilakukan dengan
mengambil 9,5 mL HCl 37% dan kemudian ditambahkan aquades sampai
volumenya menjadi 10 mL.
Larutan yang berwarna biru pekat tersebut selanjutnya dititrasi dengan larutan
Na2S2O3. Dalam titrasi ini seharusnya digunakan buret mikro tetapi karena
buret tersebut tidak tersedia di laboratorium maka digunakan buret biasa
dengan ketelitian 0,01 mL. Titrasi larutan yang mengandung KIO3 dengan
menggunakan larutan Na2S2O3 bertujuan untuk menentukan konsentrasi larutan
Na2S2O3 , dimana dalam hal ini larutan Na2S2O3 disebut sebagai titran dan
larutan KIO3 disebut sebagai titrat . Dari titrasi yang dilakukan didapatkan data
sebagai berikut:
No Titrasi ke- Volume titran
1 I 0,83 mL
2 II 0,75 mL
3 III 0,90 mL
Dari tabel di atas, didapatkan volume rata-rata titran adalah 0,827 mL. Dengan
volume rata-rata ini dapat dihitung konsentrasi larutan Na2S2O3 sebagai berikut:
Ekivalen titran = ekivalen titrat
Ekivalen S2O3-2 = ekivalen IO3-
N1 x V1 = N2 x V2
N 2 x V2
N1 = V1
0,005 N x 2,5 mL
N1 = 0,827 mL
N1 = 0,0152 N
Konsentrasi larutan Na2S2O3 setelah distandarisasi ternyata 0,0152 N.
f) Analisis Iodat pada Garam Beriodium:
Garam beriodium yang digunakan dalam percobaan ini adalah garam
beriodium dengan merek “ KERAPAN SAPI”. Garam beriodium ini adalah
garam beriodium yang banyak beredar di pasaran dengan kadar KIO3 minimal
30 ppm (tercantum dalam kemasan). Kadar KIO3 sebesar 30 ppm dapat
dituliskan menjadi:
30 gram KIO3 30 x 10-6 gram KIO3
6
30 ppm KIO3 = 10 gram garam = 1 gram garam
Untuk menguji kandungan iodat dalam garam beriodium ini maka dilakukan
titrasi iodometri. Langkah awal yang dilakukan yaitu menimbang garam
beriodium sebanyak 25,0000 gram. Garam tersebut selanjutnya dilarutkan ke
dalam 100 mL aquades dan diaduk sampai seluruh garam terlarut. Larutan yang
terbentuk adalah larutan bening tidak berwarna. Larutan garam ini selanjutnya
dibagi menjadi empat bagian sehingga masing-masing bagian volumenya 25
mL dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Masing-masing labu
erlenmeyer yang telah diisi larutan garam diberikan perlakuan yang sama dan
dititrasi. Larutan garam tersebut terlebih dahulu ditambahkan 1 mL HCl 35%,
setelah ditambahkan HCl 35% larutan garam masih tetap bening tidak
berwarna. kemudian larutan garam tersebut ditambahkan 0,1000 gram KI. KI
merupakan serbuk berwarna putih, setelah larutan garam ditambahkan KI maka
larutan garam berubah warna menjadi kuning. Warna kuning ini menandakan
bahwa dalam larutan tersebut telag terbentuk I2. Berikutnya larutan yang
berwarna kuning ini ditambahkan larutan indikator yaitu larutan kanji 1%
sebanyak 2 mL. Setelah ditambahkan larutan kanji 1%, larutan yang berwarna
kuning tersebut berubah warna menjadi biru pekat. Warna biru pekat terbentuk
karena adanya reaksi anatara I2 dengan amilum. Larutan yang berwarna biru
pekat ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 . titrasi dengan
larutan Na2S2O3 dihentikan bila warna biru pekat tersebut sudah hilang. Dari
titrasi yang dilakukan didapatkan data sebagai berikut:
No Titrasi ke- Volume titran
1 I 2,51 mL
2 II 2,81 mL
3 III 2,17 mL
Dari tabel di atas, didapatkan bahwa voleme rata-rata titran adalah 2,496 mL.
Dari data ini dapat dihitung kandungan iodat dalam garam dengan cara sebagai
berikut:
Ekivalen titran = ekivalen titrat
Ekivalen S2O3-2 = ekivalen IO3-
massa IO−
3
−
N x V = BE IO3
Massa IO3- = N x V x BE IO3-
BE IO3- ditentukan dipengaruhi oleh nilai n dan nilai n ditentukan dari reaksi
berikut ini:
IO3- + 5I- + 6H+ → 3I2 + 3 H2O
Dari reaksi di atas, dapat dilihat bahwa 1 mol ion IO 3- memerlukan 6 mol H+
untuk membentuk 3 mol I2 sehingga nilai n= 6 ekiv/mol, maka nilai BE dapat
dihitung sebagai berikut:
BM KIO3
BE IO3- = n IO−
3
213,9 gram/mol
BE IO3- = 6 ekiv/mol
BE IO3- = 35,65 gram /ekiv
Dari nilai BE IO3- ini maka dapat dihitung massa dari IO3- sebagai berikut:
Massa IO3- = N x V x BE IO3-
Massa IO3- = 0,0152 N x 2,496 mL x 35,65 gram/ekiv
Massa IO3- = 0,0152 ekiv/L x 2,496 x 10-3 L x 35,65 gram/ekiv
Massa IO3- = 1,352 x 10-3 gram
Massa IO3- yang diperoleh adalah 1,352 x 10-3 gram. Massa iodat ini
merupakan massa iodat dalam 25,0000 gram garam beriodium, sehingga kadar
iodium (dalam persen iodat) dapat ditentukan sebagai berikut:
massa IO−3
× 100%
% IO3- = massa garam
−3
1,352 × 10 gram
× 100%
%IO3- = 25,0000 gram
%IO3- = 0,00541%
Kandungan iodat dalam garam dapat juga dinyatakan dalam bentuk ppm,
sehingga diperoleh:
−3
1,352 × 10 gram
Kadar IO3- = 25,0000 gram
Kadar IO3- = 5,41 x 10-6 gram IO3-/ gram garam
Dengan 1 ppm IO3- = 1 gram IO3-, maka:
ppm IO3- = 5,41 x 10-6 x 106
ppm IO3- = 5,41 ppm
ppm yang diperoleh setelah titrasi adalah 5,41 ppm sedangkan ppm yang
tercantum dalam kemasan adalah 30 ppm. Ini berarti masih ada kemungkinan
bahwa garam tidak semuanya terlarut sehingga ion iodat yang terbentuk lebih
kecil dibandingkan dengan yang tertera pada kemasan.
VI. Simpulan
Simpulan yang dapat diperoleh dari percobaan diatas adalah kandungan iodat
dalam sampel garam perdagangan bermerek “Karapan Sapi” mengandung
5,41 ppm iodat.