Pengukuran Kinerja Supply Chain
Pengukuran Kinerja Supply Chain
Pengukuran Kinerja Supply Chain
1
PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN
Wawan Widiatmoko | Supply Chain Management | 09211850086006
1) Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk :
- Melakukan monitoring dan pengendalian
- Mengetahuai posisi organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak
dicapai
- Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing
2) Suatu system pengukuran kinerja biasanya mengandung individual metrics, metric sets, overall
performance measurements system. Salah satu komponen yang penting adalah metric, yaitu suatu
ukuran yang bisa diverifikasi, diwujudkan dalam bentuk kuantitatif ataupun kualitatif, dan didefinisikan
terhadap suatu titik acuan tertentu. Metrik‐metrik yang dibuat harus sejalan dengan strategi fungsional,
strategi supply chain dan strategi perusahaan.
3) Beberapa hal yang harus dipenuhi agar suatu metric dapat efektif :
- Diwujudkan dalam bentuk yang masuk akal dan dimengerti oleh yang menggunakan
- Value‐based, artinya metric harus diakaitkan dengan bagaimana organisasi menciptakan value ke
pelanggan atau memenuhi kepentingan stakeholder yang lain
- Dapat menangkap karakteristik atau hasil dalam bentuk numerik atau nominal
- Tidak menimbulkan konflik antar fungsi dan tidak kontraproduktif terhadap pencapaian tujuan
organisasi secara keseluruhan
4) Sistem pengukuran kinerja supply chain umumnya dirancang berdasarkan proses sejalan dengan filosofi
supply chain yang menghendaki integrasi antarfungsi. Langkah‐langkah yang harus dilakukan dalam
perancangan system pengukuran kinerja berdasarkan proses :
- Identifikasi dan hubungkan semua proses yang terlibat
- Definisikan proses inti dan batasan‐batasannya
- Tentukan misi, tanggung jawab, dan fungsi dari proses inti
- Uraikan dan identifikasi subproses
- Tentukan tanggung jawab dan fungsi subproses
- Uraikan lebih lanjut subproses menjadi aktivitas
- Hubungkan target antar hirarki mulai dari proses‐subproses‐aktivitas
5) Beberapa Supply Chain Metric :
a. Stockout frequency : frekuensi terjadi stok habis
b. Fill rate : perbadingan antara jumlah produk yang dikirim dengan jumlah produk yang diminta
customer
c. Order shipped complete : prosentase permintaan dikirim sesuai dengan jumlah yang diminta
d. Lead time : waktu yang diperlukan dari order sampai dengan kedatangan pengiriman
e. Consistency : kemampuan untuk melakukan pengiriman sesuai waktu yang diharapkan selama
siklus periode tertentu
Resume‐3, Kuliah Strategi Supply Chain, Hal.2
f. Flexibility : kemampuan untuk menangani permintaan layanan pelanggan diluar kondisi normal
g. Recovery : kemampuan untuk melanjutkan operasi ketika terjadi malfungsi
6) SCOR Model adalah singkatan dari The Supply Chain Operations Reference Model.
Secara pengertian, SCOR Model adalah sebuah metode pendekatan untuk melakukan pengukuran
terhadap kinerja dari sebuah supply chain. Kelebihan dari SCOR model adalah sebagai kemampuannya
untuk mengintegrasikan Business Process Reengineering (BPR), benchmarking dan Best Practice Analyze
(BPA) ke dalam kerangka kerja supply chain. SCOR model adalah metode yang terus berevolusi dan dapat
dikembangkan terus metriks‐metriks di dalamnya dengan fleksibel sesuai kebutuhan tiap supply chain.
Proses kunci dalam SCOR Model yaitu plan, source, make, deliver dan return yang berada dalam proses
mata rantai.