9 SistemManajemenKinerja2021
9 SistemManajemenKinerja2021
9 SistemManajemenKinerja2021
net/publication/367125904
CITATIONS READS
103 258
17 authors, including:
All content following this page was uploaded by Adi Suryanto on 14 January 2023.
Reviewer:
SAMBUTAN
MENTERI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
Identitas Buku i
Tim Penulis iii
Sambutan Menteri PAN RB iv
Sekapur Sirih Kepala LAN vi
Salam Pembuka Tanoto Foundation vii
Selayang Pandang DKIM ASN viii
Daftar Isi ix
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xi
Esensi Buku Sistem Manajemen Kinerja ASN xiii
BAB I URGENSI MANAJEMEN KINERJA ASN 1
Hary Supriadi
BAB II PERENCANAAN KINERJA PEGAWAI 15
Suripto
BAB III PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN KINERJA 45
Marsono dan Arif Ramadhan
BAB IV KONSELING, MENTORING DAN COACHING 55
Parjiyono dan Hari Budimawan
BAB V PENGUKURAN KINERJA PEGAWAI 83
Sri Wahyu Wijayanti dan Azizah Puspasari
BAB VI TINDAK LANJUT PENILAIAN KINERJA 98
Agustinus Sulistyo Tri P dan Renny Savitri
BAB VII MANAJEMEN KINERJA DENGAN MODEL FWA 117
(FLEXIBLE WORKING ARRANGEMENT)
Ichwan Santoso dan Octa Soehartono
BAB VIII SISTEM INFORMASI KINERJA 138
Witra Apdhi Yohanitas dan Azwar Aswin
DAFTAR PUSTAKA 148
BIODATA PENULIS 153
Dan salah satu hal yang sedang “happening” saat ini dari organisasi
berbasis kinerja adalah fleksibilitas, bekerja dari mana saja dan kapan saja,
untuk itu buku ini juga menambahkan satu pembahasan lagi tentang
Manajemen Kinerja dengan FWA (Flexible Work Arrangement).
Nah sekarang apa yang bisa kita amati pada situasi kerja instansi
pemerintah? Sebagai organisasi yang besar, sebuah raksasa birokrasi,
terdapat banyak pegawai dengan berbagai jabatan dan status. Namun
bagaimana pembagian tugasnya? Apakah jika salah satu dari mereka tidak
hadir akan sangat berpengaruh kepada proses kerja dan kinerja?
Jika merujuk pada regulasi yang mengatur tentang PPPK selain UU ASN,
yakni Peraturan Pemerintah (PP) No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja, sebenarnya telah
diamanatkan juga untuk mengatur kinerja PPPK. Beberapa ketentuan
tersebut antara lain:
Memahami SKP bukan hanya tahu pengertian atau definisi tentang SKP
saja, tetapi harus mampu memahami secara esensial SKP sesuai ruh dari PP
No. 30 tahun 2019. Ini penting untuk dapat membuat rencana kinerja
pegawai secara benar, karena selama ini implementasi SKP dengan PP No.
46 Tahun 2011 juga banyak variasi dan perbedaan antara satu dengan
lainnya. Hal ini menyebabkan SKP hanya sebagai dokumen formalitas
administrasi saja, tanpa memberikan kontribusi yang optimal dalam kinerja
organisasi. Hal ini sebagaimana dijelaskan Bapak Supranawa Yusuf,
Sekretaris Utama BKN, yang menyebutkan terdapat perbedaan antara
15-20% penilaian kinerja organsiasi dan kinerja pegawai.
Kinerja pegawai dibedakan menjadi dua jenis yakni kinerja utama dan
kinerja tambahan. Kinerja utama merupakan hasil kerja yang berkaitan
dengan fungsi organisasi yang menjadi sasaran prioritas pada waktu
tersebut. Kinerja utama selalu berkaitan dengan hasil kerja dari rencana
strategis, perjanjian kinerja, SKP atasan langsung dan uraian tugas pokok
jabatan. Untuk rujukan utama dalam penjabaran kinerja utama pejabat
pimpinan tinggi/unit mandiri, pejabat administrasi dan pejabat fungsional
seperti pada Tabel 2.1.
Target Kinerja
Target kinerja adalah jumlah hasil kerja yang akan dicapai dari setiap
pelaksanaan tugas jabatan yang meliputi aspek: kuantitas, kualitas, waktu
dan/atau biaya.
Formula
Tujuan
SATUAN
PENGUKURAN
JENIS IKU ( ) Outcome ( ) Output kendali ( ) Output
rendah kendali sedang
PENANGGUNG
JAWAB
PIHAK PENYEDIA
DATA
SUMBER DATA
PERIODE ( ) ( ) ( ) ( )
PELAPORAN Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan
Tempat, tanggal bulan tahun
Pegawai yang dinilai
Nama
NIP
Hal yang penting dalam menyusun rencana SKP yang baik harus
memperhatikan dua hal yakni (1) SKP disusun berjenjang, (2) dilaksanakan
dengan dialog. SKP disusun berjenjang mulai dari JPT atau Pimpinan Unit
Kerja Mandiri ke Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional sesuai dengan
tingkatannya, seperti Tabel 2. Proses penyusunan SKP dilakukan dengan
dialog antara pegawai dengan pejabat penilai dan atau tim/pengelola
kinerja. Hal ini bertujuan untuk memastikan penyusunan secara berjenjang
selaras dengan sasaran kinerja organisasi, unit kerja, tim kerja dan atasan
langsung. Hal ini menegaskan bahwa penyusunan SKP tidak dapat dilakukan
masing-masing pegawai. Tetapi, penyusunan harus dilakukan secara
bersama-sama pimpinan dan pegawai dalam organisasi tersebut. Oleh
karena itu, waktu penyusunan rencana SKP bersamaan dengan penyusunan
Rencana Kinerja Tahunan Instansi Pemerintah dan Perjanjian Kinerja, yakni
tahun anggaran sebelumnya. Jika pada minggu kedua bulan Januari tidak
melakukan proses penyusunan SKP, pengelola kinerja /tim pengelola kinerja
menyusun rencana SKP tersebut.
Tahapan menyusun SKP Pejabat Pimpinan Tinggi dan Unit Kerja Mandiri
model dasar/inisiatif sebagai berikut:
A. KINERJA UTAMA
B. KINERJA TAMBAHAN
A. KINERJA UTAMA
A. KINERJA UTAMA
A. KINERJA UTAMA
B. 3 Level x x x
C. 4 Level x x x x
D. 5 Level x x x x x
C. KINERJA UTAMA
Perilaku Kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang
dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perilaku kerja PNS meliputi 5 (lima) aspek yakni orientasi pelayanan,
komitmen, inisiatif kerja, kerja sama dan kepemimpinan. Aspek
kepemimpinan diberlakukan bagi pegawai yang menduduki Jabatan
Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas dan Jabatan
Fungsional dengan kegiatan yang membutuhkan aspek kepemimpinan.
Kelima aspek tersebut dijabatkan dalam 7 (tujuh) level perilaku sebagai
berikut:
LEVEL
PERILAKU INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI
KERJA
1 Memahami dan memberikan Ketika memberikan
pelayanan yang baik sesuai standar pelayanan kepada
2 Memberikan pelayanan sesuai pihak pihak yang
standar dan menunjukan komitmen dilayani
dalam pelayanan Ketika membangun
3 Memberikan pelayanan diatas hubungan dengan
standar untuk memastikan pihak yang dilayani
keputusan pihak pihak yang dilayani Ketika diharapkan
sesuai arahan atasan memberikan nilai
4 Memberikan pelayanan diatas nilai tumbuh atas
standar dan membangun nilai layanan yang
tambah dalam pelayanan diberikan kepada
5 Berusaha memenuhi kebutuhan pihak pihak yang
mendasar dalam pelayanan dan dilayani
mempercepat penanganan masalah
LEVEL
PERILAKU INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI
KERJA
1 Memahami dan memberikan Ketika menjalankan
perilaku dasar menyangkut tugas serta kewajiban
komitmen organisasi sebagai anggota
2 Menunjukan perilaku dan tindakan organisasi
sesuai aturan atau nilai-nilai Ketika harus menjaga
organisasi sebatas mengikuti arahan citra organisasi
atasan Ketika menghadapi
3 Menunjukkan perilaku dan tindakan keadaan dilematis
yang konsisten serta meneladani Ketika diharapkan
perilaku komitmen terhadap memupuk jiwa
organisasi nasionalisme
4 Mendukung tujuan serta menjaga Ketika dihadapkan
citra organisasi secara konsisten dengan masalah KKN
5 Bertindak berdasarkan nilai nilai
organisasi secara konsisten
6 Menunjukan komitmen atas
kepentingan yang lebih besar
daripada kepentingan pribadi
7 Mengambil keputusan atau tindakan
yang menumbuhkan pengorbanan
yang besar (menjadi model perilaku
positif yang terintegrasi)
LEVEL
PERILAKU INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI
KERJA
1 Memahami peran dalam tim dan Ketika menghadapi
menunjukan sikap positif dalam masalah dengan
hubungan kerja sama pegawai lain/orang
2 Berusaha menunjukan perilaku yang tidak disukai
kooperatif dan sikap profesional ditempat kerja
sesuai standar prosedur Ketika mendapatkan
3 Menunjukan komitmen atas pembagian tugas yang
profesionalitas dan harapan positif tidak menyenangkan
terhadap tim/kelompok kecil Ketika menghadapi
4 Bersikap transparan dan terbuka pimpinan yang tidak
serta menghargai anggota mempedulikan
kelompoknya kontribusi anggota tim
5 Berkomitmen terhadap Ketika bekerja di
penyelesaian tugas dan dalam kelompok/tim
memberikan dukungan secara aktif Ketika dituntut untuk
terhdap anggota tim yang lebih mengembangkan
besar dan beragam jejaring kerja sama
6 Membangun semangat kelompok
besar dan nilai tambah dalam
pelaksanaan tugas
7 Secara aktif menjaga motivasi dan
hubungan yang positif dalam
organisasi
LEVEL
PERILAKU INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI
KERJA
1 Memahami dan menunjukkan Ketika menjadi
sikap kepedulian, memberikan pemimpin informal
arahan tugas serta dalam unit
mempertimbangkan risiko kerja/organisasi
2 Menunjukkan perilaku positif, Ketika diharapkan
memberikan bimbingan dan menjadi penyemangat
motivasi, serta keberanian rekan kerja/bawahan
mengambil risiko personal Ketika terjadi
3 Bersedia untuk memberikan perselisihan dalam
pengarahan, motivasi dan kelompok/unit
menunjukkan komitmen atas kerja/organisasi
perilaku positif dan keberanian Ketika mengatur
dalam mengambil risiko pelaksanaan tugas/
4 Memberikan dukungan terhadap pekerjaan bawahan
orang lain serta menunjukan tekad Ketika memengaruhi
untuk mengambil risiko orang lain untuk
5 Menunjukkan kepercayaan diri mencapai tujuan
serta sikap yang adil dan Ketika dihadapkan
profesional dalam segala situasi, dengan situasi tidak
serta bersedia untuk mengambil pasti (kemungkinan
risiko mendapatkan hasil
6 Menunjukkan kemandirian dan negatif)
kemampuan menjadi katalisator Ketika terjadi
7 Menjadi teladan dalam perubahan-
kepemimpinan organisasi perubahan yang
spesifik dalam
organisasi
Urgensi bab pelaksanaan manajemen kinerja ASN dalam buku ini adalah
bahwa gambaran secara konkret implementasi manajemen kinerja baik
dalam tataran kebijakan maupun praktiknya selama ini kurang mendapat
perhatian, sehingga desain sistem manajemen kinerja sulit dipahami dan
diimplementasikan. Dalam praktik secara nyata, pada hakikatnya subbab
pelaksanaan manajemen kinerja adalah implementasi rencana kinerja dan
SKP dalam aktivitas kegiatan sehari-hari para ASN.
Poin-poin kegiatan dan rencana aksi unit kerja tersebut masih dapat
dirinci lebih detail, sehingga terkait dengan pengumpulan referensi dan
kebutuhan data dukung dapat dilakukan masing-masing ASN dengan
berbagai cara dan strategi. Salah satunya dengan browsing, ke Perpustakaan,
dari hasil kajian terdahulu atau menggali data dukung langsung ke lokus dan
lain-lain. Aktivitas-aktiitas inilah yang dilakukan masing-masing ASN untuk
dapat mewujudkan target kinerja Unit Kerja pada bulan pertama yaitu TOR
Kajian Pemetaan Kebutuhan Bangkom ASN.
Pelaksanaan Kinerja
Setiap pegawai dalam organisasi dituntut untuk memberikan kontribusi
positif melalui kinerja yang baik, mengingat kinerja organisasi tergantung
pada kinerja pegawainya (Gibson, et all, 1995:364). Oleh karena itu dalam
organisasi digunakan berbagai kriteria dan standar kerja untuk menilai
kinerja pegawai. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2019
tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) disebutkan bahwa
Penilaian Kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan
PNS yang didasarkan pada sistem prestasi dan sistem karier. Penilaian
dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan
tingkat unit atau organisasi, dengan memperhatikan target, capaian, hasil,
dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS. Karenanya pelaksanaan
kinerja melalui pendokumentasian kinerja berupa output, hasil dan manfaat
yang dicapai sangat penting dalam sistem manajemen kinerja.
Pendokumentasian kinerja adalah pelaksanaan rencana kinerja yang
didokumentasikan secara periodik. Pendokumentasian secara periodik
tersebut dapat berupa: harian, mingguan, bulanan, triwulan, semesteran,
dan tahunan tergantung kebutuhan organisasi. Dilaksanakan
pendokumentasian kinerja berupa output/end product dari rencana kinerja
SKP.
Penyusunan rencana aksi/ inisiatif strategis dilakukan untuk kinerja yang
tidak bisa diukur sesuai periode pengukuran (bulanan/
triwulan/semesteran). Adapun yang dimaksud dengan rencana aksi adalah
inisiatif pegawai dalam mencapai rencana kinerja. Rencana aksi disusun
Dalam hal kinerja utama pada SKP dapat diukur sesuai periode
pengukuran kinerja yang ditetapkan instansi pemerintah, maka
pendokumentasian kinerja dilakukan terhadap capaian kinerja berupa
produk atau output dari kinerja utama pada SKP serta dapat berupa data
dukung lain yang menggambarkan capaian kinerja. Pendokumentasian
kinerja dituangkan dalam format berikut:
Pemantauan Kinerja
Pemantauan Kinerja PNS adalah adalah serangkaian proses yang
dilakukan oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS untuk mengamati pencapaian
target kinerja yang terdapat dalam SKP. Pemantauan kinerja PNS dilakukan
oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS terhadap PNS secara berkala dan
berkelanjutan dalam proses pelaksanaan SKP, paling kurang satu kali dalam
setiap semester pada tahun berjalan, yang dilakukan dengan mengamati
capaian kinerja melalui dokumentasi kinerja yang terdapat dalam sistem
informasi nonelektronik dan/atau sistem informasi berbasis elektronik.
Selain melalui sistem informasi, pemantauan juga dapat dilakukan melalui
dialog kinerja.
Pendahuluan
Proses pelaksanaan kegiatan konseling, mentoring dan coaching
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk peningkatan kinerja bagi
Aparatur Sipil Negara. Ketiga kegiatan ini secara spesifik tidak tercantum
dalam siklus Sistem Manajemen Kinerja yang terdapat di Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri
Sipil. Siklus Manajemen Kinerja sesuai dengan Pasal 5 Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 2019 meliputi: a. Perencanaan Kinerja; b. Pelaksanaan,
Pemantauan, Pembinaan Kinerja; c. Penilaian Kinerja; d, Tindak Lanjut dan e.
Sistem Informasi Kinerja PNS.
Aspek sumber daya manusia menjadi unsur yang sangat penting bagi
berkembangnya suatu organisasi, dikarenakan modal intelektualnya
(intellectual capital) dapat dikembangkan seiring dengan perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan dan dinamika perubahan lingkungan baik
internal maupun eksternal. Keunggulan sumber daya manusia ini berbeda
dengan faktor sumber produksi lainnya, dikarenakan memiliki kemampuan
inovasi dan entrepreneurship, kualitas yang unik, keahlian yang khusus,
pelayanan yang berbeda dan kemampuan produktivitas yang dapat
dikembangkan sesuai kebutuhan (Mathis, 2003).
Konseling
Konseling bukan merupakan kalimat yang asing dilingkungan PNS
dikarenakan kalimat ini sudah diperoleh sejak zaman menempuh
pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah atas yaitu guru
bimbingan dan penyuluhan (Guru BP) sesuai dengan perkembangan zaman
berubah menjadi guru bimbingan dan konseling (Guru BK). Apabila seorang
murid dipanggil oleh guru BP atau guru BK, maka murid tersebut memiliki
Tujuan Konseling
Kegiatan pelaksanaan konseling di lingkungan PNS memiliki sejumlah
tujuan yang lebih menitikberatkan pada pihak konseli (klien) sebagai berikut:
a. Kegiatan hasil penilaian yang dilakukan secara 360 derajat oleh teman
sejawat yang terkait dengan aspek perilaku. Proses kegiatan penilaian
ini dilakukan pada siklus penilaian kinerja untuk aspek perilaku.
Apabila penilaian perilaku dibawah standar perilaku yang telah
ditetapkan maka PNS tersebut wajib melaksanakan konseling. Pejabat
Penilai Kinerja yang juga atasan langsung mendata secara keseluruhan
bawahannya yang wajib melaksanakan konseling sesuai dengan hasil
penilaian perilaku. Data penilaian perilaku sudah diperoleh pada akhir
bulan Desember, setelah proses penilaian kinerja pegawai selesai
(kedua belah pihak atasan dan bawahan menandatangani hasil
penilaian kinerja).
Keterangan:
Pejabat Penilai Kinerja wajib untuk menguraikan alasan bawahannya
untuk dilaksanakan kegiatan konseling dengan disertai sejumlah bukti
(evidence) yang mendukung kegiatan tersebut.
(………………………………..)
Ket :
diisi permasalahan aspek perilaku berasal dari penilaian atau pengukuran dan/atau
pelaporan
Mengetahui
Pimpinan Unit Kerja
(……………………………)
(………………………………………)
Keterangan:
*) tempat pelaksanaan konseling dapat dilakukan secara tatap muka baik melalui
daring atau luring. Apabila melalui daring bagian SDM wajib mencantumkan alamat
(………………………………………)
Mentoring
Pelaksanaan kegiatan mentoring didasarkan pada rujukan sebuah
karya sastra mitologi Yunani yang dikarang oleh Homeros dengan judul
Odyssey. Karya sastra ini menceritakan adanya Mentor yaitu seorang laki-
laki lanjut usia yang diberi tugas Odyssey untuk menjaga anaknya bernama
Telemachus, pada saat Odyssey pergi ke medan peperangan. Pada cerita ini
tidak banyak memberikan informasi terkait dengan interaksi Mentor dengan
Odyssey. Cerita yang berkembang kemudian peran Mentor diambil alih oleh
Dewi Athena dengan membimbing Odyssey yang memohon untuk
menemukan ayahnya. Berdasarkan cerita mitologi Yunani kuno tersebut
ternyata kegiatan mentoring sudah dibentuk sejak lama, dan proses
duplikasi kegiatan ini juga dilakukan di sejumlah profesi pekerjaan, sejumlah
contoh duplikasi kegiatan mentoring yang berhasil dibidang kesastraan
(Gertrude Strain menjadi mentor Ernest Hemingway), dibidang sains (Henry
Harlow menjadi mentor Abraham Maslow) dan dibidang politik (George
Wyth menjadi mentor Thomas Jefferson).
Berdasarkan sejumlah keberhasilan kegiatan mentoring di sejumlah
profesi pekerjaan maka sejumlah pakar mendefinisikan mentoring antara
lain: Crawford (2010) mendefinisikan mentoring adalah: “Hubungan
interpersonal dalam bentuk dukungan dan kepedulian antara seseorang
yang memiliki pengalaman dan berpengatahuan yang luas dengan
seseorang yang kurang memiliki pengalaman dan sedikit lebih rendah
memiliki pengetahuan”.
1. Tujuan Mentoring
Tujuan pelaksanaan kegiatan mentoring lebih difokuskan pada
peningkatan aspek kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) dan
karakter pengalaman yang dimiliki oleh mentee. Tujuan yang diharapkan
untuk tercapai pada proses kegiatan mentoring adalah sebagai berikut:
a. Perbaikan peningkatan kinerja, dengan dilaksanakan kegiatan
mentoring ini diharapkan mentor dapat membimbing mentee untuk
menyelesaikan rencana target kinerja yang ingin dicapainya.
b. Proses percepatan pembelajaran, kegiatan mentoring ini merupakan
salah satu teknik pelatihan on the job training yaitu mentor
melaksanakan bimbingan secara praktik kepada mentee terkait dengan
penyelesaian pekerjaannya.
c. Proses peningkatan pemberdayaan karyawan, pada saat pelaksanaan
mentoring proses pembimbingan yang dilakukan oleh mentor melalui
praktik kerja wajib untuk melibatkan mentee, sehingga peningkatan
pemberdayaan mentee dalam menyelesaikan pekerjaan akan tercapai.
d. Rendahnya proses pergantian pegawai, dengan pelaksanaan
mentoring akan terjadi proses transfer pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman dari mentor ke mentee sehingga kompetensi
(pengetahuan dan keterampilan) yang dimiliki mentee diharapkan
meningkat. Dengan adanya peningkatan kompetensi yang dimiliki
mentee maka proses pergantian pegawai akan sangat jarang
dilaksanakan.
e. Peningkatan motivasi karyawan, kegiatan mentoring akan berdampak
langsung adanya peningkatan motivasi karyawan. Seorang mentee
yang belum maksimal menyelesaikan pekerjaannya dengan proses
bimbingan mentor maka dapat dengan mudahnya menyelesaikan
tugasnya. Proses penyelesaian pekerjaan yang dilakukan mentee
secara maksimal akan berdampak pada peningkatan motivasinya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses kegiatan
mentoring merupakan kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh seorang
mentor secara praktik kepada mentee dengan tujuan untuk meningkatkan
2. Mekanisme Mentoring
Berbeda dengan pelaksanaan konseling yang sifat interaksinya satu
arah maka pelaksanaan mentoring lebih interaktif dikarenakan mentor
secara langsung memberikan bimbingan dan mentee mempraktikkan dalam
penyelesaian pekerjaannya. Terjadinya kegiatan mentoring disebabkan
adanya permasalahan yang dihadapi oleh mentee yaitu hasil (output) yang
dihasilkan ternyata tidak sesuai dengan target yang ingin dicapainya
terutama pada periode tertentu (bulanan, triwulanan, dan/atau
semesteran). Agar hasil (output) kinerja yang dihasilkan oleh mentee tidak
mengalami permasalahan pada saat berakhirnya periode untuk pencapaian
target, maka Pejabat Penilai Kinerja akan menunjuk mentor untuk
melakukan pembimbingan kepada mentee dalam menyelesaikan target
kinerjanya.
Secara umum pelaksanaan mentoring dilingkungan PNS
mekanismenya adalah sebagai berikut:
2.1. Pengukuran Kinerja Sebelum Mentoring.
Pelaksanaan mentoring bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
(aspek pengetahuan dan keterampilan) dan proses pembelajaran dari
pengalaman orang lain sehingga hasil (output) kinerjanya sesuai dengan
target kinerja yang telah ditetapkan dalam periode waktu tertentu. Dengan
demikian pelaksanaan mentoring akan diberikan kepada seorang PNS
apabila hasil (output) kinerjanya tidak memenuhi target kinerja (baik secara
kualitas dan/atau kuantitas) pada periode waktu tertentu.
Pada saat pelaksanaan Perencanaan Kinerja, PNS memiliki kewajiban
untuk menguraikan target yang utuh dalam sejumlah target yang lebih kecil
untuk dicapainya dengan waktu yang lebih pendek dari waktu periode yang
telah ditetapkan. Tujuan menguraikan target menjadi yang lebih kecil
Mengetahui Menyetujui
Pimpinan Unit Kerja Pejabat Penilai Kinerja
(…………………………) (………………………………)
Keterangan:
*) Pejabat Penilai Kinerja dapat memperkirakan lama waktu pelaksanaan mentoring
berdasarkan uraian target kinerja yang diusulkan oleh bawahannya
**) Pejabat Penilai Kinerja wajib untuk menulis permasalahan kinerja yang dihadapi
anak buahnya di formulir tersebut dan ditunjuk nama mentor yang memiliki
sejumlah kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) dan pengalaman yang dapat
membimbing bawahannya. Penunjukan nama mentor ini wajib diketahui oleh
pimpinan unit kerjanya (pimpinan unit kerja memiliki hak untuk mengajukan nama
mentor yang berbeda).
j. Pimpinan unit kerja mengirim surat ke Bagian SDM terkait dengan
pelaksanaan kegiatan mentoring pegawai di unit kerjanya dengan
melampirkan formulir daftar nama peserta mentoring.
Mentor
(……………………….)
Mentor
(…………………..)
Keterangan:
*) Penilaian output dilakukan oleh mentor terkait dengan output yang dihasilkan oleh
mentee dibandingkan dengan output yang diinginkan oleh mentor. Proses
penilaiannya bisa berupa angka atau secara kuantitatif (Sangat Bagus, Bagus, Cukup,
Kurang dan Sangat Kurang)
f. Mentor berkirim surat ke bagian SDM terkait dengan selesainya proses
penyelenggaraan mentoring dengan melampirkan formulir IV.7 dengan
tembusan Pejabat Penilai Kinerja dan mentee.
Coaching
Istilah coaching lebih dikenal di lingkungan olahraga pada awal tahun
60 sampai 80-an, dengan kata dasar “coach” yang berarti pelatih. Pada awal
tahun 70-an kalimat coaching dikembangkan oleh seorang pelatih tennis W.
Timothy Gallwey di buku judulnya: “The Inner Game of Tennis”. Substansi dari
(…………………………)
Keterangan:
*) Nilai SKP yang dicantumkan setelah dilakukan pemeringkatan kinerja yaitu:
kinerja di atas ekspektasi, atau kinerja sesuai ekspektasi.
Ka.Biro/Bagian/SDM
( …………………………….)
Penutup
1. Pelaksanaan kegiatan konseling merupakan proses menasihati,
kegiatan mentoring merupakan proses membimbing dan proses
coaching merupakan proses mendampingi.
2. Kegiatan konseling bertujuan memperbaiki permasalahan di masa
lalu berkaitan dengan perilaku, kegiatan mentoring memperbaiki
permasalahan di masa sekarang terkait kinerja dan kegiatan coaching
peningkatan kinerja untuk masa mendatang yang melampaui target
yang ditetapkan.
3. Kegiatan konseling dan mentoring masih mengacu pada proses
manajemen kinerja ASN, namun untuk kegiatan coaching selain
proses manajemen kinerja juga mengacu manajemen talenta.
4. Kegiatan konseling strategi komunikasi pelaksanaannya lebih bersifat
satu arah (artinya seorang konseli wajib mematuhi nasihat
konselornya), sedangkan mentoring dan coaching strategi komunikasi
pelaksanaannya bersifat dua arah (terdapatnya pelaksanaan
komunikasi yang saling menguatkan).
1
Smith, P. (1993), “Outcome-related performance indicators and organizational control in the
public sector”, British Journal of Management, Vol. 4, pp. 135-51.
2
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil,
pasal 29
Penggunaan BSC dalam sektor publik kadang masih diragukan dan baru
berjalan keberhasilannya di sektor swasta, dalam hal bagaimana perspektif
mengelaborasinya dan menghasilkan kesesuaian dalam hasilnya. Namun
BSC tampaknya memberikan manfaat yang lebih besar untuk sektor publik.
Perbedaan yang mencolok dengan sektor swasta adalah bahwa permintaan
konsumen tidak hanya terlihat pada laporan penjualan kuartal, tetapi juga
secara langsung dari pasar walaupun tidak kentara dan sangat jarang.
Persepktif BSC pada sektor swasta dan publik dapat dilihat pada tabel
berikut:
3
Kaplan, Robert S. dan Norton, David P., 1996, Balanced Scorecard, Menerjemahkan
Strategi Menjadi Aksi, Alih Bahasa : Peter R. Yosi Pasla, 2000, Jakarta : Erlangga.
Dilakukan setiap akhir bulan Desember pada tahun berjalan dan paling
lama akhir bulan Januari tahun berikutnya
Dilakukan oleh pejabat penilai kinerja atau pejabat lain yang diberi
pendelegasian kewenangan.
Dalam hal penugasan atau tanggung jawab diberikan oleh pejabat
pimpinan tinggi pada unit kerja lain, pejabat yang bersangkutan dapat
memberikan rekomendasi penilaian atas rencana kinerja pegawai yang
berkaitan dengan penugasan kepada Pejabat Penilai Kinerja.
Penilaian kinerja bagi pegawai yang diperbantukan/dipekerjakan pada
negara sahabat, lembaga internasional, organisasi profesi, dan badan-
badan swasta yang ditentukan oleh Pemerintah baik di dalam maupun di
luar negeri dilakukan berdasarkan bahan yang diperoleh dari instansi
tempat yang bersangkutan bekerja.
Penilaian kinerja pejabat pimpinan tinggi dan pimpinan unit kerja beserta
tindak lanjutnya menyesuaikan dengan waktu dikeluarkannya hasil
Dalam Penilaian Kinerja ada ketentuan yang berlaku bagi Penilaian SKP
Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) dan bagi Jabatan Administrasi (JA) dan Jabatan
Fungsional (JF) yang dilakukan dalam kinerja tahunan.
4
Anantha, Devi. 2021. Permenpanrb Nomor 8 Tahun 20021 tentang Sistem Manajemen Kinerja
PNS dalam rangka Sosialisasi. Kementerian PANRB: Jakarta
Perilaku Kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang
dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
5
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil,
Pasal 1
a. orientasi pelayanan;
b. komitmen;
c. inisiatif kerja;
d. kerja sama; dan
e. kepemimpinan.
6
Zenger, Jack. 2016. How Effective Are Your 360-Degree Feedback Assessments? Forbes.
https://www.forbes.com/sites/jackzenger/2016/03/10/how-effective-are-your-360-degree-
feedback-assessments/?sh=5004e97aa690
7
Heathfield, Susan M. 2021. 360 Degree Feedback: See the Good, the Bad and The Ugly. The
Balance Careers. https://www.thebalancecareers.com/360-degree-feedback-information-
1917537#citation-1
1. Sangat Baik, dengan nilai 110-120 atau berhasil menciptakan ide baru
dan/atau cara baru dalam peningkatan kinerja yang memberi
manfaat bagi organisasi atau negara,
2. Baik, dengan nilai 90-120,
3. Cukup, dengan nilai 70-90,
4. Kurang, dengan nilai 50-70,
5. Sangat Kurang, dengan nilai kurang dari 50.
Hasil penilaian kinerja tersebut selanjutnya dipetakan dalam bentuk
distribusi kinerja pegawai. Distribusi kinerja dibagi dalam tiga kelompok,
yaitu pegawai dengan kinerja di atas ekspektasi, sesuai ekspektasi dan di
Dalam bab ini akan dibahas secara mendalam landasan peraturan yang
berlaku saat ini, landasan konseptual yang berkembang serta model tindak
lanjut kinerja yang ditawarkan supaya tujuan manajemen kinerja dapat
tercapai.
Terakhir jika PNS yang dinilai merasa keberatan atas hasil penilaian
kinerja yang diberikan, maka PNS tersebut diberikan kesempatan untuk
menyampaikan keberatan. Keberatan tersebut disampaikan kepada
atasan dari Pejabat Penilai Kinerja PNS disertai dengan alasan-alasannya
paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterima. Selanjutnya atasan
dari Pejabat Penilai Kinerja PNS akan melakukan pemeriksaan dengan
meminta penjelasan dari Pejabat Penilai Kinerja PNS dan PNS yang dinilai.
Dari hasil pemeriksaan itu, maka atasan Pejabat Penilai Kinerja PNS dapat
mengubah dan menetapkan hasil penilaian kinerja yang bersifat final
(Pasal 59 PP No. 30 Tahun 2019).
a. Teguran lisan,
b. Teguran tertulis, dan
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.
Sedangkan jenis-jenis hukuman disiplin sedang yang dapat diberikan
kepada PNS yang pencapaian SKP tahunannya hanya 25%-50% atau
melakukan pelanggaran yang memberikan dampak negatif bagi instansi
terdiri dari:
Tindak lanjut penilaian kinerja bagi pegawai yang kinerjanya sangat baik,
baik, cukup, kurang dan sangat kurang tentu saja berbeda-beda. Tindak
lanjut yang berbeda ini akan memotivasi pegawai untuk terus meningkatkan
kinerjanya. Berdasarkan peraturan yang berlaku, banyak sekali tindak lanjut
penilaian kinerja yang sudah diatur oleh pemerintah. Di dalam PP Nomor 30
Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja PNS, khususnya di Pasal 51 (4)
disebutkan bahwa dokumen penilaian kinerja yang lengkap dan sudah
disepakati atau disetujui kedua belah pihak (atasan langsung dan pegawai
b. Pengembangan kompetensi
Penghargaan berupa pengembangan kompetensi adalah
penghargaan yang diberikan kepada pegawai good performer berupa
peningkatan atau pengembangan kompetensi yang dimiliki, baik
melalui jalur pendidikan atau pelatihan. Pengembangan kompetensi
yang diberikan juga mencakup untuk kompetensi manajerial, teknis
maupun sosiokultural.
Ada dua bentuk pengembangan kompetensi yang dapat diberikan
kepada pegawai sebagai bentuk tindak lanjut penilaian kinerja, yaitu (1)
pengembangan kompetensi dalam rangka karier kedepan, untuk
jabatan yang lebih tinggi atau untuk mengisi gap positif dan (2)
pengembangan kompetensi dalam jabatan saat ini atau untuk mengisi
gap negatif. Berikut penjelasan masing-masing:
1) Gap positif, pengembangan kompetensi untuk mengisi gap
positif pada dasarnya bertujuan untuk menyiapkan kompetensi
pegawai dalam jabatan setingkat diatasnya. Penghargaan ini
diberikan kepada pegawai yang mempunyai potensi atau
peluang untuk naik jenjang kariernya, baik berupa kenaikan
jenjang jabatan, pangkat atau golongan. Kenaikan jenjang perlu
dipahami sebagai bertambahnya tanggung jawab, kewenangan
yang menuntut adanya peningkatan kapasitas atau kompetensi
pegawai. Sehingga penghargaan berupa pengembangan
Konsepsi FWA
Pemilihan cara kerja yang efektif menjadi bagian dari manajemen kinerja
yang tidak kalah pentingnya dalam memengaruhi kinerja organisasi. Untuk
itu, cara kerja memerlukan penyesuaian dengan dinamika lingkungan
strategisnya. Membangun keselarasan frekuensi antara organisasi dengan
dunia sekitarnya. Di era digitalisasi ini, kemajuan teknologi dengan demikian
perlu di-inject ke dalam ekosistem kerja. Hal ini dibutuhkan untuk
mendefinisikan kembali cara kerja dan mengubah cara pandang bahwa
bekerja dapat dilakukan di mana pun Anda berada. Hal inilah yang kemudian
dikenal sebagai Flexible Work Arrangements (FWA) atau fleksibilitas
pengaturan kerja.
Senada dengan pengertian di atas, Rau & Hyland, (2002) mendefinisikan FWA
sebagai sebuah alternatif pilihan yang diberikan oleh organisasi kepada
pegawainya untuk menentukan jadwal dan tempat bekerja.
FWA akhirnya menjadi sebuah tren yang patut dilalui untuk membawa
birokrasi pada tingkat peradaban yang lebih tinggi. Melalui FWA, sumber
daya organisasi diharapkan dapat dikelola secara optimal untuk mencapai
tujuan bersama (organisasi dan pegawai). Pegawai dapat menunjukkan
kinerja dengan level yang lebih tinggi kepada organisasi dan memberikan
pelayanan yang lebih baik terhadap mitra dan/atau penerima layanannya.
Dengan kata lain, FWA diharapkan dapat menjadi salah satu pintu masuk
untuk mewujudkan ASN berkinerja tinggi. Untuk itu, kebijakan mengenai
FWA menjadi salah satu yang dinanti dalam perjalanan reformasi birokrasi
dan adaptasi baru menuju revolusi industri kedepan (4.0-5.0), khususnya
pada aspek manajemen kinerja ASN. Hal ini juga sejalan dengan visi
pemerintah Indonesia untuk mendorong pembangunan ekonomi melalui
investasi yang lebih besar pada sumber daya manusia, daya saing, dan
reformasi birokrasi.
Keterangan:
1. : diisi mulai tanggal diterapkannya FWA
2. : diisi pekerjaan harian yang dilakukan sesuai dengan uraian jabatan
3. : diisi target dari pekerjaan
4. : diisi output dari pekerjaan
5. : diisi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan
Sementara itu, evaluasi dapat dilakukan dengan melihat tingkat
ketercapaian target/output kerja yang telah disepakati melalui laporan
pegawai yang bekerja dengan sistem FWA. Media komunikasi menjadi kunci
utama ketercapaian target/output kerja untuk mengoptimalkan kinerja
pegawai. Dalam prosesnya, atasan mengevaluasi kinerja pegawai,
b. Kemenkeu
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dalam Dini Kusumawati (2020) bahwa
pandemi Covid-19 mendorong perubahan yang radikal dalam
menciptakan pola kerja baru di instansinya. Penerapan konsep FWA pada
Kementerian Keuangan mengambil momentum dan pengalaman saat
Covid-19 untuk mendorong akselerasi perubahan di Kemenkeu.
Mengurangi jumlah ruang rapat dan memanfaatkan teknologi seperti
yang dilakukan saat WFH. Merancang pola kerja, infrastruktur dan budaya
kerja yang mendukung terciptanya sistem kerja dalam rangka tatanan
normal baru di Kemenkeu.
Oleh karena itu, mereka mengeluarkan kebijakan melalui Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 223/MK.01/2020 tentang Implementasi
Fleksibilitas Tempat Bekerja (Flexible Working Space) di lingkungan
Kementerian Keuangan dimana aturan tersebut mengatur pola kerja
pegawai yang memberikan fleksibilitas lokasi bekerja selama periode
tertentu dengan memaksimalkan teknologi. Kebijakan ini menetapkan
prioritas yang dapat dilakukan melalui skema FWS antara lain pekerjaan
perumusan kebijakan atau rekomendasi kebijakan, tidak bertatap muka
secara langsung dengan pengguna layanan, dan pekerjaan dapat
dilakukan secara online. Untuk mekanisme dan pengaturannya, kuota dan
batas waktu FWS ditentukan oleh pimpinan unit kerja secara berjenjang
Apa contoh paling sederhana dari transformasi digital dalam hal sistem
informasi di pemerintahan Indonesia? Pada masa pandemi Covid-19 ini,
jawaban paling mudah adalah dengan menunjuk e-HAC (Kartu Kewaspadaan
Kesehatan versi modern). Pada saat ini semua warga Indonesia yang
melakukan perjalanan darat, laut, dan udara dipersyaratkan untuk mengisi
e-HAC. Dengan pengisian e-HAC itu negara dapat mengetahui informasi
kesehatan dan lokasi di daerah mana warganya berada.
a. Government to Citizens
Bentuk penggunaan e-government paling umum dimana pemerintah
membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi
informasi untuk berinteraksi dengan masyarakat.
b. Government to Business
Bentuk penyediaan pelayanan data dan informasi dari pemerintah
bagi kalangan bisnis.
c. Government to Government
Bentuk penggunaan e-government untuk interaksi antara satu
pemerintah dengan pemerintah lainnya dalam rangka memudahkan
proses kerja sama.
d. Government to Employees
Bentuk penggunaan yang ditujukan bagi para staf di instansi
pemerintahan. Selain itu tujuan dari kebijakan e-government adalah
untuk mengurangi penggunaan sistem manual atau penggunaan
kertas dalam setiap pelayanan.
Sistem informasi kinerja termasuk dalam bentuk Government to
Employees, karena sistem ini bersifat mendukung kebutuhan informasi di
internal pemerintahan.
Selain itu, sistem informasi kinerja pegawai tidak terlepas dari sistem
informasi lain yang terkait yang memerlukan integrasi data. Dan sistem
memang tidak langsung terkait dengan pegawai, tetapi terkait dengan
instansi dan unit kerja pegawai tersebut. Tentu saja ini terkait dengan sistem
manajemen kinerja yang terhubung dalam sebuah sistem akuntabilitas
instansi pemerintah secara utuh. Sistem ini dimulai dari terkait dengan
perencanaan kinerja instansi pemerintah, perencanaan keuangan instansi
pemerintah yang menjadi motor penggerak rencana pembangunan secara
nasional. Kemudian terkait juga dengan teknis pelaksanaannya yang
dituangkan dalam rencana program kerja instansi dan unit kerja masing-
masing instansi pemerintah.
Namun semua itu belum ada sistem informasi yang terintegrasi dengan
baik dari tingkat nasional, tingkat instansi, tingkat unit kerja yang pada
akhirnya ke kinerja pegawai sebagai individu yang dapat menjalankan semua
perencanaannya. Disinilah permasalahan itu muncul. Padahal
perkembangan sistem informasi dan komunikasi seharusnya bisa
memfasilitasi itu semua. Sehingga minimnya kuantitas SDM, kurang
lengkapnya sarana serta prasarana, terbatasnya software, tidak validnya data
Amanda, Septiany. 2021. Apa itu Literasi Digital, Prinsip Dasar, Manfaat, dan
Contohnya. Dapat diakses di (https://tirto.id/apa-itu-literasi-digital-
prinsip-dasar-manfaat-dan-contohnya-gbhL , pada April 2021)
Armstrong, Michael and Angela Baron. 1998. Performance Management, The
New Realities, Institute of Personnel and Development, London,
Amstrong, 2006. Performance Management, Key Strategies and Practical
Guidelines. Third Edition. Kogan Page. London and Philadelphia.
Armstrong, Michael and Angela Baron., Managing Performance: Performance
Management in Action, Chartered Institute of Personnel and
Development, London, 2007.
Byars, L. L., & Rue, L. W. 2006. Human Resources Management. New York:
McGraw-Hill Irwin.
Department of Economic and Social Affairs. 2020. E-government survei 2020,
Digital Government in the Decade of Action for Sustainable Development.
United Nations.
Dida Dinarsyah, Nova Dwi Rahayu. Menuju Implementasi Flexible Working
Arrangement Ideal Pasca Masa Covid-19 (Studi Praktik Terbaik Pada
Kementerian Kelautan dan Perikanan). JURNAL DESENTRALISASI DAN
KEBIJAKAN PUBLIK, Vol. 01, No.02-September 2020.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1983. Kamus Inggris Indonesia: An English
– Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia
Erna Irawati. Menyongsong Flexible Working Arrangement bagi ASN. Jurnal
Analis Kebijakan Vol.3, No.1 Tahun 2019.
Erna Irawati, Rizky Fitria, Yudiantarti Safitri, dan Rabiatul Adawiyah. Flexible
Working Arrangement (FWA) untuk Aparatur Sipil Negara (ASN).
Dandelion Publisher. Bogor. 2020.
Fadhila, Aulia Annisaa dan Wicaksana, Lungid. Sistematik Review: Flexible
Working Arrangement (FWA) Sebagai Paradigma Baru ASN Di Tengah
Pandemi Covid-19. Spirit Publik Volume 15, Nomor 2, 2020. Halaman
111-130 P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875.