Handbook - Manajemen Kinerja
Handbook - Manajemen Kinerja
Handbook - Manajemen Kinerja
MANAJEMEN
KINERJA
MANAJEMEN
KINERJA
Dalam rangka mewujudkan Visi Indonesia 2045 untuk menjadi negara yang
berdaulat, maju, adil, dan makmur maka diperlukan sebuah sistem birokrasi
berkelas dunia yang mampu bersaing di level global. Agar sistem birokasi yang
diharapkan tersebut dapat terwujud, Indonesia perlu merancang sebuah sistem
merit dalam manajemen ASN sebagai upaya utama dalam membangun, mengelola,
serta menghasilkan Sumber Daya Manusia Aparatur yang profesional, kompeten,
berintegritas, dan netral.
Akhir kata, kami atas nama Komisi Aparatur Sipil Negara berharap Handbook ini
dapat menjawab pertanyaan dan membawa manfaat bagi semua pembaca
terutama pengelola SDM Aparatur.
MANAJEMEN KINERJA
DAFTAR ISI
Bab Pendahuluan 1
Latar Belakang 2
1
Bab Aspek 5.1 Kontrak Kinerja yang Terukur dan Diturunkan 5
dari Rencana Strategis Organisasi 6
2 Dasar Hukum
5
Bab Subaspek 5.3 Pelaksanaan Penilaian Kinerja 25
Secara Berkala Disertai Dialog Kinerja
6 Dasar Hukum
MANAJEMEN KINERJA
Bab Praktik Baik Analisis Permasalahan Kinerja 41
dan Penyusunan Startegi Penyelesaiannya
MANAJEMEN KINERJA
MANAJEMEN KINERJA
BAB 1
LATAR BELAKANG
1
BAB 1
LATAR BELAKANG
Latar Belakang
Kebijakan manajemen kinerja ASN mengalami perubahan yang cukup berarti
sepanjang tahun 2019 hingga 2021. Sebelum ditetapkannya PP Nomor 30 Tahun
2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil, pelaksanaan manajemen
kinerja mengacu pada PP Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil. Pada ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2011 disebutkan bahwa
penilaian prestasi kerja PNS merupakan suatu proses penilaian secara sistematis
yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap sasaran kerja pegawai dan perilaku
kerja PNS. Sementara itu, pada PP 30 tahun 2019, istilah yang digunakan menjadi
sistem manajemen kinerja PNS yang didefinisikan sebagai suatu proses sistematis
yang terdiri dari perencanaan kinerja; pelaksanaan, pemantauan, dan pembinaan
kinerja; penilaian kinerja; tindak lanjut; dan sistem informasi kinerja. Dari dua
definisi tersebut, terdapat transformasi konsep yang digunakan, dari “kerja” ke
“kinerja”.
MANAJEMEN KINERJA
Dalam penilaian sistem merit, KASN menilai 5 subaspek berikut sebagai indikator
penilaian penerapan aspek manajemen kinerja, yaitu:
5.1 Ketersediaan kontrak kinerja Sudah menyusun kontrak kinerja bagi seluruh
yang terukur dan diturunkan pegawai yang diturunkan dari Rencana
dari Rencana Strategis Strategis organisasi
organisasi
5.5 Penggunaan hasil penilaian Hasil penilaian kinerja sudah menjadi salah
kinerja dalam pengambilan satu aspek yang digunakan dalam
keputusan terkait pembinaan penetapan talent pool
dan pengembangan karir
MANAJEMEN KINERJA
MANAJEMEN KINERJA
BAB 2
ASPEK 5.1
KONTRAK KINERJA
YANG TERUKUR
DAN DITURUNKAN
DARI RENCANA
STRATEGIS ORGANISASI
5
BAB 2
ASPEK 5.1 KONTRAK KINERJA
YANG TERUKUR DAN
DITURUNKAN DARI RENCANA
STRATEGIS ORGANISASI
Pada dasarnya, pada subaspek 5.1, yang dinilai adalah tahap perencanaan kinerja
pegawai. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas nilai sistem merit pada
subaspek ini, yaitu tersedianya kontrak kinerja seluruh pegawai dan target kinerja
tersebut disusun secara cascade. Dengan demikian, dokumen yang perlu disediakan
antara lain:
MANAJEMEN KINERJA
Tahap perencanaan kinerja merupakan tahapan yang memiliki perubahan paling
signifikan pada proses berubahnya kebijakan tentang manajemen kinerja. Pada PP
Nomor 46 Tahun 2011, perencanaan kinerja dilaksanakan melalui penyusunan
sasaran kerja pegawai (SKP) yang memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang
harus dicapai dalam kurun waktu penilaian. Sementara itu, dalam PP terbaru, SKP
(sasaran kinerja pegawai) adalah rencana kinerja dan target yang akan dicapai oleh
seorang pegawai setiap tahun. Dari dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
perencanaan kinerja pegawai harus mencerminkan hasil kerja-bukan sekedar
uraian tugas jabatan, dan hasil kerja individu harus mendukung kinerja organisasi.
Untuk itulah, salah satu tahapan penyusunan SKP adalah penyusunan matriks
pembagian peran dan hasil untuk memastikan bahwa setiap strategi pencapaian
hasil kerja diintervensi oleh setiap individu pegawai atau tim kerja.
Pada PP Nomor 30 Tahun 2019, disebutkan bahwa SKP wajib disusun oleh seluruh
pegawai. Secara lebih teknis, pedoman penyusunan perencanaan kinerja atau SKP
tercantum dalam PermenPANRB No. 6 Tahun 2022. Selain itu, BKN menyediakan
formulir SKP yang dapat diakses pada https://bit.ly/FormSKP_PermenpanRB_6.
MANAJEMEN KINERJA
SISTEM INFORMASI
BAB 3
PRAKTIK BAIK
PERENCANAAN KINERJA
(KONTRAK KINERJA)
YANG TERUKUR
DAN DITURUNKAN
DARI RENCANA STRATEGIS
9
BAB 3
PRAKTIK BAIK PERENCANAAN
KINERJA (KONTRAK KINERJA)
YANG TERUKUR DAN DITURUNKAN
DARI RENCANA STRATEGIS
10
MANAJEMEN KINERJA
Gambar 3.2 Dokumen Rencana Strategis Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 – 2023
Sebagai salah satu contoh dokumen terlampir diatas, dokumen RPJMD dan Renstra
BKD tersebut dapat menjadi acuan dalam penyusunan dokumen perjanjian kinerja
pegawai.
B. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja sebagaimana tercantum dalam PermenPANRB No 53 Tahun 2014
merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih
tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja sebagai bentuk komitmen
dan kesepakatan atas kinerja yang terukur. Pada peraturan tersebut, disebutkan
bahwa pihak yang wajib menyusun perjanjian kinerja adalah pimpinan tertinggi,
pimpinan unit eselon I, dan pimpinan satuan kerja untuk kementerian/lembaga.
Sementara itu, untuk pemerintah daerah, perjanjian kinerja dibuat oleh pimpinan
tertinggi (Gubernur/Bupati/Wali Kota) dan pimpinan perangkat daerah. Namun
demikian, penyusunan perjanjian kinerja dapat diperluas sesuai kebijakan internal
Instansi Pemerintah.
11
MANAJEMEN KINERJA
Berikut merupakan ilustrasi perjanjian kinerja tiap level jabatan pada Pemerintah
Pusat dan Daerah.
Gambar 3.3 Perjanjian Kinerja Kepala Lembaga Badan Pengawas Obat dan Makanan
12
MANAJEMEN KINERJA
Gambar 3.6 Perjanjian Kinerja Kepala Perangkat Daerah pada Pemerintah Provinsi
13
MANAJEMEN KINERJA
Gambar 3.9 Perjanjian Kinerja Pejabat Pengawas
pada Salah Satu Perangkat Daerah Di Pemerintah Provinsi
Pada penilaian sistem merit, instansi pemerintah dapat memperoleh nilai maksimal
jika perencanaan kinerja sudah dilakukan oleh seluruh pegawai dengan
menurunkan rencana strategis instansi dalam target kinerja pegawai. Namun perlu
diperhatikan bahwa apabila perjanjian kinerja tersebut hanya disusun hingga ke
level jabatan struktural maka untuk jabatan fungsional dan/atau pelaksana dapat
disusun melalui dokumen SKP pegawai. Sebelum melakukan perencanaan kinerja,
seluruh pegawai harus memahami apa yang ingin dicapai pada tingkat organisasi,
unit kerja, dan tim kerjanya. Selain itu juga perlu dilihat bagaimana keselarasan
cascading kinerja dari Renstra Instansi hingga perjanjian kinerja melalui dokumen
pohon kinerja yang telah disusun oleh pemerintah pusat maupun daerah. Terkait
contoh bentuk penyusunan pohon kinerja instansi dapat dilihat secara rinci pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Nomor 6 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Kinerja Aparatur Sipil Negara.
14
MANAJEMEN KINERJA
MANAJEMEN KINERJA
BAB 4
ASPEK 5.2 PENGGUNAAN
METODE PENILAIAN KINERJA
YANG OBYEKTIF
15
BAB 4
ASPEK 5.2 PENGGUNAAN
METODE PENILAIAN KINERJA
YANG OBYEKTIF
Indikator pada sub aspek 5.2 ini adalah Penggunaan metode penilaian kinerja yang
obyektif. Instansi pemerintah harus dapat menjelaskan proses penilaian kinerja
untuk pegawai, metode apa yang digunakan dan bagaimana keterkaitannya dengan
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP). Selain menilai capaian target kinerja yang tertera
dalam SKP, pegawai juga dilakukan penilaian pada perilaku kerjanya. Penilaian
kinerja dilaksanakan pada aspek SKP dan perilaku kerja dengan bobot masing-
masing 70% dan 30%. PP 30 Tahun 2019 memungkinkan perilaku kerja dilaksanakan
secara 360˚, yakni tidak hanya oleh pejabat penilai kinerja, tetapi juga oleh rekan
kerja setingkat dan/atau bawahan langsung. Jika penilaian 360˚ sudah dilakukan,
bobot nilai SKP dan perilaku kerja menjadi masing-masing 60% dan 40%.
REVIEW
16
MANAJEMEN KINERJA
Seringkali atasan sebagai pejabat penilai memberikan nilai secara tidak obyektif,
tanpa melalui metode dan langsung memberi tanda tangan. Bukti yang relevan
dalam sub aspek 5.2 adalah sebagai berikut:
Contoh metode
Data rekap SKP
penilaian kinerja
yang telah dinilai;
yang digunakan;
17
MANAJEMEN KINERJA
4 Menyusun Strategi Pencapaian Hasil Kerja.
Dalam format SKP terbaru, pendekatan penyusunan SKP terdiri dari pendekatan
hasil kerja kualitatif dan pendekatan hasil kerja kuantitatif. Adapun hasil kerja yang
ditetapkan dengan pendekatan kualitatif memiliki karakteristik: ekspektasi
pimpinan bersikap deskriptif, indikator kinerja individu berdasarkan target
dideskripsikan dalam satu narasi, dan tidak menekankan pada satuan pengukuran.
Sedangkan pendekatan kuantitatif memiliki karakteristik: ekspektasi pimpinan
bersifat terukur, indikator kinerja individu dinarasikan terpisah dari target, dan
menekankan satuan pengukuran. Penjelasan terkait penyusunan dan format secara
keseluruhan dapat dilihat melalui PermenPANRB No. 6 Tahun 2022.
Berikut merupakan contoh format SKP terbaru pada setiap jenjang level jabatan.
Gambar 4.1 Contoh format sasaran kinerja pegawai pendekatan hasil kerja kualitatif
dan kuantitatif bagi Pejabat Pimpinan Tinggi dan Pimpinan Unit Kerja Mandiri
18
MANAJEMEN KINERJA
Gambar 4.2 Contoh format sasaran kinerja pegawai pendekatan hasil kerja kualitatif
dan kuantitatif bagi Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional
19
MANAJEMEN KINERJA
MANAJEMEN KINERJA
BAB 5
PRAKTIK BAIK
PENGGUNAAN
METODE PENILAIAN KINERJA
YANG OBYEKTIF
21
BAB 5
PRAKTIK BAIK
PENGGUNAAN METODE
PENILAIAN KINERJA
YANG OBYEKTIF
Pada subaspek penggunaan metode penilaian kinerja yang objektif dapat dilihat
penerapannya apabila instansi pemerintah memiliki aturan dasar yang jelas dalam
penyusunan penilaian kinerja pegawai, pelaksanaan metode penilaian kinerja yang
telah dituangkan ke dalam SKP untuk seluruh pegawai, serta telah menggunakan
sistem informasi penilaian kinerja pegawai. Berikut merupakan salah satu contoh
bentuk SKP format terbaru menurut PermenPANRB No 6 Tahun 2022 yang telah
diterapkan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gambar 5.1 Contoh SKP Pendekatan Kuantitatif untuk Jabatan Pimpinan Tinggi
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2022
22
MANAJEMEN KINERJA
Gambar 5.2 Contoh SKP Pendekatan Kuantitatif untuk Jabatan Administrator
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2022
Pada Instansi Pemerintah Pusat bentuk format penilaian kinerja terbaru menurut
PermenpanRB Nomor 6 Tahun 2022 telah diterapkan oleh Kementerian Sekretariat
Negara melalui sistem informasi PIAWAI versi 3.0. Terlihat dalam contoh gambar
terlampir bahwa salah satu SKP pegawai Kemensetneg sudah terpetakan ke dalam
kurva distribusi predikat pegawai.
Gambar 5.3 Contoh tangkap layar portal informasi kinerja pegawai (PIAWAI)
Kementerian Sekretariat Negara
23
MANAJEMEN KINERJA
SISTEM INFORMASI
BAB 6
SUBASPEK 5.3
PELAKSANAAN PENILAIAN
KINERJA SECARA BERKALA
DISERTAI DIALOG KINERJA
25
BAB 6
SUBASPEK 5.3 PELAKSANAAN
PENILAIAN KINERJA
SECARA BERKALA DISERTAI
DIALOG KINERJA
Kebijakan pelaksanaan penilaian kinerja bagi ASN telah diatur dalam Peraturan
Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia terbaru yakni PermenPAN Nomor 6 Tahun 2022 tentang Pengelolaan
Kinerja Pegawai Aparatur Sipil Negara.
26
MANAJEMEN KINERJA
Sistem merit menghendaki setiap pegawai dilakukan penilaian kinerja secara
berkala, baik harian, bulanan, maupun tahunan agar dapat dievaluasi apakah kinerja
pegawai tersebut telah memenuhi target kinerja yang telah ditetapkan dalam
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) atau belum.Apabila target kinerja dalam kurun waktu
tertentu belum tercapai, maka disinilah peran penting dari pelaksanaan dialog
kinerja.
Dialog kinerja merupakan komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan yang
membahas mengenai kinerja dari bawahan tersebut. Apabila dalam proses
pencapaian target kinerja tersebut terdapat hambatan-hambatan yang ditemui oleh
pegawai, maka pegawai tersebut dapat berdiskusi dengan atasan agar segera
bersama-sama mencari solusi terbaik untuk penyelesaiannya.
27
MANAJEMEN KINERJA
MANAJEMEN KINERJA
BAB 7
PRAKTIK BAIK PELAKSANAAN
PENILAIAN KINERJA
SECARA BERKALA
DISERTAI DIALOG KINERJA
29
BAB 7
PRAKTIK BAIK PELAKSANAAN
PENILAIAN KINERJA
SECARA BERKALA DISERTAI
DIALOG KINERJA
Nantinya, atasan akan melakukan validasi atas laporan harian yang telah
dikumpulkan dan memberikan umpan balik (feedback) kepada PNS yang
bersangkutan. Bentuk pelaksanaan dialog kinerja sendiri terbagi menjadi 2 (dua)
bentuk, yakni bimbingan kinerja dan konseling kinerja. Dalam hal bimbingan kinerja,
kegiatan ini dilakukan oleh atasan langsung pegawai yang bersangkutan. Sementara
dalam hal konseling kinerja, dilakukan oleh konselor terhadap pegawai yang
mempunyai permasalahan perilaku kerja yang dapat mempengaruhi pencapaian
target kinerja. Lebih lanjut, hal ini diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat
Nomor 182 Tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja Aparatur Sipil Negara di
Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
30
MANAJEMEN KINERJA
Gambar 7.1 Peraturan Gubernur Jawa Barat
tentang Sistem Manajemen Kinerja Aparatur Sipil Negara
Sementara itu, berkaitan dengan alur penilaian kinerja pegawai yang berlaku di
Pemprov Jawa Barat, akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:
31
MANAJEMEN KINERJA
2
32
MANAJEMEN KINERJA
Dialog Kinerja Atasan dan Bawahan
Pada prinsipnya, mekanisme yang digunakan untuk menilai SKP dan menginput
kinerja harian pegawai adalah sama. Dialog kinerja antara atasan dan bawahan juga
terjadi pada saat pegawai menginput aktivitas kinerjanya setiap hari di aplikasi TRK.
Saat pegawai sudah selesai menginput aktivitas kinerja di hari tersebut, laporan
tersebut akan diterima oleh atasan.
33
MANAJEMEN KINERJA
Gambar 7.3 Kolom catatan yang diisi oleh atasan
34
MANAJEMEN KINERJA
MANAJEMEN KINERJA
BAB 8
ASPEK 5.4
ANALISIS PERMASALAHAN
KINERJA DAN PENYUSUNAN
STARTEGI PENYELESAIANNYA
UNTUK MEWUJUDKAN
TUJUAN ORGANISASI
35
BAB 8
ASPEK 5.4 ANALISIS PERMASALAHAN
KINERJA DAN PENYUSUNAN STARTEGI
PENYELESAIANNYA UNTUK
MEWUJUDKAN TUJUAN ORGANISASI
Berdasarkan pada Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil, disebutkan bahwa pengembangan karier ASN didasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja serta kebutuhan Instansi Pemerintah.
36
MANAJEMEN KINERJA
PP nomor 30 tahun 2019 bahwa Penilaian Kinerja PNS dilaksanakan dalam suatu
Sistem Manajemen Kinerja yang terdiri atas:
Perencanaan kinerja;
Penilaian kinerja;
Menurut Peraturan Menteri PANRB nomor 8 tahun 2021 tahapan tindak lanjut terdiri
atas: a) pelaporan kinerja; b) pemeringkatan kinerja; c) penghargaan; d) sanksi; dan
e) keberatan. Untuk menyusun pelaporan kinerja dokumen yang dibutuhkan
meliputi:
Rekomendasi.
Dokumen lainnya
37
MANAJEMEN KINERJA
Indikator pada sub aspek 5.4 ini adalah Ketersediaan informasi tentang analisis
permasalahan kinerja dan penyusunan strategi penyelesaiannya untuk
mewujudkan tujuan organisasi. Analisis permasalahan kinerja dilakukan terhadap
pegawai yang memiliki kinerja rendah atau tidak tercapainya target kinerja yang
ditetapkan. Analisis apa yang menjadi penyebab pegawai tidak berkinerja secara
optimal dan tindak lanjut pengembangannya sehingga pegawai yang bersangkutan
dapat meningkatkan kinerjanya untuk mencapai tujuan organisasi. Analisis
permasalahan kinerja dilakukan untuk masing-masing individu pegawai dan bukan
pada level organisasi (laporan kinerja unit/organisasi/Lapkin/LKJ). Bukti yang relevan
untuk sub aspek 5.4 ini adalah sebagai berikut:
Level nilai yang bisa diberikan di sub-aspek 5.4 ini adalah Nilai level 0 apabila
dokumen yang dilampirkan tidak sesuai, dan belum memiliki data kesenjangan
kinerja pegawai serta belum dilakukan analisis permasalahan kinerja. Kemudian
level 1-4 dengan kondisi sebagai berikut:
38
MANAJEMEN KINERJA
Nilai level 2 ketika sudah menganalisis
2 permasalahan kinerja secara terstruktur. Dalam
melakukan permasalahan kinerja, instansi sudah
melihat dengan dasar capaian kinerja individu
pegawai atau nilai SKP. Sudah melakukan
analisis aspek-aspek apa saja yang menjadi
permasalahan kinerja pegawai dari hasil capaian
kinerja pegawai melalui metode yang sudah
ditetapkan dan memiliki dasar aturan.
39
MANAJEMEN KINERJA
MANAJEMEN KINERJA
BAB 9
PRAKTIK BAIK ANALISIS
PERMASALAHAN KINERJA
DAN PENYUSUNAN STARTEGI
PENYELESAIANNYA UNTUK
MEWUJUDKAN TUJUAN
ORGANISASI
41
BAB 9
PRAKTIK BAIK ANALISIS
PERMASALAHAN KINERJA DAN
PENYUSUNAN STARTEGI
PENYELESAIANNYA UNTUK
MEWUJUDKAN TUJUAN ORGANISASI
Sudah terdapat banyak praktik baik yang ada di instansi pemerintah yang telah
melakukan analisis permasalahan kinerja pada kesenjangan kinerja pegawai yang
terlihat kemudian menyusun startegi penyelesaiannya. Contoh praktik baik di
lingkungan instansi pemerintah yang dapat kita lihat bagaimana analisis
permasalahan kinerja yang dilakukan misalnya di lingkungan Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM). Selain telah melakukan analisis permasalahan kinerja melalui
dialog kinerja dan wawancara dari atasan kepada bawahan yang nilai kinerjanya
dibawah baik, BPOM juga telah menyusun strategi penyelesaian permasalahan
secara individu.
42
MANAJEMEN KINERJA
Rekapitulasi hasil penilaian kinerja pegawai dan diperoleh predikat sesuai dengan
tingkat permasalahan yang dihadapi pegawai. Dari hasil rekapitulasi tersebut
disusun rekomendasi yang bersifat umum untuk memecah permasalahan kinerja
organisasi/unit kerja. Berikut contoh rekomendasi yang masih belum terstruktur:
Setelah diketahui prioritas masing-masing, maka setiap atasan dari unit kerja perlu
melakukan dialog dengan pegawai yang memiliki permasalahan kinerja. Hasilnya
akan diperoleh rekomendasi strategi penyelesaian permasalahan kinerja secara
individu.
43
MANAJEMEN KINERJA
Bukti pelaksanaan konseling sebagai suatu strategi penyelesaian masalah bagi
pegawai yang memiliki permasalahan kinerja.
Di Badan Pengawas Obat dan Makanan dipetakan sebanyak 756 pegawai telah
diketahui masalah kinerja yang dihadapi dan dilakukan bimbingan serta
rekomendasi penyelesaian permsalahannya. Rekomendasi disusun hingga pada
level individu disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi.
Setelah diketahui permasalahan kinerja pada level individu maka akan lebih
memudahkan instansi pemerintah melakukan rencana pengembangan pegawai,
mulai dari pemberian pelatihan dan pendidikan, promosi, mutasi, maupun
pemberian hukuman disiplin.
44
MANAJEMEN KINERJA
MANAJEMEN KINERJA
BAB 10
ASPEK 5.5 PENGUNAAN HASIL
PENILAIAN KINERJA DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TERKAIT PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN KARIER
45
BAB 10
ASPEK 5.5 PENGUNAAN HASIL
PENILAIAN KINERJA DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERKAIT
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
KARIER
Berdasarkan pada Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil, disebutkan bahwa pengembangan karier ASN didasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja serta kebutuhan Instansi Pemerintah.
46
MANAJEMEN KINERJA
Pemanfaatan penilaian kinerja dalam pengembangan karier ASN ini juga disebutkan
dalam PP nomor 30 tahun 2019 bahwa Penilaian Kinerja PNS dilaksanakan dalam
suatu Sistem Manajemen Kinerja yang terdiri atas:
Perencanaan Penilaian
kinerja; kinerja;
Tindak lanjut;
dan
Pemanfaatan penilaian kinerja pegawai negeri sipil ini termasuk dalam tahap tindak
lanjut. Pejabat yang Berwenang dan/atau pimpinan Unit Kerja yang membidangi
pengelolaan kepegawaian dapat melakukan tindak lanjut yang dibutuhkan. Tindak
lanjut dapat berupa bimbingan, pelatihan, penugasan khusus, diusulkan mutasi,
dan/atau direkomendasikan untuk diproses penjatuhan hukuman disiplin. Hal ini
sesuai dengan PP 30/2019 Pasal 51 ayat (4) berbunyi:
laporan dokumen
PyB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan
a dimak sud pada ayat (2) untuk dijadikan
penilaian kinerja PNS sebagaiman
acuan dalam:
ikan dan/atau
a. Mengidentifikasi dan merencanakan kebutuhan pendid
pelatihan;
b. Mengembangkan kompetensi;
c. Mengembangkan karier;
d. Pemberian tunjangan;
e. Pertimbangan mutasi, dan promosi;
dengan
f. Memberikan penghargaan dan pengenaan sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundangun danga n; dan/a tau
penilaian SKP
g. Menindaklanjuti permasalahan yang ditemukan dalam
dan Perilaku Kerja.”
47
MANAJEMEN KINERJA
Untuk dapat memanfaatkan penilaian kinerja, Instansi juga melakukan
pemeringkatan kinerja dari hasil laporan pejabat penilai kinerja. Pemeringkatan
Kinerja dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan prioritas pengembangan
kompetensi dan pengembangan karier. Pemeringkatan kinerja juga dijadikan dasar
pembayaran tunjangan kinerja pegawai.
48
MANAJEMEN KINERJA
Indikator pada sub aspek 5.5 ini adalah Penggunaan hasil penilaian kinerja dalam
pengambilan keputusan terkait pembinaan dan pengembangan karir. Hasil
penilaian kinerja (SKP dan perilaku kerja) dijadikan dasar dalam pengembangan karir
pegawai baik dalam pemberian promosi maupun untuk diusulkan dalam pendidikan
dan pelatihan untuk pengembangan kompetensi. Misalnya apakah pengembangan
karir (promosi pegawai) itu melihat hasil penilaian kinerja pegawai yang akan
dipromosikan? Dalam hal pengembangan kompetensi, penilaian kinerja juga
menjadi pertimbangan, misal ketika terdapat pegawai yang kinerjanya rendah
kemudian dilakukan coaching/mentoring/diklat yang berkaitan dengan kompetensi
yang dibutuhkan pegawai tersebut.
Bukti yang relevan pada sub aspek 5.5 ini adalah sebagai berikut:
49
MANAJEMEN KINERJA
Level nilai yang bisa diberikan di sub-aspek 5.5 ini adalah Nilai level 0 apabila
dokumen yang dilampirkan tidak sesuai, dan belum menunjukkan adanya
penggunaan hasil penilaian kinerja pegawai. Kemudian level 1-4 dengan kondisi
sebagai berikut:
50
MANAJEMEN KINERJA
Nilai level 4 ketika hasil penilaian kinerja sudah
4 menjadi salah satu aspek yang digunakan dalam
penetapan talent pool. Pada level nilai tertinggi
ini, pemanfaatan hasil penilaian kinerja dikelola
dalam sistem manajemen talenta. Instansi
pemerintah yang mendapatkan nilai 4 sudah
memiliki dasar aturan kebijakan internal terkait
manajemen talenta yang didalamnya mengatur
bagaimana hasil penilaian kinerja diperhitungkan
dalam penetapan talent pool.
51
MANAJEMEN KINERJA
MANAJEMEN KINERJA
BAB 11
PRAKTIK BAIK PENGUNAAN HASIL
PENILAIAN KINERJA DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TERKAIT PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN KARIER
53
BAB 11
PRAKTIK BAIK PENGUNAAN HASIL
PENILAIAN KINERJA DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERKAIT
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
KARIER
Sudah terdapat banyak praktik baik yang ada di instansi pemerintah dalam
Penggunaan hasil penilaian kinerja dalam pengambilan keputusan terkait
pembinaan dan pengembangan karier. Contoh praktik baik di lingkungan instansi
pemerintah yang dapat kita lihat misalnya pada pengelolaan kepegawaian di
lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Instansi tersebut telah
menggunakan hasil penilaian kinerja sebagai salah satu aspek dalam melakukan
pemetaan talenta pegawai (manajemen talenta).
Badan Pengawas Obat dan Makanan telah memanfaatkan penilaian kinerja untuk
merencanangan pengembangan pegawai, baik karier maupun kompetensi.
Pengelolaan kepegawaian di lingkungan BPOM menggunakan beberapa sistem
informasi kepegawaian dan fungsinya masing-masing, diantaranya 1) SIMETRIS,
sistem informasi yang digunakan untuk menyusun Perjanjian Kerja serta dapat
digunakan sebagai dashboard pimpinan untuk memantau capaian kinerja unit kerja;
dan 2) SIMAKIN, aplikasi SKP pada level individu yang merupakan versi
pengembangan dari aplikasi eSKP yang digunakan sebelumnya, dan saat ini juga
masih dalam tahap penyempurnaan.
54
MANAJEMEN KINERJA
Melalui kedua aplikasi tersebut sistem kepegawaian di lingkungan BPOM dikelola
dari perencanaan strategis, perjanjian kinerja, penyusunan SKP individu, hingga
penilaian kinerja. Pemanfaatan hasil penilaian kinerja pegawai menjadi salah satu
aspek dalam penyusunan talent pool pegawai di lingkungan BPOM melalui aplikasi
SIMENTARI.
55
MANAJEMEN KINERJA
Setelah mengidentifikasi pegawai-pegawai yang berada di kelompok talenta,
pengelola menyampaikan usulan daftar nama calon talenta kepada Pimpinan Unit
Kerja/Kepala UPT untuk mendapatkan konfirmasi terkait kelayakan sebagai talenta
dan kesediaan calon talenta untuk menjadi talenta. Komite Manajemen Talenta
berdasarkan rekomendasi Pengelola Talenta kemudian melakukan evaluasi calon
Talenta dengan melihat kembali profil calon talenta dan pemenuhan syarat
administrasi, kompetensi dan prestasi kinerja. Apabila dalam evaluasi tersebut
terdapat kesenjangan, maka dapat diusulkan program pengembangan talenta.
Program ini didasarkan pada hasil kajian dan analisa, Biro Umum dan Sumber Daya
Manusia yang meliputi proyeksi jabatan, rencana pengembangan karier (termasuk
mutasi dan penugasan khusus) yang telah disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi, potensi, kompetensi dan kinerja dari talenta tersebut.
Dari penjelasan tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa jenjang karier pegawai
(termasuk mutasi dan penugasan khusus) juga menggunakan penilaian kinerja
sebagai salah satu aspek pertimbangan. Hal ini juga tertuang dalam Peraturan
Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 27 tahum 2019 tentang Pedoman
Mutasi PNS di Lingkungan BPOM.
56
MANAJEMEN KINERJA
Mutasi yang dilakukan atas dasar perencanaan dilakukan dengan memperoleh
pertimbangan Tim Penilai Kinerja. Apabila Tim Penilai Kinerja belum terbentuk,
maka pertimbangan diberikan oleh Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan.
Mutasi yang dilakukan atas dasar perencanaan ini merupakan bagian dari Pola
Karier Pegawai di lingkungan BPOM. Telah terbit Keputusan Kepala BPOM No. HK.
02.02.1.24.09.19.3596 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pola Karier Pegawai Negeri
Sipil di Lingkungan Badan POM.
Menurut pedoman ini pola karier pegawai dapat dilakukan secara horizontal,
vertikal, maupun diagonal dengan semua syarat ketentuan pada pegawai yang akan
melaksanakan pengembangan kariernya adalah mendapatkan tingkat hasil
penilaian kinerja minimal “BAIK” berturut-turut dalam 2 (dua) tahun terakhir.
57
MANAJEMEN KINERJA
Key Success Factors
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Studi banding
2 Biro SDM di Badan Pengawas Obat dan Makanan
tidak segan untuk melihat pelaksanaan
manajemen kinerja di instansi lain. Ketika
menemukan adanya instansi lain yang memiliki
sistem kinerja yang lebih baik, maka akan
dilakukan studi banding untuk bisa mengadopsi
hal-hal baik dari sistem kerja di instansi tersebut.
58
MANAJEMEN KINERJA
MANAJEMEN KINERJA
MANAJEMEN
KINERJA