Contoh Rme

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika | PPPPTK Matematika

Nama : …………………..
Kelas/No : ………………….

Lembar Tugas Siswa


Menghitung Luas Persegi Panjang

Gunakan rumus luas persegi panjang untuk menyelesaikan soal berikut.


1. Berapakah luas persegi panjang yang panjang dan lebarnya berturut-
turut adalah:
a. p = 6 ; l = 5
b. p = 8 ; l = 7
c. p = 15 ; l = 8
2. Pada sebuah persegi panjang, apabila diketahui panjangnya 3 kali
lebarnya. Jika lebarnya 7 satuan, berapakah panjang dan luasnya?
1
3. Pada sebuah persegi panjang, apabila diketahui lebarnya adalah
2
dari panjangnya. Jika panjangnya 10 satuan, berapakah lebar dan
luasnya?

B. Contoh : Pembelajaran Bilangan di Kelas II semester 2

Kompetensi Dasar (KD): ”Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya


bilangan dua angka”. Untuk mencapai KD ini, indikator yang dapat
dituliskan guru antara lain sebagai berikut.
(1) Mengubah bentuk penjumlahan berulang kedalam bentuk perkalian.
(2) Mengubah bentuk perkalian ke dalam bentuk penjumlahan berulang.
(3) Menentukan hasil perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
(4) Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan
perkalian.

Indikator ke (4) merupakan kemampuan yang dicapai siswa setelah


mengenal konsep perkalian bilangan. Hal ini berbeda dengan permasalahan
kontekstual atau realistik yang dikemukakan guru untuk memulai
pembelajaran, yaitu permasalahan yang harus diselesaikan siswa yang mana
siswa belum mengenal konsep perkalian bilangan.

52 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual


dalam Melaksanakan KTSP
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika | PPPPTK Matematika

Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah contoh penggalan proses


pembelajaran yang dilakukan oleh guru pasif, guru aktif, dan guru yang
realistik dalam membelajarkan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan 2
angka untuk pertama kalinya pada siswa.

1. Guru Pasif
Guru pasif memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan 2 angka sebagai berikut.

Langkah-1
Guru menuliskan kalimat penjumlahan di papan tulis, contoh: 4+4+4 = .....
Guru menanyakan pada siswa: ”Berapa kali bilangan 4 dituliskan?
Jawaban siswa: 3 kali”. Guru kemudian akan melanjutkan: ”Jadi
penjumlahan tersebut dapat ditulis dalam kalimat perkalian: 3x4, jadi
3x4 = 4+4+4=12”. Selanjutnya guru menuliskan kembali di papan tulis
bentuk penjumlahan berulang dan bertanya pada siswa: ” 4+4+4+4 = ......,
dapatkah kalian menuliskan penjumlahan ini sebagai perkalian?”. Kalau
tidak ada siswa yang dapat menjawab guru kembali menanyakan pada
siswa: ”Berapa kali bilangan 4 tuliskan?”. Maka siswa akan menjawab 4,
guru melanjutkan dengan memberi pernyataan: ”Kalau begitu dapat
ditulis 4x4, artinya 4x4 = 4+4+4+4 = 16.

Langkah-2
Guru memberikan beberapa soal pada siswa untuk menuliskan
penjumlahan berulang kedalam bentuk perkalian.

2. Guru Aktif
Guru aktif memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan 2 angka dengan menggunakan alat peraga, seperti manik-
manik, sedotan minuman, lidi, atau kartu bergambar seperti contoh
berikut.

Langkah-1
Guru menunjukkan alat peraga yang digunakan, contoh kartu bergambar
seperti berikut.

Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual 53


dalam Melaksanakan KTSP
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika | PPPPTK Matematika

Langkah-2
Guru melanjutkan penjelasannya pada siswa bagaimana mengubah
bentuk penjumlahan berulang kedalam kalimat perkalian, seperti contoh
berikut.

kakinya 4 kakinya 8 kakinya 12


(fakta)
4 + 4 4 4
4 + +
=4 =8 = 12

1x4 2x4 3x4


1 kali 4 2 kali 4 3 kali 4

Pada kegiatan di atas guru mengajak siswa mengubah penjumlahan


berulang kedalam kalimat perkalian seperti contoh di atas, yaitu 1 sapi
banyaknya kaki 4 dapat dituliskan 1x4, 2 sapi banyak kaki dapat
dituliskan 2x4 dan seterusnya.

Langkah-3
Guru memberikan beberapa soal pada siswa untuk menuliskan
penjumlahan berulang kedalam bentuk perkalian.

54 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual


dalam Melaksanakan KTSP
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika | PPPPTK Matematika

3. Guru Realistik
Guru realistik memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan 2 angka dengan menggunakan permasalahan sehari-hari yang
dikenal siswa atau permasalahan kontekstual, seperti contoh berikut.

Langkah-1
Guru menanyakan pada siswa:” apakah siswa sudah pernah melihat
sapi?”, apabila siswa menjawab sudah, guru menanyakan pada siswa: ”
berapa kaki yang dimiliki sapi?”, maka jawaban siswa adalah sapi
memiliki 4 buah kaki. Selanjutnya guru memberikan permasalahan yang
harus diselesaikan siswa secara berkelompok, yaitu: ”Ada berapa buah
kaki yang ada atau dimiliki pada 5 ekor sapi?”

Langkah-2
Guru menyiapkan beberapa alat peraga, seperti manik-manik, sedotan
minuman, lidi, atau kartu bergambar dan sebagainya untuk membantu
siswa menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Guru meminta
masing-masing kelompok untuk menuliskan jawaban dengan
memberikan alasan diperolehnya jawaban dengan mengkomunikasikan
dengan siswa yang lain.

Sapi sesung-
guhnya
adalah:
Realistik
Gambar sapi
atau kartu
bergambar
adalah:
Semi konkrit

Alternatif jawaban siswa sebagai berikut.


Alternatif-1
Siswa membilang satu persatu kaki yang dimiliki 4 ekor sapi,
diperagakan dengan menggunakan lidi, sedotan minuman, manik-manik,

Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual 55


dalam Melaksanakan KTSP
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika | PPPPTK Matematika

kartu bergambar atau yang alat peraga yang lain. Peragaan yang
dilakukan siswa ini merupakan kegiatan semi abstrak seperti contoh
berikut.

= 20 buah = 20 buah

Alternatif-2
Ada dimungkinkan siswa menjawabnya dengan menggunakan skema
seperti berikut.

4 4 4 4 4

0 1 2 3 4 5

= 20 buah

Alternatif-3
4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5 x 4 =20
Jawaban siswa ini merupakan jawaban formal yang merupakan definisi
matematika

Langkah-3
Guru harus dapat menyikapi jawaban siswa yang salah maupun yang
benar. Apabila jawaban siswa salah guru tidak boleh langsung
menyalahkan tetapi harus melihat alasan jawaban dari siswa, baru dari
jawaban siswa ini siswa digiring atau dimotivasi kepada jawaban yang
benar.

Untuk alternatif semua jawaban yang benar seperti contoh di atas maka
guru membenarkan semua jawaban, kemudian guru memberi
kesempatan berpikir siswa dari semua alternatif jawaban yang benar,
jawaban mana yang paling mudah dan gampang dikerjakan. Guru
perlu mendengarkan jawaban siswa dan memberikan gambaran pada

56 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual


dalam Melaksanakan KTSP
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika | PPPPTK Matematika

siswa yang bisa menjadi pertimbangan pada siswa. Sebagai contoh:


”Andaikan kita disuruh menghitung banyaknya kaki yang dimiliki 15
ekor sapi, apakah kita harus menghitung satu persatu kaki sapi yang ada?
sambil menunjuk jawaban alternatif-1) atau kita harus menjumlahkan
kaki yang dimiliki masing-masing sapi? Bagaimana dengan jawaban pada
alternatif-3?”. Guru kemudian memperluas permasalahan: ”Bagaimana
kalau kita disuruh menghitung puluhan atau ribuan sapi?”. Nah tentunya
untuk mempermudah kita menghitungnya kita perlu mencari cara yang
paling mudah, yaitu dengan mengubah kalimat penjumlahan kedalam
bentuk perkalian (ini merupakan cara guru membawa siswa dari
matematika horisontal kepada matematika vertikalnya).

Langkah-4
Bertitik tolak dari jawaban siswa (jawaban alternatif-1, 2 dan 3), guru
mengajak siswa bagaimana mengubah bentuk penjumlahan berulang
kedalam bentuk perkalian seperti contoh seperti berikut ini.
Formal 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5 x 4 =20 Definisi
matematika

Langkah-5
Guru dapat memberikan latihan atau soal-soal pada siswa berkaitan
dengan mengubah bentuk penjumlahan berulang kedalam bentuk
perkalian atau sebaliknya.

C. Untuk Direnungkan

Pengalaman penulis yang cukup lama bersama atau bertemu dengan guru,
sampai tahun 2008 ini memberikan soal pada guru tentang operasi hitung
campuran, seperti contoh berikut: ”20 + 40 : 4 x 5 – 10 = .......”. Hampir semua
atau sebagian besar guru yang ditanya menjawab dengan benar hasilnya
adalah 60. Selanjutnya penulis menanyakan alasan guru mendapatkan hasil
tersebut, maka jawaban guru sebagian besar sebagai berikut:” 20 + (40 : 4) x
5 – 10 = 20 + (10 x 5) -10 = 20 + 50 – 10 = 70 – 10 = 60”. Penulis
melanjutkan pertanyaannya: ”Kenapa perkalian dan pembagian lebih dulu
dioperasikan dari penjumlahan dan pengurangan?” Sebagian besar guru tidak
ada yang tahu, kalaupun ada yang tahu itu hanya beberapa guru. Jawaban

Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual 57


dalam Melaksanakan KTSP
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika | PPPPTK Matematika

bagi yang tahu adalah karena perkalian merupakan penjumlahan berulang


dan pembagian merupakan pengurangan berulang. Namun demikian kalau
pertanyaan kemudian dilanjutkan: ”Kenapa yang di depan yang dioperasikan
terlebih dulu?”, sebagian besar mungkin bahkan seluruhnya tidak tahu
jawabannya. Jawaban mereka adalah apa yang mereka peroleh sebelumnya
seperti itu, yaitu sebagai berikut.
(1) Penjumlahan dan pengurangan sama kuat mana, yang di depan
dioperasikan terlebih dahulu.
(2) Perkalian dan pembagian sama kuat mana, mana yang didepan
dioperasikan terlebih dahulu.
(3) Perkalian dan pembagian lebih kuat dari penjumlahan dan pengurangan,
maka perkalian dan pembagian dioperasikan terlebih dahulu.
Namun demikian kalau penulis bertanya:”Kenapa demikian?”, guru terdiam.
Kenapa hal ini terjadi? karena kita memperoleh materi tersebut dengan tidak
menggunakan masalah kontekstual dalam pembelajarannya. Bagaimana guru
realistik mengajarkan operasi hitung campuran? Berikut ini akan diberikan
satu contoh alternatif yang dilakukan guru realistik dalam mengajarkan
opersi hitung campuran melibatkan penjumlahan dan pengurangan, yaitu
dengan memberikan masalah kontekstual, berikut ini sebagai contoh.

”Sebuah bus dari terminal membawa penumpang sebanyak 24 orang. Bus


hanya berhenti di tempat pemberhentian yang telah ditetapkan. Di
pemberhentian pertama turun 13 orang, kemudian bus berjalan menuju
dipemberhentian ke dua. Di pemberhentian ke dua naik 7 orang dan bus
melanjutkan ke pemberhentian ke tiga. Berapa penumpang yang sampai di
pemberhentian ke tiga?”

Hampir seluruh guru menjawab dengan benar masalah tersebut, yaitu 18


orang dengan alasan:” (24-13) + 7 = 18 orang”. Penulis mencoba menjawab
lain, yaitu 4 orang dengan alasan: ”24 – (13+7) = 4 orang”, maka seluruh guru
serentak mengatakan salah karena bis menurunkan lebih dulu baru
menaikkan tidak sebaliknya. Dengan demikian guru menemukan sendiri
jawabannya kenapa yang di depan terlebih dahulu dilakukan. Sama halnya
sebuah antrean yang di depan pasti dilayani atau dilakukan terlebih dahulu.
Maka tidak akan adalagi pertanyaan kenapa yang di depan dilakukan terlebih
dahulu.

58 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual


dalam Melaksanakan KTSP

Anda mungkin juga menyukai