Contoh Rme
Contoh Rme
Contoh Rme
Nama : …………………..
Kelas/No : ………………….
1. Guru Pasif
Guru pasif memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan 2 angka sebagai berikut.
Langkah-1
Guru menuliskan kalimat penjumlahan di papan tulis, contoh: 4+4+4 = .....
Guru menanyakan pada siswa: ”Berapa kali bilangan 4 dituliskan?
Jawaban siswa: 3 kali”. Guru kemudian akan melanjutkan: ”Jadi
penjumlahan tersebut dapat ditulis dalam kalimat perkalian: 3x4, jadi
3x4 = 4+4+4=12”. Selanjutnya guru menuliskan kembali di papan tulis
bentuk penjumlahan berulang dan bertanya pada siswa: ” 4+4+4+4 = ......,
dapatkah kalian menuliskan penjumlahan ini sebagai perkalian?”. Kalau
tidak ada siswa yang dapat menjawab guru kembali menanyakan pada
siswa: ”Berapa kali bilangan 4 tuliskan?”. Maka siswa akan menjawab 4,
guru melanjutkan dengan memberi pernyataan: ”Kalau begitu dapat
ditulis 4x4, artinya 4x4 = 4+4+4+4 = 16.
Langkah-2
Guru memberikan beberapa soal pada siswa untuk menuliskan
penjumlahan berulang kedalam bentuk perkalian.
2. Guru Aktif
Guru aktif memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan 2 angka dengan menggunakan alat peraga, seperti manik-
manik, sedotan minuman, lidi, atau kartu bergambar seperti contoh
berikut.
Langkah-1
Guru menunjukkan alat peraga yang digunakan, contoh kartu bergambar
seperti berikut.
Langkah-2
Guru melanjutkan penjelasannya pada siswa bagaimana mengubah
bentuk penjumlahan berulang kedalam kalimat perkalian, seperti contoh
berikut.
Langkah-3
Guru memberikan beberapa soal pada siswa untuk menuliskan
penjumlahan berulang kedalam bentuk perkalian.
3. Guru Realistik
Guru realistik memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan 2 angka dengan menggunakan permasalahan sehari-hari yang
dikenal siswa atau permasalahan kontekstual, seperti contoh berikut.
Langkah-1
Guru menanyakan pada siswa:” apakah siswa sudah pernah melihat
sapi?”, apabila siswa menjawab sudah, guru menanyakan pada siswa: ”
berapa kaki yang dimiliki sapi?”, maka jawaban siswa adalah sapi
memiliki 4 buah kaki. Selanjutnya guru memberikan permasalahan yang
harus diselesaikan siswa secara berkelompok, yaitu: ”Ada berapa buah
kaki yang ada atau dimiliki pada 5 ekor sapi?”
Langkah-2
Guru menyiapkan beberapa alat peraga, seperti manik-manik, sedotan
minuman, lidi, atau kartu bergambar dan sebagainya untuk membantu
siswa menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Guru meminta
masing-masing kelompok untuk menuliskan jawaban dengan
memberikan alasan diperolehnya jawaban dengan mengkomunikasikan
dengan siswa yang lain.
Sapi sesung-
guhnya
adalah:
Realistik
Gambar sapi
atau kartu
bergambar
adalah:
Semi konkrit
kartu bergambar atau yang alat peraga yang lain. Peragaan yang
dilakukan siswa ini merupakan kegiatan semi abstrak seperti contoh
berikut.
= 20 buah = 20 buah
Alternatif-2
Ada dimungkinkan siswa menjawabnya dengan menggunakan skema
seperti berikut.
4 4 4 4 4
0 1 2 3 4 5
= 20 buah
Alternatif-3
4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5 x 4 =20
Jawaban siswa ini merupakan jawaban formal yang merupakan definisi
matematika
Langkah-3
Guru harus dapat menyikapi jawaban siswa yang salah maupun yang
benar. Apabila jawaban siswa salah guru tidak boleh langsung
menyalahkan tetapi harus melihat alasan jawaban dari siswa, baru dari
jawaban siswa ini siswa digiring atau dimotivasi kepada jawaban yang
benar.
Untuk alternatif semua jawaban yang benar seperti contoh di atas maka
guru membenarkan semua jawaban, kemudian guru memberi
kesempatan berpikir siswa dari semua alternatif jawaban yang benar,
jawaban mana yang paling mudah dan gampang dikerjakan. Guru
perlu mendengarkan jawaban siswa dan memberikan gambaran pada
Langkah-4
Bertitik tolak dari jawaban siswa (jawaban alternatif-1, 2 dan 3), guru
mengajak siswa bagaimana mengubah bentuk penjumlahan berulang
kedalam bentuk perkalian seperti contoh seperti berikut ini.
Formal 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5 x 4 =20 Definisi
matematika
Langkah-5
Guru dapat memberikan latihan atau soal-soal pada siswa berkaitan
dengan mengubah bentuk penjumlahan berulang kedalam bentuk
perkalian atau sebaliknya.
C. Untuk Direnungkan
Pengalaman penulis yang cukup lama bersama atau bertemu dengan guru,
sampai tahun 2008 ini memberikan soal pada guru tentang operasi hitung
campuran, seperti contoh berikut: ”20 + 40 : 4 x 5 – 10 = .......”. Hampir semua
atau sebagian besar guru yang ditanya menjawab dengan benar hasilnya
adalah 60. Selanjutnya penulis menanyakan alasan guru mendapatkan hasil
tersebut, maka jawaban guru sebagian besar sebagai berikut:” 20 + (40 : 4) x
5 – 10 = 20 + (10 x 5) -10 = 20 + 50 – 10 = 70 – 10 = 60”. Penulis
melanjutkan pertanyaannya: ”Kenapa perkalian dan pembagian lebih dulu
dioperasikan dari penjumlahan dan pengurangan?” Sebagian besar guru tidak
ada yang tahu, kalaupun ada yang tahu itu hanya beberapa guru. Jawaban