ODS Astenopia
ODS Astenopia
ODS Astenopia
Disusun oleh:
Dian Ayu Suci Dwi Kusumastuti J510195006
Pembimbing:
dr. Naziya, Sp.M
A. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Surakarta
Tanggalperiksa : 12 Maret 2020
No. RM : -
Cara Pembayaran : Umum
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Mata kiri merah
2. Riwayat penyakit sekarang
OD OS
Proses Normal, tidak Mata terasa merah,
didapatkan gangguan sedikit gatal, nrocos,
dan disertai adanya
sekret jernih
Lokalisasi - Konjungtiva
C.
Sebab - Radang
Perjalanan - Akut
Komplikasi - Belum ditemukan
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup
2. Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36.30C
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 155 cm
3. Pemeriksaan subyektif
OD OS
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh 6/6 emetrop 6/6 emetrop
semilunaris
a. Edema Tidak ada Tidak ada
b. Hiperemis Tidak ada Tidak ada
c. Sikatrik Tidak ada Tidak ada
11. Sclera
a. Warna Putih Merah
b. Tanda radang Tidak ada Tidak ada
c. Penonjolan Tidak ada Tidak ada
12. Kornea
a. Ukuran 12 mm 12 mm
b. Limbus Jernih Jernih
c. Permukaan Rata, mengkilap Rata, mengkilap
d. Sensibilitas Normal Normal
e. Keratoskop (placido) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
f. Fluoresin test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
g. Arcus senilis (-) (-)
13. Kamera okuli anterior
a. Kejernihan Jernih Jernih
b. Kedalaman Dalam Dalam
14. Iris
a. Warna Cokelat Cokelat
b. Bentuk Radier Radier
c. Sinekia anterior Tidak tampak Tidaktampak
d. Sinekia posterior Tidak tampak Tidak tampak
15. Pupil
a. Ukuran 3 mm 3 mm
b. Bentuk Bulat Bulat
c. Letak Sentral Sentral
d. Reaksi cahaya langsung (+) (+)
e. Tepi pupil Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
16. Lensa
a. Ada/tidak Ada Ada
b. Kejernihan Jernih Jernih
c. Letak Sentral Sentral
e. Shadow test (-) (-)
17. Corpus vitreum
1. Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. Reflek fundus Cemerlang Cemerlang
D. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD OS
A. Visus sentralis 6/6 e 6/6 e
jauh
Pinhole Tidak dilakukan Tidak dilakukan
B. Visus perifer
Konfrontasi tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Proyeksi sinar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Persepsi warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
C. Sekitar mata Dalam batas normal Dalam batas normal
D. Supercilium Dalam batas normal Dalam batas normal
E. Pasangan bola Dalam batas normal Dalam batas normal
mata dalam orbita
F. Ukuran bola Dalam batas normal Dalam batas normal
mata
G. Gerakan bola Dalam batas normal Dalam batas normal
mata
H. Kelopak mata Dalam batas normal Lebar tima 8mm
(menyempit)
I. Sekitar saccus Dalam batas normal Dalam batas normal
lakrimalis
J. Sekitar glandula Dalam batas normal Dalam batas normal
lakrimalis
K. Tekanan
intarokular
Palpasi Kesan normal Kesan normal
Tonometri schiotz Tidakdilakukan Tidakdilakukan
Non contact tonometer Tidakdilakukan Tidakdilakukan
L. Konjungtiva Dalam batas normal Edema, merah,
sekret serous, dan
injeksi konjungtiva
M. Sklera Dalam batas normal Dalam batas normal
N. Kornea Dalam batas normal Dalam batas normal
O. Camera okuli Dalam Dalam
anterior
P. Iris Bulat, warna coklat Bulat, warna coklat
Q. Pupil Diameter 3 mm, Diameter 3 mm,
bulat, sentral bulat, sentral
R. Lensa Jernih Jernih
E. GAMBAR
F. DIAGNOSIS BANDING
1. OS Konjungtivitis Viral
2. OS Konjungtivitis Bakteri
G. DIAGNOSIS
OS Konjungtivitis Viral
H. TERAPI
Non-Farmakoterapi:
1. Istirahat, makan bergizi, dan kompres dingin.
2. Selama masih dalam pengobatan jangan mengucek mata.
3. Tangan harus dalam keadaan bersih
4. Jangan menggunakan handuk yang sama dengan penghuni rumah
lainnya.
5. edukasi jika penyakit ini bisa menularkan orang lain.
Farmakoterapi
1. Eyefresh (Artifsial tear)
I. PROGNOSIS
OD OS
1. Ad vitam Bonam Bonam
2. Ad fungsionam Bonam Bonam
3. Ad sanam Bonam Bonam
4. Ad kosmetikum Bonam Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konjungtivitis Virus
1. Definisi
Astenopia merupakan gangguan fungsi penglihatan dengan
penyebab dan gejala-gejala yang sangat majemuk yang melibatkan faktor
fisik, fisiologis, psikologis, bahkan faktor sosial. Astenopia adalah gejala-
gejala yang diakibatkan oleh adanya upaya berlebihan untuk memperoleh
ketajaman binokuler yang sebaik-baiknya dari sistem penglihatan yang
berada dalam keadaan kurang sempurna. Definisi astenopia menurut
World Health Organization (WHO) batasannya lebih luas, yaitu astenopia
adalah keluhan atau kelelahan visual subjektif atau keluhan-keluhan yang
dialami seseorang akibat menggunakan matanya. Istilah istilah lain yang
juga dipakai untuk tujuan yang sama adalah Eye Strain, Visual
Discomfort dan Ocular fatigue atau disebut juga mata lelah.
2. Epidemiologi Astenopia
Astenopia memiliki prevalensi yang luas pada anak-anak dan orang
dewasa. Prevalensi gangguan fungsi visual ini tidak berbeda pada
populasi umum. Sangat penting untuk mendefinisikan mekanisme dan
faktor risiko dari astenopia. Pada satu penelitian yang melibatkan 964
anak-anak, didapatkan prevalensi astenopia sebesar 24,7%. Di mana
sebanyak 37,8% disertai astigmatisma, 71,6% hipermetropia ringan,
13,6% hipermetropia sedang, dan 6,1% myopia.5
Penelitian lain di China yang melibatkan mahasiswa, didapatkan
57% mahasiswa mengeluhkan astenopia. Tanda dan gejala astenopia
tampaknya umum dialami oleh mahasiswa; dan sangat berkaitan dengan
penggunaan komputer, status psikososial, lingkungan, dan kebiasaan
makan. Ditemukan bahwa penggunaan komputer menaikkan risiko
astenopia sebesar 1,21 kali dibandingkan populasi yang tidak sering
menggunakan komputer. Selain itu, tidur cukup dan status mental yang
baik, lingkungan tempat tinggal yang nyaman, diet tinggi sayuran hijau
dapat menurunkan risiko astenopia.6
3. Patogenesis Astenopia
Astenopia terjadi karena gangguan yang komplek dan saling
mempengaruhi pada proses sistem penglihatan seperti berikut:
a. Cahaya masuk ke mata dari benda yang dilihat tidak cukup.
Kecukupan cahaya dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, yaitu
keadaan iluminasi dan obyek yang dilihat. Kuantitas kualitas dan
distribusi iluminasi yang mengakibatkan cahaya terlalu terang atau
redup, berfluktuasi, arah yang miring dan menyilaukan dapat
mengurangi daya sensivitas retina. Obyek berukuran kecil, bentuk
yang tidak teratur dan kurang kontras atau bergerak, ternyata juga
memudahkan timbulnya astenopia.
b. Pemusatan cahaya pada retina mata tidak sempurna.
Pemfokuskan cahaya terganggu bila terjadi kelelahan otot
siliaris dan otot-otot luar bola mata (Faktor intristik). Kelelahan otot
siliaris terjadi pada penggunaan kacamata yang tidak sesuai
ukurannya yang menyebabkan kelemahan akomodasi dan
konvergensi. Selain itu, gangguan oleh masalah fusi dapat terjadi bila
bayangan pada kedua mata tidak sama besar akibat perbedaan ukuran
kacamata kanan dan kiri terlalu besar (anisometropia).
Faktor intristik lainnya selain faktor okular (mata) adalah faktor
konstitusi. Keadaan tersebut adalah kelelahan umum, kurang sehat,
bekerja dibawah tekanan (under pressure), kurang tidur, pemakaian
obat-obatan, kelainan emosi dan gangguan psikogenik lainnya. Selain
orang yang berbakat neurotik, orang yang sehat pun (terorganisir baik
kepribadiannya), terutama jika mereka bergerak di bidang kehidupan
intelektual, dan selalu terus menerus meningkatkan dan memperbaiki
diri, dapat kehilangan sebagian energi kehidupannya yang akhirnya
dapat mengalami kondisi kelelahan.
c. Mekanisme penggabungan bayangan (fusi) oleh sistem penglihatan
yang lebih sentral (otak) dan upaya untuk mempertahankannya tidak
memadai.
Beberapa hasil penelitian memperlihatkan adanya perubahan
temporer tonus akulomotorius dan meningkatnya tonus parasimpatis
pada penderita astenopia. Hal tersebut menyokong adanya hubungan
antara astenopia dengan gangguan-gangguan akomodasi dan
konvergensi. Meningkatnya tonus parasimpatis terlihat dengan adanya
diameter pupil yang lebih kecil pada penderita astenopia dan lebih
lemahnya akomodasi dibandingkan dengan orang normal. Tonus
parasimpatis yang meningkat merupakan dasar beberapa keluhan pada
penderita astenopia.
4. Gejala-gejala Astenopia
Astenopia dapat terjadi baik pada orang yang tergolong normal
ataupun dengan faktor-faktor diatas. Keluhan ini lebih banyak dijumpai
pada umur lebih dari 40 tahun, para pemakai kacamata dan mereka yang
bekerja mempergunakan penglihatan dekat dalam waktu lama. Wanita
lebih sering menderita astenopia daripada laki-laki.6
Keluhan astenopia dapat diklasifikasikan sebagai berikut7:
a. Okular, misalnya mata terasa pegal, berat, cepat lelah, pedas,
panas, tak nyaman atau sakit sekitar mata.
b. Visual, misalnya penglihatan menjadi kabur rangkap atau
penglihatan warna berkurang.
c. Referal, misalnya sakit kepala, bahu dan punggung.
Keluhan-keluhan tersebut bersifat individual, dapat meningkatkan
dan biasanya menghilang bila istirahat atau bangun tidur.
5. Penatalaksanaan Astenopia
a. Pencegahan astenopia
Beberapa cara untuk menghindari Astenopia ini yaitu
1) Hindari pantulan, dengan cara memindahkan monitor ke tempat
yang tidak terjadi pantulan.
2) Posisi layar monitor komputer berada di bawah level mata
3) Atur pencahayaan, sebab jika dalam keadaan remang-remang
(cahaya tidak terang) maka mata akan berusaha menyesuaikan
dengan cahaya lampu sehingga akan membuat mata cepat lelah.
4) Layar monitor dibersihkan, dengan layar yang bersih akan
mengurangi muatan elektrostatis.
5) Atur jarak monitor anda dengan mata sehingga mata tidak
mengalami kesulitan ketika anda beraktivitas. Kurang lebih 15 cm
dan sebisa mungkin mata tidak terlalu banyak melakukan gerak
yang akan menyebabkan kelelahan.
6) Atur pula pencahayaan pada komputer anda ketika terlalu silau
atau redup atau dalam artian sesuaikanlah dengan kenyamanan
mata saat berhadapan dengan komputer.
7) Istirahat setiap 2 jam
b. Tatalaksana Astenopia
Untuk mengatasi astenopia dapat digunakan obat tetes air mata
(artificial tears) dan mengobati kelainan yang ada misal kelainan
refraksi dan menggunakan kaca mata sesuai dengan ukuran koreksi.
Dari satu penelitian dikatakan bahwa tidur cukup dan status mental
yang baik, lingkungan tempat tinggal yang nyaman, diet tinggi sayuran
hijau dapat menurunkan risiko astenopia.
Astenopia tidak membutuhkan tatalaksana lebih lanjut karena tidak
ada komplikasi yang serius atau berdampak panjang pada astenopia.
Tetapi, astenopia dapat mengganggu dan menyebabkan lelah sehingga
kemampuan berkonsentrasi berkurang.
Dengan penanganan yang tepat, pemeriksaan yang lengkap dan
teliti, serta edukasi untuk mengubah kebiasaan dan gaya hidup,
astenopia memiliki prognosis yang baik.1,6,7
DAFTAR PUSTAKA