REFERAT - Hub Status Gizi Dengan Pioderma
REFERAT - Hub Status Gizi Dengan Pioderma
REFERAT - Hub Status Gizi Dengan Pioderma
Disusun oleh :
Indah Pratiwi
NPM 1102015097
Pembimbing :
Kolonel CKM (K) DR. dr. Dian Andriani R Sp.KK, M.Biomed, MARS, FINSDV
NOVEMBER 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas
Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Hubungan Tingkat Status Gizi dengan Timbulnya Pioderma”.
Tujuan penyusunan referat ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Kulit dan Kelamin Rumah Sakit TK II
Moh. Ridwan Meuraksa. Selama penyusunan referat ini tentu tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada Kolonel CKM (K) DR. dr. Dian Andriani R Sp.KK, M.Biomed,
MARS, FINSDV atas bimbingan, saran, kritik dan masukannya dalam penyusunan
referat ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
sejawat kepaniteraan Ilmu Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit TK II Moh. Ridwan
Meuraksa yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas kesediaannya untuk membaca
referat ini.
Wassalamualaikum wr.wb.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................5
PENDAHULUAN.........................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
1. Pioderma.............................................................................................................6
2. Status Gizi.........................................................................................................15
3. Hubungan Tingkat Status Gizi Dengan Pioderma............................................20
BAB III........................................................................................................................22
KESIMPULAN...........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR BAGAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
Status gizi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi respon
imunitas seseorang. Kekurangan dan kelebihan asupan nutrisi dapat memengaruhi
respon imun tubuh seseorang yang membuatnya menjadi lebih rentan terhadap
penyakit. Seseorang yang mempunyai status gizi baik cenderung tidak mudah terkena
penyakit, termasuk penyakit infeksi bakteri kulit. Oleh karena itu, status gizi yang
baik perlukan agar mencapai derajat kesehatan yang optimal.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pioderma
1.1. Definisi Pioderma
1.2. Etiologi
Beberapa penelitian menunjukan bahwa Streptococcus group A
merupakan etiologi utama pioderma di banyak negara berkembang tropis
yang diikuti Staphylococcus aureus. (Djuanda, 2017). Namun, infeksi kulit
ini dapat pula disebabkan oleh kuman gram negatif, misalnya
Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Escherichia
coli dan Klebsiella (Djuanda, 2017).
1.3. Epidemiologi
Pioderma merupakan penyakit yang paling sering dijumpai. Penyakit
ini berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi. Tidak ada ras
tertentu yang cenderung terkena pioderma. Pioderma dapat menyerang
laki-laki maupun perempuan pada semua usia (Djuanda, 2017).
Berdasarkan 18 studi prevalensi di negara-negara berkembang, semua
melaporkan bahwa pioderma adalah penyakit kulit yang paling umum pada
anak-anak (0,2-35%). Prevalensi pioderma di Indonesia adalah 1,4% pada
orang dewasa, dan 0,2% pada anak-anak (WHO, 2005). Pioderma paling
banyak ditemukan pada kelompok usia di bawah 10 tahun (48%) (Gandhi
et al, 2012). Berdasarkan data dari Kelompok Studi Dermatologi Anak
Indonesia (KSDAI) yang dikumpulkan dari 8 Rumah Sakit di Indonesia
tahun 2011, pioderma pada anak menempati urutan pertama. Pada studi
7
tersebut didapatkan 13,86% dari 8.919 kunjungan baru pasien kulit anak
adalah pioderma (KSDAI, 2011).
1.5. Klasifikasi
a. Pioderma Primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu,
penyebabnya biasanya satu macam mikroorganisme (Djuanda, 2017).
b. Pioderma Sekunder
Pada kulit telah ada penyakit kulit yang lain. Gambaran klinisnya tak
khas dan mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai
pioderma sekunder disebut impetigenisata, contohnya: dermatitis
impetigenisata, scabies impetigenisata. Tanda impetigenisata ialah jika
terdapat pus, kustul, bula purulen, krusta berwarna kuning kehijauan,
pembesaran kelenjar getah bening regional, leukositosis, dapat pula disertai
demam (Djuanda, 2017).
8
1. Impetigo
Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis)
Klasifikasi Impetigo
a. Impetigo Krustosa
Disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus
Tidak disertai gejala umum, hanya terdapat pada anak.
Tempat predileksi di wajah, yakni di sekitar lubang
hidung dan mulut.
Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat
memecah sehingga jika penderita datang berobat yang
terlihat ialah krusta tebal berwarna kuning seperti
madu. Jika dilepaskan tampak erosi dibawahnya.
b. Impetigo Bulosa
Disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus
Tempat predileksi di aksila, dada, punggung.
Terdapat pada anak dan dewasa
Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hipopiom
9
Kadang ketika penderita datang berobat, vesikel/bula
telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret
dan dasarnya masih eritematosa.
( https://emedicalupdates.com/infantigo-impetigo/ )
c. Impetigo Neonatorum
Penyakit ini merupakan varian dari impetigo bulosa
yang terdapat pada neonatus.
Lokasi menyeluruh dan disertai demam
2. Ektima
Ulkus superfisial dengan krusta di atasnya
Disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus
Tampak sebagai krusta tebal berwarna kuning. Jika
diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang dangkal.
Berlokasi di tungkai bawah.
Gambar 3 Ektima
(https://zdravlje.eu/2011/05/19/ecthyma/)
10
3. Folikulitis
a. Folikulitis superficialis
Terdapat di dalam epidermis
Tempat predileksi di tungkai bawah
Kelainan berupa papul atau pustule yang eritematosa
dan di tengahnya terdapat rambutnya biasanya
multiple.
(https://www.studyblue.com/notes/note/n/bacteria/deck/11462302)
b. Folikulitis Profunda
Terdapat sampai ke subkutan
Gambaran klinis seperti di atas, hanya teraba infiltrate
di subkutan.
Contohnya sikosis barbe yang berlokasi di bibir atas
dan dagu, bilateral.
11
Gambar 5 Folikulitis profunda
(http://foliculitis.net/sintomas-y-tratamiento/sicosis-de-la-barba/)
4. Furunkel/ Karbunkel
Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika
lebih dari satu disebut furunkulosis. Karbunkel adalah
kumpulan furunkel.
Disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Keluhan nyeri dengan kelainan berupa nodus eritematosa
berbentuk kerucut, di tengah terdapat pustule. Kemudian
melunak menjadi abses berisi pus dan jaringan nekrotik,
lalu memecah membentuk fistel.
Tempat predileksi ialah aksila dan bokong.
12
(https://www.studyblue.com)
5. Erisipelas
Erisipelas adalah penyakit infeksi akut.
Disebabkan oleh Streptococcus
Gejala utama ialah eritema berwarna merah cerah dan
berbatas tegas disertai gejala konstitusi.
Gambar 7 Erisipelas
(https://www.studyblue.com)
6. Selulitis
Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan
pemeriksaan laboratorik dan terapi tidak berbeda dengan
erisipelas
Kelainan kulit berupa infiltrate yang difus di subkutan
dengan tanda-tanda radang akut.
13
Gambar 8 Selulitis
(https://www.studyblue.com)
7. Flegmon
Flegmon ialah selulitis yang mengalami supurasi.
Terapi sama dengan selulitis, bila perlu dilakukan insisi.
Gambar 9 Flegmon
(https://www.studyblue.com)
8. Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus dengan gambaran klinis yang tidak khas
disertai dengan pus di atasnya.
Perlu dilakukan kultur untuk membedakannya.
14
Berupa abses multiple tak nyeri berbentuk kubah.
10. Hidraadenitis
Infeksi kelenjar apokrin.
Infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus
Disertai gejala konstitusi
Ruam berupa nodus dengan kelima tanda radang aut,
kemudian dapat melunak menjadi abses, fistel, sinus.
Banyak berlokasi di aksila, perineum.
Gambar 10 Hidradenitis
(https://www.studyblue.com)
15
Gambar 11 Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
(https://www.medicoapps.org)
2. Status Gizi
1.1. Definisi
Nutrient atau zat gizi, adalah zat yang terdapat dalam makanan dan
sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme, mulai dari
proses pencernaan, penyerapan makanan dalam usus halus, transportasi
oleh darah untuk mencapai target dan menghasilkan energi, pertumbuhan
tubuh, pemeliharaan jaringan tubuh, proses biologis, penyembuhan
penyakit, dan daya tahan tubuh (Harjatmo, 2017).
Sedangkan, nutritional status (status gizi) adalah keadaan yang
diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan
dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh.
Status gizi seseorang tergantung dari asupan gizi dan kebutuhannya, jika
antara asupan gizi dengan kebutuhan tubuhnya seimbang, maka akan
menghasilkan status gizi baik. Kebutuhan asupan gizi setiap individu
berbeda antarindividu, hal ini tergantung pada usia, jenis kelamin,
aktivitas, berat badan dan tinggi badan (Harjatmo, 2017).
Kelebihan asupan gizi dibandingkan dengan kebutuhan akan
disimpan dalam bentuk cadangan dalam tubuh. Misal seseorang yang
kelebihan asupan karbohidrat yang mengakibatkan glukosa darah
meningkat, akan disimpan dalam bentuk lemak dalam jaringan adiposa
16
tubuh. Sebaliknya seseorang yang asupan karbohidratnya kurang
dibandingkan kebutuhan tubuhnya, maka cadangan lemak akan diproses
melalui proses katabolisme menjadi glukosa darah kemudian menjadi
energi tubuh. Anak yang berat badannya kurang disebabkan oleh asupan
gizinya yang kurang, hal ini mengakibatkan cadangan gizi tubuhnya
dimanfaatkan untuk kebutuhan dan aktivitas tubuh. Skema
perkembangan individu yang kekurangan asupan gizi dapat
mengakibatkan status gizi kurang (Harjatmo, 2017).
17
kelompok bayi dan anak balita.
b. Faktor sekunder
18
kebutuhan disebabkan adanya gangguan pada pemanfaatan zat gizi.
Berikut ini beberapa contoh dari faktor sekunder ini:
4) Gangguan ekskresi.
1. Pertumbuhan
2. Produksi tenaga
Kekurangan zat gizi sebagai sumber tenaga, dapat menyebabkan
kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas.
3. Pertahanan tubuh
19
Protein berguna untuk pembentukan antibodi, akibat kekurangan protein
sistem imunitas dan antibodi berkurang, akibatnya anak mudah
terserang penyakit seperti pilek, batuk, diare atau penyakit infeksi yang
lebih berat. Daya tahan terhadap tekanan atau stres juga menurun.
Menurut WHO (2006) menyebutkan, bahwa gizi kurang mempunyai
peran sebesar 54% terhadap kematian bayi dan balita. Hal ini
menunjukkan bahwa gizi mempunyai peran yang besar untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
5. Perilaku
Anak-anak yang menderita kekurangan gizi akan memiliki perilaku
tidak tenang, cengeng, dan pada stadium lanjut anak bersifat apatis.
Demikian juga pada orang dewasa, akan menunjukkan perilaku tidak
tenang, mudah emosi, dan tersinggung.
20
Pemberian ASI, kondisi sosial ekonomi, pada konsumsi keluarga,
faktor sosial keadaan penduduk, paritas, umur, jenis kelamin, dan
pelayanan kesehatan. Menurut Kemenkes (2017), orang yang mudah
terkena penyakit adalah orang yang daya tahan tubuhnya lemah. Daya
tahan tubuh ini akan terbentuk apabila tubuh mempunyai zat gizi
cukup.
21
gizi yaitu kurangnya asupan makanan dan penyakit yang diderita. Seseorang
yang asupan gizinya kurang akan mengakibatkan rendahnya daya tahan
tubuh yang dapat menyebabkan mudah sakit. Sebaliknya, pada orang sakit
akan kehilangan gairah untuk makan, akibatnya status gizi menjadi kurang.
Jadi asupan gizi dan penyakit mempunyai hubungan yang saling
ketergantungan (Harjatmo, 2017).
Status gizi diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk
anak balita, aktifitas, pemeliharan kesehatan, penyembuhan bagi mereka
yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. Status gizi
yang baik akan turut berperan dalam pencegahan terjadinya berbagai
penyakit, khususnya penyakit infeksi dan dalam tercapainya tumbuh
kembang yang optimal (Depkes RI, 2008).
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.Djuanda, Adhi. dkk. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
VI. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Depari L, Sugiri U, et al. Relation between Risk Factors of Pyoderma and Pyoderma
Incidence. Bandung: Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Djuanda A, 2017. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Gama C, et al. 2016. Profil pioderma pada orang dewasa di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode tahun 2013-2015.
Manado: Universitas Sam Ratulangi. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/334295588_Profil_pioderma_pada_oran
g_dewasa_di_Poliklinik_Kulit_dan_Kelamin_RSUP_Prof_Dr_R_D_Kandou_Man
ado_periode_tahun_2013-2015 (accessed March 13, 2020)
Gandhi S, Ojha AK, Ranjan KP, Neelima. 2012. Clinical and Bacteriological Aspects
Of pyoderma. N Am J Med Sci.
Harjatmo T, Par’i H, Wiyono S. 2017. Bahan Ajar Gizi: Penilaian Status Gizi.
Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
24
Medicina Zdravlje. 2011. Ecthyma (ektima) . Available from:
https://zdravlje.eu/2011/05/19/ecthyma/ (accessed March 13, 2020)
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta :
EGC.
http://foliculitis.net/sintomas-y-tratamiento/sicosis-de-la-barba/
https://www.medicoapps.orgs
https://www.nhg.org/themas/artikelen/beeldmateriaal-nhg-standaard-bacteriele-
huidinfecties-oppervlakkige-huidinfecties
https://www.studyblue.com
25