CBR Pi
CBR Pi
CBR Pi
Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review pada mata kuliah Perekonomian
Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dewi Kemala Putri Lubis SE.M.Si.Ak selaku
dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu serta mendukung Kami selama proses penyelesaian
Critical Book Review ini.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan, untuk itu kritik dan saran
terhadap penyempurnaan tugas ini sangat kami harapkan. Semoga dapat memberi manfaat bagi
para pembaca khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
12 Mei 2020
Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan CBR......................................................................................................................4
BAB II RINGKASAN BUKU...................................................................................................................5
2.1 Identitas Buku Utama........................................................................................................................5
2.2 Identitas Buku Pembanding...............................................................................................................5
2.3 Ringkasan Isi Buku Utama................................................................................................................6
2.4 Ringkasan Isi Buku Pembanding.....................................................................................................37
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ISI BUKU..................................................................44
3.1 kelebihan Isi Buku Utama................................................................................................................44
3.2 kekurangan Isi Buku Utama............................................................................................................44
3.3 Kelebihan Isi Buku Pembanding.....................................................................................................44
3.4 Kekurangan Isi Buku Pembanding..................................................................................................44
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................45
4.1 kesimpulan.......................................................................................................................................45
4.2 Saran................................................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN
RINGKASAN BUKU
2.1 IDENTITAS BUKU UTAMA
Judul : Perekonomian Indonesia “Kajian Teoritis dan Analisis Empiris”
Pengarang : Prof. Dr.Tulus T.H Tambunan
Penerbit : Ghalia Indonesia
Kota Terbit : Bogor
Tahun Terbit : 2018
ISBN : 978-979-450-647-9
Jumlah Halaman : 408 Halaman
Penerbit : Erlangga
ISBN : 976-688-475-5
BAB 1
Sistem Ekonomi Indonesia
A. Pengertian Sistem Ekonomi
1. Menurut Dumairy (1996), system ekonomi adalah suatu system yang mengatur serta
menjalin hubungan ekonomi antarmanusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu
tatanan kehidupan. Dalam perangkat kelembagaan ini termasuk juga kebiasaan, perilaku,
dan etika masyarakat; sebagaimana mereka terapkan dalam berbagai aktivitas yang
berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan.
2. Sheridan (1998) dalam publikasinya mengenai system-sistem ekonomi yang ada di Asia
mengatakan, bahwa “Economic system refers to the way people perform economic
activities in their search for personal happiness”. Dengan kata lain, system ekonomi
adalah cara manusia melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan atau
memberikan kepuasan pribadinya.
Terdapat enam asas yang dapat dilihat sebagai ciri-ciri system ekonomi kapitalis, yaitu sebagai
berikut.
Dumairy (1996:32), system ekonomi sosialis adalah kebalikan dari system ekonomi
kapitalis. Bagi kalangan sosialis, pasar justru harus dikendalikan melalui perencanaan terpusat.
Adanya berbagai distorsi dalam mekanisme pasar, menyebabkannya tidak mungkin bekerja
secara efisien; oleh karena itu, pemerintah atau Negara harus turut aktif bermain dalam
perekonomian. Satu hal yang penting untuk dicatat berkenaan dengan system ekonomi sosialis
bahwa system ini bukanlah system ekonomi yang tidak memandang peranan penting kapital.
BAB 2
Tepatnya sejak bulan Maret 1966, Indonesia memasuki pemerintahan Orde Baru. Dalam
pemerintahan era Orde Baru, perhatian pemerintah lebih ditujukan pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial di tanah air.
Pada bulan April 1969, Repelita I dimulai dan dampaknya juga dari Repelita-repelita
berikutnya selama Orde Baru terhadap perekonomian Indonesia yang cukup mengagumkan,
terutama dilihat pada tingkat makro.
Sebagai suatu rangkuman, sejak masa Orde Lama hingga berakhirnya masa Orde Baru
dapat dikatakan, bahwa Indonesia telah mengalami dua orientasi kebijakan ekonomi yang
berbeda, yaitu dari ekonomi tertutup yang berorientasi sosialis pada zaman rezim Soekarno ke
ekonomi terbuka yang berorientasi kapitalis pada masa pemerintahan Soeharto.
C. Pemerintah transisi
Pada tanggal 14 dan tanggal 15 Mei 1997 nilai tukar baht Thailand terhadap dolar
AS,mengalami suatu goncangan hebat akibat para investor asing yang mengambil
keputusan’’jual’’.Mereka mengambil sikap demi kian,karena tidak percaya lagi terhadap prospek
perekonomian negara tersebut paling karena tidak untuk jangka pendek.untuk mempertahankan
nilai tukar baht agar tidak jatuh terus ,pemerintah Thailand melakukan intervensi dan didukung
oleh intervensi yang dilakukan oleh bank sentral Singapura.
Apa yang terjadi di Thailand akhirnya merembet ke Indonesia dan beberapa negara Asia
lainnya,hal itu merupakan awal dan krisis keuangan di Asia. Rupiah Indonesia mulai terasa
goyang sekitar bulan Juli 1997, dari Rp 2.500 menjadi 2.650 per dolar AS .Sejak saat itu , posisi
mata uang Indonesia mulai tidak stabil. Menanggapi perkembangan itu, pada bulan Juli 1997
Bank Indonesia (BI) melakukan empat kali intervensi , yaitu memperlebar rentang intervensi .
Selama pemerintahan Gus Dur,praktis tidak ada satu pun masalah di dalam negeri yang
dapat terselesaikan dengan baik.Berbagai kerusuhan sosial yang bernuansa disintegrasi dan sara
terus berlanjut.Selain itu,hubungan pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Abdurrahman
Wahid dengan IMF juga tidak baik,terutama karena masalah amandemen UU No.23 tahun1999
mengenai BI,penerapan otonmi daerah terutama menyangkut kebebasan daerah untuk pinjam
uang dari luar negeri,da revisi APBN 2001yang terus tertunda pelaksanaannya.Tidak tuntasnya
revisi tersebut mengakibatkan IMF menunda pencarian bantuannya kepada pemerintah
Indonesia.
Pada bulan pertama pemerintahan SBY,rakyat Indonesia.pelaku usaha luar dan dalam
negeri maupun negara-negara donor serta lembaga-lembaga dunia seperti IMF,Bank Dunia dan
ADB sempat optimis bahwa kinerja ekonomi Indonesia 5 tahun kedepan akan jauh lebih baik
dibandingkan pada masa pemerintahan sebelumnya.
Kenaikan harga minyak menimbulkan tekanan yang sangat berat terhadap kenaikan
kuangan pemerintah (APBN).Akibatnya pemerintah terpaksa mengeluarkan status kebijakan ang
sangat tidak populis,yaitu mengurangi subsidi BBM,yang menyebabkan kenaikan BBM yang
besar untuk industri.
BAB 3
A. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau
suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.
Jumlah produk bertambah setiap tahun, sehingga dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-
hari juga bertambah setiap tahun. Maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.
Ada dua arti dari PN, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit PN
adalah PN. Sedangkan dalam arti luas, peran dapat merujuk ke PDB, atau merujuk ke produk
nasional bruto (PNB), atau keproduk nasional netto (PNN). Sesuai metode yang di standar,
penghitungab PN diawali dengan penghitungan PDB. Hubungan antara PDB dan PN dapat
dijelaskan melalui beberapa persamaan sederhana sebagai berikut:
Sisi permintaan agregat didalam suatu ekonomi bisa digambarkan dalam suatu model
ekonomi makro sederhana sebagai berikut:
Y=C+I+G+X-M (3.8)
C = cY + C (3.9)
I = -ir + I (3.10)
X=X (3.12)
M = mY + M (3.13)
a. Teori Klasik
Ada dua aliran utama pemikiran mengenai pertumbuhan ekonomi (dilihat dari sisi
penawaran agregat/produksinya), yakni teori klasik dan teori modern.
Menurut pemikiran klasik, pada kondisi seperti ini perekonomian mengalami tingkat
kejenuhan atau keadaan stasioner. Ini adalah sebuah keadaan dimana perekonomian telah
dewasa, mapan dann masyarakat telah sejahtera, tetapi tanpa perkembangan lebih lanjut.
b. Teori neo-keynesian
Model pertumbuhan yang masuk didalam kelompok teori neo-Keynesian adalah model
dari harrod dan Domar yang mencoba memperluas teori keynes, mengenai keseimbangan
pertumbuhan ekonomi dalan perspektif jangka panjang dengan melihat pengaruh dari investasi,
baik pada permintaan agregat maupun pada perluasan kapasitas produksi atau penawaran
agregat, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
c. Teori Modern
Sejak tahun 1950-an dibanyak negara dunia, kenyataan pertumbuhan tersebut tidak
sepenuhnya hanya didorong oleh akumulasi modal dan penambahan jumlah tenaga kerja, tetapi
disebabkan oleh peningkatan produktivitas dari kedua faktor produksi tersebut.kenapa?
Misalnya, korea Selatan yang miskin SDA dan mengalami kekurangan modal, pada awal
pembangunanya setelah perang korea berakhir tahun 1953, bisa dalam waktu yang singkat
menghasilkan suatu kinerja ekonomi yang menakjubkan dengan laju pertumbuhan rata-rata
pertahun yang tinggi.
Dimana ∆PDB(t) = pertumbuhan ekonomi tahun (t) tertentu dalam nilai absolut; t-1 = tahun
sebelumnya. Sedangkan, untuk mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun,
misalnya tahun 1990-an, menggunakan rumus sebagai berikut.
r = [n-1√t0/t0-1] x 100%
tn = t0(1 + r )n-1
BAB 4
KRISIS EKONOMI
1. Krisis Produksi
Krisis produksi adalah termasuk tipe krisis ekonomi yang bersumber dari dalam negeri.
Krisis tersebut bisa dalam bentuk penurunan produksi domestik secara mendadak dari sebuah
(atau sejumlah) komoditas pertanian, misalnya, padi/beras. Penurunan produksi tersebut
berakibat langsung pada penurunan tingkat pendapatan riil dari para petani dan buruh tani padi.
Di wilayah-wilayah (misalnya, provinsi-provinsi Indonesia).
2. Krisis Perbankan
Dampak langsung atau fase pertama dari efek krisis perbankan adalah kesempatan kerja
dan pendapatan yang menurun disubsektor keuangan tersebut. Pada fase kedua, krisis perbankan
merembet ke perusahaan-perusahaan yang sangat tergantung pada sektor perbankan dalam
pembiayaan kegiatan-kegiatan produksi/bisnis mereka
Suatu perubahan kurs dari sebuah mata uang, misalnya rupiah terhadap dollar AS
dianggap krisis apabila kurs dari mata uang tersebut mengalami penurunan atau depresiasi yang
sangat besar yang prosesnya mendadak atau berlangsung terus-menerus yang membentuk sebuah
tren yang meningkat (rupiah per satu dollar AS).
4. Krisis Perdagangan
Dalam hal krisis-krisis ekonomi yang berasal dari sumber-sumber eksternal, dalam dua
jalur utama, yaitu perdangangan dan investasi/arus modal. Di dalam jalur perdangangan itu
sendiri ada dua sub-jalur, yaitu ekspor dan impor (baramg dan jasa).
5. Krisis Modal
Terakhir, suatu pengurangan modal didalam negeri dalam jumlah besar atau penghentian
bantuan serta pinjaman luar negeri akan menjadi sebuah krisis ekonomi bagi banyak negara
miskin di dunia. Seperti, di Afrika dan Asia Tengah yang ekonomi mereka selama ini sangat
tergantung pada ULN atau hibah internasional.
C. Analisis Empiris
1. Krisis Keuangan Asia 1997-1998
Krisis keuangan Asia muncul sekitar pertengahan tahun 1997 dan mencapai klimaksnya
pada tahun 1998 dipicu awalnya oleh larinya modal, terutama modal asing jangka pendek dari
Thailand, secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang tidak kecil, cukup kuat untuk membuat banyak
investor dan pengusaha gugup dalam menanggapinya. Pelarian tersebut mengakibatkan nilai
tukar bath terhadap dollar AS terdepresiasi dalam jumlah yang besar.
Krisis ekonomi global 2008-2009 dipicuh oleh suatu krisis keuangan yang besar di AS
pada tahun 2007 dan melalui keterkaitan keuangan global, krisis tersebut menjalar ke sebagian
besar dunia, terutama negara-negara maju seperti Jepang dan UE yang secara ekonomi dan
keuangan sangat terintegrasi dengan AS.
BAB 5
Dalam dua dekade teakhir ini Indonesia sudah dua kali diterpa krisis ekonomi besar.
Pertama, krisis keuangan asia yang muncul sekitar tahun 1997 dan mencapai klimaksnya pada
pertengahan tahun 1993, dan kedua, krisis ekonomi global yang terjadi dan mempengaruhi
banyak negara, termasuk Indonesia, selama periode 2008-2009.
Ada sejumlah alasan kenapa perekonomian Indonesia sangat rentan terhadap hampir semua tipe
krisis ekonomi seperti berikut ini :
1. Ekonomi Indonesia semakin terbuka dibandingkan, pada awal pemerintahan Orde Baru.
2. Walaupun dengan suatu laju yang menururn, Indonesia masih tetap bergantung pada
ekspor dari banyak komoditi primer, yaitu pertambangan dan pertanian.
3. Dalam dua dekade terakhir, Indonesia semakin tergantung pada impor dari sejumlah
produk makanan yang penting termasuk beras, gandum, jagung, daging, sayur-sayuran,
buah-buahan dan minyak.
4. Dalam 20 tahun belakangan ini semakin banyak tenaga keja Indonesia ( TKI ), termasuk
wanita, yang bekerja di luar negeri.
5. Sebagian sebuah negara dengan jumlah populasi yang besar, yang artinya tingkat
konsumsi makanan domestik yang sangat tinggi, akselerasi laju pertumbuhan output di
sektor pertanian di dalam negeri menjadi sangat krusial, dan ini tergantung pada beragam
faktor, termasuk cuaca yang merupakan sebuah faktor eksogen.
1. Definisi
Di bidang ekonomi, kerentanan ekoomi merujuk pada resiko-resiko yang disebabkan oleh
goncongan eksogen terhadap tiga sistem kunci dari ekonomi, yaitu produksi, distribusi dan
konsumsi.
Vt = Pr ( Cc+1≤Y)
2. Indikator
Seperti telah di bahas sebelumnya tingkat kerentanan tergantung pada 3 faktor utama,
derajat dari sensitivitas, derajat dri ketahanan, dan sifat alami dari suatu goncangan.
Analisis Empiris
3) Lokasi Geografi
4) Struktur konsumsi rumah tangga
5) Keterbukaan ekonomi
8) Diversifikasi ekonomi
11) Kemiskinan
12) Kemajuan pendidikan
13) Kondisi kesehatan
14) Kemajuan tekonologi
15) Infarstruktur sosial-ekonomi
16) Modal sosial
Yang paling menjadi masalah adalah kerentanan individu atau RT, terutama dari
kelompok miskin. Hal yang sangat jelas bahwa kerentanan ekonomi dari suatu negara pada
tingakt makro berasosiasi dengan kerentanan pada tingkat mikro, tergantung pada bagaimana
suatu krisis mempengaruhi ekonomi negara tersebut dan kehidupan masyarakatnya secara
individu maupun kelompok, misalnya RT.
BAB 6
Di Indonesia Copa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan selama era Orde
Baru 1966-1998 memberikan satu kontribusi yang besar terhadap pengurangan kemiskinan.
Namun akibat krisis keuangan Asia selama periode 1997 sampai 1998 tersebut membuat
presentasi penduduk di Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan mengalami suatu
kenaikan yang sama yakni dari 17,47% pada tahun 1996 menjadi sekitar 24,23% Pada tahun
1998 krisis tersebut mencapai titik buruknya ekonomi Indonesia mengalami suatu penurunan
hingga 13%. Namun setelah itu pada tahun 1999 tingkat kemiskinan mulai menurun secara
perlahan hingga tahun 2005.
Kelompok masyarakat yang sangat rentan terhadap kemiskinan adalah para pekerja
pabrik dan rumah tangga yang bekerja tahun belakangan ini di kondisi ekonomi mereka
membaik akibat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan yang menciptakan
kesempatan kerja lebih besar dan lebih baik namun mereka berada persis di atas garis
kemiskinan yang berlaku.
2. Kesenjangan.
Secara teoritis perubahan pola distribusi pendapatan di Indonesia selama ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini:
1. akibat arus penduduk atau tenaga kerja dari pedesaan ke kota yang selama Orde Baru
berlangsung sangat pesat.
2. struktur pasar dan besarnya di Story yang berbeda di pedesaan dan di perkotaan.
3. dampak positif dari proses pembangunan ekonomi nasional.
Sedangkan di sisi permintaan agregat, tinggi rendahnya PDRB dari 1 wilayah ditentukan
oleh kombinasi dari jumlah dan struktur penduduk serta pendapatan per orang di wilayah
tersebut titik dengan kata lain dari sisi permintaan agregat wilayah dengan PDRB yang rendah
mencerminkan sedikitnya jumlah penduduk atau lebih banyak orang miskin dibandingkan orang
kaya atau kombinasi dari keduanya di wilayah itu.
BAB 7
2.1 APBN
Fungsi
Komponen-komponen APBN
APBN mempunyai dua kompoen besar, yakni anggaran pengeluaran pemerintah pusat
dan anggaran pendapatan negara. Selanjutnya, kedua komponen tersebut, masing-masing
mempunyi banuak sub komponen. Anggaran pendapatan negara terdiri dari berbagai macam
pajak, retribusi, royalti, bagian laba BUMN, dan berbagai pendapatan non-pajak lainnya. Namun
demikian, yang paling dominan dan sekaligus paling krusial sebagai instrument fiskal dari sisi
penerimaan adalah pajak.
Sedangkan anggaran pengeluaran pemerintah pusat terdiri dari dus sub-komponen besar,
yakni, pengeluaran pemerintah pusat dan pengeluaran pemerintah daerah, yaitu transfer ke
pemerintah daerah. Yang terakhir ini mulai berlaku sejak penerapan otonomi daerah dan
desentarlisasi fiskal, yang dapat dibagi menjadi 2 komponen, yakni dana perimbangan dan dana
penyesuaian dan otonomi khusus. Sedangkan anggaran pengeluaran pemerintah pusat meliputi
gaji pegawai, pengeluaran material, investasi, pembayarn bunga pinjaman, subsidi dan lainnya.
Belanja pegawai adalah yang paling besar setelah subsidi yang terdiri dari 3 komponen
utama, yaitu gaji dan tunjangan, honorarium dan vakasi, serta konstribusi sosial. Tiga komponen
lainnya adalah belanja hibah, pengeluaran untuk bantuan sosial, dan belanja lain lain.
Revisi APBN tidak selalu berarti beban pemerintah smakin berat, atau pengeluaran dan
defisit APBN yang di revisi tidak harus selalu lebih besar dari anggarn semula, tergantung
penyebab utama dilakukannya revisi dan metode penghitungannya serta asumsi-asumsi baru
yang menjadi dasar revisi.
Tetapi memang, yang lebih sering terjadi adalah revisi karena kondisi yang tidak positif.
Revisi terhadap APBN yang sedang berjalan juga sering diperlukan karena munculnya masalah
masalah di dalam negeri yang tidak terduga sangat memerlukan bantuan besar dari pemerintah
seperti bencana alam.
Kebijakan ekonomi makro secara garis besar dapat dibedakan menjadi kebijakan fiskal
dan kebijaka moneter, seperti juga ekonomi dapat dibagi juga menjadi 2, yaitu sektor riil dan
sektor moneter. Pertumbuhan dan stabilitas sektor riil di pengaruhi oleh pemerintah lewat
kabijakan fiskal, dan di Indonesia kebijakan ini merupakan tanggung jawab menteri keuangan.
Sedangkan pertumbuhan dan stabilitas sektor moneter dipengaruhi oleh pemerintah lewat
kebijakan moneter yang sepenuhnya adalaha tanggung jawab Bank Indonesia. Keserasian antara
stabilitas di dalam ekonomi dengan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Analisis Empiris
Salah satu jalur lewat mana pemerintah bisa mempengaruhi atau meminkan peran
ekonominya adalah lewat kebijakan fiskal. Hal ini dilakukan dengan menaikkan atau mengurangi
pengdi teluarannya, di dalam model ekonmi karo keynesian, di tandai dengan variabel G, atau
menakkan dan menurunkan tarif pajak, di tandai dengan variabel T, dan ini semua tercermin oleh
besarnya nilai APBN.
Sejak krisis ULN di dunia pada awal 1980-an, masalah ULN yang dialami oleh banyak
NB tidak semakin baik. Banyak NB semakin terjerumus ke dalam krisis ULN sampai negara-
negara pengutang besar terpaksa melakukan program-program penyesuaian struktural terhadap
ekonomi mereka atas desakan dari bank Dunia dan IMF, sebagai syarat utama untuk
mendapatkan pinjaman baru atau pengurangan terhadap pinjaman lama. Bahkan Indonesia telah
beberapa kali nyaris terjerumus ke krisis ULN yang serius sejak era Orde Lama hingga krisis
keuangan Asia 1997-1998.
Tingginya ULN dari banyak negara disebabkan oleh tiga jenis defisit : defisit transaksi
berjalan (TB), defidit neraca perdagangan, defisit investasi dan defisit fiskal.
Ketiga defisit tersebut, yang berkaitan satu sama lainnya (Dornbusch, 1980), dapat
disederhanaka di dalam sebuah model yang tersiri dari beberapa persamaan berikut:
TB = (X-M) + F
Dimana X=ekspor barang dan jasa, M=impor barang dan jasa, F=transfer internasional atau arus
modal masuk neto,
S – I = Sp + Sg – I = (Sp – I) + (T-G)
S = Sp + Sg
Sg = T – G
S–I=X+F–M
(Sp – I) + (T-G) = X + F – M
Jadi, dari uraian diatas tersebut, surplus dalam anggaran pendapatan dan belanja negara
atau APBN, (yaitu T-G>0) dapat dianggap sebagai bagian dari surplus tabungan investasi (S-
I>0), atau defisit anggaran pemerintah, atau fuscal gap (T y-G<0) adalah sebagian dari defesit S –
I.
Analisis Empiris
Besarnya akumulasi ULN, terutama sangat terasa setelah krisis ekonomi 1997-1998,
memaksa pemerintah Indonesia mengatur secara khusus atau mengubah paradigm soal
penanganan PLN di dalam GBHN tahun 1999-2004, khususnya untuk ULN pemerintah.
Selain di GBHN 1999-2004, amanat pengurangan ketergantungan pemerintah (APBN)
terhadap ULN juga dituangkan dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000-
2004(UU No.25 tahun 2000) mengenai program atau pedoman secara rinci pengelolaan utang
pemerintah. Adapun sasarannya adalah tercapainya penggunaan pinjaman pemerintah, baik
dalam negeri maupun luar negeri, untuk keperluan pembangunan secara optimal dan
menurunnya beban ULN. Kegiatan kegiatan pokok yang dilakukan adalah:
BAB 8
Dari pemikiran dan teori kuantitas uang adalah bahwa uang hanya sebagai alat tukar dan
perekonomian selalu dalam kondisi keseimbangan (permintaan agregat (AD) = penawaran
agregat (AS)) pada tingkat kesempatan kerja penuh. Berapa kali uang berpindah tangan dalam
setahun disebut velositas uang beredar (V). Apabila V = 12, artinya uang berpindah tangan
sebanyak 12 kali. Menurut teori ini, faktor utama yang mempengaruhi V adalah faktor
kelembagaan, utamanya mekanisme pembayaran yang digunakan, misalnya tunai atau, seperti
zaman sekarang ini banyak dilakukan dengan kartu kredit.
Dasar pemikiran teori kuantitas uang ini dapat diilustrasikan di dalam suatu persamaan
sederhana sebagai berikut.
MV = PT
di mana, M = jumlah uang yang beredar di masyarakat untuk keperluan transaksi, yakni M1
(uang dalam arti sempit) yang terdiri atas uang kartal dan uang giral atau M2 (uang dalam arti
luas termasuk uang kuasi).109 V = velositas uang; P = harga rata-rata atau Indeks Harga
Konsumen (IHK); dan T = jumlah output yang ditransaksikan pada tingkat kesempatan kerja
penuh.
B. Analisis Empiris
Arah kebijakan moneter indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan dalam 20
tahun belakangan ini mengikuti perubahan kondisi perekonomian di dalam negeri yang juga
dipengaruhi oleh dinamika perekonomian global. Pada awal tahun 1980, pada masa era orde
baru, sebelum dilakukan kebijakan deregulasi dan liberalisasi sektor keuangan, kebijakan
moneter lebih diarahkan pada stabilitas harga dan nilai tukar rupiah.
1. Suku Bunga
2. Uang Beredar
Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, perkembangan suku bunga berhubungan erat
dengan perkembangan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Jumlah uang yang bertambah
dibarengi dengan tingkat suku bunga yang menurun, dan sebaliknya, tingkat suku bunga yang
tinggi dibarengi dengan jumlah uang yang sedikit.
Penghapusan batas intervensi rupiah pada bulan Agustus 1997 itu, sesaat setelah krisis
keuangan Asia tersebut muncul, menandakan waktu itu telah terjadi suatu perubahan besar
terhadap sistem penentuan kurs yang dianut oleh BI selama orde orde baru, yakni dari sistem
bebas terkendali ke sistem bebas (yakni kurs rupiah ditentukan oleh kekuatan pasar : permintaan
dan penawaran valuta asing). Perubahan tersebut ditandai dengan pelepasan tentang
intervensinya, dan hingga saat ini BI sudah beberapa kali melakukan intervensi di pasar valas
untuk menahan kurs rupiah paling tidak jangan sampai nembus Rp 10.000 per satu dolar AS.
Berdasarkan kekuatan pasar (tanpa intervensi dari BI), nilai tukar rupiah ditentukan oleh
besarnya permintaan dan penawaran mata uang asing di pasar valuta asing (valas) di Indonesia.
Misalnya dalam dolar AS, ada dua sumber utama dari permintaaan (pembelian) dan penawaran
(penjualan) dolar AS di Indonesia, yakni perdagangan luar negeri Indonesia dengan AS (dan
negara-negara lain dengan menggunakan dolar AS) dan arus modal dalam dolar AS keluar-
masuk Indonesia. Perdagangan luar negeri terdiri atas ekspor (penjualan dolar AS) dan impor
(pembeli dolar AS).
BAB 9
PELAKU-PELAKU EKONOMI
B. Perusahaan-Perusahaan Non-Koperasi
Menurut Purwoko (2002), pada tahun 2000, BUMN yang memiliki total
aset sebesar Rp 861,52 triliun hanya mampu menghasilkan keuntungan
sebesar Rp 13,34 triliun, atau dengan tingkat Return on Assets (ROA)
sebesar 1,55 persen. Tingkat ROA BUMN Indonesia dalam periode 1997-2001
hanya berkisar antara 1,55 persen sampai dengan 3,25 persen. Baru pada
tahun 2004 hingga seterusnya mulai menunjukkan adanya peningkatan ROA.
Berdasarkan laporan perkembangan kinerja BUMN dari Dirjen Pembinaan
BUMN Departemen Keuangan RI, seperti yang dikutip oleh Purwoko (2002),
pada tahun 2000 hanya 78,10 persen (107 perusahaan) BUMN yang
beroperasi dalam keadaan sehat, sedangkan sisanya, 16,06 persen (22
perusahaan) dalam kondisi kurang sehat dan 5,84 persen (8 perusahaan)
dalam keadaan tidak sehat.
Sementara itu, menurut data dari Bursa Efek Jakarta (BEJ), selama
periode yang sama, jumlah BUMN yang terdaftar di pasar bursa (BUMN
terbuka) menurun sedikit dari ke 13 ke 12 perusahaan, termasuk PT Indosat
Tbk yang kepemilikan pemerintah hanya 15 persen, namun nilai kapitalisasi
pasar dari mereka mengalami suatu penambahan, yakni dari Rp 239,16
triliun atau 36,8 persen pada tahun 2004 menjadi Rp 452,69 triliun atau
36,82 persen terhadap total kapitalisasi pasar pada tahun 2006. Pada tahun
1999, porsi dari BUMN terbuka dari total kapitalisasi pasar baru 25 persen
dan tahun 2000 sempat turun drastis ke 19 persen.
C. Koperasi
1. Sejarah Koperasi
Seperti telah dikatakan sebelumnya, selama sejarahnya, koperasi
sebenarnya bukanlah organisasi usaha yang khas berasal dari Indonesia.
Kegiatan berkoperasi dan organisasi koperasi pada mulanya diperkenalkan
di Inggris sekitar abad pertengahan. Pada waktu itu, misi utama berkoperasi
adalah untuk menolong kaum buruh dan petani yang menghadapi masalah-
masalah ekonomi dengan menggalang kekuatan mereka sendiri.
2. Perkembangan di Indonesia
Seperti telah dijelaskan pada awal dari bab ini, dalam sistem
perekonomian Indonesia dikenal ada tiga pilar utama yang menyangga
perekonomian, yakni BUMN, BUMS, dan Koperasi. Ketiga pilar ekonomi
tersebut mempunyai peranan yang masing-masing sangat spesifik sesuai
dengan kapasitasnya. Sayangnya, seperti yang diungkapkan oleh Widiyanto
(1998), dari ketiga pilar itu, koperasi sering disebut sebagai soko guru
perekonomian, secara umum merupakan pilar ekonomi yang “jalannya
paling terseok” dibandingkan dengan BUMN dan apalagi BUMS. Padahal,
koperasi selama ini sudah didukung oleh pemerintah (bahkan berlebihan)
sesuai kedudukan istimewa dari koperasi di dalam sistem perekonomian
Indonesia.
BAB 10
B. Daya Saing
Daya saing adalah sebuha konsep yang cukup rumit. Tidak ada satu indikator pun yang
bisa digunakan untuk mengukur daya saing yang memang sulit untuk diukur (Markovics, 2005).
Dalam dua dekade terakhir, seiring dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia
dan persaingan bebas, daya saing telah menjadi salah satu dari konsep konsep kunci bagi
perusahaan perusahaan, negara negara dan wilayah wilayah untuk bisa berhasil dalam
partisipasinya di dalam globalisasi dan perdagangan bebas dunia.
Jika daya saing dari satu pilar rendah, maka pondasi tersebut akan miring, walaupun pilar
pilar yang lain mempunyai daya saing yang tinggi, pada akhirnya akan menurunkan tingkat daya
saing negara. Pilar pilar tersebut adalah:
Alam/fisik: secara alami Indonesia mempunyai daya saing yang jauh lebih tinggi
dibandingkan, misalnya Singapura
Perusahaan : pemain terdepan di dalam persaingan adalah perusahaan
Inovator: daya saing sebuah negara atau perusahaan tidak lepas dari kegiatan inovasi dan
terakhir ini sangat ditentukan oleh kreativitas, keuletan dan pengetahuan dari orang orang
yang disebut innovator
Pemerintah: walaupun pemerintah pada dasarnya hanya mengeluarka kebijakan atau
peraturan membangun infrastruktur, sekolah dan rumah sakit, pemerintah di suatu negara
juga harus bersaing dengan pemerintah pemerintah di negara negara pesaingnya.
Masyarakat: negara negara maju seperti AS, Jerman dan lainnya menunjukkan bahwa
juga memiliki masyarakat berdaya saing tinggi.
Dengan memakai konsep daya saing, dkk (2002) membuat suatu model konseptual untuk
menghubungkan karakteristik dari manajer atau pemilik perusahaan dan kinerja perusahaan
tersebut pada jangka panjang. Model konseptual untuk daya saing perusahaan tersebut terdiri
dari 4 elemen: skop daya saing perusahaan, kapasitas organisasi dari perusahaan, kompetisi
pengusaha dan kinerja. Hubungan antara kompetisi dan 3 elemen lainnya itu merupakan inti dari
modal tersebut dan hubungan itu dapat dihipotesakan ke dalam tiga tugas prinsip pengusaha:
membentuk skop daya saing, menciptakan kapabilitas organisasi dan menetapkan tujuan tujuan
dan mencapainya.
Daya saing dalam pengertia WEF adalah daya saing suatu negara atau ekonomi bukan
daya saing suatu produk. Tentu daya saing yang tinggi dari suatu negara akan sangat membantu
daya saing produk produk dari negara tersebut, namun demikian daya saing suatu produk juga
ditentukan oleh sejumlah faktor, baik internal seperti nilai tukar, tingkat suku bunga yang
mempengaruhi biaya produksi, produktivitas dan lain lain. Eksternal seperti struktur pasar global
dan sebagainya.
4. Beberpa kendala
a. Infrastruktur
Infrastruktur termasuk kendala yang semakin serius sejak krisis keungan Asia 1987-1998
hingga saat ini yang menghambat peningkatan atau bahkan mengurangi tingkat daya saing
Indonesia, bukan hanya dalam arti daya saing produk, tetapi juga daya saing ekonomi.
Infrastruktur yang buruk juga menghambat masuknya investasi asing, khususnya PMA
yang berarti berkurangnya atau menghilangnya kesempatan Indonesia untuk mendapatkan
teknologi teknologi dan pengetahuan terbaru dari luar.
b. Iklim berusaha
Iklim berusaha di suatu negara juga sangat mempengaruhi tingkat daya saing negara
tersebut lewat berbagai jalur. Salah satu jalurnya adalah kehadiran PMA: iklim berusaha tidak
kondusif berarti iklim berinvestasi yang tidak kondusif yang secara teori artinya kemungkinan
mendapatkan keuntungan dari melakukan suatu bisnis akan berkurang.
Jalur lain dalam iklim berusaha adalah inovasi itu sendiri. Pada prisipnya, seseorang atau
sebuah lembaga R&D akan bersemangat melakukan suatu inovasi apabila ada kemungkinan
besar akan menghasilkan banyak uang. Kemungkinan ini bisa terjadi tentu jika iklim berusaha
juga mendukung. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila negara negara yang paling
banyak melakukan inovasi atau penemuan baru adalah negara negara dengan iklim berusaha
yang kondusif dan negara negara itu adalah dari kelompok negara negara maju.
Dalam membahas pentingnya inovasi bagi peningkatan daya saing, tidak lepas dari
pentingnya teknologi. Pada gilirannya bicara mengenai peran teknologi bagi upaya peningkatan
daya saing dari suatu perusahaan atau negara, ada dua hal yang perlu di analisa, yaitu: sumber
sumber teknologi baru, dan kemampuan perusahaan atau negara menyerap dan memanfaatkan
teknologi teknologi baru yang ada secara optimal dalam bentuk konkretnya: produk produk atau
proses proses produksi baru.
Sedangkan dalam hal inovasi, keadaan Indonesia relatif lebih baik dalam arti semua
komponennya, posisi Indonesia di di bawah 50, kecuali untuk pemanfaatan paten, Indonesia
sangat buruk.
Bukan lagi perdebatan, bahwa SDM berkualitas tinggi merupakan salah satu atau bahkan
input terpenting dalam menentukan daya saing sebuah bangsa/ekonomi. Dibilang terpenting
karena teknologi teknologi baru atau kegiatab inovasi dan penemuan baru tidak akan bisa terjadi
jika tidaj ada SDM berkualitas tinggi. SDM yang dimaksud disini bukan hanya pekerja, tetapi
juga pengusaha dan peneliti atau masyarakat seca umum. Sudah merupakan suatu pengetahuan
umum bahwa kualitas SDM dan kemajuan teknologi berjaan bersama. Salah satu bukti yang
sngat nyata adalah negara yang selalu mendapatkan hadiah nobel untuk semua ilmu, terkecuali
perdamaian, yakni negara negara yang paling bnyak menghasilkan teknologi canggih.
B. Liberalisasi perdagangan regional/Global
Sejak pertengahan tahun 1990 sudah banyak penelitian atau simulasi yang dilakukam
untuk mengestimasi dampak dampak liberalisasi perdagangan dunia atau regional dalam bentuk
bentuk komoditas komoditas pertanian terhadap ekonomi Indonesia.
Tujuan utama dari penelitian tersebut adalah untuk mengukur besarnya potensi keuntunga
dan kerugian dan memprediksi pola pola perdagangan yang sedang berubah atau realokasi
sumber sumber daya sebagai suatu hasil dari skim skim liberalisasi perdagangan tersebut.
Hasil hasilnya dalam cara cara tertentu menegaskan penemuan penemuan dari penelitian
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain oleh Anderson,dkk (1997) terhadap
liberalisasi perdagangan luar negeri di wilayah Asia Pasifik.
a. Perkembangan Perdagangan
Pada Januari 2010,dimulailah kesepakatan perdagangan bebas antara indonesia dan Cina
dalam konteks kesepakatan perdagangan bebas ASEAN dengan Cina (yang dikenal dengan
sebutan Cina-AFTA).Beberapa tahun sebelum kesepakatan tersebut Indonesia dan Cina juga
membuat kesepakatan perdagangan bebas tetapi khusus untuk pertanian,yang dikenal dengan
EHP.Sudah ada beberapa penelitian berbasis simulasi untuk menganalisis dampak dari
kesempatan EHP terhadap Indonesia,khususnya sektor pertaniannya
Dalam beberapa tahun belakangan ini,posisi Indonesia dalam perdagangan pertanian
dunia semakin tergeser oleh Cina.Pergeseran tersebut tidak hanya disebabkan oleh menurunnya
daya saing komoditas pertanian Indonesia relatif dibandingkan dengan Cina,tetapi juga oleh
keterbatasan kapasitas produksi pertanian di dalam negeri.Bahkan dipercaya bahwa untuk
sejumlah komoditas pertanian selain padi,Indonesia hingga saat ini masih menghadapi kendala
dalam meningkatkan kapasitas produksinya,misalnya untuk buah-buahan dan sayur-sayuran.
b.Daya Saing
1. ATPSM
ATPSM adalah suatu model simulasi kebijakan perdagangan yang bisa membuat suatu
analisis secara terperinci mengenai isu-isu terkait dengan kebijakan perdagangan
pertanian.Model ini mencakup 176 negara dan 36 kelompok komoditas,termasuk buah-
buahan,sayur-sayuran,minuman,minyak dari tumbuh-tumbuhan,produk-produk dari susu,dan
daging.Untuk harga-harga,model ini memakai beberapa sumber (yaitu IFS,FAO Trade Yearbook
dan statistik harga dari UNCTAD),yang mencakup periode dari 1999 hingga tahun 2001.
2.GTAP
Gejolak nilai tukar rupiah sejak bulan Juli 1997 sepatutnya kian membuka mata-hati kita
terhadap berbagai persoalan mendasar yang menghadang ekonomi Indonesia sejak sekian tahun
sebelumnya. Ulah para spekulan bisa saja dijadikan kambing hitam. Namun, teramat naif kalau
akar permasalahan ditimpakan seluruhnya kepada mereka, senaif kalau kita mengatakan bahwa
kemerositan rupiah dipicu semata-mata oleh tindakan-tindakan spekulatif. Kita pun akan
kehilangan jejak seandainya persoalan ini cuma dipandang sebagai fenomena regional yang
berawal dari kejatuhan nilai baht Thailand, lalu menerjang peso Filipina, ringgit Malaysia, dan
juga dolar Singapura. Bahwa ada efek berantai dan ulah spekulan, boleh jadi memang benar,
sehingga Singapura pun turut terkena. Tetapi, mengapa dolar Singapura tidak mengalami
guncangan sehebat yang dialami negara-negara tetangganya? Mengapa pula tidak sempat
merembet ke Taiwan dan Cina? Mengapa harus di Asia Tenggara saja, padahal lalu lintas modal
sudah sedemikian mudah bergerak ke semua kawasan dunia? Lantas, kalau negara-negara lain
yang juga terkena krisis-seperti Thailand, Malaysia, dan Korea Sclatan-bisa dengan segera
bangkit dan pulih kembali
BAB 2
Lebih setengah abad merdeka dari penjajahan, bangsa kita sebetulnya masih
memenjarakan dirinya di dalam kungkungan pola hidup LEBIH BESAR PASAK DARIPADA
TIANG (untuk memudahkan membayangkan konsep kuensinya terhadap kondisi ekonomi
Indonesia sekarang, bayangkan saja kondisi sebuah rumah tangga yang selama 30 tahun lebih
mengandalkan upaya peningkatan kesejahteraannya dengan utang, yang jumlahnya kian jauh
lebih besar daripada pendapatannya). Kebebasan (freedom) yang diraih dengan darah dan nyawa
ternyata lebih banyak disia-siakan. Karunia sumber daya yang begitu melimpah yang diberikan
Tuhan dihambur-hambutkan. Nilai kekayaan alam yang telah dikuras dari bumi Indonesia sudah
tidak terbilang besarnya, namun jumlah penduduk miskin malah kian membengkak. Lingkungan
hidup semakin rusak oleh keserakahan, tatanan sosial mengalami disharmoni. Bangsa ini telah
merubah dirinya sendiri dari sekadar miskin materi menjadi miskin secara totalitas.
Kebebasan yang kita dapatkan cuma sebatas kebebasan dari kolonialisme, tetapi tidak
bebas dari kemiskinan dan ketidakberdayaan. Sekadar akses untuk memperoleh pendidikan dasar
dan informasi yang seluas-luasnya pun masih jauh dari yang sepatutnya. Apalagi hak rakyat
untuk didengar keluh-kesahnya. Gedung pencakar langit di beberapa kota-kota besar memang
sudah menjamur. Pilar-pilar kokoh dan cerobong asap pabrik-pabrik bertaburan. Sekarang
hampir semua itu telah menjelma sebagai barang rongsokan. Tak pelak lagi, pembangunan
selama ini lebih menampilkan sosok fisik tanpa iiwa dan karakter.
BAB 3
1. Hakikat Pembangunan
Hakikat pembangunan adalah membentuk manusia-manusia atau individu-individu
otonom, yang memungkinkan mereka bisa mengaktuaiisasilmn segala potensi terbaik yang
dimilikinya secara optimal. Dari sini, muncul keberagaman dan spesialisasi sehingga
menyuburkan pertukaran (exchange) atau transaksi. Inilah yang menjadi landasan kokoh bagi
terwujudnya manusia-manusia unggulan sebagai modal utama terbentuknya daya saing nasional
dalam menghadapi persaingan mondiai. Transaksi tidak lain merupakan
Perwujudan dari interaksi antarmanusia dengan segala keberagaman dan kelebihannya
masing-masing. Adapun hasil dari transaksi atau interaksi tersebut adalah kesejahteraan sosial
(social welfare), sebagaimana dijanjikan oleh prinsip keunggulan komparatif (comparative
advantage).
Kesejahteraan sosial terwujud melalui tercapainya kemakmuran (prosparity) yang
berkeadilan (justice). Demokrasi adalah prasyarat terpenting untuk mewujudkan kesejahteraan
sosial yang berkeadilan. Format baru pembangunan ekonomi Indonesia mendatang tidak boleh
lagi memisahkan di antara keduanya, melainkan harus padu ( built in) di dalam strategi dan
setiap kebijakan pembangunan. Di sinilah letak kelemahan pemerintahan Orde
Baru yang mengedepankan jargon “Pembangunan ekonomi yes, politik no,” sebagaimana
yang lazim dikenal di dalam kerangka pemikiran developmental .mm-yang kerap dipraktikkan
oleh rezim-rezim otoriter di negara-negara berkembang. Pengejawantahannya tercermin dari
trilogi pembangunan (pertumbuhan, stabilitas, dan pemerataan). Ketiganya bercampur baut di
dalam satu wacana, yaitu wacana ekonomi. Dengan demikian, jelas tampak sekali bahwa
memang wacana politik cenderung dikebiri.
BAB 4
ANCAMAN DISINTEGRASI
Salah satu rahmat yang patut disyukuri dari kemerdekaan bangsa Indoneia-yang telah
diproklamirkan 57 tahun yang lalu-adalah tetap tegaknya kesatuan bangsa dalam kemajemukan
dan kebhinekaan. Kemerdekaan tidak hanya diisi dengan semboyan-semboyan persatuan,
melainkan telah pula diwujudkan dengan kemajuan fisik. Tampak pula bahwa kian muncul
kesadaran yang meluas bahwa daerah harus lebih diberdayakan dengan memberikan peluang dan
keleluasaan untuk menata dirinya sendiri. Kesadaran tersebut juga tercermin dari tekad
pemerintah untuk mempercepat pembangunan di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dalam kaitan
ini, mantan Presiden Soeharto berulang kali mengatakan bahwa tiada tempat lagi bagi
sentralisasi pembangunan. Ini bukan sekadar tuntutan politis, tetapi sudah tuntutan zaman yang
tidak terelakkan. Pada akhirnya, keberhasilan pembangunan memang akan lebih bermakna jika
bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di tanah air.
Namun, tampaknya tuntutan bagi peningkatan peran daerah yang lebih besar dan berarti
baru sebatas semboyan. Hingga kini, belum ada suatu cetak biru atau mekanisme yang built in di
tingkat makro untuk mengurangi kesenjangan antardaerah, sebagaimana juga kesenjangan
antargolongan, serta antarsektor.
BAB 5
Krisis berkepanjangan di indonesia yang bermula dari krisis moneter tahun l997-acapkali
dinyatakan sebagai akibat dari berlangsungnya globalisasi. Presiden Soeharto sendiri ketika itu
beberapa kali menyatakan bahwa demikianlah yang terjadi, bahwa Indonesia menjadi “korban”
dari deru globalisasi yang melanda seluruh dunia. Untuk itu, kita perlu menyimak apa
sebenarnya yang dimaksud dengan globalisasi, dan sejauh mana dampaknya terhadap
perekonomian Indonesia.
Sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, krisis nilai tukar kemudian
merambah dengan cepat ke sektor perbankan Indonesia yang, tenyata, memang lemah.
Kepanikan terpicu dan dengan cepat meluas karena masyarakat dan bank-bank komersial-yang
mengelola sebagian besar rupiah yang beredar tidak lagi percaya terhadap rupiah. Dunia usaha
pun mengalami pukulan dahsyat yang melumpuhkan, terutama para konglomerat-kroni yang
terlampau mengandalkan perkembangan bisnisnya pada kedekatan dengan penguasa. Dalam
kaitan itu, bab ini juga akan menyinggung kondisi perbankan dan dunia usaha di Indonesia,
terutama mengenai apa yang harus
dicermati dari globalisasi agar krisis serupa dapat dihindari.
BAB 6
BAB 7
Dilema antara biaya pemulihan ekonomi dan pembayaran cicilan dan bunga
Beban utang yang menumpuk dalam waktu yang relatif singkat, selama dua tahun terakhir sejak
terjadinya krisis adalah biaya yang harus dibayar sebagai akibat pengelolaan ekonomi yang
centang perenang selama kepemimpinan order baru dan di tambah lagi proses pemulihan
ekonomi yang tidak komprehensif dan konsisten. Sedangkan pada neraca transaksi berjalan
angka defisit semakin membesar selama 3 tahun terakhir sebelum memasuki krisis. Defisit
semakin membengkak karna laju peningkatan impor jauh lebih besar dibandingkan laju
peningkatan aspek.ada beberapa sebab mengapa laju pertumbuhan ekonomi lambat dibandingkan
impor
BAB 8
Jika dikaji lebih lanjut, maka faktor keempat cenderung semakin tidak relevan, sedangkan faktor
kelima agaknya semakin bisa diabaikan. Maka tinggal tiga faktor pertama yang Patut di jadikan
pembenaran bagi keberadaan BUMN.
BAB 9
BAB 10
Uraian Pengantar
Belakangan ini pembahasan tentang persaingan usaha mulai dan kian memperoleh
perhatian dari berbagai kalangan, baik di kalangan komunitas pelaku usaha maupun para
akademisi di bidang ekonomi dan hukum. Fenomena ini diawali saat mulai diberlakukannya
Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak
Sehat. Diskursus kian menghangat setelah KPPU atau Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(bentukan undang-undang ini) mulai menangani dan memutuskan kasus-kasus persaingan usaha
di Indonesia.2
Sebetulnya, wacana akan perlunya suatu kebijakan melalui pembuatan peraturan
perundang-undangan di bidang persaingan usaha yang khusudan komprehensif telah ada sejak
sekitar awal dekade 1990-an, tatkala sejumlah pakar memandang bahwa struktur ekonomi
nasional yang telah terbangun selama ini sedemikian monopolistiknya sementara perilaku
antipetsaingan dari para pelaku usaha Indonesia pun semakin mengkhawatirkan. Namun,
ternyata wacana tersebut hanya mengemuka sejenak karena ketiadaan political will yang kuat
dari Pemerintah dan Dewan Perwakilan
BAB III
BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
Indonesia adalah salah satu negara berkembang dengan dengan fundamental terkuat di
kawasan regional. Terbukti, ditengah ketidakpastian ekonomi global, pencapaian pertumbuhan
ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,1% pada tahun ini. Menunjukkan adanya tanda-tanda
perbaikan dalam mesin ekonomi Indonesia.
Dengan pemerintahan yang stabil dan risiko politik relatif rendah, ekonomi Indonesia
berpotensi untuk bergerak lebih cepat dalam beberapa tahun mendatang. Faktor eksternal
menjadi penarik utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. pertumbuhan ekonomi Indonesia,
terutama yang berasal dari kenaikan harga komoditasBerbagai indikator lain juga menunjukkan
performa prima, seperti rasio utang pemerintah yang berada di bawah 30% dari PDB, salah satu
yang terendah di antara negara-negara berkembang.
4.2 Saran
Buku utama pada dasarnya banyak menjelaskan tentang perekonomian indonesia akan
tetapi sebaiknya buku ini juga menampilkan gambar atau perbanyak tabel agar lebih jelas dilihat
oleh para pembaca dan setiap teori penting sebaiknya tulisan diberi warna agar mempermudah
pembaca untuk memahami.
Buku pembanding lebih mengajak kita untuk merenung tentang hal apa saja yang harus
dilakukan agar kita dapat segera pulih dari krisis, dan bangkit kembali tanpa harus terjebak pada
gerutuan dan kebingungan dan berkepanjangan tentang beratnya beban krisis. Namun sebaiknya
buku ini dapat lebih menyederhanakan bahasanya agar para pembaca mampu dengan mudah
memahami isi buku ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tambunan, Tulus T. H. 2011. Perekonomian Indonesia (Kajian Teoritis dan Analisis Empiris).
Jakarta: Ghalia Indonesia.