Tugas Komunikasi Bisnis2

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Dosen Pengampu:

FEBY AULIA SAFRIN. S.AB.MA


KOMUNIKASI BISNIS

Disusun Oleh :

Sasmita Angreini Marpaung

Nim : 190907017

Kelas : Administrasi Bisnis 19A

KOMUNIKASI BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

MEDAN

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

Pada awalnya studi Lintas Budaya berasal dari perspektif antropologi sos-bud yang bersifat
depth description yaitu penggambaran mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan
kebudayaan tertentu. Sehingga diawalnya Komunikasi Lintas Budaya diartikan sebagai proses
mempelajari komunikasi diantara individu maupun kelompok suku, bangsa dan ras yang berbeda
negara. Alasannya karena beda negara pasti beda kebudayaannya. Sebaliknya adalah
Komunikasi Antar Budaya yang dilakukan oleh pribadi-pribadi dalam suatu bangsa yang sama.

Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai budaya secara logis akan mengalami berbagai
permasalahan, persentuhan antar budaya akan selalu terjadi karena permasalahan silang budaya
selalu terkait erat dengan curtural materialisme yang mencermati budaya dari pola pikir dan
tindakan dari kelompok sosial tertentu dimana pola temperamen ini banyak ditentukan oleh
faktor keturunan (genetic), ketubuhan dan hubungan sosial tertentu. Masyarakat indonesia dan
kompleks kebudayaannya masing-masing plural (jamak) dan heterogen (aneka ragam). Pluralitas
sebagai kontradiksi dari singularitas mengindikasikan adanya suatu situasi yang terdiri dari
kejamakan, yaitu dijumpainya berbagai sub kelompok masyarakat yang tidak bisa di satu
kelompokkan satu dengan yang lainnya, demikian pula dengan kebudayaan mereka, sementara
heterogenitas merupakan kontraposisi dari homogenitas mengindikasi suatu kualitas dari
keadaan yang menyimpan ketidak samaan dalam unsur-unsurnya.Adapun dalam berkomunikasi
dengan konteks keberagaman kebudayaan kerap kali menemui masalah atau hambatan-hambatan
yang tidak diharapkan sebelumnya. Misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang,
nilai atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya. Padahal syarat untuk terjalinya
hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau makna antara
satu dengan lainnya. omunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua
sisi mata uang. !udaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi
pun turut menentukan memelihara, mengembangkan atau me"ariskan budaya seperti yang
dikatakan #d"ard $. %all bah"a komunikasi adalah budaya dan budaya adalah komunikasi. &ang
kesemuanya dapat diarahkan untuk me"ujudkan terciptanya integrasi nasional atau pembangunan
nasional. Pembangunan 'asional tidak lepas dari aspek sosial budaya. Masyarakat Indonesia yang
majemuk terdiri dari berbagai budaya, karena adanya kegiatan dan pranata khusus.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Budaya

Secara etimologj, budaya berasal dari bahasa sanskerta. Buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal). Selanjutnya, budaya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Berbudaya berarti mempunyai budaya, mempunyai pikiran dan
akal budi untuk memajukan diri. Kebudayaan diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan
manusia sebagai hasil pemikiran dan akal budi.Budaya dalam bahasa Inggris disebut culture,
yang berasal dari kata latin, colere, yang berarti mengolah atau mengerjakan, dan bisa diartikan
juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga merupakan kata lain dari occult yang
berarti benak dan pikiran. The American Herritage Dictionary mengartikan culture sebagai suatu
keseluruhan dari pola perilaku yang ditransmisikan melalui kehidupan sosial, seni, agama, dan
kelembagaan.

Ada tiga karakteristik penting dari kebudayaan, yaitu kebudayaan itu dapat dipelajari,
kebudayaan itu dapat dipertukarkan, dan kebudayaan itu tumbuh serta berubah

B. Pengertian Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka, sedangkan Kebudayaan adalah
keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Jika kita gabungkan dari kedua pengertian tentang
Komunikasi dan Kebudayaan (budaya) maka akan mendpatkan pengertiansebagai berikut ,

Komunikasi Lintas Budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya yang
satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang
terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling mempengaruhi satu sama lainnya, baik itu untuk
kebaikan sebuah kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan atau bisa jadi
sebagai tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang
menghasilkan kebudayaan yang baru.

Komunikasi Lintas Budaya dalam pengertian yang lebih luas lagi, merupakan pertukaran pesan
yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda
latar belakang budaya.

Adapun komunikasi lintas budaya sendiri didefinisikan sebagai:

1. Komunikasi yang dilakukan oleh dua kebudayaan atau kebih

2. Komunikasi yang dilakukan sebagai akibat dari terjalinnya komunikasi antar unsur
kebudayaan itu sendiri, seperti komunikasi antar masyarakatnya.

C. Fungsi Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya memiliki fungsi penting, terutama ketika seseorang mulai menjalin
hubungan bilateral, trilateral, atau multilateral. Secara khusus, komunikasi lintas budaya
berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian komunikasi antarorang, antarsuku, dan antarbangsa
yang berbeda budayanya. Ketika memasuki wilayah(daerah) orang lain, seseorang dihadapkan
dengan orang-orang yang sedikit atau banyak berbeda, ditinjau dari aspek sosial, budaya,
ekonomi dan status lainnya.

D. Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya

Dalam menyikapi era perdagangan bebas dan globalisasi, perusahaan-perusahaan besar mencoba
melakukan bisnis secara global. Dengan melihat perkembangan atau tren yang ada saat ini,
komunikasi bisnis lintas budaya menjadi sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi
bisnis di antara mereka.Semakin banyaknya pola kerja sama maupun kesepakatan ekonomi di
berbagai kawasan dunia saat ini akan menjadikan komunikasi bisnis lintas budaya semakin
penting. Pendek kata, dengan semakin terbukanya peluang perusahaan multinasional masuk ke
wilayah suatu negara dan didorong dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi, maka pada saat itulah kebutuhan akan komunikasi bisnis lintas
budaya menjadi sangat penting artinya.
Komunikasi lintas budaya sangat penting, terutama untuk mencapai hubungan kerja sama yang
saling menguntungkan. Pentingnya komunikasi lintas budaya untuk membangu hubungan
internasional yang serasi dapat ditemukan contohnya dari hubungan Amerika Serikat dan Korea
Selatan. Hubungan kedua negara tersebut berjalin harmonis sejak 1884, ketika pemerintah
Amerika Serikat mengirim warganya yang menjadi konsumen pertama produk property buatan
korea selatan. Dari fenomena hubungan ekonomi Amerika Serikat-Korea Selatan, diketahui
bahwa produktivitas dan profitabilitas meningkat ketika organisasi mampu menyerap budaya dan
mengomunikasikan harapan secara jelas.

E. Hubungan Komunikasi Dengan Budaya

Komunikasi dan budaya tidak dapat dipisahkan, karena komunikasi dan budaya adalah dua hal
yang berbeda. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan di antara para pelaku komunikasi
dengan tujuan untuk saling memahami satu sama lain. Sedangkan budaya dapat dikatakan
sebagai cara berperilaku suatu komunitas masyarakat secara berkesinambungan. Namun
demikian komunikasi dan budaya eksistensinya saling berkaitan. Suatu budaya dapat dilestarikan
dan diwariskan kepada generasi penerus melalui proses komunikasi. Disini, komunikasi
berfungsi sebagai alat penyebaran tradisi dan nilai-nilai budaya. Komunikasi dan budaya adalah
dua entitas tak terpisahkn ,budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya.

F. Tujuan mempelajari Komunikasi Lintas Budaya

Kebutuhan untuk mempelajari komunikasi lintas budaya ini semakin terasakan karena semakin
terbukanya pergaulan kita dengan orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda, disamping
juga karena kondisi bangsa Indonesia yang sangat majemuk dengan berbagai ras, suku bangsa,
agama, latar belakang daerah, latar belakang pendidikan dan yang lainnya.

tujuan kita mempelajari komunikasi lintas budaya. Yang antara lain:

1. Dunia sedang menyusut, kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat


diperlukan

2. Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut
meskipun nilai-nilainya berbeda.
3. Nilai-nilai setiap masyarakat sebaik nilai-nilai masyarakat lainnya.

4. Setiap individu dan atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri.

5. Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya
mendasar yang berlaku.

6. Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan
memahami nilai-niai budaya lain.

7. Dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan orang lain kita
mmeperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan dan masalah
manusia.

8. Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antar pribadi adalah suatu usaha yang
memerlukan keberanian dan kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu bagi
pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita pelajari dari dia, tetapi semakin
berbahaya untuk memahaminya.

9. Pengalaman-pengalaman antar budaya sangat menyenangkan dan menumbuhkan


kepribadian.

10. Ketrampilan-ketrampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang


dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan multikultural.

11. Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi,


namun perbedaan-perbedaan tersebut secara arbitrer tidaklah menyusahkan atau memudahkan.

12. Situasi-situasi komunikasi antar budaya tidaklah statik dan bukan pula stereotip. Karena
itu seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Dalam konteks ini kepekaan,
pengetahuan dan ketrampilannya bisa membuatnya siap untuk berperan serta dalam menciptakan
lingkungan komunikasi yang efektif dan saling memuaskan.

G.Hambatan Komunikasi Lintas Budaya


Ada dua hambatan komunikasi antar budaya yang kita sebut above waterline dan below
waterline

1. Above waterline

Ada 9 jenis hambatan komunikasi antar buadaya yang berada diatas air, hambatan komunikasi
semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk
fisik. Hambatan-hambatan tersebut antara lain adalah

a. Fisik (Physical)

Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri,
dan juga media fisik.

b. Budaya (Cultural)

Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara
budaya yang satu dan yang lain.

c. Persepsi (Perceptual)

Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda
mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan setiap sutu budaya akan mempunyai pemikiran
yang berbeda-beda.

d. Motivasi (Motivational)

Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah
apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar
tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.

e. Pengalaman (Experiential)

Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki
pengalaman hidup yang sama sehingga setiap indibidu mempunyai ersepsi dan juga konsen yang
berbeda dalam melihat sesuatu.

f. Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar
sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk
dilalui.

g. Bahasa (Linguistic)

Hambatan komunikasi berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan penerima pesan
(reciever) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti
oleh penerima pesan.

h. Nonverbal

Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat
menjadi hamabatan komunikasi. Contoh: wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan
(receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah tersebut dapat
menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak
maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.

i. Kompetisi (Competition)

Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil
mendengarkan. Contoh: menerima telepone seluler sambil menyetir, karena melakukan 2
kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan
melalui telepone selulernya secara maksimal.

2. Below waterline

Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air adlah faktor-faktor
yang membentuk perilaku atau sikap seseorang. Hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat
atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah:

a. Persepsi (perception)

b. Norma (norms)

c. Stereotip (stereotyps)
d. Filosofi bisnis (business philosophy)

e. Aturan (rules)

f. Jaringan (networks)

g. Nilai (values)

h. Grup cabang (subcultures group)

Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala
sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif.

Berikut ini adalah contoh komunikasi lintas budaya ketika melakukan perjalanan ke suatu
negara:

 Di Spanyol, orang berjabat tangan paling lama antara lima sampai dengan tujuh ayunan;
melepas jabat tangan segera dapat diartikan sebagai suatu bentuk penolakan. Di Perancis,
orang berjabat tangan cukup denagn hanya sekali ayunan atau gerakan.
 Jangan memberi hadiah minuman-minuman beralkohol di negara-negara Arab.
 Di Pakistan atau negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, jangan heran kalau
di tengah-tengah suatu pertemuan bisnis mereka minta izin keluar untuk menunaikan
ibadah sholat karena setiap Muslim wajib sholat lama kali sehari.
 Anda dianggap manghina tuan rumah jika Anda menolak tawaran makanan, minuman
atau setiap bentuk kebaikan di negara-negara Arab. Namun, Anda juga jangan cepat-
cepat menerima segala bentuk tawaran tersebut. Kalau mau menolak suatu tawaran,
tolaklah dengan cara yang sopan.
 Tekankan usia perusahaan Anda ketika berhubungan bisnis dengan pengusaha di Jerman,
Belanda, dan Swiss

H. STUDI KASUS

1. PT Ciptana

Profil Perusahaan
PT Ciptana adalah perusahaan pengrajin kayu yang didirikan oleh Bapak Sudarsono
Chandrawijaya pada tahun 1993. Perusahaan ini terletak di Demak, Jawa Tengah.PT Ciptana
bergerak di bidang wood processing dengan produk-produk mencakup sawn timber, veneer, dan
kayu lapis. PT Ciptana memiliki prinsip bahwa mereka selalu menjunjung tinggi komitmen,
kejujuran, integritas, serta konsistensi dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi para
pelanggan.

Konflik

Pada suatu ketika, direktur PT Ciptana yang memiliki latar belakang orang Jawa Tengah akan
bekerjasama dengan orang Medan. Saat rapat di ruangan negosiasi, direktur, manajer, dan calon
investor orang Batak ini saling berkomunikasi, namun dilihat dari logat bicara orang Batak yang
temperamen dan cenderung keras maka direktur pemilik perusahaan kayu tersebut merasa tidak
nyaman, dan akhirnya kerjasama ini tidak dapat dilanjutkan lagi.

Analisis

Dari contoh kasus tersebut dapat dilihat bahwa dalam sebuah komunikasi lintas budaya terjadi
sebuah gangguan yang dapat berakibat fatal. Sebenarnya tata bahasa yang dilakukan oleh orang
Batak tersebut biasa saja menurut mereka, namun untuk direktur pemilik perusahaan yaitu orang
Jawa Tengah yang kebanyakan halus tutur katanya, bahasa orang Batak tersebut dianggap kasar
dan terlalu emosional. Hal tersebut sangat dipengaruhi adanya perbedaan antara kultur atau
budaya pada suatu daerah tertentu. Apabila pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke
daerah lain atau negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut menjadi
sangat penting agar tidak terjadi kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis.

2. Proyek PIR Lokal Teh Tapanuli Utara)

Proses penyuluhan pembangunan, acapkali mengalami kekurangberhasilan hanya disebabkan


oleh adanya hambatan perbedaan budaya di antara kelompok sosiologis. Salah satu contoh
ketidakberhasilan itu adalah yang terjadi di dalam hubungan kemitraan antara perkebunan besar
dan petani kecil. Perkebunan besar dan petani kecil merupakan dua kelompok sosiologis yang
memiliki karakterististik sangat berbeda. Perbedaan ini merupakan realitas dari kehidupan
ekonomi dualistik dalam sistem perkebunan di Indonesia. Kelompok yang satu berorientasi pada
kapitalisme modern, sementara kelompok lainnya berciri pra kapitalisme tradisional.

Munculnya sistem pembangunan perkebunan dengan pola Perkebunan Inti-Rakyat (PIR) pada
tahun 1978/1979, merupakan upaya memadukan perkebunan besar dengan petani kecil dalam
suatu proses produksi dengan analogi hubungan inti-plasma. Dalam perkembangannya, bentuk
relasi kedua pihak tersebut adalah berupa relasi kemitraan antara perusahaan inti dan petani
plasma. Kemitraan dirumuskan sebagai relasi kolaborasi antara dua pihak atau lebih yang
dilakukan dalam sistem yang utuh untuk mencapai keuntungan bersama.dalam
perkembangannya, ada masalah yang menghambat harmoni relasi tersebut. Relasi antara
perusahaan inti dan petani plasma kurang harmonis karena perbedaan pola pikir, sikap, dan
perilaku yang memunculkan masalah operasional. Ini menunjukkan bahwa komunikasi sebagai
aktivitas simbolik tidak diikuti oleh keakuratan persepsi atas pesan kedua belah pihak.
Ketidakakuratan persepsi ini disebabkan karena perusahaan inti dan petani plasma adalah dua
komunitas yang memiliki perbedaan budaya.

Konflik

Dalam pelaksanaan Proyek PIR Lokal Teh Tapanuli Utara terdapat masalah yang terkait dengan
aspek pemeliharaan tanaman teh. Pemeliharaan tanaman teh tidak intensif karena kendala budaya
penduduk setempat. pelaksanaan Proyek PIR Lokal Teh menemui masalah yang terkait dengan
tradisi penduduk setempat. Pada saat syawalan, pasokan pucuk the berkurang karena petani tidak
memetik, namun setelah syawalan usai pasokan berlimpah. Akibatnya terjadi ketidaksesuaian
antara kapasitas produksi pabrik dan pasokan. Keadaan ini menunjukkan bahwa aspek kegiatan
industri tidak diperhatikan oleh petani.

Dalam pada itu, permasalahan yang ada pada pelaksanaan PIR Lokal Teh di Jawa Barat adalah
masalah yang terkait dengan proses pembelian pucuk teh, yaitu masalah penimbangan dan
pengukuran analisis pucuk teh, serta masalah penjualan pucuk teh oleh petani plasma ke luar
perusahaan inti. Dalam masalah penimbangan, perusahaan sering meragukan bobot timbangan
petani yang tidak akurat dalam menimbang pucuk teh. Sementara dalam pengukuran analisis
pucuk teh banyak ditemukan pucuk-pucuk kasar yang dijual oleh petani, padahal perusahaan inti
menghendaki pucuk teh yang halus untuk menghasilkan teh yang berkualitas bagus. Hal ini
berbeda ketika petani menjual pucuk teh ke luar perusahaan inti, pihak luar tidak terlalu
menekankan kualitas pucuk teh yang dijual kepadanya. Penjualan pucuk teh ke luar perusahaan
dipandang tidak memenuhi kesepakatan penjualan produk yang mengharuskan petani hanya
menjual produknya ke perusahaan inti , Dari hasil penelitian Hamidah dan Widodo (2003:88)
ditemukan bahwa penjualan pucuk teh ke luar perusahaan inti disebabkan petani ingin
secepatnya mendapatkan uang. Bahkan hal ini sering dipenuhi dengan sistem ijon, yakni dengan
mendapat pinjaman uang di muka sebelum pucuk teh dapat dipetik. Namun disebabkan pihak
luar tersebut membeli pucuk teh dengan cara insidental, yakni hanya membeli ketika
membutuhkan pasokan untuk produksi teh pabriknya, maka pihak inipun tak dapat diandalkan
petani untuk keamanan hidupnya. Oleh karena itu tidak ada jaminan kepastian dari pihak luar
bagi keajegan pemasaran produk pucuk teh petani. Selain masalah tersebut, terungkap
permasalahan yang ada pada pelaksanaan pola PIR Teh di Jawa Tengah, yaitu berupa masalah
tidak dipisahkannya usaha tanaman teh petani dengan usaha tani lainnya. Selain mengusahakan
tanaman teh, petani juga mengusahakan tanaman pangan. Permasalahan ini terkait dengan
budaya ekonomi petani upland yang mengharuskannya melakukan kombinasi usahatani agar bisa
survive dalam kehidupannya .

Analisis :

Berdasarkan pada kasus diatas terdapat relasi kemitraan antara perusahaan inti dan petani
plasma. Dalam kasus tersebut relasi antara perusahaan inti dan petani plasma kurang harmonis
karena perbedaan pola pikir, sikap, dan perilaku yang memunculkan masalah operasional. Ini
menunjukkan bahwa komunikasi sebagai aktivitas simbolik tidak diikuti oleh keakuratan
persepsi atas pesan kedua belah pihak. Ketidakakuratan persepsi ini disebabkan karena
perusahaan inti dan petani plasma adalah dua komunitas yang memiliki perbedaan budaya.

Perbedaan budaya di antara komunitas perusahaan inti dan komunitas petani plasma dijelaskan
dengan bertolak dari adanya pergulatan di antara dua prinsip yang disebut sebagai perekonomian
dualistik. Pergulatan ini berakar dari pertentangan antara kapitalisme barat yang modern dan
tradisi pra-kapitalis. Kapitalisme barat yang modern, muda, dan agresif yang dibangun di kota
besar berhadapan dengan tradisi pra-kapitalis yang tua yang berada di pedesaan (Boeke,
1983:11).
Menurut Boeke (1983:11), dalam situasi dualistik terdapat dua karakteristik yang berbeda dalam
konteks sosial ekonomi. Satu sisi merupakan golongan masyarakat yang memiliki ikatan sosial
asli dan organis, sistem kesukuan tradisional, kebutuhan yang sifatnya terbatas dan bersahaja,
serta prinsip produksi pertanian yang sifatnya subsisten. Sisi lainnya adalah masyarakat yang
berorientasi keuntungan, bersaing usaha yang terorganisasikan, profesional, bertumpu pada
kapitalisasi dan industri mekanis, serta memandang rendah dorongan atau motif ekonomi yang
dikaitkan dengan motif sosial, etika, adat, tradisi, suku, agama, dan sebagainya. Dalam
kehidupan pertanian, kapitalisme diasosiasikan dengan farmer yang berciri kota, sementara
prakapitalisme diasosiasikan dengan peasant yang berciri desa.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dunia yang luas terdiri dari berbagai negara tentu saja memiliki beraneka ragam corak budaya.
Indonesia termasuk di dalamnya yang memberikan corak budya tersendiri. Faktor geografis
merupakan salah satu faktor mengapa Indonesia memiliki beranekaragam budaya. Luas
Indonesia yang sebagian besar adalah luas lautan menjadikan wilayah Indonesia secara topografi
terpisah menjadikan ciri khas atau perbedaan budaya dari masing- masing daerah. Budaya antar
wilayah Indonesia berbeda melainkan tetap dalam satuan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Tidak ada batasan antara budaya dan komunikasi, seperti yang dinyatakan Hall, “Budaya adalah
komunikasi,dan komunikasi adalah budaya”. Dengan kata lain ketika membahas budaya dan
komunikasi sulit untuk memutuskan mana yang menjadi suara dan mana yang menjadi gemanya.
Alasannya adalah karena anda “mempelajari” budaya anda melalui komunikasi dan pada saat
yang sama komunikasi merupakan refleksi budaya anda. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.Ada beberapa macam karaketeristik
Komunikasi Lintas Budaya, antara lain :

1. Ada dua atau lebih kebudayaan yang terlibat dalam komunikasi

2. Ada jalan atau tujuan yang sama yang akhirnya menciptakan komunikasi itu

3. Komunikasi Lintas Budaya menghasilkan keuntungan dan kerugian diantara dua budaya
atau lebih yang terlibat

4. Komunikasi lintas budaya dijalin baik secara individu anggota masyarakat maupun
dijallin secara berkelompok atau dewasa ini dapat dilakukan melalui media

5. Tidak semua komunikasi lintas budaya menghasilkan fedback yang dimaksud, hal ini
tergantung kepada penafsiran dan penerimaan dari sebuah kebudayaan yang terlibat, mau atau
tidaknya dipengaruhi
6. Bila dua kebudayaan melebur karena pengaruh komunikasi yang dijalin maka akan
menghasilkan kebudayaan baru, dan inilah yang disebut akulturasi.

SUMBER

http://zuliyacitra.blogspot.com/2015/12/komunikasi-antar-budaya.html?m=1
https://www.academia.edu/5866361/Paper_Komunikasi_Antar_Budayahttps://id.scribd.com/doc/
215654476/Analisis-Komunikasi-Lintas-Budayahttps://mentarids-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/mentarids.wordpress.com/2016/05/05/komunikasi-bisnis-lintas-
budaya/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16043185912836&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fmentarids.wordpress.com
%2F2016%2F05%2F05%2Fkomunikasi-bisnis-lintas-budaya
%2Fhttp://dewivalentini.blogspot.com/2017/07/makalah-komunikasi-lintas-budaya.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai