Ade Putri HK E10017193 TPL

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK

OLEH
Ade Putri Husnul Khotimah
E10017193
E

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena-Nya
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik serta tepat pada waktunya. Tak lupa juga penulis
ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah teknologi pengolahan limbah
ternak yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Adapun laporan ini merupakan tugas kelompok dari mata kuliah kuliah teknologi
pengolahan limbah ternak. Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan kepada pembca. Laporan ini masih memiliki kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Jambi, Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1..............................................................................................Latar Belakang
....................................................................................................................1
1.2...........................................................................................................Tujuan
....................................................................................................................1
1.3........................................................................................................ Manfaat
....................................................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 2
2.1. Pengertian Kompos dan Pengomposan..................................................... 2
2.2. Prinsip Pengomposan................................................................................. 2
2.3. Bioaktivator Starbo Afe............................................................................. 4
BAB III. MATERI DAN METODA......................................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat..................................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan.......................................................................................... 5
3.3. Cara Kerja.................................................................................................. 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 6
BAB V. PENUTUP.................................................................................................... 8
5.1. Kesimpulan................................................................................................ 8
5.2. Saran.......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pupuk kompos sering didefinisikan sebagai suatu proses penguraian yang terjadi secara
biologis dari senyawa-senyawa organic yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme
yang bekerja pada suhu tertentu didalam atau wadah tempat pengomposan berlangsung.
Peningkatan ptoduksi pertanian, tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, seperti
pupuk buatan/anorganik dan pestisida. Penggunaan pupuk buatan/kimia dan pestisida saat ini
oleh petani kadang kala sudah berlebihan melebihi takaran dan dosis yang dianjurkan
sehingga mengganggukeseimbangan ekosistem. Disarming itu tanah cenderung menjadi
tanadus, organisme-organisme pengurai seperti zat-zat rensik, cacing-cacing tanah menjadi
habis. Demikian juga binatang seperti ular pemangsa tikus, populasi menurus drastis

Bahan pembuatan pupuk organic atau lebih dikenal dengan kompos memanfaatkan
limbah pertanian seperti jerami, daun-daunan, rumput, kotoran kandang, serbk gergaji bahan
tersebut mudah didapat dan tersedia dilahan pertanian. Berdasarkan uraian tersebut perlu
dilakukan praktikum pembuatan pupuk kompos.

1.2. Tujuan

Tujuan melakukan praktikum ini adalah membuat kompos dari limbah yang dapat
diuraikan dan untuk mengetahui proses pembuatan kompos.

1.3. Manfaat

Manfaat melakukan praktikum ini adalah menghasilkan pupuk yang berkualitas


(mengandung unsur hara yang tersedia bagi tanaman) sehingga dapat meningkatkan
kesuburan tanah, memberdayakan kehidupan masyarakat khusunya peternak sapi dan
kambing dengan memanfaatkan produk sampingan (feses) bila dilakukan dalam skala besar,
menghindarkan pencemaran lingkungan dan limbah sampingan berupa feses di peternakan itu
sendiri dan lingkungan sekitar dan memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kompos dan Pengomposan

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan


organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H.
Crawford, 2003).
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai
sumber energi.

2.2. Prinsip Pengomposan

Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini berarti bahwa
peran mikroorganisme pengurai sangat besar. (Tchobanoglous et al.1993).
Prinsip-prinsip proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan
meliputi:
 Kebutuhan Nutrisi
Untuk perkembangbiakan dan pertumbuhannya, mikroorganisme memerlukan sumber
energi, yaitu karbon untuk proses sintesa jaringan baru dan elemen-elemen anorganik
seperti nitrogen, fosfor, kapur, belerang dan magnesium sebagai bahan makanan untuk
membentuk sel-sel tubuhnya. Selain itu, untukmemacu pertumbuhannya,
mikroorganisme juga memerlukan nutrien organik yang tidak dapat disintesa dari
sumber-sumber karbon lain. Nutrien organik tersebut antara lain asam amino,
purin/pirimidin, dan vitamin.
 Mikroorganisme
Mikroorganisme pengurai dapat dibedakan antara lain berdasarkan kepada struktur dan
fungsi sel, yaitu:
1. Eucaryotes, termasuk dalam dekomposer adalah eucaryotes bersel tunggal, antara
lain: ganggang, jamur, protozoa.
2. Eubacteria, bersel tunggal dan tidak mempunyai membran inti, contoh: bakteri.
Beberapa hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) seperti cacing tanah, kutu
juga berperan dalam pengurai sampah. Sesuai dengan peranannya dalam rantai
makanan, mikroorganisme pengurai dapat dibagi menjadi 3 (tiga)kelompok, yaitu :
Apabila mereka hidup dalam lingkungan yang ideal, maka mereka akan tumbuh dan
berkembang dengan baik pula. Kondisi lingkungan yang ideal mencakup :
 Keseimbangan Nutrien (Rasio C/N).
Parameter nutrien yang paling penting dalam proses pembuatan kompos adalah unsur
karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara karbon dan oksigen
sehingga menimbulkan panas (CO2). Nitrogen akan ditangkap oleh mikroorganisme
sebagai sumber makanan. Apabila mikroorganisme tersebut mati, maka nitrogen akan
tetap tinggal dalam kompos sebagai sumber nutrisi bagi makanan. Besarnya
perbandingan antara unsur karbon dengan nitrogen tergantung pada jenis sampah sebagai
bahan baku. Perbandingan C dan N yang ideal dalam proses pengomposan yang
optimum berkisar antara 20 : 1 sampai dengan 40 : 1, dengan rasio terbaik adalah 30 : 1.
 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara aerobik berkisar
pada pH netral (6 – 8,5), sesuai dengan pH yang dibutuhkan tanaman. Pada proses awal,
sejumlah mikroorganisme akan mengubah sampah organik menjadi asam-asam organik,
sehingga derajat keasaman akan selalu menurun. Pada proses selanjutnya derajat
keasaman akan meningkat secara bertahap yaitu pada masa pematangan, karena beberapa
jenis mikroorganisme memakan asam-asam organik yang terbentuk tersebut.
 Suhu (Temperatur)
Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang sangat penting
bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan produk yang secara
mikroorganisme aman digunakan. Pola perubahan temperature dalam tumpukan sampah
bervariasi sesuai dengan tipe dan jenis mikroorganisme.
 Ukuran Partikel Sampah
Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos harus
sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya lebih mudah dicerna atau
diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil partikel, semakin luas permukaan yang
dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung dengan cepat.
 Kelembaban Udara
Kandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam proses pengomposan.
Kisaran kelembaban yang ideal adalah 40 – 60 % dengan nilai yang paling baik adalah
50 %. Kelembaban yang optimum harus terus dijaga untuk memperoleh jumlah
mikroorganisme yang maksimal sehingga prosespengomposan dapat berjalan dengan
cepat. Apabila kondisi tumpukan terlalu lembab, tentu dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga udara sehingga terjadi kondisi
anaerobik yang akan menimbulkan bau. Bila tumpukan terlalu kering (kelembaban
kurang dari 40%), dapat mengakibatkan berkurangnya populasi mikroorganisme
pengurai karena terbatasnya habitat yang ada
 Homogenitas Campuran Sampah
Komponen sampah organik sebagai bahan baku pembuatan kompos perlu dicampur
menjadi homogen atau seragam jenisnya, sehingga diperoleh pemerataan oksigen dan
kelembaban. Oleh karena itu kecepatan pengurai di setiap tumpukan akan berlangsung
secara seragam.

2.3. Bioaktivator Starbo Afe

Starbo- Afe merupakan produk yang sangat menguntungkan untuk menguraikan bahan
organik dalam pembuatan kompos atau pupuk organik, penguraian limbah pasar dan
penguraian limbah septiktank. Kandungan dari starbo-afe adalah bakteri 10 10 cfu/ml.
Laktobasilus brevis, L. Fermentum L. Plantarum, pediococcus pantacaecus, pseudomonas-
florescence, basills ploymix dan hormon tumbuh. Starbo- Afe mengandung bakteri yang
diisolasi dari saluran pencernaan angsa, akar bambu kuning dan tandan kosong kelapa
sawit.Starbo-afe juga bisa mempercepat proses pengomposan yang biasanya berlangsung
lebih kurang 40-50 hari dengan starbo-afe ini bisa jadi 21 hari. Selain itu bisa mengurangi
bau dari kompos. Keunggulan lainnya dari produk ini adalah kompos dihasilkan lebih
berkualitas, mengurangi bau tidak sedap, proses penguraian lebih cepat dan mudah,
membunuh bakteri pathogen.
BAB III
MATERI DAN METODA

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Pembuatan Kompos ini dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2020 bertempat
di Fakultas peternakan Universitas Jambi.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan kompos ini yaitu terpal, gayung,
skop, pisau, penyaring, thermometer, pH Tester, moisture meter dan pengaduk.
Bahan yang digunakan yaitu feses ayam, limbah kubis, serbuk gergaji, air, starbo ave
dan air gula merah.

3.3. Cara Kerja

Potonglah limbah kubis yang telah dikumpulkan menjadi bagian yang kecil-kecil.
Kemudian campurkan dengan serbuk gergaji dan feses ayam kemudian aduk semua bahan
yang digunakan tersebut. percikkan air sedikit demi sedikit saat proses pengadukan tersebut.
starbo-afe dilarutkan dalam air gula merah 1:10, didiamkan 15 menit. semua bahan kompos
diaduk rata dan disemprot dengan starbo-afe. kompos yang sudah tercampur ditutup rapat
dengan tarpal sampai 21 hari. Terakhir, kompos diangin-anginkan beberapa hari dan siap
dikemas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pembuatan kompos selama 21 hari, didapatkan hasil sebagai


berikut :
1. Karakteristik Kompos Limbah Organik Kotoran Ayam
Kompos limbah organik kotoran ayam yang dikomposkan pada lingkungan alami
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Warna hitam, kelembabannya sedang. Teksturnya lebih
lembut dan strukturnya remah tetapitidak pecah, dan sudah tidak berbau. Dengan melihat
kondisi fisik kompos maka karakteristik fisiknya adalah baik.
Bau yang ditimbulkan tidak terlalu menyengat berbau seperti tanah. Kondisi tersebut
diduga karena proses dekomposisi dan aktivitas mikroorganisme berjalan dengan baik dan
menunjukkan bahwa kompos telah matang. Hal ini sesuai dengan pendapat Djaja (2008),
yang menyatakan bahwa kompos yang sudah matang berbau seperti tanah. Pernyataan
tersebut diperkuat dengan pendapat Isroi (2008), kompos yang sudah matang berbau seperti
tanah dan harum.
Warna kompos mengalami perubahan warna dari kuning kecoklatan menjadi coklat
dan coklat kehitaman menyerupai warna tanah setelah mengalami dekomposisi selama 21
hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Aryanto (2011) yang menyatakan bahwa warna
kompos yang baik dan sudah matang adalah coklat sampai hitam dan perubahan sangat
tergantung dari bahan dasar dalam pembuatan kompos.
Tekstur nya hancur Bahan organik yang ditambahkan pada saat pembuatan kompos
terurai merata dan menyatu bersamaan dengan bahan dasar dan tidak menyerupai bentuk
komposisi awal lagi. Kondisi ini diduga bahwa selama proses pengomposan berlangsung
bahan tambahan mengalami proses penguraian dan terjadinya perubahan terhadap bahan
segar (Sutedjo, et. al., 1991).
Selama proses dekomposisi, suhu kompos sangat tinggi pada hari pertama dan pada
hari berikutnya suhu mengalami penurunan dan bergerak stabil. Pada hari ke 21 dilakukan
pemanenan kompos dan suhu normal disetiap perlakuan yaitu 28˚C - 29˚C. Temperatur ini
sudah sama dengan temperatur udara dan telah sesuai dengan persyaratan kematangan
kompos dan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI, 2004) suhu akhir kompos
matang yaitu 26˚C - 30˚C.
2. Komposisi Fraksi Organik selama Pengomposan Limbah Organik Kotoran Ayam
Berdasarkan hasil analisis fraksi organik kotoran ayam yang digunakan dalam
percobaan memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi, demikian pula dengan lignin, dan
protein. Kalau memperhatikan kompsisi fraksi organik ini selulosa dan lignin dicerminkan
oleh dominasi sekam padi, dan sedikit jerami pada kotoran ayam pedaging. Demikian pula
dengan kandungan protein yang tinggi. Protein yang tinggi berasal dari ransum makanan
ayam pedaging yang cukup besar kandungan proteinnya. Indikator yang menunjukkan
tingginya kotoran ayam pedaging yaitu bau ammoniak yang produksi selama di kandang
maupun saat ditampung pada tempat tertentu. Besarnya volatilasi ammoniak ini dapat
mengurangi nilai gizi. Pengomposan identik dengan biodegradasi. Mikroorganisme
memetabolisme senyawa organik sehingga menghasilkan CO2, menghasilkan panas, humus
pada akhirnya, biomassa berkurang bobotnya, adanya nitrogen yang hilang dan siklus unsur
hara.
Limbah kotoran ayam juga mengalami hal serupa. Sementara itu kita tahu bahwa
diantara fraksi-fraksi organik tersebut selulose merupakan komponen yang paling besar
persentasenya diikuti oleh lignin dan protein. Hal ini seperti jugadinyatakan oleh Atkinson
(1985) bahwa selulose merupakan komponen utama limbah peternakan ayam . Biodegradasi
selulose maupun lignin biasanya terjadi pada saat-saat menjelang pengomposan berakhir atau
temperatur pengomposan pada fase mesofil.
Dari hasil yang sudah disampaikan, kompos sudah siap dipakai. Ini dapat disimpulkan
karena tanda kompos dudah siap pakai adalah bau tidak menyengat dan warna coklat
kehitaman. Tetapi praktikum ini kurang berjalan sempurna karena tidak memiliki dan tidak
memakai alat pencacah daun, sehingga daun tidak tercacah dengan sempurna.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kompos adalah hasil penguraian parsial campuran bahan-bahan organik yang dapat
dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan
tertentu (hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik). Membuat kompos adalah mengatur
dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini
meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan
aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Dengan dijalankan penelitian ini, kita bisa
membuat kompos yang sederhana dengan baik dan benar. Ilmu ini dapat membantu kita
kedepannya.

5.2. Saran

Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu perlakuan tambahan.
Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau biang
kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan
bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya cukup kecil dapat
dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras,
sebaiknya dicacah menjadi lebih kecil lagi. Aktivator kompos harus dicampur merata ke
seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat. Bahan
yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Bahan juga harus cukup
mengandung udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik
aktivator kompos.
DAFTAR PUSAKA

Aryanto, S.E. 2011. Perbaikan Kualitas Pupuk Kandang Sapi dan Aplikasinya pada Tanaman
Jagung Manis (Zea mays Saccarata sturt). Jurnal Sains dan Teknologi :4(2) 164-176.
Atkinson et.al. 1996. Biodegradabilityand microbial activities during composting of poutry
litter. Poultry Science, 75, 608-617.
Crawford. J.H. 2003. Composting of Agricultural Waste. in Biotechnology Applications and
Research, Paul N., Cheremisinoff and R. P.Ouellette (ed). p. 68-77.
Djaja, W. 2009. Langkah Jitu membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan Sampah. PT.
Agromedia Pustaka.
Isroi. 2008. Kompos. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia.
Sutedjo M, Kartasapoetra, & S Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Rineka
Cipta.
Tchobanoglous, G., et al. (1993). Integrated Solid Waste Management. McGraw-Hill. New
York.

Anda mungkin juga menyukai