MAKALAH

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENELUSURAN RIWAYAT PENGGUAAN OBAT

DISUSUN OLEH :

(KELOMPOK 2)

Sri Melni Banne A.K.T

Arlin Alfrianti

Wilin Rapunna

Noviana

AKADEMI FARMASI TORAJA

YAYASAN NAFIRI INDONESIA

PROGRAM STUDI D III FARMASI

TANA TORAJA
2020

BAB 1 pendahhuluan
1.1 latar belakang
pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung
yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome
terapi
dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of
life)
terjamin.
1.2 tujuan
tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
 untuk memahami tentang pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran
penggunaan obat, rekonsialisai obat serta dispensing sediaan steril.
1.3 ruang lingkup
 pengkajian dan pelayanan resep
 penelusuran riwayat penggunaan obat
 rekonsialisai obat
 dispensing sediaan steril
2.1.1 defenisi pengkajian dan pelayanan resep
Pengkajian resep adalah hasil evaluasi dengan cara membandingkan literatur
dan ketentuan yang telah ditetapkan terhadap resep dokter untuk mengetahui,
menentukan dan memastikan kelengkapan resep dan kerasionalan resep
(termasuk dosis) yang diberikan oleh dokter kepada pasiennya melalui farmasis
agar menjamin ketepatan dan keamanan serta memaksimalkan tujuan terapi.
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).
Tujuan
Tujuan pengkajian pelayanan dan resep untuk menganalisis adanya
masalah terkait obat, jika ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan
kepada dokter penulis resep

2.1.2 Defenisi penelusuran riwayat penggunaan obat


Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang
pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.

Tujuan
a) membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan informasi
penggunaan Obat;
b) melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;
c) mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD);
d) mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;
e) melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan Obat;
f) melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan;
g) melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap Obat yang
digunakan;
h) melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat;
i) melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat;
j) memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu kepatuhan
minum Obat (concordance aids);
k) mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan
dokter; dan
l) mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif
yang mungkin digunakan oleh pasien. Kegiatan:

evaluasi penggunaan obat


merupakan program evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur dan
berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.

2.1.3 defenisi rekonsialisai obat

Rekonsiliasi Obat adalah proses membandingkan instruksi pengobatan dengan


obat yang telah didapat pasien baik berupa obat yang dibawa pasien dari rumah
maupun obat yang berasal dari ruang rawat sebelumnya.

Tujuan rekonsiliasi obat adalah :

a. Untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error ). Dinyatakan


sebagai kesalahan apabila terdapat ketidaksesuaian antara obat yang selama ini
digunakan dengan obat yang diberikan sewaktu pindah rawat secara tidak sengaja
dan berpotensi menimbulkan cedera.
b. Untuk memastikan informasi yang akurat tentang obat yang sedang digunakan
pasien.

Proses rekonsiliasi obat dapat dilakukan dengan cara :

a. Petugas kesehatan menanyakan pasien yang datang dari IGD terkait obat dan
suplemen yang digunakan pasien sebelumnya kepada pasien atau keluarga pasien
dan mendata sekurang-kurangnya nama obat, rute, dosis, frekuensi pemberian,
asal obat, tanggal mulai pemberian obat, dan jumlah obat tersisa.
b. Petugas kesehatan di IGD mendokumentasikan informasi yang diperoleh pada
form rekonsiliasi obat.

c. Form rekonsiliasi obat kemudian diteruskan ke ruang rawat dimana dilakukannya


tindakan terhadap pasien dan berakhir di ruang rawat inap pasien.
d. Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang, dan akan
digunakan untuk mengantisipasi terjadinya discrepancy atau ketidakcocokan
diantara data-data tersebut.
e. Obat-obat yang diterima mulai dari IGD disimpan di bagian farmasi rumah sakit
RS X namun obat yang sesuai untuk perawatan selanjutnya tetap dilanjutkan.
f. Obat-obat yang disimpan akan dikembalikan kepada pasien pada saat pasien
pulang disertai dengan pemberian konseling terhadap obat apa yang harus
dihentikan dan obat apa yang harus dilanjutkan untuk perawatan di rumah.

2.1.4 defenisi dispensing sediaan steril

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit, dispensing sediaan steril harus dilakukan secara terpusat di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi nosokomial, kontaminasi sediaan, paparan terhadap petugas dan
lingkungan, untuk mencegah kesalahan dalam pemberian obat, serta untuk
menjamin kualitas mutu sediaan.

BAB III PEMBAHASAN


Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis.
a) Kajian administratif meliputi: Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat
badan; Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon,
paraf, dan tanggal penulisan resep.
b) Kajian kesesuaian farmasetik meliputi: Bentuk dan kekuatan sediaan,
stabilitas dan kompatibilitas (ketercampuran obat).
c) Pertimbangan klinis meliputi: Ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan,
cara dan lama penggunaan obat; duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat
yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain),
kontra indikasi dan interaksi (3).
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka apoteker
harus menghubungi dokter penulis resep. Resep adalah permintaan tertulis dari
dokter (umum/spesialis/gigi maupun hewan) yang diberikan ijin menurut
perundang undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola apotek untuk
menyediakan dan menyerahkan obat-obatan kepada penderita. Umumnya
resep
ditulis dengan bahasa latin dimulai dengan R/ (recipe ambillah). Suatu resep
harus
memiliki kelengkapan agar legal untuk dilayani, adapun kelengkapan
komponen
resep yaitu:
1) Nama, alamat, no.telpon dokter dan SIP/SIK dokter
2) Kota dan tanggal penulisan resep (inscriptio) 3) Tanda tangan R/
(invocatio)
4) Nama obat dan jumlah obat (praescriptio)
5) Cara pembuatan obat/bentuk obat yang akan dibuat (ordinatio)
6) Aturan pakai obat (signatura)
7) Nama pasien (umur dan alamatnya)
8) Paraf dan tanda tangan dokter (subscriptio) (3).
Jika dokter ingin agar pasien segera mendapatkan obat karena tingkat
keparahan pasien maka resep harus ditulis cito (segera), urgent (penting),
Periculum in Mora /PIM (berbahaya bila ditunda), statim/penting. jika tanda
diatas
ada pada resep maka resep tersebut harus didahulukan untuk dilayani. Bila
dokter
ingin agar resep dapat diulang maka pada resep harus ditulis iter/iteratie, dan
sebaliknya kalau tidak mau diulang maka pada resep ditulis ne iteratur Pada
kasus
cemical obat tidak seluruhnya ada di apotek tersebut, maka kepada pasien
diserahkan salinan resep yang berisikan obat yang sudah diberikan dan obat
yang
belum diberikan agar pasien bisa membeli obat ke apotek lain dengan
menyerahkan
salinan resep tersebut, adapun kelengkapan salinan resep seperti kelengkapan
resep
diatas ditambahkan dengan:
1) Nama dan alamat apotek
2) Nama dan SIK apoteker pengelola apotek
3) Tanda det/detur (obat yang sudah diserahkan) dan nedet (untuk obat yang
belum diserahkan)
4) No.resep dan tanggal pembuatan
5) Tanda tangan/paraf apoteker pengelola apotek (21). Penelusuran Riwayat
Pengguna Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat atau sediaan farmasi lain yang
pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
wawancara
atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien (3).
Tahapan penelusuran riwayat penggunaan obat:
1) Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam medik atau
pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi
penggunaan obat
2) Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan
3) Mendokumentasikan adanya alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD)
4) Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat
5) Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat
6) Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan
7) Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang
digunakan
8) Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat
9) Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat
10) Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu
kepatuhan
minum obat (concordance AIDS)
11) Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter
12) Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif
yang mungkin digunakan oleh pasien (3).
Kegiatan penelusuran riwayat penggunaan obat:
1) Penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya
2) Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien (3).
Informasi yang harus didapatkan pada penelusuran riwayat penggunaan
obat adalah :
1) Nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
penggunaan, indikasi dan lama penggunaan obat
2) Reaksi obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi.

3) Kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa)

3. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien. rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan,
duplikasi,
kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan
terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain,
antar
ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan
kesehatan primer dan sebaliknya (3).
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
a. Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan pasien
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter

Anda mungkin juga menyukai