Askep Individu Asma
Askep Individu Asma
Askep Individu Asma
"ASMA"
DISUSUN OLEH :
POLITEKNIK KESEHATAN
2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................8
A. Pengertian..........................................................................................................8
B. Anatomi Fisiologi Paru.....................................................................................8
C. Etiologi............................................................................................................12
D. Patofisiologi.....................................................................................................14
E. Patoflowdiagram.............................................................................................16
F. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)............................................................16
G. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................17
H. Penatalaksanaan Medis....................................................................................18
I. Komplikasi......................................................................................................18
J. Konsep Asuhan Keperawatan Asma...............................................................18
1. Pengkajian....................................................................................................18
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................21
3. Intervensi.....................................................................................................21
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................25
BAB IV PENUTUP...................................................................................................44
A. Kesimpulan......................................................................................................44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil
dengan atau tanpa pengobatan. Gejala yang timbul dapat berupa batuk, sesak
Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi
dapat bersifat menetap dan menggaggu aktivitas bahkan kegiatan harian sehigga
menurunkan kualitas hidup, salah satu faktor pencetus serangan asma adalah
menjadi lebih sering dan klien jatuh pada keadaan yang lebih buruk, kondisi ini
merupakan suatu rantai yang sulit ditentukan mana yang menjadi penyebab dan
2
Kondisi sesak dapat menimbulkan kecemasan karena klien merasa adanya
Menurunkan tingkat kecemasan pada klien asma baik pada saat serangan
ataupun saat tidak terjadi serangan sangat penting. Sebab seperti yang telah
dijelaskan di atas maka lingkaran mengenai penyebab dan akibat cemas harus
diputus. Dengan demikian berarti memutus salah satu faktor pencetus asma dan
sel yang berperan, inflamasi kronik ini menyebabkan episode mengi berulang,
sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, terutama pada malam atau dini hari.
Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas
dengan pengobatan.
Di dunia meliputi di Inggris sekitar 2,5 juta penderita asma bronkiale yang
sulit bernafas dilaporkan sebagai diagnosa yang sering di tangani (50% - 74%)
(Carpenito, 2000 : 128). Ini merupakan angka yang cukup besar yang perlu
komprehensif bio psiko sosial dan spiritual. Di Jawa Timur menurut penelitian
3
Amin Muhammad (2000) dilaporkan terdapat 13,5% dari 6144 responden
dunia menderita asma. Bahkan, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah
hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Kondisi ini tidak hanya terjadi di
(5,2%), Semarang (5,5%), Denpasar (4,3%) dan Jakarta (7,5%). Secara nasional,
adalah Aceh Barat (13,6%), Buol (13,5%), Pohuwato (13,0%), Sumba Barat
Lampung Utara (0,6%), Kediri (0,6%), Soppeng (0,6%), Karo (0,7%), Serdang
Pada tahun 2009 jumlah jumlah penderita asma pada lansia di Puskesmas
ISPA, gastritis, hipertensi. Sedangkan pada tahun 2010 di bulan Januari sampai
serta harus melibatkan beberapa elemen seperti individu, keluarga dan perawat.
4
Maka sebagian perawat harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara
langsung kepada individu dan keluarga tentang asma agar mampu meningkatkan
dokter klinik.
5
BAB II
TINJAUAN KASUS ( LP )
A. Pengertian
menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa berat terutama
pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan
6
Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang besar yang
terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru
paru memanjang mulai dari dari akar leher menuju diagfragma dan secara kasar
berbentuk kerucut dengan puncak di sebelah atas dan alas di sebelah bawah.
jantung, dan pembuluh darah besar, trakea dan esofagus, dustuk torasik dan
mempunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh belahan yang miring. Lobus
superior terletak di atas dan di depan lobus inferior yang berbentuk kerucut.
Paru-paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah dipisahkan
oleh fisura oblik dengan posisi yang sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa paru
lainnya dipisahkan oleh suatu fisura horisontal menjadi lobus atas dan lobus
segmen juga dibagi menjadi unit-unit yang disebut lobulus (Snell, R. 2006).
7
(Sumber : Price.S.A, Wilson.L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Bagian 2 edisi 4. Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1995. Hal 646.)
parenkim paru. Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang
berfungsi sebagai konduksi (pengantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai
ke sel dan pengangkutan CO2 dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini terdiri
1. Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari
karena masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat
dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini
3. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan
dari sel-sel.
Dari aspek fisiologis, ada dua macam pernapasan yaitu (Rahajoe dkk, 1994) :
8
2. Pernapasan dalam (internal respiration) yang aktifitas utamanya adalah
1. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot dan saraf perifer
2. Parenkim paru yang terdiri dari saluran nafas, alveoli dan pembuluh darah.
dan sistem saraf pusat. Sistem kardiovaskuler selain mensuplai darah bagi
paru (perfusi), juga dipakai sebagai media transportasi O2 dan CO2 sistem
saraf pusat berperan sebagai pengendali irama dan pola pernapasan (Guyton,
2007).
1. Tekanan atmosfer (760 mmHg) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat
otot- otot inspirasi dan ke neuron E-VRG (ventral respiratory group). Diafragma
2011).
C. Etiologi
Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
10
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
inhibitor, kromolin).
merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu
degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease
2. Olahraga
11
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas
oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise
4. Stress
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan
5. Perubahan cuaca
12
D. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah
spasme otot polos edama dan inflamasi memakan jalan nafas dan eksudasi
muncul intra minimal, sel-sel radang dan deris selular. Obstruksi, menyebabkan
perbedaan suatu bagian dngan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru tidak
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan alergi
permiabilitas kapiler maka juga akan terjadi kongesti dan pembanguan ruang
intensium paru.
13
E. Patoflowdiagram
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk dispnea
dan mengi. Selain gejala di atas ada beberapa gejala yang menyertai diantaranya
2. Gelisah
4. Kelelahan
6. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernafasan lambat.
14
8. Sionss sekunder
10. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sputum
eosinofil.
2. Pemeriksaan darah
komplikasi asma.
Terdapat aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat PaCO2
c. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
3. Foto Rontgen
15
Pada umumnya pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan
(Amin 2013:49)
H. Penatalaksanaan Medis
1. Edukasi penderita
I. Komplikasi
16
c. Riwayat penyakit masa lalu (apa klien pernah mengalami penyakit
e. Aktivitas istirahat
massa otot.
f. Sirkulasi
g. Integritas Ego
h. Makanan Cairan
i. Hygiene
melakukan aktivitas
17
2) Tanda : Kebersihan tubuh kurang, Bau badan
j. Pernapasan
dasar kuku.
k. Keamanan
2) Tanda : Beringat,berkemerahan.
l. Seksualitas
m. Intervensi Sosial
terdekat, Penyakit.
18
2. Diagnosa Keperawatan
menetap.
3. Intervensi
menetap.
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji status pernafasan setiap 4 jam, hasil GDA, fungsi paru dan
analisa sputum.
pernapasan
19
R/ Epinefrin dan terbutalim menghentikan reaksi alergi dan dilatasi
mukosa bronchial.
berkurang.
Intervensi Keperawatan :
20
tentang semua tujuan pengobatan yang ditentukan. Berikan
asiestas.
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN
DATA KEPERAWATAN
BIODATA KLIEN
Nama : Ny C
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTA
Alamat : Jl. Haran Basri
Diagnosa Medis : Asma
No Register :-
MRS/Tgl Pengkajian : 28 Mei 2020/ 29 Mei 2020
I. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan sesak nafas
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan sesak nafas,akibat melakukan aktivitas berat secara
berlebihan,sehingga asma nya kambuh,kemudian klien di bawa ke Rs dan
berada diruang IGD. Klien diberikan Infus Nacl 0,9% dan dilakukan nebu
venzolin.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan disaat usia kurang lebih 45 tahun menderita penyakit
asma.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti
dirinya dan tidak ada penyakit keturunan.
22
II. Pola Aktivitas Sehari - hari
A. Pola Tidur/Istirahat
1. Waktu tidur
Dirumah : Klien mengatakan tidur mulai pukul 21.30 wib
Di rumah sakit : Klien mengatakan sulit untuk tidur
2. Waktu bangun
Dirumah : Pasien mengatakan bangun pukul 04.30
Di rumah sakit : Pasien mengatakan tidak menentu, kadang terbangun
Hal - hal yang mempermudah tidur :
Suasana yang tenang
3. Hal - hal yang mempermudah bangun
Suasana yang ribut, batuk-batuk
4. Masalah tidur
Kadang terbangun karena batuk dan sesak nafas
B. Pola Eliminasi
1. B.A.B
Dirumah : Klien mengatakan BAB 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Klien mengatakan BAB 1 x/hari
Masalah BAB : Tidak ada masalah
2. B.A.K
Dirumah : Klien mengatakan BAK lancar 3-4 x/hari
Di rumah sakit : Klien mengatakan BAK lancar 3-4 x/hari
Masalah BAK : Tidak ada masalah
3. Upaya klien untuk mengatasinya : Tidak ada
23
C. Pola Makan dan Minum
1. Jumlah dan jenis makanan :
Dirumah : Klien mengatakan makan nasi, sayur, lauk setengah porsi
Di rumah sakit : Klien mengatakan makan nasi, sop, lauk setengah
porsi
2. Waktu pemberian makanan :
Dirumah : Klien mengatakan pukul 07.00, 13.00, 20.00
Di rumah sakit : Klien mengatakan pukul 06.00, 12.00, 18.00
3. Jumlah dan jenis cairan/minum :
Dirumah : Klien mengatakan sering minum air putih 3 gelas/hari
Di rumah sakit : Klien mengatakan minum air putih 3 gelas/hari
4. Waktu pemberian cairan :
Dirumah : Klien mengatakan tidak menentu, jika haus
Di rumah sakit : Klien mengatakan tidak menentu
5. Pantangan/alergi : Tidak ada
6. Masalah makan dan minum :
a. Kesulitan mengunyah : Tidak ada
b. Kesulitan menelan : Tidak ada
c. Mual dan Muntah : Tidak ada
d. Tak dapat makan sendiri : Tidak ada
7. Upaya klien mengatasi masalah
Tidak ada
D. Personal Hygiene
1. Pemeliharaan badan
Dirumah : klien mengatakan mandi 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Klien mengatakan mandi 1 x/hari
2. Pemeliharaan gigi dan mulut
Dirumah : Klien mengatakan menggosok gigi 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Klien mengatakan menggosok gigi 1 x/hari
3. Pemeliharaan kuku
24
Dirumah : Klien mengatakan memotong kuku jika panjang dan kotor
Di rumah sakit : Klien mengatakan memotong kuku jika panjang dan
kotor
25
Kulit kepala : Bersih
2. Rambut
Penyebaran : Merata
Warna : putih (uban)
Kelainan lain : Tidak ada
3. Wajah
Struktur wajah : Simetris
Warna kulit : Kuning langsat
Kelainan lain : Tidak ada
b. Mata
1. Kelengkapan dan Kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris
2. Kelopak mata/palepebra : Frekuensi reflek berkedip simetris
3. Kornea mata : Jernih
4. Konjungtiva dan sclera : Tidak ada anemia
5. Pupil dan iris : Simetris
6. Ketajaman penglihatan/visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Tekanan bola mata : Simetris
8. Kelainan lain : Tidak ada
c. Hidung
1. Cuping hidung : Normal dan simetris
2. Lubang hidung : Bersih
3. Tulang hidung dan septum nasi : Normal dan simetris
d. Telinga
1. Bentuk telinga : Normal
Ukuran telinga : Sedang
Ketegangan telinga : Elastis
2. Lubang telinga : Normal
3. Ketajaman pendengaran :
Test Weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Swabach : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : Bibir lembab
2. Keadaan gusi dan gigi : Gusi dan gigi bersih
26
3. Keadaan lidah : Lidah bersih
4. Palatum/langit - langit : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Orifaring : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Leher
1. Posisi trachea : Normal
2. Tiroid : Tidak ada pembesaran
3. Suara : Suara jelas
4. Kelenjar lympe : Tidak ada pembesaran
5. Vena jugularis : Tidak terjadi distensi
6. Denyut nadi karotis : Teraba jelas dan teratur
27
2. Suara ucapan : Jelas
3. Suara nafas tambahan : Wheezing
2. Pemeriksaan jantung :
a. Inspeksi dan palpasi :
Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Perkusi batas jantung :
Basic jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pinggang jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Apeks jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : S1 lup
- Bunyi jantung II : S2 dup
- Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
- Bising/murmur : Tidak ada
- Frekuensi denyut jantung : Teraba jelas dan teratur
F. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Normal
- Benjolan/masa : Tidak ada
- Bayangan pembuluh darah : Tidak ada
2. Auskultasi
- Bising/peristaltik usus : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Palpasi
- Nyeri tekan : Tidak ada
- benjolan/masa : Tidak ada
- Hepar : Tidak ada kelainan
- Lien : Tidak ada kelainan
Titik Mc. Berney : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
- Suara abdomen : Normal
28
- Pemeriksaan asites : Tidak ada asites
I. Pemeriksaan Integumen
1. Kebersihan : Kulit bersih
2. Kehangatan : Akral hangat
3. Warna : Kuning langsat
29
4. Turgor : Baik
5. Tekstur : Baik
6. Kelembaban : Kering
7. Kelainan pada kulit/lesi : Tidak ada
J. Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Tanda rangsangan otak (meningeal sign)
Baik nilai GCS(E4V6M5)
3. Pemeriksaan saraf otak (NI - XII)
N1-Olfaktorius : Pasien dapat memejamkan mata dan dapat
membedakan bau
N2-Optikus : Pasien dapat melihat dengan jelas
N3-Okulomotoris : Adanya reflek pupil dapat menggerakan bola mata
N4-Trochelaris : Dapat menggerakan mata kebawah dan kedalam
N5-Trigeminus : Pasien dapat mengunyah dan menggerakan rahang
N6-Abdosen : Adanya reflek pupil gerakan bola mata
N7-Facialis : Bisa senyum dan menutup bola mata dengan tahanan
N8-Vestibulococlearis : Pasien dapat mendengar dengan baik
N9-Glosofarigeus : Pasien dapat membedakan rasa manis dan asam
N10-Vagus : Pasien dapat menelan ludah
N11-Acessoris : Pasien dapat menggerakan bahu
N12-Hypoglosus : Pasien dapat menjulurkan lidah
4. Fungsi motorik
Baik
5. Fungsi sensorik
Penglihatan Pendengaran Penciuman Pengecapan Perabaan baik
6. Reflek
a. Reflek fisiologis : Normal
b. Reflek patofisiologis : Tidak ada kelainan reflek patofisiologis
30
V. Pemeriksaan Status Mental
1. Kondisi emosi/perasaan
Normal
2. Orientasi
Baik
3. Proses pikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan)
Pasien dapat mengingat dengan baik dan suka bercerita
4. Motivasi
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
5. Persepsi
Tidak merasa kurang percaya diri dengan lingkungan sekitar
6. Bahasa (pola komunikasi)
Bahasa Indonesia
2. Rontgen (tanggal) :
3. EGC (tanggal) :
31
4. USG (tanggal) :
5. Lain - lain :
VII.Penatalaksanaan Terapi
D5% + Aminofilin
Azithromycin
Methylprednisolone
Combivent
32
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. C Jenis Kelamin :
Perempuan
33
1. Pola nafas tidak efektif b.d. Nyeri saat bernafas
PERENCANAAN
Nama Pasien : Ny. C Jenis Kelamin : Perempuan
34
Umur : 58 tahun Ruangan :-
35
PELAKSANAAN TINDAKAN
Nama Pasien : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
4. Memberikan 4. Combivent, 5
nebulizer lpm selama 15
Selasa, 05 menit
2. Desember 2017 1. Melakukan
pemeriksaan TTV 1. TD = 100/70
mmHg
T = 36,0 ˚C
R = 20 x/menit
N = 80 x/menit
2. Mengatur posisi
pasien dan 2. Pasien mengikuti
menganjurkan anjuran yang
teknik nafas diberikan
dalam dan batuk
Rabu, 06 efektif
3. Desember 2017
1. Melakukan 1. TD = 90/60
pemeriksaan TTV mmHg
T = 36,2 ˚C
R = 20 x/menit
N = 84 x/menit
36
3. Memberikan 3. Memberikan
nebulizer combivent 5 lpm,
selama 15 menit
37
EVALUASI
(CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN)
Nama Pasien : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
38
39
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Dalam bab ini penulis membahas tentang keterkaitan dan kesenjangan antara
landasan teori dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan asma di
baik secara actual maupun potensial sehingga dapat menjadi dasar untuk penentuan
intervensi yang tepat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan seorang
perawar”.
menetap, ansietas berhubungan dengan takut sulit bernafas disebabkan gagal nafas
yang berat. Sedangkan pada kasus kelolaan individu terdapat kesenjangan antara
teori dan aplikasi. Pada aplikasi di dapatkan 2 diagnosa yaitu, pola nafas tidak efektif
b.d. obstruksi jalan nafas, gangguan pola tidur b.d. sesak nafas. Pada kasus individu
ada diangkat diagnosa, pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi jalan nafas, gangguan
pola tidur b.d. sesak nafas. Penulis mengangkat diagnosa diatas karena pada saat
melakukan pengkajian ditemukan data pasien mengatakan sesak nafas pada malam
hari, agak susah bernafas, dan batuk-batuk, tidur kurang lebih hanya 5 jam / hari
Adapun diagnosa yang muncul pada pasien Ny.S adalah sebagai berikut :
40
1. Diagnosa I
Pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi jalan nafas ditemukan pada
tinjauan kasus, didalam teori juga ditemukan diagnosa ini. Hasil pengkajian
sesuai dengan teori ditemukan data pasien bahwa pasien mengatakan Pasien
wheezing. Dengan tanda-tanda vital TD : 90/60 mmHg, Suhu tubuh : 36, °C,
nebulizer, Mengatur posisi pasien dan menganjurkan teknik nafas dalam dan
batuk.
Mendemonstrasikan batuk efektif, suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
mudah, tidak ada pursed lips), Tanda-Tanda Vital dalam rentang normal.
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips), Tanda-Tanda
Vital dalam rentang normal. Dengan demikian masalah ini dapat teratasi
41
2. Diagnosa II
Gangguan pola tidur b.d. sesak nafas Pola nafas tidak efektif b.d.
obstruksi jalan nafas ditemukan pada tinjauan kasus, didalam teori juga
ditemukan diagnosa ini. Hasil pengkajian sesuai dengan teori ditemukan data
pasien bahwa pasien mengatakan Pasien mengeluh sesak nafas, agak susah
compos mentis.
nebulizer, Mengatur posisi pasien dan menganjurkan teknik nafas dalam dan
batuk.
ditetapkan pada perencanaan Jumlah tidur dalam batas normal, Pola tidur,
Penulis berasumsi bahwa Jumlah tidur dalam batas normal, Pola tidur,
42
mengidentifikasi-kan hal-hal yang meningkatkan tidur. Dengan demikian
masalah ini dapat teratasi sepenuhnya hingga gangguan pola tidur teratasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
data yang dapat mendukung untuk menegakan 2 diagnosa yaitu pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas dan gangguan pola tidur
sesuai dengan perencanaan dan sesuai SOP serta individu dapat mengevaluasi
yang telah dibuat dengan hasil pola nafas tidak efektif belum teratasi, gangguan
B. Saran
polusi udara seerti asap rokok, dan lain-lain. Apabila penyakit ini tidak dicegah
Penyakit asma dapat ditangani dengan baik, tergantung dari motivasi anak
sendiri dan suport dari orang tua serta keluarga. Peran perawat sangat
43
penanggulangannya dan komplikasinya untuk menambah pengetahuan anak
44
DAFTAR PUSTAKA
Manjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculuplus.
http://blognuraziz.blogspot.co.id/2017/05/laporan-pendahuluan-asma-bronchial.html
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pendahuluan-
asma.html#.WkPNOvCWbIU
http://digilib.unila.ac.id/20701/14/BAB%20II.pdf
45