Terapi Hipotermia Untuk Neonatus Asfiksia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

Terapi Hipotermia untuk Neonatus Asfiksia


Giovanni Gilberta
RSUD Pademangan, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Asfiksia adalah kegagalan napas spontan dan teratur pada saat atau beberapa saat setelah lahir. Asfiksia dapat menimbulkan komplikasi jangka
pendek ataupun jangka panjang yang berbahaya bagi pertumbuhan dan perkembangan neonatus. Salah satu intervensi pilihan adalah terapi
hipotermia yang lebih baik dilakukan dalam kurang dari 6 jam setelah kejadian. Prosedur dilakukan melalui 2 tahap, yaitu hipotermia dan
rewarming, yang masing-masing membutuhkan langkah dan perlakuan berbeda. Terapi hipotermia juga dapat menimbulkan beberapa efek
samping terkait penurunan suhu tubuh.

Kata kunci: Asfiksia, hipotermia, neonatus

ABSTRACT
Asphyxia is a failure of spontaneous and regular respiratory process at or a moment after birth. Asphyxia can cause short and long term
complications, which are detrimental for growth and development. An intervention option for asphyxia is hypothermia therapy that should
be done within 6 hours after asphyxia occurence. The procedure is performed in 2 stages, which are hypothermia and rewarming, each with
different methods and treatments. Despite the advantages hypothermia therapy can also cause adverse events related to decreased body
temperature. Giovanni Gilberta. Hypothermia Therapy for Neonatal Asphyxia

Keywords: Asphyxia, hypothermia, neonates

PENDAHULUAN Asfiksia pada neonatus sering menimbulkan pertukaran oksigen dan karbondioksida
Asfiksia pada neonatus baru lahir merupakan manifestasi klinis, antara lain nilai APGAR mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia,
gangguan perfusi dan penghantaran oksigen rendah saat lahir, asidosis metabolik serta asidosis metabolik.13 Akibat asfiksia
ke janin akibat kegagalan napas spontan dan darah umbilikal, kejang, hingga defisit perinatal yang paling serius adalah hypoxic-
teratur saat lahir atau beberapa saat setelah neurologis. Beberapa kasus asfiksia juga ischemic encephalopathy (HIE).13
lahir.1 Asfiksia pada neonatus merupakan dapat mengakibatkan gangguan fungsional,
kondisi serius yang menjadi salah satu gangguan kognitif, hingga gangguan Kondisi hipoksia dan iskemia akibat asfiksia
penyebab utama disabilitas dan kematian perkembangan. Identifikasi dini asfiksia dapat berujung kerusakan otak, yang terjadi
neonatus baru lahir di seluruh dunia.2 neonatus penting terkait penurunan risiko melalui 2 tahap, yaitu primary cerebral failure
komplikasi dan perbaikan kualitas hidup dan secondary cerebral energy failure.13
Di Amerika Serikat, asfiksia perinatal terjadi penderitanya.5-7 Penurunan aliran darah ke otak, akan diikuti
pada 1-3 per 1000 kelahiran.3 Secara global, dengan penurunan suplai oksigen ke otak
hampir 10% hingga 60% neonatus asfiksia Salah satu pilihan intervensi terapi yang berefek pada penurunan ATP. Penurunan
mengalami kematian pada periode postnatal neuroprotektif adalah terapi hipotermia; terapi ATP menyebabkan perubahan metabolisme
karena kerusakan serius otak dan organ ini juga menjadi pilihan standar lini pertama otak menjadi proses metabolisme anaerob
penting tubuh lainnya.3 Sebanyak 73% kasus pada asfiksia neonatus.8-11 Terapi hipotermia yang berujung pada asidosis jaringan (primary
kematian postnatal terjadi pada awal minggu tergantung onset asfiksia; harus segera cerebral energy failure). Kondisi asidosis
pertama. Di Asia Tenggara, asfiksia merupakan dilakukan dalam 6-24 jam untuk mengurangi jaringan yang tidak diresusitasi berpotensi
salah satu penyebab kematian tersering.4 risiko disabilitas atau kematian.12 Tindakan menimbulkan kematian saraf otak. Jika
Sebanyak 25% neonatus asfiksia yang berhasil hipotermia membutuhkan teknik khusus yang resusitasi berhasil, metabolisme otak akan
selamat akan cenderung mengalami sekuele hanya dapat dilakukan di Neonatal Intensive kembali normal. Namun jika kerusakannya
gangguan perkembangan saraf jangka Care Unit oleh tenaga kesehatan terlatih dan hebat atau terapi post resusitasi tidak adekuat,
panjang dan bersifat permanen berupa harus selalu dalam pantauan.8 dapat terjadi secondary cerebral energy failure
retardasi mental, gangguan visuomotor atau dalam beberapa jam atau beberapa hari
visuo-perseptif, hiperaktivitas, cerebral palsy, ASFIKSIA PERINATAL setelah resusitasi. Pada secondary cerebral
dan epilepsi.5 Asfiksia perinatal adalah kondisi gangguan energy failure, terjadi penurunan ATP tanpa
Alamat Korespondensi email: [email protected]

CDK-284/ vol. 47 no. 3 th. 2020 201


TINJAUAN PUSTAKA

asidosis jaringan otak. Kematian sel otak memenuhi kriteria diagnosis ensefalopati kehidupan17
terjadi akibat mekanisme nekrosis atau iskemik hipoksik sedang hingga berat.16 2. Kriteria neurologis
apoptosis. Pada neonatus dengan asfiksia, Staging dan evaluasi HIE dapat dilihat pada Memenuhi salah satu kriteria sebagai
terdapat asosiasi antara tingkat keparahan Tabel. berikut:
secondary cerebral energy failure dan gangguan „ Terdapat bukti adanya kejang
perkembangan saraf otak. Oleh karena ELIGIBILITAS „ Tanda ensefalopati yang terlihat
itu, penting untuk mencegah mekanisme Semua neonatus yang akan menjalani terapi dengan amplitude-integrated EEG
neurotoksik sekunder.13,14 hipotermia harus memenuhi kriteria, baik (a-EEG)
kriteria fisiologis maupun kriteria neurologis. „ Pemeriksaan fisik konsisten dengan
Salah satu terapi adalah terapi hipotermia. Saat Kriteria ini harus dipenuhi untuk kedua ensefalopati sedang hingga berat
terjadi iskemia otak, permeabilitas sawar otak jenis terapi hipotermia; whole body cooling (adanya 3 atau lebih tanda dari 6
(blood brain barrier) meningkat. Hipotermia menggunakan selimut atau matras atau head kategori pada staging HIE pada
dapat memperbaiki fungsi sawar otak dengan cooling menggunakan fitted cap.16 tabel).17
inhibisi proteinase yang berperan dalam „ Untuk hipotermia jenis head cooling
kematian sel otak. Hipotermia juga dapat KRITERIA TERAPI dibutuhkan a-EEG yang merekam
menurunkan bertahap metabolisme serebral 1. Kriteria fisiologis setidaknya selama 20 menit dan
sebesar 5% untuk setiap penurunan 10C suhu Menunjukkan hipoksia intrapartum, termasuk menunjukkan adanya aktivitas a-EEG
tubuh.15 Hal ini menyebabkan perlambatan setidaknya 2 kriteria berikut: abnormal sedang atau parah atau
depolarisasi sel, penurunan akumulasi „ Skor APGAR ≤5 dalam 10 menit kejang.16
neurotransmiter eksitotoksik (aspartat, „ Membutuhkan ventilasi mekanik dan/
glutamat, dopamin), dan supresi pelepasan atau resusitasi yang masih berjalan pada Kriteria neonatus yang tidak eligibel untuk
radikal bebas oksigen serta peroksidasi 10 menit terapi hipotermia:
lipid membran sel.15 Akibatnya terjadi „ Kondisi asidosis metabolik atau campuran 1. Berat badan lahir kurang dari 2000 gram
penurunan produksi NO toksik dan radikal memenuhi sedikitnya 2 dari 4 kriteria 2. Usia gestasi kurang dari 36 minggu
bebas. Penurunan suhu juga mengakibatkan berikut: 3. Ketidakmampuan menginisiasi
supresi proses apoptosis otak yang sedang • Gas arterial cord dalam 1 jam pertama pendinginan dalam 6 jam pertama
berkembang melalui inhibisi enzim kaspase.15 kehidupan yang menunjukkan pH cord kehidupan
Translokasi sitoktrom C juga berkurang karena <7,00 atau pH arterial <7,00 atau base 4. Dicurigai mengidap koagulopati
hipotermia dan terjadi peningkatan ekspresi deficit ≥ 12 mmol/l17 5. Abnormalitas mengancam jiwa pada
protein BC1-2 yang berperan sebagai protein • pH darah arteri bayi kurang dari 7,0 atau sistem kardiovaskular atau respirasi, seperti
anti-apoptosis.14,15 Proses hipotermia juga base deficit lebih dari 12 mmol/L dalam penyakit jantung kongenital kompleks
mensupresi pelepasan sitokin proinflamasi 60 menit pertama kehidupan (parameter dan adanya hipertensi pulmoner persisten
dan interleukin selama fase reperfusi, sehingga alternatif, bila pengukuran pH arterial cord pada neonatus (persistent pulmonary
menurunkan neurotoksisitas langsung melalui tidak tersedia)17 hypertension of the newborn/PPHN)
supresi aktivasi mikroglial.14,15 • Kejadian perinatal akut yang dapat 6. Malformasi kongenital mayor,
menyebabkan HIE, seperti abruptio anus imperforata, diduga kelainan
HIPOTERMIA TERAPEUTIK placenta, prolaps tali pusat, atau neuromuskular, atau anomali kromosom
INDIKASI abnormalitas denyut jantung fetus; bersifat letal
Untuk mengurangi mortalitas neonatus deselerasi variabel atau lambat17 7. Kematian tidak dapat dielakkan.17
akibat hipoksia iskemia perinatal, tindakan • Nilai APGAR <6 dalam 10 menit pertama
perlu diinisiasi sebelum usia 6 jam. Terapi kehidupan atau membutuhkan ventilasi PERALATAN
ini diindikasikan pada neonatus usia gestasi tekanan positif kontinu dengan/tanpa 1. Mesin hiper-hipotermia untuk
≥ 36 0/7 minggu, kurang dari 6 jam, serta kompresi dada dalam 10 menit pertama meningkatkan atau menurunkan suhu
pasien ke target melalui transfer panas
konduktif
Tabel. Kriteria staging dan evaluasi HIE
2. Selimut hiper-hipotermia berukuran
Kategori Ensefalopati Sedang Ensefalopati Berat
neonatus, untuk single-patient, dapat
Tingkat kesadaran Letargi Stupor/koma
menghangatkan dan mendinginkan
Aktivitas spontan Penurunan aktivitas Tidak ada aktivitas
Postur Fleksi distal, ekstensi penuh Deserebrasi
sehingga dapat menjaga suhu target
Tonus Hipotonia (fokal, umum) Flaksid pasien
Refleks primitif 3. Probe esofageal dan kabel untuk
Suck Lemah Tidak ada memantau suhu inti pasien
Moro Inkomplit Tidak ada 4. Drainage hose
Sistem Otonom
5. Open infant critical care bed
Pupil Konstriksi Deviasi skew/dilatasi/non-reaktif
Laju nadi Bradikardia Bervariasi
6. Cooling device unit
Respirasi Periodik Apneu 7. Monitor fungsi serebral (cerebral function

202 CDK-284/ vol. 47 no. 3 th. 2020


TINJAUAN PUSTAKA

monitor/CFM) jika tersedia. 17 insulin relatif, penurunan laju metabolik, dan diuresis sehingga membutuhkan cairan
keadaan menggigil.16,18 lebih banyak. Pemantauan kadar elektrolit
PROSEDUR juga penting, terutama kadar natrium,
Terapi hipotermia dilakukan melalui 2 tahap, Tatalaksana Suportif Spesifik selama klorida, dan magnesium. Penurunan kadar
yaitu hipotermia dan rewarming. Hipotermia natrium dan klorida umumnya terjadi akibat
1. Sistem Respirasi hilangnya cairan melalui ginjal. Meskipun
Hipotermia Bantuan ventilasi biasa diperlukan pada hanya didasarkan dari data dewasa, kadar
Neonatus dipastikan memenuhi semua syarat sebagian besar neonatus. Kondisi hipokarbia magnesium yang tinggi memberikan
dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Tindakan karena penurunan produksi karbondioksida dampak neuroproteksi dan mencegah
tidak memerlukan anestesi atau analgesia dan vasokonstriksi serebral harus dihindari kondisi menggigil yang berlebihan saat
spesifik. Penggunaan sedasi selama prosedur karena dapat memperburuk outcome. Risiko proses hipotermia. Kadar magnesium yang
berdasarkan kebutuhan ventilasi mekanik hipertensi pulmoner persisten pada neonatus direkomendasikan adalah >0,8 mmol/L.15
dan/atau kondisi kejang; paling sering (persistent newborn pulmonary hypertension / 5. Feeding
menggunakan morfin. Neonatus diposisikan PPHN) dapat diminimalisir dengan menjaga Penundaan makan dilakukan untuk
dalam kondisi supine dan oksiput berada pada saturasi oksigen dalam rentang 92-98%. mengurangi risiko necrotizing enterocolitis.15
selimut pendingin berisi air suhu 50C. Selimut Kondisi suhu rendah dapat meningkatkan Pemberian nutrisi dilakukan secara hati-hati
tipis dapat diletakkan di antara neonatus dan kekentalan sekret, sehingga perlu suction dan dan bertahap melalui total parenteral nutrition
selimut pendingin untuk mencegah kotornya repositioning berkala.15 pada tahap rewarming sebelum intake
peralatan.13 enteral.15
2. Posisi dan Perawatan Kulit
Posisi statis berpotensi menimbulkan luka 6. Sedasi
Probe temperatur esofageal diletakkan
akibat tekanan pada kulit dingin yang Sedasi biasa dilakukan pada neonatus
pada sepertiga distal esofagus (panjang
mengalami edema. Untuk mencegahnya, yang distressed dan tidak menggunakan
yang diinginkan = jarak dari nares ke telinga
perubahan posisi berkala perlu dilakukan ventilasi untuk membantu proses respirasi.
ke midsternum dikurangi 2 cm) untuk
setiap 6 jam. Kondisi sianosis tangan dan kaki Dasar penggunaan sedasi adalah untuk
memantau suhu inti neonatus. Probe dapat
dapat ireversibel.15 mengurangi stres yang dapat menurunkan
dilembutkan dengan meletakkannya dalam
air hangat selama beberapa menit. Probe 3. Kardiovaskular efek neuroprotektif terapi hipotermia.15 Obat
difiksasi menggunakan tape di sisi hidung Penurunan suhu tubuh berdampak pada sedasi yang biasa digunakan adalah morfin
neonatus dan disambungkan ke cooling unit perlambatan irama jantung tanpa disfungsi dosis rendah, dimulai dari loading dose 100μg/
dan monitor suhu.16 dan bersifat asimptomatik. Setiap penurunan kg dilanjutkan laju infus 10-20 μg/kg/jam
suhu sebesar 10C menurunkan laju nadi pada neonatus yang tidak menggunakan
Open critical care bed digunakan untuk sebesar 15 kali per menit. Pemantauan ventilator.15,20 Penghentian dilakukan setelah
pemantauan optimal. Pemantauan suhu kulit tekanan darah, nadi, dan perfusi kulit, 12-48 jam untuk mengurangi risiko toksisitas.
melalui probe suhu yang diletakkan pada kulit serta pengisian jantung menggunakan Pemantauan efek samping sedasi berlebih,
abdomen bawah neonatus. Neonatus berada ekokardiografi, terutama bila mendapat terutama jika diberikan bersama fenobarbital.15
pada radiant warmer yang diset menjadi obat golongan inotropik. Kondisi hipotermia 7. Koagulasi
mode manual untuk menonaktifkan mode juga dapat menginduksi hipovolemia akibat Kondisi hipotermia berpotensi menyebabkan
panas. Cooling unit dinyalakan pada mode pemindahan air ke dalam jaringan.15 Kondisi gangguan ringan viskositas dan koagulasi
otomatis dengan target suhu inti 33,50C ± ini dapat ditangani dengan pemberian yang ditunjukkan dengan pemanjangan INR
0,50C. Suhu esofageal neonatus akan mulai inotropik jenis dopamin hingga dosis 10 sebesar 30%.15 Kondisi ini tidak memerlukan
turun seiring inisiasi terapi pendinginan. μg/kg/menit. Jika masih hipotensif atau ill intervensi apapun. Diberikan plasma beku
Sistem selimut pendingin akan menyesuaikan perfused, tambahkan dobutamin hingga 10 segar jika diduga terjadi perdarahan.15
secara otomatis untuk mencapai 33,50C μg/kg/menit. Pemberian hidrokortison atau
selama ~90-129 menit. Pemantauan dan deksametason dapat dipertimbangkan pada 8. Obat-obatan
pencatatan suhu air, kulit dan esofagus, serta bayi yang tidak mengalami perbaikan setelah Kondisi hipotermia memperpanjang durasi
tanda vital dilakukan setiap 15 menit selama pemberian dopamin dan dobutamin.15 metabolisme obat di hepar, terutama
4 jam pertama pendinginan, setiap jam pada fenobarbital. Oleh karena itu, penggunaan
4. Cairan dan Elektrolit
8 jam berikutnya, dan setiap 4 jam selama obat anti-kejang melalui infus kontinu sedapat
Pemberian cairan mulai 50-60 mL/kg/hari.
sisa waktu dalam durasi 72 jam. Pendinginan mungkin dihindari dan sebaiknya diberikan
Jumlah cairan diatur berdasarkan IWL dan
dilakukan selama 72 jam. Penurunan secara bolus. 15
fungsi ginjal melalui pemeriksaan kreatinin,
suhu tubuh neonatus, diikuti penurunan
elektrolit, berat badan harian, dan urin.
laju nadi dan peningkatan tekanan darah
Pengukuran jumlah urin dengan kateter
karena peningkatan vasokonstriksi perifer, Rewarming
urin. Kondisi hipotermia dapat mengganggu
peningkatan urin pada awal, penurunan kadar Proses rewarming atau penghangatan
fungsi ginjal, menyebabkan redistribusi
magnesium, natrium, dan kalium. Perubahan dilakukan setelah 72 jam hipotermia.
cairan ke jaringan, dan meningkatkan
kadar glukosa dapat terjadi akibat resistensi Penghangatan dilakukan bertahap, 0,50C

CDK-284/ vol. 47 no. 3 th. 2020 203


TINJAUAN PUSTAKA

setiap jam, selama 6 jam, untuk mencapai direstriksi hanya mendapat infus dekstrosa membutuhkan antikonvulsan lebih sering
setpoint maksimal 36,50C.14 Penghangatan 4-6 mg/kg/menit), koagulopati (tatalaksana pada metode selective head cooling.22
selama >12 jam sebaiknya dihindari karena jika fibrinogen kurang dari 150 mg/dL dan
keamanan ataupun manfaatnya belum trombosit kurang dari 80.000/mm), dan Beberapa efek jangka pendek lain yang
diteliti.18 Penghangatan harus bertahap kegagalan organ mayor (elektrolit, BUN, sering terjadi antara lain peningkatan sinus
untuk mencegah pergeseran cepat elektrolit kreatinin, enzim hati).16,19 bradikardia, penurunan curah jantung,
terutama kalsium dan kalium, aritmia jantung, hipotensi, bradikardia, hiperviskositas,
dan rewarming hipertermia, yang dapat Pemeriksaan MRI direkomendasikan pada bayi peningkatan signifikan trombositopenia,
menyebabkan cedera otak neonatus.16 Proses yang menjalani terapi hipotermia; sebaiknya aritmia, peningkatan retensi vaskular,
penghangatan perlu pemantauan suhu dilakukan pada usia 5-14 hari menggunakan peningkatan aktivitas fibrinolisis, diuresis
berkala untuk mencegah hipertermia. Risiko diffusion weighted sebelum pasien keluar akibat penekanan hormon diuretik, hipertensi
efek samping tahapan ini febrile rebound dan dari rumah sakit. Pemeriksaan CT-scan hanya pulmonal, asidosis metabolik, hiperglikemia,
kejang. Setelah 6 jam proses penghangatan, diindikasikan pada dugaan perdarahan dan hipokalemia.23
unit dimatikan, selimut pendingin, dan intrakranial.18
probe esofageal dilepas. Suhu kulit dinding FOLLOW UP
abdomen anterior kemudian diregulasi EFEK SAMPING Follow-up dilakukan untuk memantau
menggunakan radiant warmer yang diset Tujuan utama terapi hipotermi adalah kemungkinan efek samping berupa defisit
pada suhu 360C-36,50C.16,19 menurunkan metabolisme otak, menyimpan neurologis karena adanya peluang terjadi
energi, dan mencegah cedera sekunder sekuele, terutama dalam jangka panjang.18
Selama tahapan ini, neonatus mengalami otak melalui pencegahan kegagalan energi Pemeriksaan follow-up bersifat multidisiplin
peningkatan laju nadi, penurunan tekanan sekunder.8 Hal ini dicapai dengan penurunan melibatkan dokter spesialis anak, subspesialis
darah, penurunan produksi urin, dan suhu hingga 34,5±0,5’C untuk selective head neonatal, fisioterapis, dan psikolog.18
ketidakseimbangan elektrolit. Pemantauan cooling dan 33,5±0,5’C untuk whole-body
tanda vital dilakukan secara berkala. cooling. 20 Laju metabolik serebral diharapkan SIMPULAN
Pemantauan suhu setiap 30 menit hingga turun sebesar 6-7% setiap penurunan 1’C Terapi hipotermia dapat digunakan pada
target suhu tercapai, setelah itu setiap 3 jam temperatur inti tubuh. Kondisi penurunan asfiksia neonatus yang memenuhi kriteria
selama 24 jam. Pencatatan laju nadi, napas, suhu tubuh inti neonatus juga berpotensi efek indikasi dan eligibilitas. Terapi harus diinisiasi
saturasi oksigen, tekanan darah setiap 15 samping.2,20 dalam 6 jam pasca-kelahiran. Proses dua
menit selama 2 jam pertama dan setiap jam tahap, yaitu hipotermia dan rewarming,
hingga neonatus menghangat kembali. Kedua modalitas, yaitu whole body cooling dan masing-masing membutuhkan teknik
selective head cooling, memiliki efek samping berbeda. Meskipun bermanfaat, terapi ini
Bradikardia ringan (80-90 kali/menit) dan kurang lebih serupa.2 Metode whole body dapat memberikan efek samping. Follow-up
penurunan MAP (<20 mmHg) ditatalaksana cooling berpotensi lebih besar menimbulkan penting, terutama dalam jangka panjang dan
dengan infus vasopresor. Sampel darah efek samping tombositopenia, koagulopati, melibatkan beberapa disiplin ilmu.
untuk memantau regulasi glukosa (neonatus dan/atau kolestasis.22 Kondisi kejang yang

DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayanan medis. Jakarta; 2009.
2. Cerio FG, Celador IL, Alvarez A, Hilario E. Neuroprotective therapies after perinatal hypoxic-ischemic brain injury. Brain Sci. 2013;3:191-214.
3. American College of Obstetricians and Gynecologists’ Task Force on Neonatal Encephalopathy. Neonatal encephalopathy and neurologic outcome. 2nd ed.
Pediatrics 2014;133(5):1483-8.
4. Lehtonen L, Gimeno A, Parra-Llorca A, Vento M. Early neonatal death: A challenge worldwide. Seminars in Fetal and Neonatal Medicine. 2017;22(3):153-60
5. Portillo GSG, Reyes S, Aguirre D, Pabon MM, Boriongan CV. Stem cell therapy for neonatal hypoxic-ischemic encephalopathy. Frontiers in Neurology 2014;5(147):1-
10.
6. Annink K, de Vries L, Groenendaal F, van den Heuvel M, van Haren N, Swaab H, et al. The long-term effect of perinatal asphyxia on hippocampal volumes. Pediatr
Res. 2018;85(1):43-9.
7. Ahearne C. Short and long term prognosis in perinatal asphyxia: An update. World Clin Pediatr. 2016;5(1):6.
8. Wood T, Thoresen M. Physiological responses to hypothermia. Seminars in Fetal and Neonatal Medicine. 2015;20(2):87-96.
9. Owji Z, Gilbert G, Saint-Martin C, Wintermark P. Brain temperature is increased during the first days of life in asphyxiated newborns: Developing brain injury despite
hypothermia treatment. Am J Neuroradiol. 2017;38(11):2180-6.
10. Maoulainine F, Elbaz M, Elfaiq S, Boufrioua G, Elalouani F, Barkane M, et al. Therapeutic hypothermia in asphyxiated neonates: Experience from neonatal intensive
care unit of University Hospital of Marrakech. Internat J Pediatr. 2017;2017:1-7.
11. Laptook A, Shankaran S, Tyson J, Munoz B, Bell E, Goldberg R, et al. Effect of therapeutic hypothermia initiated after 6 hours of age on death or disability among
newborns with hypoxic-ischemic encephalopathy. JAMA. 2017;318(16):1550.
12. Antonucci R, Porcella A, Pilloni MD. Perinatal asphyxia in the term newborn. Journal of the Pediatr and Neonatal Individualized Med [Internet]. 2014;3(2). Available
from: http://www.jpnim.com/index.php/jpnim/article/viewFile/030269/214

204 CDK-284/ vol. 47 no. 3 th. 2020


TINJAUAN PUSTAKA

13. Wassink G, Gunn ER, Drury PP, Bennet L, Gunn AJ. The mechanism and treatment of asphyxia encephalopathy. Front Neurosci. 2014;8:40. doi: 10.3389/
fnins.2014.00040.
14. Cunningham MD, Eyal FG, Gomella TL. Neonatology management, procedures, on-call problems, diseases, and drugs. New York, N.Y.: McGraw-Hill Education LLC.;
2013. Available from: http://accesspediatrics.mhmedical.com/book.aspx?bookid=677
15. Mosalli R. Whole body cooling for infants with hypoxic-ischemic encephalopathy. J Clin Neonatol. 2012;1(2):101–6.
16. Gleason CA, Devaskar SU, Avery ME, editors. Avery’s diseases of the newborn. Christine A. Gleason, Sherin U. Devaskar, eds. 9th ed. Philadelphia, PA: Elsevier/
Saunders; 2012. p.1498.
17. Chandran R, Gedam DS. Therapeutic hypothermia in perinatal asphyxia. Pediatr Rev Int J Pediatr Res. 2016;3(2).
18. Takenouchi T, Iwata O, Nabetani M, Tamura M. Therapeutic hypothermia for neonatal encephalopathy: JSPNM & MHLW Japan Working Group Practice Guidelines.
Brain and Development. 2012;34(2):165-70.
19. Davidson JO, Wassink G, Heuji LG, Bennet L, Gunn AJ. Therapeutic hypothermia for neonatal hypoxic-ischemic encephalopathy – Where to from here? Frontiers in
Neurology 2015;6(198):1-10.
20. Newell R, Clark RH, Ellsbury D, Ursprung R, Smith PB, Cotton CM, et al. Emerging use of therapeutic hypotermia for neonatal hypoxic ischemic encephalopathy. E-J
Neonatol Res 2013;3(2):38-46.
21. Ng E, Taddio A, Ohlsson A. Intravenous midazolam infusion for sedation of infants in the neonatal intensive care unit. Cochrane Database of Systematic Reviews.
2017;(1):1-35.
22. Soll RF, Burlington. Cochrane review update. Neonatology 2013;104:260-2.
23. Azzopardi D, Strohm B, Marlow N, Brocklehurst P, Deierl A, Eddama O, et al. Effect of hypothermia for perinatal asphyxia on childhood outcomes. NEJM
2014;371(2):140-9.

CDK-284/ vol. 47 no. 3 th. 2020 205

Anda mungkin juga menyukai