Makalah Akad Salam (Muh Musyaid Saputra 19320014)
Makalah Akad Salam (Muh Musyaid Saputra 19320014)
Makalah Akad Salam (Muh Musyaid Saputra 19320014)
Disusun Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
BAUBAU 2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Saya panjatkan puji syukur atas Kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah Nya
kepada Saya,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Akad Salam ini dengan baik.Tak
lupa Sholawat serta salam saya panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wa Ode Suwarni ,S.E,M.Sc selaku Dosen mata kuliah
Akuntansi Keuangan Syariah, Universitas Dayanu Ikhsanuddin BauBau yang telah memberikan tugas
ini kepada saya.
Makalah ini telah saya buat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas Akuntansi Keuangan
Syariah.saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tetang Akad Salam.
Demikian yang dapat saya sampaikan,mohon maaf apabila ada salah kata yang kurang berkenan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................... 2
Daftar Isi............................................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat................................................................................................. 4
Bab II Pembahasan............................................................................................................ 5
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 18
Daftar Pustaka.................................................................................................................... 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belakangan ini sedang marak terjadi suatu transaksi dimana membeli suatu barang namun barang itu
belum ada saat terjadinya transaksi tersebut.Biasanya pembayaran dilakukan di muka dan barang akan
dikirim atau diterima oleh si pembeli di kemudian hari.
Di dalam Syariah,transaksi tersebut dikenal dengan nama Akad Salam.Akad Salam berbeda dengan
ijon.Di dalam Syariah Islam,Akad Salam diperbolehkan sedangkan system ijon dilarang.Meskipun
ijon dan akad salam sama-sama pembayarannya dilakukan di muka/awal transaksi dan barang yang
diperjualbelikan akan diberikan di kemudian hari.Namun,bedanya ijon tidak jelas akan barang yang
akan diperjualbelikan,tentang waktu maupun kualitas.Sedangkan Salam merupakan salah satu jenis
akad jual beli,di mana pembeli membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan
kuantitasnya jelas sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu di kemudian
hari.Akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan
produk sesuai dengan yang telah dipesan sebelumnya.Sebaliknya,pembeli mendapat jaminan
memperoleh barang tertentu,pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal.
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang menyerahkan
uangnya di muka.Para ahli fikih menamainya al mahawi’ij (barang-barang mendesak) karena ia
sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupun barang yang diperjualbelikan tidak ada di
tempat.”Mendesak”,dilihat dari sisi pembeli karena ia sangat membutuhkan barang tersebut di
kemudian hari sementara dari sisi penjual,ia sangat membutuhkan uang tersebut.
Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli di mana barang yang diperjualbelikan
belum ada ketika transaksi dilakukan,dan pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad
jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam
illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan
syarat-syarat tertentu.Untuk menghindari resiko yang merugikan,pembeli boleh meminta jaminan dari
penjual.
Sekilas,transaksi salam mirip dengan transaksi ijon.Contoh transaksi ijon,misalnya membeli padi di
sawah yang belum siap panen.Ada gharar (ketidakpastian) baik dalam jumlah maupun kualitas pada
transaksi pada transaksi ijon,sehingga syarat saling rela dapat tidak terpenuhi atau dapat merugikan
salah satu pihak,dan oleh karena itu transaksi ini dilarang oleh syariah.
Salam,tidak sama dengan transaksi ijon,dan karena itu diperbolehkan oleh syariah karena tidak ada
gharar.Walaupun barang baru diserahkan di kemudian hari,harga
,spesifikasi,karakteristik,kualitas,kuantitas dan waktu penyerahannya sudah ditentukan dan disepakati
ketika akad terjadi.
Contoh akad salam,misalnya,pembeli memesan beras tipe IR 64 sebanyak 2 ton dengan harga Rp
5000 per kilogram dan diserhkan 4 bulan ke depan atau pada waktu panen,dibayar di muka.Di sini
jelas bahwa pembeli harus menyerahkan uang di muka sebesar Rp 10.000.000 untuk pembelian 2 ton
beras IR 64 yang akan diserahkan 4 bulan kemudian oleh penjual.
Contoh transaksi ijon,misalnya,pembeli membeli 1 hektar padi (waktu akad ini terjadi padi belum
siap dipanen) dengan harga Rp 15.000.000.Apabila ternyata padi terserang hama sehingga tidak dapat
dipanen atau menghasilkan lebih sedikit dari 5 ton gabah,maka pembeli akan rugi (asumsi harga per
kg padi gabah Rp 3000),sebaliknya jika hasilnya 8 ton,maka petani yang akan merugi.
5
Salam merupakan di amana pembayaran dilakukan terlebih dahulu dan penyerahan barang
dilakukan kemudian.Tujuan dari penyerahan modal usaha salam adalah sebagai modal kerja,sehingga
dapat dihunakan oleh penjual untuk menghasilkan barang (produksi) sehingga dapat memenuhi
pesanan.
Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh barang dalam jumlah dan
kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal.Sementara
manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi
sebagian kebutuhan hidupnya.
Dalam akad salam,harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah selama angka
waktu akad.Apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati
sebelumnya,pembeli boleh melakukan khiar yaitu memilih apakah transaksi dilanjutkan atau
dibatalkan.
Apabila pembeli menerima,sedangkan kualitasnya lebih rendah maka pembeli akan mengakui
adanya kerugian dan tidak boleh meminta pengurangan harga,karena harga sudah disepakati dalam
akad dan tidak dapat diubah.Demikian juga jika kualitasnya lebih tinggi,penjual tidak dapat meminta
tambahan harga dan pembeli tidak boleh mengakui adanya keuntungan,karena kalau diakui sebagai
keuntungan dapat dipersamakan ada unsur riba (kelebihan yang tidak ada iwad/faktor pengimbang
yang dibolehkan syariah).
Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual,dan dapat juga dilakukan oleh 3
pihak secara paralel : pembeli – penjual –pemasok yang disebut sebagai salam paralel.Risiko yang
muncul dari kasus ini adalah apabila pemasok tidak bisa mengirim barang maka ia tidak dapat
memenuhi permintaan pembeli,risiko lain barang yang dikirimkan oleh pemasok tidak sesuai dengan
yang dipesan oleh pembeli sehingga perusahaan memiliki persediaan barang tersebut dan harus
mencari pembeli lain yang erminat.Sedangkan ia tetap memiliki kewajiban pada pembeli dan
pemasok.
Transaksi salam biasanya digunakan pada industri pertanian.Akad salam dapat digunakan untuk
membantu petani dengan 3 strategi pendekatan yang dilakukan pemerintah (Syafi’i
Antonio,1999),antara lain sebagai berikut :
6
2. Pemerintah membentuk bank pertanian syariah.Namun demikian,yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana cara bank untuk menyimpan hasil pertanian,mengingat ia akan menerima dalam
bentuk produk dari petani dan bukan dalam bentuk uang.Untuk itu,perlu ada modifikasi dari
skema salam,dimana bank dapat menunjuk petani yang bersangkutan utnuk menjualkan hasil
pertaniannya ke pasar,dan kemudian mengembalikan sejumlah uang kepada bank.Petani dapat
diberikan komisi tambahan oleh bank karena telah bertindak sebagai agennya.
3. Melalui penerbitan sukuk.Daerah-daerah surplus pangan dapat menerbitkan sukuk berbasis salam
dan daerah-daerah yang kekurangan pangan dapat menginvestasikan dananya utnuk membeli
sukuk.Daerah surplus pangan akan memiliki modal tambahan dan daerah minus pangan akan
mendapat kepastian supply pangan.
Skema Salam
Barang / Modal
1
Penjual
Pembeli
2
3
Keterangan :
7
Akad antara penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan penjual.Beberapa ulama
kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu
dilakukan secara terus-menerus karena dapat menjurus kepada riba.
Prosedurnya sama dengan salam biasa hanya prosedurnya melibatkan pihak ke-3.
8
market
Barang yang Barang yang halal Sesuai dengan Barang yang ditransaksikan
menjadi objek dan harus mudah kehendak pembeli distandarisasi.Umumnya
kontrak ditemui di pasar dan penjual yang future memperjualbelikan
(fungible).Umumnya membuat kontrak komoditas dan aset keuangan
salam digunakan forward
dalam kontrak jual beli
produk pertanian
Tujuan dibuatnya Memberikan modal Lindung nilai dan Lindung nilai dan spekulasi
kontrak kerja kepada penjual spekulasi
untuk memproduksi
C. DASAR SYARIAH
a. Sumber Hukum Akad Salam
1. Al Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman,apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan,hendaknya kamu menuliskannya dengan benar...” (QS 2;282)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu...” (QS 5;1)
2. Al-Hadits
“Barang siapa melakukan salam,hendaknya ia melakukannya dengan takaran yang jelas dan
timbangan yang jelas pula,untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR.Bukhari Muslim)
“tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh muqaradhah
(mudharabah),dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,bukan untuk
dijual.” (HR.Ibnu Majah)
9
- Modal salam berbentuk uang tunai
- Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung,tidak boleh utang atau merupakan pelunasan
piutang
b. Ketentuan syariah barang salam,yaitu :
- Barang tersebut harus dapar dibedakan/diidentifikasi mempunyai spesifikasi dan karakteristik
yang jelas seperti kualitas,jenis,ukuran dsb sehingga tidak ada gharar
- Barang tersebut harus dapat dikualifikasi/ditakar/ditimbang
- Waktu penyerahan barang harus jelas,tidak harus tanggal tertentu boleh juga dalam kurun waktu
tertentu,miaslnya dalam waktu 6 bulan atau musim panen disesuaikan dengan kemungkinan
tersedianya barang yang dipesan
- Barang tidak harus ada di tangan penjual,tetapi harus ada pada waktu yang ditentukan
- Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan,akad menjadi fasakh/rusak
dan pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai dengan barang yang dipesan tersedia atau
membatalkan akad sehingga penjual harus mengembalikan dana yang telah diterima
- Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad,maka
pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk menerima atau menolak
- Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik,maka penjual tidak boleh
meminta tambahan pembayaran dan hak ini dianggap sebagai pealyanan kepuasan pelanggan
- Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah,pembeli boleh memilih menolak atau
menerimanya
- Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asalkan disetujui oleh kedua pihak dan dengan syarat
kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan,dan tidak boleh menuntut penambahan
harga
- Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan secara syariah
- Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain
- Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan,akad tetap sah
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan
secara verbal,tertulis melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
10
1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan
2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad
3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah,dan pembeli memilih untuk menolak atau
membatalkan akad
4. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli menerimanya
5. Barang diterima
11
b. Jika barang pesanan berbeda kualitasnya
- Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari niali
barang pesanan yang tercantum dalam akad,maka barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan
nilai akad.
Jurnal :
Dr.Aset Salam xxx
Kr.Piutang Salam xxx
- Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai barang pesanan
yang tercantum dalam akad,maka barang pesanan yang siterima diukur sesuai dengan nilai wajar pada
saat diterima dan selisishnya diakui sebagai kerugian.
Jurnal :
Dr.Persediaan-Aset Salam (diukur pada nilai wajar) xxx
Dr.Kerugian Salam xxx
Kr.Piutang Salam xxx
c. Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh tempo
pengiriman,maka :
- Jika tanggal pengiriman diperpanjang,maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang
belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad,dan jurnal atas bagian barang pesanan
yang diterima :
Dr.Aset Salam (sebesar jumlah yang diterima) xxx
Kr.Piutang Salam xxx
- Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya,maka piutang salam berubah menjadi
piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi dan jurnal :
Dr.Piutang Lain-lain Penjual xxx
Kr.Piutang Salam xxx
- Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai jaminan atas
barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari niali piutang salam,maka selisih
antara niali tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada
penjual (asumsi yang menjual barang jaminan adalah pembeli).Jurnal :
Dr.Kas xxx
Dr.Piutang Lain-lain penjual xxx
12
Kr.Piutang Salam xxx
Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya
menjadi hak penjual.
Dr.Kas xxx
Kr.Utang Penjual xxx
Kr.Piutang Salam xxx
2. Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Jurnal :
Dr.Dana Kebijakan-Kas xxx
Kr.Dana Kebijakan-Pendapatan Denda xxx
Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya tetapi
sengaja tidak melakukannya lali.Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan
kewajibannya karena force majeur.
3. Penyajian
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya
perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi.Apabila niali bersih yang dapat
direalisasikan lebih rendah dari baiaya perolehan,maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
4. Pengungkapan
a. Besarnya modal usaha salam,baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah
13
Jurnal :
Dr.Aset Nonkas xxx
Kr.Utang saham xxx
3. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang
kepada pembeli.
Jurnal :
Dr.Utang Salam xxx
Kr.Penjualan xxx
4. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel,selisih antara jumlah yang dibayar oleh
pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat
penyerahan barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.
Jurnal ketika membeli persediaan :
Dr.Aset Salam xxx
Kr.Kas xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan,jika jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir lebih kecil
dari biaya perolehan barang pesanan.
Jurnal :
Dr.Utang Salam xxx
Dr.Kerugian Salam xxx
Kr.Aset Salam xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan,jika jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir lebih besar
dari biaya perolehan barang pesanan.
Jurnal :
Dr.Utang Salam xxx
Kr.Aset Salam xxx
Kr.Keuntungan Salam xxx
5. Pada akhir periode pelaporan keuangan,persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam
diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi.Apabila nilai
bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,maka selisihnya diakui sebagai
kerugian.
6. Penyajian,penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban salam.
7. Pengungkapan
a. Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan istimewa
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah
14
E. ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD SALAM
15
#Penjual diberikan tambahan 95.000 Piutang Salam
waktu Utang Salam 100.000
100.000
#Pembeli membatalkan Aset Salam
pesanan,dan penjual melunasi 95.000
Keuntungan Salam Perubahan dilakukan secara
5.000 teknis operasional
#Pembeli membatalkan
pesanan,dan pembeli memiliki Perubahan dilakukan secara Piutang Lain-lain 100.000
jaminan. teknis operasional Piutang Salam
>Saat terima jaminan 100.000
Utang Salam 100.000 Kas
Utang Lain-lain 100.000
>Saat jaminan dijual,asumsi 100.000 Piutang Lain-lain
jaminan dijual oleh pembeli Rp Utang Lain-lain 100.000 100.000
120.000 Kas
100.000
16
Kas Kas
20.000 20.000
Piutang Lain-lain
20.000
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akad salam merupakan akad jual beli dengan uang muka dan pengiriman di belakang.Walaupun
barang baru diserahkan dikemudian hari namun harga,spesifikasi,karakteristik,kualitas,kuantitas dan
17
waktu penyerahannya sudah ditentukan ketika akad terjadi,sehingga tidak ada gharar.Hal inilah yang
membedakan salam dengan transaksi ijon.
Salam merupakan transaksi yang diizinkan oleh syariah Islam sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan
As Sunnah serta harus mengikuti rukun dan ketentuan yang digariskan.
Selain akad salam yang biasa,juga dikenal salam paralel.Salam paralel merupakan akad salam di
mana barang tidak dimiliki oleh penjual dan penjual memesannya kepada pemasok lainnya.Akad ini
juga diizinkan syariah asalkan antara ke dua akad tersebut tidak saling tergantung atau menjadi
syarat,selain itu akad antara penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan penjual.
DAFTAR PUSTAKA
18