Makalah DR - Saihu Kel 13
Makalah DR - Saihu Kel 13
Makalah DR - Saihu Kel 13
Dosen Pengampu:
Oleh:
2020M
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik ciptaan.
salawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang
telah membimbing manusia kepada cahaya Illahi, dan kepada keluarga, shahabat, dan orang-
orang yang mengikuti ajarannya.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang sekaligus pengamalan ilmu tentang
Pengelolaan Biaya Pendidikan Islam. Meskipun dalam penyelesaian hasil makalah ini,
penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan
yang menunjang. Alhamdulillah berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia Allah SWT serta do’a
dan dorongan semua pihak, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik. Dari
itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan tugas ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna pengajaran tugas yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. Kesimpulan......................................................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembiayaan Pendidikan adalah merupakan hal yang vital dalam rangka terlaksananya
sebuah pendidikan yang ada. Karena segala aktifitas kegiatan tersebut memerlukan sebuah
penanganan dalam segi finansial yang memadai pula. Pembiayaan dalam konteks ini dalam
berupa uang atau barang dalam rangka menunjang proses pendidikan tersebut.
Kemudian upaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, perlu adanya
pengelolaan secara menyeluruh dan profesional terhadap sumberdaya yang ada dalam
lembaga Pendidikan Islam salah satu sumberdaya yang perlu dikelola dengan baik adalah
masalah keuangan. Dalam konteks ini keuangan atau biaya adalah merupakan sumber dana
yang sangat diperlukan sekolah Islam sebagai alat untuk melengkapkan berbagai sarana dan
prasarana pembelajaran di sekolah Islam, meningkatkan kesejahteraan guru, layanan, dan
pelaksanaan program supervisi.1
Dalam sejarah kejayaan Islam dulu, dalam hal pendidikannya menjadi mercusuar dunia
yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh yang ahli dalam berbagai cabang bidang keilmuan
yang dimiliki. Dan tentunya mereka juga terlahir dari sebuah tempat/lembaga pendidikan
yang juga sangat baik pada zamanya. Sebut saja madrasah Nidhomiyah yang merupakan
prakarsa dari penguasa waktu itu yaitu Nizham al-Mulk yang kemudian tersebar di berbagai
wilayah, antara lain, Baghdad, Naisapur, Isfahan, Bashra, dan Mosul.
B. Rumusan Masalah
1
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: el-KAF, 2006), 98.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Biaya social adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan., baik
melalui sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian digunakan
untuk membiayai pendidikan. Biaya yang dikeluarkan pendidikan pada dasarnya termasuk
biaya sosial. Ketiga, biaya dalam bentuk uang (monetary cost) dan bukan uang (non-
Monetary cost). 2
Adapun biaya pendidikan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik
Indonesia No. 48 tahun 2008 dalam pasal 3 adalah sebagai berikut:
a. Biaya Investasi Satuan
b. Biaya Operasional
c. Biaya nonpersonalia.3
3. Shodaqoh
2
Dedi Supriyadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: P. Remaja Rosda Karya, 2006), h. 3-
4.
3
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 219
3
Shodaqoh atau disebut juga shodaqoh sunnah, merupakan anjuran agama yang
sangat besar nilainya. Orang yang bersedekah pada jalan Allah akan mendapat ganjaran
dari Allah tujuh ratus kali nilainya dari harta yang disedekahkan, bahkan melebihi dari
itu. Dari penjelasan di atas maka sedekah pula dapat dijadikan sumber pembiayaan
pendidikan seperti untuk gaji pengajar, beasiswa maupun untuk sarana dan prasarana
pendidikan islam.
4. Hibah
Hibah adalah pengeluaran harta semasa hidup atas dasar kasih sayang untuk
kepentingan seseorang atau untuk badan sosial, keagamaan dan ilmiyah. Melihat
pengertian hibbah, jelas bahwa hibbah ini termasuk salah satu sumber pembiayaan dalam
pendidikan.4
5. Pemerintah baik pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah, maupun kedua-duanya,
bersifat umum dan khusus serta diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan.
6. Orang tua atau peserta didik
7. Bantuan luar negeri.5
8. Masyarakat baik mengikat maupun tidak mengikat. Adapaun Dimensi pengeluaran
meliputi biaya rutin dan biaya pembangunan.6
Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ketahun seperti gaji
pegawai, (guru dan Non Guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung,
fasilitas, dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai). Sementara biaya
pengembangan misalnya, biaya pemeliharaan atau rehab gedung, pertambahan furnitur,
serta biaya atu pengeluaran lain untuk barang-barang yang hasib pakai.
Sedangkan dilihat dari segi penggunaan, sumberdana dapat dibagi menjadi dua
yaitu Anggaran untuk kegiatan rutin, Gaji dan biaya operasional sehari-hari sekolah.
Anggaran untuk pengembangan sekolah.7
4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.293-298
5
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam......h.298-300
6
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: Erlangga, 2007), h. 166
Sulistyorini, Manajemen………….h. 99
7
Mujamil Qomar, Manajemen .................h.167.
4
C. Prinsip-Prinsip Pengelolaan pembiayaan pendidikan
Bentuk biaya tentunya menjadi sebuah hal yang penting dalam menjalankan sebuah
roda pendidikan. Karena tentunya tanpa adanya biaya (dana) dalam proses pendidikan juga
pasti tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu pengelola lembaga pendidikan harus
memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengelolaan biaya pendidikan.
Terdapat sejumlah prinsip yang menjadi pegangan dalam pengelolaan dana pendidikan
dalam Islam. Prinsip ini sebagai berikut :
1. Prinsip keikhlasan.
Prinsip ini antara lain terlihat pada dana yang berasal dari wakaf sebagaimana tersebt di
atas.
2. Prinsip tanggung jawab kepada Tuhan.
Prinsip ini antara lain terlihat pada dana yang berasal dari para wali murid. Mereka
mengeluarkan dana atas dasar kewajiban mendidik anak yang diperintahkan oleh Tuhan,
dengan cara membiayai pendidikan anak tersebut.
3. Prinsip suka rela.
Prinsip ini antara lain terlihat pada dana yang berasal dari bantuan hibah perorangan
yang tergolong mampu dan menyukai kemajuan Islam.
4. Prinsip halal.
Prinsip ini terlihat pada seluruh dana yang digunakan untuk pendidikan yang berasal
dari dana yang halal dan sah menurut hukum Islam.
5. Prinsip kecukupan.
Prinsip ini antara lain terlihat pada dana yang dikeluarkan oleh pemerintah dari kas
negara.
6. Prinsip berkelanjutan.
Prinsip ini antara lain terlihat pada dana yang berasal dari wakaf yang menegaskan
bahwa sumber (pokok) dana tersebut tidak boleh hilang atau dialihkan kepada orang lain,
yang menyebabkan hilangnya hasil dari dana pokok tersebut.
5
Prinsip ini antara lain terlihat dari pengalokasian dana untuk seluruh kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan, seperti dana untuk membangun infrastruktur,
sarana prasarana, peralatan belajar mengajar, gaji guru, beasiswa para pelajar dan
sebagainya
8. Hemat tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan.
9. Tararah dan terkendali sesuai dengan rencana, program dan kegiatan
10. Pengharusan penggunaan kemampuan.8
Pada masa Dinasti Umayah ini belum ada pendidikan formal, dimana putra-putra
kholifah Bani Umayyah biasanya akan disekolahkan ke Badiyah, gurun Suriah, untuk
mempelajari bahasa Arab murni, dan mendalami puisi. Kesanalah Muawiyah mengirimkan
putra-puranya yang kemudian menjadi putranya. Yazid.
Seorang guru (mu'addib) pada masa ini – biasanya seorang mantan budak dan beragama
Kristen- merupakan figur penting istana. Guru putra khalifah ini menerima perintah dari ayah
murid-muridnya agar, mengajarkan mereka berenang dan membiasakan mereka untuk agar
tidak tidur. Umar II demikian keras menghajar anaknya jika melanggar tatabahasa Arab,
sehinga ia diriwayatkan menerapkan hukuman cambuk padanya.
Pada masa ini juga belum dikenal sistem pendidikan madrasah sehingga dalam proses
pendidikan ini berlangsung akan mengunakan masjid sebagai sarana untuk mempelajari Al-
Quran dan al-Hadits. Karena itu, guru, guru-guru paling pertama dalam Islam adalah para
pembaca al-Quran (Qurra').
Pada awal 17 H. 638 M. Kholifah Umar mengirimkan para qurra' keberbagai tempat, dan
mengintruksikan agar masyarakat belajar kepada mereka di masjid setiap hari Jum'at. Umar
II mengutus Yazid bin Al-Habib ke Meisir sebagai hakim agung, yang diriwayakan menjadi
orang yang pertama manjadi guru di sana.
Di Khufah kita mengenal al-Dhahak ibn Muzahim (w.723) yang mendirikan sekolah
dasar (kuttab) dan tidak memungut bayaran dari para siswa. Kemudian pada abad kedua
8
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam.............h. 229-230
6
Hijriyah ditemukan seorang Badui yang mendirikan sekolah dengan memungut bayaran dari
para siswa.9
Dari gambaran realitas sejarah di atas, dapat ketahui bahwa dalam kekhalifahan Dinasti
Umayyah ini ada dua macam sistem, yaitu :
1. Dimana pada awalnya dalam segi pendidikan ini tidak dikenakan biaya atau digratiskan,
sehingga pembiayaan lebih menjadi tanggungan penguasa waku itu.
2. Istilah penarikan biaya ini dikenal kemudian pada abad kedua yakni pada kelompok
Badui dengan memungut biaya pendidikan pada para siswanya.
Kemudian pada waktu berdirinya madrasah pada era berikutnya, yakni madrasah
Nizhamiyah (yang didirikan oleh Nizam al-Mulk), memberikan gagasan tentang pembiayaan
pendidikan dilembaga tersebut dengan melakukan kontrol pada semua madrasah
Nizamiyyah, dimana pada masa ini pembiayaan pendidian melalui program wakaf
pemerintah. Kontrol atas madrasah iu dimuat di dalam dokumen weakaf madrasah
Nizamiyah, subansi dari dokumen tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Madrasah Nizamiyyah adalah wakaf yang disediakan untuk kepentingan madzab Syafi'i.
2. Harta benda yang diwakafkan kepada Madrasah Nizamiyyah adalah demi kepentingan
penganut madzab Syafi'i.
4. Madrasah Nizamiyyah harus memiliki seorang tenaga pengajar dibidang kajian al-Quran
dan bahasa Arab.
5. Setiap staf menerima bagian tertentu atas penghasilan yang bersumber dari harta wakaf
madrasah Nizamiyyah.10
Sebagai suatu lembaga pendidikan, madrasah Nizamiyyah memiliki sarana dan prasarana
yang cukup lengkap, antara lain ruang belajar dalam jumlah banyak, ruang perpustakaan
yang cukup besar, sejumlah asrama untuk pelajar, staf dan para gurunya, dan juga satu
masjid yang yang terleak tidak jauh dari lokasi madrasah.
9
Philip K. Hitti, History of Arabs, (Jakara: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002) , h. 317-318
Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 25
10
7
E. Pentingnya Peralatan dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Dalam pengertian yang luas, peralatan pendidikan adalah semua yang digunakan guru
dan murid dalam proses pendidikan. Ini mencakup perangkat keras dan perangkat lunak.
Perangkat keras misalnya gedung sekolah dan alat laboratorium; perangkat lunak
umpamanya kurikulum, metode, dan administrasi pendidikan.
Orang Islam Indonesia sekarang ini sudah mengetahui perlunya ketersediaan alat-alat
pendidikan untuk membangun sekolah yang bermutu. Akan tetapi, bukan berarti pengetahuan
mereka itu cukup teliti, juga belum berarti bahwa teori-teori tentang hal itu sudah benar-
benar dikuasai oleh mereka. Alat-alat pendidikan yang mendasar, seperti tempat belajar dan
peralatan belajar yang sederhana memang sudah dikenal mereka. Kita masih menyaksikan
adanya pembanguna sarana belajar yang kelihatannya kurang direncanakan dengan baik.
Mungkin saja sebabnya adalah belum dikuasainya teori-teori baru tentang itu. Kendala yang
sudah jelas, dan sering sekali dikemukakan, ialah kekurangan biaya.
Gedung sekolah yang mempunyai ruang-ruang belajar yang memenuhi syarat, jelas lebih
memberikan kemungkinan kepada siswa untuk belajar lebih nyaman dibandingkan dengan
ruang belajar yang sempit, udara yang kurang lancar sirkulasinya, cahaya yang kurang
memenuhi syarat. Dalam menghadapi masalah ini, satu saran perlu diberikan yaitu
rencanakanlah pembangunan gedung dengan hati-hati, dan buatlah rencana menyeluruh.
Dengan perencanaan yang menyeluruh dan teliti, penghematan dana dapat dilakukan.
Dengan kata lain, penghamburan dana secara mubazir dapat saja terjadi karena keliru dalam
membuat rencana pembangunan peralatan. 11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Biaya pendidikan adalah seluruh pengeluaran baik yang berupa uang maupun bukan uang
sebagai ungkapan rasa tanggung jawab semua pihak (masyarakat, orang tua, dan pemerintah)
11
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 90.
8
terhadap pembangunan pendidikan agar tujuan pendidikan yang dicita-citakan tercapai secara
efektif dan efisien, yang harus terus digali dari berbagai sumber, dipelihara,
dikonsolidasikan, dan ditata secara administratif.
Pembiayaan pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai ongkos yang harus
tersedia dan diperlukan dalam menyelenggarakan pendidikan dalam rangka mencapai visi,
misi, tujuan, sasaran, dan strategisnya.
Pembiayaan pendidikan tersebut diperlukan untuk pengadaan gedung, infrastruktur dan
peralatan belajar mengajar, gaji guru, gaji karyawan dan sebagainya.
B. Saran
Karena keterbatasan literatur yang dijumpai oleh penulis diperpusakaan, untuk itu
menjadikan kurang maksimalnya makalah ini, sehingga dalam rangka menunjang
kelengakapan makalah ini dimohon mempelajari melalui referensi lain yang lebih
representatif.
9
DAFTAR PUSTAKA