Makalah 16
Makalah 16
Makalah 16
Dosen Pengampu :
Dr, Hj. Khairiah, M.Pd
Disususn Oleh :
1. Ikhsan Tri Hartanto (2223210126)
2. Iren Pibri Floresti (2223210132)
3. Melisa Nurul Hidayati(2223210141)
4. Suci Hanifah Kasih (2223210133)
BENGKULU 2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Semua pujian adalah kepada Allah SWT yang telah memberi kita
kebahagiaan sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa
bantuan-Nya saya tidak akan pernah memiliki pilihan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Shalawat dan kabar baik dapat diberikan kepada nabi kita yang disayangi
Muhammad SAW yang akan kita menengahi di luar yang besar. Sang pencipta
mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT atas kekayaan berkat-Nya yang
sehat, baik sebagai kesejahteraan dan alasan yang sebenarnya, sehingga pencipta
dapat menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari Mata Kuliah: Dasar-
dasar Pendidikan dengan judul “Analisis Problematika Pendidikan Sebagai
Suatu Sub-Sistem Nasional di Indonesia"
Pencipta memahami bahwa makalah ini cukup cacat dan masih ada banyak
kesalahan dan noda di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengantisipasi analisis
dan ide-ide dari para pembaca untuk makalah ini, dengan tujuan agar tulisan ini
nantinya dapat berubah menjadi makalah yang jauh dan jauh. Kemudian, pada saat
itu, dengan asumsi ada banyak slip-up dalam makalah ini, pencipta meminta maaf
dengan berlimpah.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
memberikan peluang yang cukup luas terhadap Pendidikan Islam melalui
penetapan urgensi perannya di Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional. Sebelum penetapan itu masih dikenal dengan dualism sistem
pendidikan nasional, yang mana hal ini merupakan sebuah kesinambungan
sejarah, baik sejarah pada umat Islam pada khususnya maupun sejarah
bangsa Indonesia pada umumnya. Di samping itu, wacana dualisme sistem
pendidikan kembali menguat akibat gejolak politik nasional yang berisi
sebuah ideologi tertentu. Apapun alasannya, dualisme banyak berdampak
negatif terhadap lembaga pendidikan di Indonesia terlebih lembaga
pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Problematika Pendidikan Sebagai Suatu Sub-Sistem?
2. Bagaimana Pemerataan Pendidikan?
3. Bagaimana Pengelolaan dan Efisiensi?
4. Bagaimana Relevansi Pendidikan?
5. Bagaimana Solusi untuk Problematika Derivat?
C. Tujuan
1. Untuk Memahami Problematika Pendidikan Sebagai Suatu Sub-Sistem
2. Untuk Memahami Pemerataan Pendidikan
3. Untuk Memahami Pengelolaan dan Efisiensi
4. Untuk Memahami Relevansi Pendidikan
5. Untuk Memahami Solusi untuk Problematika Derivat
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Telaah Epistemologi, Terhadap Problematika, and Pendidikan Islam, ‘ANALISIS
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN
MODRN’, 19.1 (2018), 34–49.
3
Hal ini dapat dilihat dalam UU Sisdiknas No.20/2003 Pasal 53
tentang Badan Hukum Pendidikan bahwa (1) Penyelenggara dan/atau
satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau
masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. (2) Badan hukum
pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berfungsi
memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik. (3) Badan
hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berprinsip
nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan
satuan pendidikan. Sedangkan dalam pasal 54 disebutkan pula (1) Peran
serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan. (2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai
sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.
4
Kenyataan yang menunjukan bahwa penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia merupakan jasa komoditas adalah data dari
Balitbang Depdiknas 2003 yang menyebutkan bahwa porsi biaya
pendidikan yang ditanggung orang tua/siswa berkisar antara 63,35%-
87,75% dari biaya pendidikan total. Sedangkan menurut riset Indonesia
Corruption Watch (ICW) pada 2006 di 10 Kabupaten/Kota se-Indonesia
ternyata orang tua/siswa pada level SD masih menanggung beban biaya
pendidikan Rp 1,5 Juta, yang terdiri atas biaya langsung dan tak
langsung. Selain itu, beban biaya pendidikan yang ditanggung oleh
pemerintah dan masyarakat (selain orang tua/ siswa) hanya berkisar
antara 12,22%-36,65% dari biaya pendidikan total (Koran Tempo,
07/03/2007). Menurut laporan dari bank dunia tahun 2004, Indonesia
hanya menyediakan 62,8% dari keperluan dana penyelenggaraan
pendidikan nasionalnya padahal pada saat yang sama pemerintah India
telah dapat menanggung pembiayaan pendidikan 89%.
5
Dalam paradigma materialistikpun indikator keberhasilan
belajar siswa setelah menempuh proses pendidikan dari suatu jenjang
pendidikan saat ini adalah dengan perlakuan yang sama secara nasional
pemerintah mengukurnya berdasarkan perolehan angka Ujian Nasional
(UN) yang dahulu disebut sebagai Evaluasi Belajar Tahap Akhir
Nasional (EBTANAS), indikator itupun hanya pada tiga mata pelajaran
saja (Matematika/Ekonomi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris) yang
ketiganya tersebut berbasis pada aspek kognitif (pengetahuan).
6
Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP)
yang sudah berlangsung sejak 2004 dinilai oleh pengamat ekonomi Tim
Indonesia Bangkit (TIB) Revrisond Bashwir sebagai agenda kapitalisme
global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat
Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum
Pendidikan (RUU BHP), Pemerintah berencana memprivatisasi sektor
pendidikan. Semua satuan pendidikan (sekolah) kelak akan menjadi
badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya
sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga
perguruan tinggi.2
B. Pemerataan Pendidikan
1. Keterbatasan Aksesibilitas dan Daya Tampung
2
Jurnal Teologi and Agama Kristen, ‘Pendahuluan Metode Hasil Dan Pembahasan
Teologi’, 7.2 (2021), 275–94.
7
di jenjang SLTP/ Sederajat (Panduan KKN Wajar Dikdas 9 Tahun, UPI
2006).
8
3. Kekurangan Jumlah Tenaga Guru
3
U I N Sunankalijaga Yogyakarta, ‘EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN
Refleksi Pemikiran Pembaharuan Pendidikan Islam Kh . Ahmad Dahlan Terhadap
Problematika Pendidikan Islam Ghufran Hasyim Achmad’, 3.6 (2021), 4329–39.
9
merupakan perkara yang dapat mempengaruhi kinerja dan mutu dalam
bekerja, termasuk juga perlunya jaminan kesejahteraan bagi para
pendidik agar dapat meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan yang
selama ini masih terpuruk. Dalam hal tunjangan, sudah selayaknya guru
mendapatkan tunjangan yang manusiawi untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidupnya mengingat peranan dari seorang guru yang begitu
besar dalam upaya mencerdaskan suatu generasi.
10
berlandaskan pada sebuah kepribadian yang utuh pula, sehingga dalam
menjalankan fungsinya sebagai pendidik senantiasa dapat
mengembangkan model-model pembelajaran yang efektif, inovatif, dan
relevan.
11
penerbit buku matematika sebanyak 31 penerbit, bahasa Indonesia
sebanyak 45 penerbit, dan bahasa Inggris sebanyak 22 penerbit (www.
Klik-galamedia.com, 08 Februari 2007).
D. Relevansi Pendidikan
4
AHMAD MUKANA, ‘PROBLEMATIKAN PENDIDIKAN SOSIAL DAN
ISLAMISASI’, Islam, Jurnal Pendidikan, X.X (2019), 5–10
<https://doi.org/10.32832/tawazun.v12i2.2554>.
12
1. Belum Menghasilkan Life Skill Yang Sesuai
13
Dalam Pendidikan menyebutkan : (1) Peran serta masyarakat dalam
pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga,
organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. (2)
Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan
pengguna hasil pendidikan. (3) Ketentuan mengenai peran serta
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.5
5
Pinton Setya Mustafa, Universitas Islam, and Negeri Mataram, ‘Problematika Rancangan
Penilaian Pendidikan Jasmani , Olahraga , Dan Kesehatan Dalam Kurikulum 2013
Pada Kelas XI SMA’, 5.1 (2021), 184–95.
14
Untuk menyelasaikan masalah-masalah cabang di atas, diantaranya
juga tetap tidak bisa dilepaskan dari penyelesaian masalah mendasar.
Sehingga dalam hal ini diantaranya secara garis besar ada dua solusi yaitu:
15
permasalahan aksesibilitas pendidikan dengan memberikan pendidikan
gratis kepada seluruh masyarakat usia sekolah dan siapapun yang belum
bersekolah baik untuk tingkat pendidikan dasar (SD-SMP) maupun
menengah (SLTA), bahkan harus pula berlanjut pada jenjang perguruan
tinggi. merekrut jumlah tenaga pendidik sesuai kebutuhan di lapangan
disertai dengan adanya jaminan kesejahteraan dan penghargaan untuk
mereka.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Teologi, Jurnal, and Agama Kristen, ‘Pendahuluan Metode Hasil Dan Pembahasan
Teologi’, 7.2 (2021), 275–94
18