Laporan Pendahuluan TB Paru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)

1. Definisi
Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh hasil
Mycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan
panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm (M.Ardiansyah, 2012). Tuberculosis adalah suatu
infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan Mycobacterium tuberculosae  (Herdin,
2009).
TB Paru (Tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh
kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TBC ini menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2011).

2. Etiologi
Penyebab penyakit Tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5–4 mikron x 0,3-0,6 mikron
dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai
selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam
mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian
warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta
tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman Tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering
dan dingin, bersifat dorman dan aerob.
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100°C selama 5-10 menit atau pada
pemanasan 60°C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik.
Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa
berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara (Widoyono, 2008).

3. Epidemiologi
Sekitar 75 % penderita TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis
(15 – 50 Tahun ) . Diperkirakan seorang pasien TB dewasa akan kehilangan waktu
kerjanya 3 sampai 4 bulan . Hal tersebut akan berdampak pada kehilngan pendapatan
tahunan rumah tanggannya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB , maka akan
kehilangan pendapatannya selama 15 tahun . Selain merugikan secara ekonomis, Tb juga
memberikan dampak buruk lainya secara sosial seperti stigmabahkan dikucilkan oleh
masyarakat.
Penyebab meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah :
a. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara- negara
yangsudah berkembang.
b. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi dengan disparitas yang terlalu lebar, sehingga
masyarakat yang mengalami masalah dengan kondisi sanitasi, papan , sandang, dan
pangan yang buruk.
c. Beban determinan sosial yang masih berat seperti angka pengangguran, tingkat
pendidikan yang rendah, pendapatan per kapita yang masih rendah yang berakibat pada
kerentanan masyarakat terhadap TB.
d. Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh :
1) Tidak adanya koitmen politik dan pendanaan
2) Tidak memadainya organisasipelayanan TB ( kurang terakses olah masyarakat,
penemuan kasus yang tidak berstandar, obat tidak terjamin penyedianya, tidak
dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelporan yang berstandar).
3) Tidak memadainya tatalksana kasus
4) Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG.
5) Infrastruktur kesehatan yang buruk.
6) Belum ada jaminan kesehatan yang bisa mencakup semua masyarakat luas secara
merata.
e. Meningkatnya pertumbuhan penduduk
f. Besarnya masalah kesehatan lain yang bisamempengaruhi tetap tingginya beban TB
seperti gizi buruk ,merokok dan diabetes.
g. Dampak endemi HIV.
h. Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (Multidrugs
Resistens = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak bisa
disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi
TB yang sulit ditangani.
4. Kalsifikasi
a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit:
1. Tuberkulosis paru:
Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai
TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis TB dirongga dada
(hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis
yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru. Pasien yang
menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan
sebagai pasien TB paru.
2. Tuberkulosis ekstra paru:
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe,
abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis TB ekstra
paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis.
Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacterium
tuberculosis. Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada beberapa organ,
diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra paru pada organ menunjukkan gambaran
TB yang terberat.
b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:
1) Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28
dosis).
2) Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan
OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya
diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
a) Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan
bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
b) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah diobati
dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
c) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): adalah
pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini
sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus berobat /default).
d) Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan
sebelumnya tidak diketahui.
3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
c. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari
Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :
1) Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
2) Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
3) Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)
secara bersamaan
4) Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan
terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT
lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)
5) Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes
cepat) atau metode fenotip (konvensional).
d. Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIV
1. Paisen TB dengan HIV Positif (Pasien Ko-Infeksi TB/HIV) adalah pasien TB dengan
kategori :
a) Hasil tes positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART
b) Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB
2. Pasien Tb dengan HIV negatif adalah pasien TB dengan
a) Hasil tes negativ sebelumnya
b) Hasil tes negativ pada saat diagnosis TB
3. Pasien TB denganstatus HIV tidak diketahui adalah pasien TB tanpa ada bukti
pendukung hasil tes HIV saatdiagnosis TB ditetapkan.
5. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan
mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran
darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya
(lobus atas). Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi imflamasi. Fagosit
(neotrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik – tuberkolosis melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal
biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.
Masa jaringan baru, yang disebut granulomas yangh merupakan gumpalan hasil
basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk
dinding protektif. Granulomas diubah menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari
masa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik
membentuk masa seperti keju. Masa ini dapat mengalami kalsifikasi membentuk skar
kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal individu dapat mengalami penyakit aktif
karena gangguan atau respon dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi dorman.
Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju di dalam
bronchi. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit
lebih jauh. Tuberkel yang memecah meyembuh, membentuk jaringan parut yang terinfeksi
menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonioa lebih lanjut,
pembentukan tuberkel dan selanjutnya. Kecuali proses tersebut dapat dihentikan,
penyebarannya dengan lambat mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan kemudian
meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh
remisi lama ketika penyakit dihentikan hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang
diperbaharui hanya sekitar 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit
aktif.

6. Manifestasi Klinis
Bila timbul infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala :batuk purulen
produktif disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari), malaise, keringat malam, gejala
flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan (Corwin,
2009). Manifestasi Klinis pada pasien dengan Tb Paru adalah sebagai berikut :
1. Demam 40- 41 derajat celcius serta ada batuk / batuk darah.
2. Sesak napas dan nyeri dada
3. Malaise, keringat malam
4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit.
6. Pada anak
a. Berkurangnya BB 2 bulan berturut- turuttanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh.
b. Demam tanpa sebab jelas, terutamajika berlanjut sampai 2 minggu.
c. Batuk kronik >3 minggu , dengan atau tanpa wheeze.
d. Riwayat kontak dengan pasien TB Paru dewasa.
e. Semua anak dengan reaksi cepat BCG ( reaksi lokal timbul < 7 hari setelah
penyuntikan) harus dievaluasi dengan system scoring TB anak.
f. Anak dengan TB jika jumlah skor > 6 ( skor maksimal 13 ).
g. Pasien usia balita yang terdapat skor 5, di rujuk kerumah sakit untuk evaluasi lebih
lanjut.
7. Tatalaksana Medis
Tujuan Pengobatan TB adalah :
a) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup.
b) Mencegah kematian karena TB atau dampak buruk selanjutnya.
c) Mencegah terjadinya kekambuhan TB
d) Menurunkan penularan TB.
e) Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten Obat.
Prinsip pengobatan TB
Obat anti tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB.
Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efesien untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut dari kuman TB.
Pengeobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip sebagai berikut :
a) Pengobatan yang tepat diberikan dalam paduan obat OAT yang tepat mengandung
minimal empat macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
b) Diberikan dalam dosis yang tepat.
c) Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Menelan
Obat) sampai selesai pengobatan.
d) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta
tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
Tahapan Pengobatan TB :
Tahapan pengobatan TB harus meliputi pengobatan tahap awal dan pengobatan tahap
lanjutan dengan maksud :
a. Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan tahap ini adalah dimaksudkan
adalah untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien
dan meminimaisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistensi
sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada
semuapasien baru, harus diberikan selama dua bulan . Pada umumnya pengobatan
secara teratur serta tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun
setelah pengobatan selama dua minggu.
b. Tahap Lanjutan
Pengobatan lanjutan merupakan tahap pengobatan yang sangat penting untuk
membunuh sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman persister
sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Kategori I
Penyakit TB yang tergolong dalam katagori I ini adalah :
1.    TB Paru yang test sputum dengan hasil  BTA (+)
2.    TB Paru yang test sputum dengan hasil BTA (-) dan foto toraks (+)
3.    TB ektra Paru berat
OAT yang di berikan pada kategori ini adalah :
-    2HRZE/4H3R3
-    2HRZE/4HR
-    2HRZE/6HE
Kategori II
Penyakit Tb yang tergolong dalam kategori II adalah :
1. Pasien kambuh
2. Gagal terapi pengobatan
3. Kasus putus obat
  OAT yang diberikan pada pasien kategori II ini adalah :
-    2RHZES/RHZE/5H3R3
-    2HRZES/HRZE/5HRE
Kategori III
Pasien yang tergolong dalam kategori III ini adalah :
1. TB Paru dengan pemeriksaan BTA (-) dengan  lesi minimal
2. Pada ekstra paru ringan limfadenitis, osteomielitis tb, artritis tb, nepritis tb
OAT yang diberikan pada pasien katagori III adlah :
-    2 RHZ/4RH
-    2HRZ/4H3R3
-    2HRZ/6HE
Kategori IV
Pasien yang termasuk dalam kategori IV adalah :
Kasus kronik, OAT yang diberikan pada pasien ini adalah : RHZES / sesuai hasil uji
resistensi  (Minimal OAT yang sensitif ) + OBAT LINI 2 MINIMAL T/ 18 bulan. MDR TB
(multidrug resistant TB ) , pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah : sesuai uji
resistensi  + OAT LINI 2 atau (  H ) seumur hidup.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan tuberculosis paru yaitu :
1. Laboratoriumdarah rutin : LED normal/ meningkat,limfositosis.
2. Pemeriksaan sputum BTA :
3. Tes PAP (Perosidase Anti Peroksidase )
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya Ig G spesifik terhadap basil TB.
4. Tes Mantoux
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik tehadap basil TB.
5. Tehnik PolymeraseChain Reaction
Eteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mokroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
6. Becton Dickinson Diagnostik Instrument Sistem (BDDIS)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh mikobakterium tuberkulosis.
7. MY CODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannah yang direkatkan pada suatu alat
berbentuk seperti sisir plastik,kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai
warna sisir akan berubah.
8. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB,Yaitu :
a) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah.
b) Bayangan berwarna (patchy ) atau bercak (nodular)
c) Adanya kavitas, tunggal atau ganda.
d) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru.
e) Adanya klasifikasi
f) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
g) Bayangan millie.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif H. Amin dkk .2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Mediaction. Djogjakarta.

Kementerian Kesehatan RI .2014. Pedoman Nasional Pengendalian tuberkulosis. Kemenkes


RI . Jakarta

M.Ardiansyah.2012.medikal bedah untuk mahasiswa. Diva press. Yogyakarta

Widoyono.2008.penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan dan


pemberantasannya. Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai