Sumber Daya Tanah Dan Kehidupan Dimuka Bumi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

GEOGRAFI TANAH DAN LINGKUNGAN

“SUMBER DAYA TANAH DAN KEHIDUPAN DIMUKA BUMI”

Dibuat untuk memenuhi mata kuliah Geografi Tanah dan Lingkungan

(ABKA531)

Dosen Pengampu :

Dr. H. Sidharta Adyatma, M.Si

Dr. Deasy Arisanty, M. Sc

Disusun Oleh:

Muhammad Donny Chandra (1710115110013)

Muhammad Faisal Madani (1710115110014)

Muhammad riky (1710115110015)

Anggi Amelia (710115120002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Semoga dengan adanya makalah ini semakin membuka pintu pengetahuan
dan pemahaman pembaca tentang materi.
Upaya pemenuhan makalah ini diharapkan mampu meningkatkan
efektifitas pelaksanaan kegiatan perkuliahan, dan diharapkan para pembaca dapat
mengembangkan wawasan dan kemampuan dari apa yang dibahas dalam makalah
yang berjudul “Sumber Daya Tanah Dan Kehidupan Dimuka Bumi” ini. Tetapi
makalah ini bukan satu-satunya sumber belajar atau referensi, untuk itu para
pembaca diharapkan lebih proaktif untuk mencari dan menggali ilmu pengetahuan
mengenai materi terkait.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya para pembaca. Kami mengharapkan saran dan masukan serta kritikan
yang sifatnya membangun karena kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun ini masih banyak terdapat kekurangan. Kami juga memohon maaf atas
kejanggalan-kejanggalan yang terdapat dalam makalah ini.

Banjarmasin, 7 September 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................4

1.3 TUJUAN........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

BAB III PENUTUP...............................................................................................26

3.1 KESIMPULAN...........................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pandanagan seseorang terhadap tanah sangat bervariasi tergantung dari profesi
dan latar belakang disiplin ilmu masing-masing. Dari pandangan tersebut, maka
pada dasarnya ada dua konsep tanah yang berbeda, yaitu (1) tanah sebagai bahan
lepas dan (2) tanah sebagai tubuh alam. Dalam konsep pertama, tanah merupakan
bahan yang mengandung mineral, bahan organik, dan biota tanah. Akan tetapi
definisi tersebut belumlah lengkap karena pada kenyataan nya di lapangan tanah
tidak bisa dilihat sebagai bahan lepas saja, tetepi sebagai suatu tubuh alam tiga
dimensi. Itu berarti tanah sama artinya dengan gunung, danau ataupun lembah.
Tanah merupakan kumpulan tubuh alam tiga dimensi di dalam suatu lanskap
tertentu yang berbeda satu sama lainnya.

Tanah merupakan sumber daya paling berharga dimuka bumi dan memiliki
pengaruh yang sangat besar bagi umat manusia, dalam makalah ini kita akan
memahami bagaimana sumber daya tanah mempengaruhi kehidupan manusia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Apa yang dimaksud dengan tanah dan peradaban manusia
 Bagaimana sejarah perkembangan ilmu tanah
 Bagaimana konsep tanah
 Apa saja yang menjadi komponen tanah
 Apa saja fungsi tanah dalam ekosistem

1.3 TUJUAN
 Menjeaskan tentang tanah dan perdaban manusia
 Menjelaskaan tentang perkembangan ilmu tanah
 Menjelaskan konsep tanah
 Menjelaskan komponen ilmu tanah
 Menjelaskan fungsi tanah dalam ekosistem

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tanah dan peradaban manusia


Tanah merupakan sumber daya penting bagi kehidupan di muka bumi, tanah
menyediakan air, udara, dan nutrisi yang di butuhkan bagi makhluk hidup seperti
organisme tanah dan tumbuhan. Melalui penggunaan tanah seperti pertanian dan
produksi biomasa, sumber daya tanah dapat menghasilkan pangan, pakan,
sandang, papan dan bio energi yang dapat di mendukung kehidupan manusia,
maka dari itu sejarah tanah sangat berkaitan erat dengan sejarah peradaban
manusia.

1. Keterkaitan tanah dengan peradaban kuno


a. Peradaban mesopotamia

5
Pertanian kuno pertama yang berhasil membangun peradaban tinggi di
jumpai di mesopotamia ( sekarang menjadi iraq) sekitar 7.000 tahun yang
lalu.
Tanah dimesopotamia termasuk ke dalam aluvial yang subur, topografinya
datar dan iklimnya hangat tetapi kering, dan cahaya matahari berlimpah. Air
di sungai mesopotamia juga cukup , dan saat itu jarang terjadi kekeringan
atau banjir, sebab hutan wilayah tangkapan air di daerah hulu masih baik.
Pada tahun 3500 SM, bangsa sumeria berhasil mengubah tanah rawa di
antara dua sungai tigiris dan sungai euphrates menjadi wilayah penghasil
biji-bijian, pakan ternak dan kebun kurma yang subur. Dengan
berkembangnya pertanian , ekonomi di mesopotomia juga berkembang dan
tumbuh kota baru. Invesi ilmu pengetahuan kuno seperti cara penuisan
dengan tanah liat,cara-cara akutansi, buku-buku sastra dan hukum, dan
inovasi keteknikan seperti alat transportasi laut, kendaraan beroda, teknologi
pengangkat air ( shadoff) , senjata dan alat-alat perang yang di bangun
bangsa sumaria merupakan bukti tumbuhnya peradaban baru bangsa
sumeria mesopotomia.
Pada milenium ketiga sbelum masehi, zaman keemasan bangsa sumeria
mulai pudar setelah terjadi pergantian kekuasaan dari bangsa sameria ( dari
mesopotamia selatan) ke bangsa babilonia ( dari mesopotamia utara) . oleh
bangsa bailonia, pusat kekuaaan di pindah ke utara yang merupakan daerah
tangkapan air sungai tigris dan sungai Euphrates, perpindahan pusat
kekuasaan itu membuat penggundulan hutan cedar (pinus ) dan
penggembalaan liar (overgrazing) didaerah hulu yang mengaibatkan erosi
yang terjadi rausan tahun, tidakhanya membawa sedimen debu (slit) yang
telah mendangkalkan sungai Tigris dan sungai euphrates, tetapi juga
menutup aluran-saluran irigasi. Selain itu daerah beriklim kering seperti di
mesopotamia, evaporasi air permukaan mengakibatkan kandungan garam
meningkat ( salinasi) sehingga terjadi pengendapan garam di permukaan
tanah. Adanya salinasi permukaan tanah ini telah meracunitanaman
pertanian yang berdamak pada menurunnya produktivitas lahan. Dengan
demikian sedimentasi ( slit) dan salinasi (salt) yang terjadi ratusan tahun

6
menyebabkan pertanian di mesopotamia terhenti yang pada akhirnya
berdampak pada jatuhnya peradaban mesopotamia.

b. Peradaban Lembah Nil, Mesir kuno

Seperti di Mesopotamia, peradaban Mesir Kuno yang berkembang


sepanjang lembah Sungai Nil sekitar 5000 SM juga ditoparg oleh pertanian
beririgasi kuno (Gambar 1.2). namun berbeda dengan di Mesopotania,
sedimen (silt) yang dibawa setiap banjir dari sungai Nil justru membawa
berkah. Di lembah Sungai Nil, sedimen yang terbawa banjir tidak menutup
saluran irigasi dan tidak menimbulkan sanitasi seperti di Mesopotamia,
tetapi justru menyuburkan tanah karena merngandung hara dan humus.
Karena kesuburan tanahnya, pertanian kuno di delta sungai Nil prodıktif
berkelanjutan sehingga menghasilkan surplus pangan. Air Sungai Nil
berasal dari pegunungan di Etiopia yang kaya akan humus dan hara.
Dengan basis irigasi seperti di Mesopotamia, petani Mesir Kuno bisa panen
sampai 4 kali pertahun karena cukup air dan cahaya mataharinya
berlimpah. Pada saat itu, teknologi manajemen air terus berkembang dari
yang sederhana dengan menggunakan ember beralih ke shadoof lalu
tanbor, kemudian saqiyu yarg lebih canggih sehingga mampu
meningkatkan produktivitas lahan.
Bajak sederhana yang ditarik oleh sapi juga sudah ditemukan di Mesir
sekitar 6.00 tahun lalu (Gambar 1.3). Dengan teknologi pertanian tersebut
petani Mesir dapat memproduksi pangan dengan lebih efisien. Semua alat
kuno tersebut masih dipakai sampai sekarang melengkapi pompa air
dengan listrik. Namun , seperti di Mesopotamia, kemakmuran Mesir Kuno

7
juga mengundang invasi Yunani, Italia, dan Perancis. Napoleon dari
Perancis menguasai Mesir tahun 1797, dan kemudian membawa para
ahlinya untuk menimba ilmu tentang inisteri keberhasilan mereka dalam

membangun peradaban.
begitu makmurnya masyarakat Mesii Kuno waktu itu, sehingga mereka
mampu membangun piramida-piranida yang terkenal. Akan tetapi, jika
dahulu Mesir Kuno selalu surplus pangan dan mampu membantu bangsa
Romawi, tetapi sekarang dengan tanah dan tata air yang sama, Mesir justiu
mengimpor lebih dari separuh kebutuhan pangannya. Ironis memang, tetapi
ini fakta di samping permasalahan ke pendudukán dan konflik internal,
tanahnya yang terkenal subur sekarang juga sudah terdegradasi (Hillel,
1992; Gardiner dan Miller, 2008)

c. Peradaban Lembah indus


Peradaban berikutnya yang terkenal adalah Peradaban Lembah Indus

(sering disebut Peradaban Harappan) di wilayah Pakistan dan sebagian


India, Afganistanistan, Iran. Peradaban yang masih berbasis sistem irigasi
ini kemungkinan besar dipergaruhi oleh Peradaban Mesopotamia dan
berkembang pada tahun 3300-1300 SM di lembah Daerah Aliran Sungai
(DAS) indus (Wikipedia, 2013; Hillel, 2002) Teknologi kerajinan dan
metalurgi (tembaga, perak. lead, dan timah) berkembang di era Peradaban

8
Lembah Indus. Kota-kota dengan bangunan bertingkat dengan bahan
bangunan dari bata bakar dan badan jalan dengan sistem drainase juga
berkembang pesat.
seperti di Mesopctamia dan Mesir. Peradaban Lembah indus juge
mengalami kemunduran dan kemudian runtuh. Salah satu sebab runtuhnya
Peradaban Indus adalah karena deforestasi akibat banyaknya kebutuhan
kayu untuk bahan bakar bata dan penggembalaan. Akibatnya, pada musim
huian, banjir dan erosi sering melanda Lembah Indus, sehinga banyak
kanal-kanal tersumbat sedimen, sedangkan pada musim kemarau terjadi
salinasi yang tinggi.
d. Peradaban Mesoamerika

Seperti peradaban kuro di Asia tengah, peradaban kuno di Mesoamerika


(peradaban Maya) juga dimulai dari ekosisem lahan basah. Peninggalan
peradaban bangsa Maya yang bernilai tinggi dijumpai di Guatemala,
Meksiko, Belizá, dan Honduras sekarang. Perkembangan peradaban
bangsa Maya dimulai sekitar tahun 2000 SM . periode awal bangsa Maya
dimulai dengan pertanian sistem babat bakar dengan jagung sebagai
tanaman utamanya. Setelah itu berkembang chinampas, suatu sistem
pertanian bangsa Maya yang monumental. Untuk membuat chinampas,
tanah dataran rendah yang umumnya kaya bahan organik dan subur, digali
untuk dibuat kanal-kanal (Gambar 1.4). Galian kanal digunakan untak
membuat bedengan per- segi panjang (semacam surjan sekarang) sehingga
bisa ditanami tanaman pertanian Setiap tahun, kanal-kanal dibersihkan dari
serasah. dan serasahnva ditaruh di atas bedengan untuk menyuburkan
tanah. Dalam kanal dipelihara ikan dan kura-kura, sedangkan bedengannya

9
ditanami jagung, mantang, ubikayu, kacang-kacangan, gambas, dan kakao.
Untuk mengurangi erosi di lahan kering di daerah hulu yang berlereng,
dibangun teras-teras bahkaı ada yang disi dengan tanah subur dari lahan
dataran rendah di bawahnya (Foto 1.1). Bargsa Maya waktu itu sudah
mampu membangun pertanian secara komprehensif dan sudah berbasis
lanskap. Selain itu, pertanian konservasi model bangsa Maya yang
dikembangkan tahun 2000 SM menjadi modal dasar pembangunan
peradaban tinggi bangsa Maya. Kota-kota besar, tempat peribadatan,
bahkan ilmu pengetahuan (matematik, sastra, dan lain lain) pun ber
kembang pesat. Akan tetapi, peradaban Maya secara misterius pada tahun
800-900 mulai jatuh Banyak teori yang menganalisis mengapa peradaban
Maya jatuh. Salah satu alsan jatuhnya peradaban Maya adalah terjadinya
kelaparan dalısyat akibat daya dukung pertanian wakiu itu sudah tidak
mampu lagi memberi makan bangsa Maya akibat adanya ledakan penduduk
dan kekeringan (Wikipedia, 2013; Hillel, 1992)

e. Peradaban Mediterania

Sejarah peradaban kuno di Mediterania bukan hanya berkembang di


dataran rendah (lowland) , tetapi juga di lahan kering tadah hujan (rain-fed
upland) bagian hulu wilayah Mediterania. Banyak pertanian lahan kering
tadah hujan di Mediterania yang memacu perkembangan peradaban kuno
Mediterania seperti ai Lebanon Yunani, dan Romawi.
Lebanon adalah tanah airnyn Bangsa Phoenicia yang terkenal sebagi
navigator dan pedagang ulang di sekitar tabun 1000-500 SM. Namun

10
karena tingginya de- gradasi tauah, maka lahan pertaniannya sudah tidak
mampu lagi mendukung popułasi. Untuk memasok kebutuhán hidup
mereka, bangsa Phoenicia kemudian menaklukkan Carthage (Afrika Utara),
Sardinia, Sisilia, dan Spanyol. Seperti di negara asalnya, teknologi untuk
mengolah lahan pertanian daerah jajahannya pun tidak mengindalıkan
aspek-aspek konservasi tanah. Akibatnya, lahan pertanian mengalami
degradasi berat dan produktivitas lahan menurun, sehingga kekuatan
bangsa ini pun melemah. Kemudian bangsa ini pun ditaklukkan oleh
bangsa Yunani. Yunani adalah negeri berbukit dengan tanah yang subur
tetapi peka erosi. Peradaban bangsa Yunani yang tidak pro lingkungan
berpengaruh besar terhadap kerusakan lingkung an. Sekitar tahun 800 SM,
mereka mengonversi hutan menjadi lahan pertanian intensif sehingga
memacu degradasi lahan yang serius. Gandum, barley, anggur, dar tanaman
lainnya ditanam di lahan-lahan berlereng. Hutan pun ditebang untuk ba-
dan bahan perumahan dan kapal. Lahar pun berubah menjadi gundul dan
tumbuh padang rumput untuk penggembalaan. Menurunnya kualitas
sumber daya alam, menyebabkan pertanian bangsa Yunani sudah tidak
mampu lagi mendukung perekonomiannya. Akibatnya, kekuatan bangsa
Yunani melemah dan kemudian jatuh di tangan bangsa Romawi. Nasib
bangsa Romawi mirip dengan pendahulunya. Pola perkembangan
peradabannya sama, yaitu pembangunan pertanian di wilayah ini dimulai
dengan menebas hutan, semak belukar dan vegetatif lainnya untuk dija
dikan pertanian tanaman pangan dan penggembalaan tanpa didukung oleh
teknik- teknik konservasi yang memadai. Memang mereka menyadari
pentingnya konservasi tanah. Beberapa metode untuk meningkatkan
kesuburan tanah seperti pemberaan, pupuk hijau dan pembuatan teras
dikembangkan. Akan tetapi, penerapannya sporadis dan tidak diterapkan
dengan baik sehingga degradasi lahan meningkat terus. Produktivitas lahan
yang awalnya tinggi, secara perlahan tapi pasti juga menurun karena proses
erosi selama ribuan tahun. Masalahnya adalah pertanian intensif dan
penggembalaan di daerah-daerah berbukit, juga dilakukan di daerah
kolonisasinya Ekonomi penduduk yang selama ini tergantung dari lahan

11
pertanian menurun dras- tis, yang berakibat pada kejatuhan peradaban
bangsa Mediterania. Di samping masalah-masalah politik dan alasan
lainnya, seperti peradaban sebelumnya, kejatuhan Kekaisaran Romawi
terutama disebabkan oleh degradasi lingkungan (Hillel, 1992)

2. Pelajaran untuk Membangun Peradaban Masa Depan


Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber daya tanah merupakan
komponen penting bagi pertanian untuk membangun peradaban manusia.
Pelajaran berharga dari sejarah peradaban kuno di Mesopotamia, Mesir,
Lembah Indus, Maya, dan peradaban kuno lainnya adalah yang
mengekspioitasi sumber daya tanah terbukti gagal dalam mendukung
peradaban manusia itu sendiri secara berkelanjutan. Selanjutnya Lal (2014)
meresume bahwa punahnya peradaban manusia masa lalu berkaitan erat
dengan degradasi lahan (Tabel 1.1)

peradaban wilayah Era penyebab


Sumeria mesopotamia 10.000 BCE salinasi
Harappan Lembah indus 2.000 BCE Desikasi
Inca Wilayah andean 750-900 BCE Erosi tanah
Maya Amerika tengah 750-900 BCE Erosi tanah
Axum Etiopia utara 100-600 BCE Degradasi
ekologis
romawi Mediterania 27 BC-365 AD Tanah “lelah”

seperti masa lalu, eksploitasi sumber daya tanah saat ini pun masih
berlangsang khususnya di wilayah tropika seperti Indonesia. Eksploitasi
sumber daya tanah dikhawatirkan akan menimbulkan kepanikan global, sebab
dapat menurunkan kapasitas tanah dalanı mendukung kehidupau dibumi.
Dimasa datang, dengan makin meningkatnya penduduk dunia, kebutuhan
pangan dan energı semakin tingggi. Ini berarti tugas pertanian akan semakin
berat, karena bukan hanya harus menyediakan pangan, tetapi juga
menyediakan bio-energi mengantisipasi menipisnya ketersediaan energi fosil.
Namun berbeda dengan masa peradaban kuno, tantangan pertanian di masa
datang lebih kompleks, yaitu bukan hanya makin meningkatnya degradasi

12
tanah, tetapi juga makin terbatasnya lahan pertanian produktif dan adanya
dampak perubahan iklim.

B. Sejarah perkembangan ilmu tanah


1. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TANAH
Secara garis besar ilmu tanah dibagi menjadi dua cabang ilmu, yaitu
edafologi dan pedologi. Edafologi adalah ilmu yang mempelajari tanah sebagai
habitat mikroorganisme dan medium untuk pertumbuhan tanaman. ilmu
turunan edafologi antara lain ilmu kehutanan, agronomi, ekologi, dan biologi.
Adapun pedologi adalah ilmu yang mempelajari tanah sebagai entitas geologi.
Khususnya yang berkaitan dengan asal usal, morfologi, geografi, dan
taksonomi tanah. Untuk tujuan pengembagan pertanian dan ilmu terkait, kedua
cabang ilmu tanah tersebut pada dasarnya saling berkaitan (Gardiner dan
Miller, 2008)
Tanah sebagai sumber daya penting untuk mendukung kehidupan manusia
sudah tercermin sejak ribuan tahun lalu. Sebagai contoh, adama adalah
kosakata bangsa Yahudi yang artinya "tanah” , diambil dari nama Nabi Adam,
yang menurut kitab suci berasal dari tanah. Kata "human" sendiri merupakan
akar kata bahasa Latin numus, yang artinya banan orgatik tanah . bukti- bukti
bahwa air itu penting untuk pertunbuhan tanaman, tetapi jika tidak dikelola
dengan baik bisa menyebabkan erosi sudah ada scjak peradaban kuno. Kanal-
kanal kuno merupakan teknologi untuk irigasi sudah dijumpai di wilayah
Mesopotamia (3500 SM), begitu juga teras kuno dyumpai di Lebanon (3000
SM) dan sistem drainase di Puiau Crete (2000 SM), Di Babilonia dijumpai
peninggalan kanal kuno berbatu bata dan aspal (1800SM) yang melintasi
wilayah seluas 25.900 km2. Karena penggunculan hutan dan ke rusakan
lingkungan selama ribuan tahun, semua peninggalan teknologi kuno terse but
sekarang sudah tidak berfungsi lagi. Di Iran, Spanyol, Siria, Irak, dan Pakistan
dijumpai terowongan di bawah tanah (disebut qanats) yang dibangun bargsa
Persia pada 3000 SM dapat mengalirkan air bawah tanah. Berbeda dari wilayah
Mediterania, qanats tersebut sampai sekarang ternyata masih berfungsi.
Sekarang, lebih dari 22.000 qanats dengan panjang lebih dari 270.000 km
dapat nie memasok sekitar 75 % air irigasi Iran. Pada masa Kekaisaran

13
Romawi, teknologi bendungan penampung air untuk menampung air dari
pegunungan sudah dihangun. Dengan sistem irigasi, air tampungannya
kemudian dibagikan ke daerah perianian di bawahnya. Akan tetapi setelah
hutan di daerah hulu digunduli dan Daerah Aliran Sungai (DAS) dimanfaat kan
melebihi kapasitasnya, akibatnya erosi meningkat tajam. Akhirnya bendungan
penuh dengan sedimen dan pada tahun 1200 tidak bisa digunakan lagi
(Donatue dkk., 1983; Hiilel, 1992)
Di Cina, sistem pemetaan klasifikasi tanah pertama sıdah dijumpai pada
zaman dinasti Yao (2357-2261 SM). Untuk tujuan perpajakan, kckaisaran Cina
waktu itu telah menetapkan sembilan jenis kelas tanah yang didasarkan pada
penggunaan tanah. Selain itu, pada Peradaban Cina Kuno, peran cacing tanah
untuk meaingkatkan kesuburan tanah juga sudah diakui. Mereka menyebut
cacing tanah sebagai ”angel of the soil” (Coleman dkk., 2004). Teknologi
konservasi tanah dan air seperti teras juga telah dikembangkan oleh bangsa
Maya di amerika latin. Walaupun teknologi teras ying dibangun bangsa Maya
secara fisik sudah tidak ada, tetapi teknologinya sekarang banyak diterapkan di
daerah lain (Donahue dkk., 1983)
a. Edapologi
Catatan sejarah kuno yang berkaitan dergan kesuburan tanah dimulai
juga di wilayah Mediterania. Xenophon (430-355 SM) seorang ahli sejarah
Yunani menulis manfaat gulma sama baiknya dengan pupuk kandang
kalau dicampurkan ke dalam tanah. Cato (234-149 SM) melanjutkan
konsep tersebut dengan menulis buku praktis tentang pembajakan tanah,
rotasi tanaman, pemanfaatan legum untuk meningkatkan kesuburan tanah
dan penggunaan pupuk kandang dalam sisiem pertanian-peternaian. Cato
juga mengembangkan sistem penggunaan lahan berdasarkan nilai reiatif
suatu tanaman. Akan retapi, setelah pado tolun 1600 bangsa barbar dan
Mongolia menguasai Mediterania dan menghancurkan peradabannya,
maka perkembangan ilmu tanah pun terhenti
Baru pada awal abad ke-17, era baru penelitian pertanian dimulai
setelah van Helmont (1577-1644) dari Inggris memulai percobaan dengan
menggunakan poho willow. Oleh karena pohon willow hanya diberi air
hujan, maka seteiah percobaan, Helmont menyimpulkan bahwa air

14
merupakan bahan dasar vegetasi (C, H, dan O). Berdasarkan
perkembangan ilmu tanah modern ternyata simpulan Helmont itu keliru.
sebab kehilangan berat tanah setelah percobaan sebenarnya adalah
kehilangan mineral akibar Ca, K dan P yang diserap tanaman, sedangkan
C, H dan O bukan dari air saja, tetapi berasal dari CO, dan air melalui
proses fotosintesis (Brady dan Weil, 2008). Seteiah itu, Justus Freiherr von
Liebig (1803-1873), seorang ahli kimia Jerman berperan besar dalam
mengembangkan ilmu pertanian dan kimia bioiogi.
Teori Liebig yang terkenal adalah Teori Hukum Minimum (The Law of
the Minimum) (Gambar .5). Teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan
tanaman dibatasi oleh hara yang jumlahnya relatif paling sedikit jika ada
hara yang paling sedikit jumlahnya atau di bawah ambang kritis, hara
tersebutlah yang paling menghambat pertumbuhan (Contoh B) Menurnt
Liebig (Foto 1.2), hara penting bagi tanamanan adalah K, Mg, Ca, P, S, C,
O, N, Si, dan H. Dalam ilmu tanah modern, Si tidak termasuk hara esensial
(tapi hara benefisial). Percobaan pertanian modern jangka panjang
pertama dibangun pada tahun 1843 di Rothamsted, Inggris, oleh J.B.
Lewis dan J.H. Gilbert,
Adapun di Amerika Serikat, untuk menyelenggarakan riset pertanian
yang tangguh harus diimbangi dengan pendidikan pertanian yang kuat.
Oleh karena itu, kurikulum pertanian pertama di Amerika Serikat yang
ditawarkan pada tahun 1862 dilengkapi dengan kebun percobaan. Pada
tahun 1887 kebun percobaan (research station) dibangun di setiap negara
bagian (Donahue dkk, 1984; Gardiner dan Miller, 2008).

15
2. Pedologi
Konsep pedologi berkembang setelah konsep edopologi di atas. Pada
awalnya, oleh pedologis tanah dipandang sebagai produk pelapukan
batuan di bawahnya. Mulai tahun 1887, Sekolah Tinggi ilmu Tanah di
Rusia yang dipimpin oleh Vasily Vasilievich Dokuchaev (1846-1903)
mengembangkan konsep baru tentang proses pembentuka tanah.
Menurut Dokuchaev (Foto 1.3), tanah dipandang sebagai tubuh alam
(natural body) yang independen. Setiap tanah adalah unik, dibentuk dari
kombinasi iklim, organisme hidup, bahan induk, relief, dan waktu.
Dokuchaev mengklasifikasikan tanah menjadi tanah "normal" (lahan
kering), "uransisional" (penggembaiaan, kalkareous, dan alkali), dan
"abnormal" (organik dan aluviai). Pada tanah "normal" kemudian dibagi
dalam 7 zona berdasarkan perbedaan iklim dan tipe tanah berdasarkan
warna tanahnya.

Eugene Woldemar Hilgard (1833-1916) seorang bangsa Amerika


turunan Jerman melakukan penelitian pedogenesis pada tahun 1886-1900.
Walaupun tidak ada komunikasi sebelumnya, tetapi pemikiran tentang
faktor-faktor pembentukan tanah oleh Higard ternyata mirip dengan
penikiran Dokuchaev.
Menurut Hilgard, proses penbentukan tanah. Dipengaruhi iklim dan
vegetasi. Dari kerja ilmiah kedua ilmuwan tersebut kemudian Curtis
Fletcher Marbut (1863-1935) mengembangkan sistem klasifikasi tanah
pada tahun 1920. Kontribusi Marbut yang penting lainnya adalah peta

16
Great Soil Group Amerika Serikat. Tahun 1941, Hans Jenny(1899-1932)
menerbitkan buku klasik tentang proses "pembentukan tanah yang konse
pnya sebagian besar dari pemikiran Dokuchaev (Colenon dkk. 2004:
Gardiner dan Miller, 2008; Wikipedia, 2013).
Bagaimana sejarah perkembangan ilmu tanah di Indonesia? Menurut
Tan (2008), perkembangan ilmu tanah di Indonesia masih relatif lebih
muda dibanding negara lain. Scbelum Perang Dunia II perkembangan
ilmu tanah Indonesia banyak dipengaruhi oleh Belanda, sedangkan setelah
Perang Dunia II justru banyak dipengaruhi oleh sistem Amerika Serikat,
karena adanya proyek kerja sama pendidikan tinggi Indonesia dengan
Univeisity of Kentncky, dan Mid-western Universities Consorsium, yang
disponsori oleh US Agency for International Development (USAID).
Riset tentang pedologi, survei tanah, kesuburan tanah, hara tanaman,
penggunaan lahan. dan konservasi tanah telah dilakukn secara
komprehensif oleh Dr. E.C.J. Mohr yang pada saat itu beliau menjabat
sebagai ketua Lembaga Penelitian Tanah (LPT) Hindia Belanda di Bogor
(Foto 1.4), Sementara program kerjasama pendidikan tinggi US telah
membantu mengembangkan pendidikan tinggi dan riset pertanian yang
mendorong pengembangan ilmu tanah modern di Indonesia. Pengaruh
ilmuwan Belanda dan Amerika Serikat tersebut telah mewarnai
perkembangan ilmu tanah di tanah air, seperti terlihat dalam sistem
klasifikasi tanahnya.

17
C. Konsep dasar tanah
1. Definisi tanah
Untuk mendefinisikan apa itu tanah tidak mudah, sebab permukan lahan
di lapangan sangat bervariasi. Misal nya di suatu landskap ada lahan
pertanian, lahan hutan, padang rumput, dan juga lahan hera yang tidak ada
tanamannya. Pandangan sesorang terhadap tanah juga bervariasi tergantung
dari profesi dan latar belakangdisiplin ilmu masing-masing.
Ada dasarnya ada dua konsep tanah yang berbeda yaitu
a. Tanah sebagai bahan lepas (as a mineral ) atau soil maerial
b. Tanah sebagai tubuh alam ( natural bodies) atau sotls.
Dalam konep pertama tanah merupakan bahan (material) yang
mengandung mineral, bahan organik, dan biota tanah. Tanah pada konsep
ini banyak di gunakan oeh para agronomis, insinyur teknik, praktisi
hortiukultura bahkan para ahli kimia fiika dan mikrobiologi tanah.
Namun definisi tersebut masih belum lengkap bila di lihat langsug di
lapangan. Tanah tidak bisa di lihat sebagai bahan (material) lepas saja,
tetapi sebagai suatu tubuh alam tiga dimensi. Di mana ini sama artinya
seprti gunung,danau ataupun lembah. Tanah merupakankumpulan tubuh
alam tiga dimensi dalam satu lanskap tertentu yang berbeda satu sama
lainnya yang terdiri dari tanah (bahan lepas , konsep pertama) plus akar,
fauna, batuan artefak, dan lain-lain. Tanah dengan konsep kedua banyak di
gunakan oleh para perencana, ahli klasifikasi tanah dan evaluasi lahan.
(singer dan munns,2006;Brady dan Weil,20008).
2. Tanah dan ekosistem bumi
Tanah yang merupakan bagian dari ekosistem terestrial di planet di sebut
pedosfer. Tanah bisa sebagai ekosistem sendiri dan atau bagian dari
ekosistem yang lebih besar. Sebagai bagian dari ekosistem lahan misalnya,
Tanah bisa sebagai media tumbuhann agroekosistem di perdesaan atau
media infrastruktr di perkotaan. Tanah bisa juga sebagai bagian dari
eksistem hutan alami atau ekosistem buatan. Artinya dalam konteks ekologi,
tanah merupakan contoh tubuh alam tiga dimensi yang kompleks.

18
Sebagai bagian dari ekosistem bumi(pedosfer). Tanah mempunyai peran
penting dalam mengintegrasikan litosfer ( mineral batuan, liat, sedimen),
atmosfer ( CO2, o2 dan N), hidrosfer ( air, bahan terlarut), dan
biosfer( tanaman, hewan mikroba dan produk-produknya). Innteraksi
berbagai ekosistem terestrial tersebut merupakan ekosistem yang paling
kompleks dan produktif ( Brady dan weil,2008) menyajikan interaksi antara
pedosfer dan litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer.

D. Komponen tanah

Sebagai bagian dari ekosistern bumi (pedosfer), tanah berinteraksi dengan


atmosfer,hidrosfer, litosfer, dan biosfer (Gambar 1.6), itulah sebabnya, tanah
mengandung udara (dari atmesfer), air (dari hidrosfer), mineral (dari litosfer), dan
bahan organik (dari biosfer).

Proporsi relatif keempat komponen tersebut sangat mempengaruhi sifat-sifat


dan produktivitas tanah. Di dalam tanah, udara, air, mineral, dan bahan organik
bercampur dengan pola yang rumit dengan proporsi volumetrik tertentu.
Walaupan sepertinya tanah itu seluruhnya bahan padat, tetapi sebenarnya sekitar
separuh volume adalah padatan (mineral dan bahan organik ) dan separuhnya lagi

19
adalah ruang pori yang berisi air dan udara. Gambar 1.6 menunjukkan proporsi
volumetrik empat komponen, tanah ideal untuk pertumbahan tanaman

Pada padatan tanah , proporsi volumetrik ideal komponen mineral sekitar 45 %


dan komponen organik 5 % . Walaupun volume komponen organik dalam tanah
sekitar 5 % ( persentase berdasar berat sekitar 2 % ) , akan tetapi pengaruhnya
terhadapsifat-sifat tanah sangat besar. lika proporsi komponen padatan lebih dari
50%, naka kompaksi tanah terjadi sehingga akan mengganggu pertumbuhan akar.
Ruang pori tanah juga sama pentingnya dengan fase padatan tanah. Dalam ruang
pori yang proporsi volumetriknya sekitar 25 % udara dan 25 % air , air dan udara
dapat bersikulsi, akar tanaman bisa tumbuh dan jasad renik tanah dapat hidup
dengan baik Jika proporsi airnya terlalu benyak, tanah menjadi tergenang, dan
sebalikya jika airnya kurang, tanah menjadi kekeringan.

Dibanding lapisan atas, lapisan bawah tanah (subsoil) cenderung mengandung


lebih sedikit bahan organik dan total ruang porinya, dan lebih banyak pori
mikronya sehingga banyak diisi oleh air daripada udara.

E. Fungsi tanah dalam ekosistem

Sejarah membuktikan bahwa tanah merupakan sumber daya kunci dalam


membangun peradaban, namun jika pengelolaanya tidak berkelanjutan maka
peradaban itu bisa runtuh. Hal ini mengingat bahwa sumber daya tanah yang
merupakan jantung ekosistern bumi mempunyai enam fungsı ekosistem (layanan
ekosistem) yaitu sebagai (1) medium untuk tumbuh tumbuhan, (2) pengendali

20
pasokan air, (3) habitat organisme tanah. (4) pendaur ulang alami. (5) prengatur
komposisi atmosier, dan (6) medium untuk keteknikan (Brady dan Weil, 2008)

1. Medium untuk Tumbuh-tumbuhan


Tumbuh-tumbuhan di bumi, mulai darı rerumputan, semak belukar, tanaman
pangan, tanaman perkebunan sampai hutan tidak bisa hidup tanpa dukungan
tanah. Secara umum, komponen yang berperan penting dalam mendukung
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan adalah akar. Melalui peran akar, fungsi
ekosistem tanah dalam mendukung pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dapat
dipenuhi. Sebagai medium tumbuh, tanah bertungsi sebagai (1) penyanga
secara fisik, (2) penyedia udara, (3) penyedia air. (4) pengatur suhu, (5)
pengendali bahan beracur, dan (6) penyedia hara (Brady dan Weil, 2008)
Tumbuh -tumbuhan secara fisik harus dapat beriangkar sehingga tidak
tumbang jika ada angin kencang, Ini penting sebab bila tumbang, tumbuhan
bisa mati. Faktor faktor penting yang memengaruhi daya jangkar akar adalah
kedalaman tanah dan jenis tanah. Tanah yang dalam akan lebih kuat dalam
menopang tumbuhan dibanding tanah yang dangkal. Tanah mineral juga lebih
kuat dalam menopang tumbuhan dari pada tanah gambit. Untuk mendapatkan
energi, akar tumbuhan memerlukan oksigen untuk "bernapas" atau melakukan
respirasi. Tanpa oksigen yang cukup, tumbuhan tidak mampu tumbuh opimal.
Di sinilah diperlukan ruang pori tanah yang mampu mengalirkan oksigen
dalam tanah dan sekaligus membuang CO, hasil respirasi ke udara. Tanah
yang padat akan mengurangi proses respirasi tanah sehingga akan
mengganggu pertumbuhan tumbuhan. Sebaliknya, tanah yang terlalu gembur
akan memacu degradasi tanah sehingga akan mergurangi bahan organik tanah
dan meningkatkan emisi gas CO2.
Melalui ruang pori tanah juga dapat menyerap air hujan, menahannya dalam
pori tanah atau meneruskannya ke akuifer (air bawah tanah). Air tanah
digunakan untuk proses pendinginan, transporiasi dan pelarut hara, dan
pemeliharaan turgiditas. Melalui kemampuannya daiam menahan air, tanah
dapat mengkonservasi air dan memanfaatkan air tersedia uatuk
pertumbuhannya. Tanah yang dalam dapat menyimpan air lebih banyak dari
pada tanah dangkal, dan tanah yang mengandung bahan organik tinggi juga

21
mampu menyimpan air lebih tinggi dari pada tanah ber bahan organik rendah.
Air tanah bukan hanya penting dalam proses fisiologis tumbuhan, tetapi juga
sebagai pengatur suhu tanah. Dengan adanya air tanah, suhu tanah permukaan
yang tinggi dapat "diencerkan" dan diteruskan ke lapisan yung lebih dalam,
sehingga suhu tanah meajadi rendah. Dengan demikian, air tanah dapat me-
ngurangi fluktuasi ekstrem suhu tanah, sehingga akar tanaman terhindar dari
dampak pengaruh suhu ekstrem panas maupun ekstrem dingin.
Di dalam tanah banyak dijumpai bahan beracun. Bahan beracun tersebut
merupakan hasil dari aitivitas manusia, akar tanaman, mikroorganisme
ataupun hasil dari reaksi kimia alami di dalam tanah. Tanah secara alami
mampu melindungi tanaman dari bahan beracun melaiui proses ventilasi gas,
dekomposisi bahan beracun organik atau melalui organisme penghancur
bahan beracun. Selain itu, beberapa mikroorganisime tanah ada yang
menghasilkan senyawa pengatur tumbuh organik yang jika diserap tanaman
dalam jumlah kecil mampu memperbaiki viger tumbuhan.
yang terakhir dan tidak kalah penting adalah memsaok hara yang
dibutuhkan tumbuhan dalam bentuk ion anrganik. Tanah subur akan terus –
menerus menyediakan hara terlarut dalaın jumlah dan propossi relatif yang
sesuai untuk pertumbuhan optimum tumbuh-tumbuhan. Hara penting tersebut
terdiri dari hara metalik, yaitu K, Ca, Fe, dan Cu, dan hara nonmetalik yaitu
N, S, P, dan B. Tanaman mengambil hara tersebut dari dalam larutan tanah
dan menjadikan sebagian besar mereka menjadi ribuan seayawa organik
yang membentuk jaringan tanaman. Ternak mengambil hara mineral secara
tidak langsung dari tanah, yaitu dari pakan ternak. Tanaman juga dapat
mengambil sedikit bahan organik dari dalam tanah, tetapi bahan ini biasanya
tidak diperlukan dalam pertumbuhan tanaman Metabolis organik, enzim, dan
senyawa struktural untuk pembentukan biomassa yang terdiri dari C, H, dan
O diperoleh dari proses fotosintesis. Tatiaman dapat juga ditanam dalam
larutan hara tanpa tanah, tetapt fungsi ekosistem tanah masih diperlukan,
sehingga harus direkayasa dalam suatu sistem hidrofonik yang mahal (Brady
dan Weil, 2008).
2. Pengendali Pasokan Air

22
hujan merupakan sumber air segar di daerah aliran sungai (DAS). Sekitar
dua pertiga dari hujan yang jatuh ke DAS disimpan dalam tanah dan
dimanfaatkan oleh tanaman (green water), dan sepertiga lainnya masuk ke
akuifer, sungai, dan danau (blue water) (World Bank, 2006). Kualitas dan
kuantitas air dalam bentuk green water maupun blue water, banyak
ditentukan oleh sifat-sifat tanah. Pada tanah yang mempunyai permeabilitas
tinggi, air hujan dengan mudah diserap tanah, disimpan dalam tanah dan
dimanfaatkan oleh tumbuhan secara berkelanjutan, sebagian lagi secara
berkelanjutan mengisi air bawah tanah (akuifer), sungai dan danau. Polutan
yang masuk ke dalam tanah oleh bahan organık tinggi disaring dan
didetoksinasi secar alami, sehingga air menjadi bersih. Sebaliknya, pada
tanah dangkal atau yang berpermeabilitasnya rendah, sebagian besar air hujan
mengalir deras ke hilir, menggerus permukaan tanah dan membawa sedimen
ke dalam sungai, sehinga sungai menjadi dangkal dan tespolusi Dengan
pengelolaan tanah berkelanjutan, kualitas dan kuantitas sumber daya air dapat
dikendalikan dengan baik (Brady dan Weil, 2008)
3. Habitat Organisme Tanah
tanah bukanlah benda mati yang steril, tetapi merupakan rumah jutaan
organisme dari ribuan spesies. Segenggam tanah, di situ kemungkinan ada
organisme predator, mangsa (prey). produser, konsumer dan bahkan parasit.
Hal ini dapat terjadi karena tanah mempunyai kisaran niche dan habitat yang
lebar. Pori-pori tanah ada yang berisi air di mana organisme tertentu seperti
diatom bisa berenang.
Dalam tanah ada bahan organik tanah, ada yang bereaksi asam, ada yang
basa, dan suhu tanah pun bervartasi (Brady dan Weil, 2008). Sumber daya
tanah merupakan reservoir hayati tanah yang berperan peiting dalam
meningkatkan kualitas tanah. Dibandingkan dengan keragaman hayati di atas
lahan hutan, savana atau perggunaan lahan lainnya, keragaman hayati tanah
(below-ground biodiversity) lebih tinggi.
Keragaman hayati tanah (biodiversitas tanah, below ground-biodiversity)
merupakan refleksi keragaman makhluk hidup di dalam tanah yang
menggambarkan semua atribut fungsional suata ekosistem (Giller dkk, 1997;
Coleman dkk., 2004) Keragaman hayati tanah berperan penting dalan

23
membangun kesehatan tanah,fungsi ekosistem dan produksi pertanian secara
berkelanjutan (Foto 1.6)
Semua kebutuhan hidup manusia seperti pangan, bio-energi, serat, bahan
konstruksi, air dan udara bersih pada dasarnya tergartung dari layanan
ekosistem tanah dan keragaman hayati tanah. Secara khusus layanan
ekosistem keragaman hayati tanah dalam pertanian tropika meliputi proses
dekomposisi serasah, siklus unsur hara dan air, pembentukan tanah,
pengendalian hama-penyakit, pengendalian keracunan tanah dan erosi, dan
peningkatan kualitas udara (Giller dkk., 1997; Anonim, 2010)

4. Pendaur Ulang Alami


Coba bayangkan apa jadinya dunia ini kalau tanah tidak mampu
membusuk kan sampah atau residu tanaman dan mendaur ulang hara? Pasti
sekarang dunia ini sudah penuh dengan sampah dan residu tanaman, dan hara
tanah sudah habis sejak dahulu. Sumber daya tanah mempunyai kemampuan
untuk mendekomposisi sisa-sisa bahan organik menjadi humus, dan melepas
mineral untuk dimanfaatkan.
Walaupun hasi dekomposisi CO, akan terlepas, tetapi sebelum ke atmosfer
gas CO, ini juga diserap oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis untuk
membentuk biomassa (carbon sequestration). Sisa-sisa tumbuhan kemudian
kembali ke tanah dan mengalami proses dekomposisi menjadi bahan organik
tanah. Ada beberapa jenis tanah yang mampu menyimpan bahan organik
tanah (soil carhon storage) dalanı waktu lama dan dalam iumlah besar
sehingga berperan dalam menguraagi perubahan iklim global (Brady dan
Weil, 2008)

5. Pengendali Komposisi Atmosfer


Tanah merupakan tubuh alam yang berinteraksi langsung dengan lapisan
atmosfer. Atmosfer bumi meugandung nitrogen, oksigen, karbon dioksida,
uap air, dan gas-gas lainnya. Melalui ruang pori, tanah mampu mengalirkan
dan melepas gas gas ke atmosfer. Tanah juga "bernapas (respirasi tanah)
dengan memasukkan gas O2 dan melepas gas CO2 melalui ruang pori.

24
Berkaitan dengan isu perubahaa iklim, emisi gas Co2 dari dalam tanah
menjadi penting karena akan memengaruhi gas rumah laca (GRK) di
atmosfer. Sebagian besar produksi gas CO2 dalam tanah berasal dari proses
biologi tanah (respirasi tanah) dan sebagian kecil dari proses oksidasi kimiawi
yang terjadi pada suhu tinggi. Menurut sumber subtratnya, produksi gas CO2
dari dalan tanah diperoleh dari respirasi akar di rhizosfir, proses dekomposisi
serasah dan oksidasi bahan organik tanah (Rastogi dkk., 2002, Luo dan Zhou,
2006)
Dengan demikian, karena adanya proses respirasi tanah, maka secara
alamiah emisi gas CO2 berpotensi lepas ke atmoster. Akan tetapi, melalui
daur ulang alami dan pengelolaan tanah berkelanjutan, emisi gas CO2 dapat
dikurangi, sementara kapasitas tanah untuk menyimpan karbon
tanah(sequestration) dapat di tingkatkan (Utomo, 2012)

6. Medium untuk Tujuan Keteknikan


Pada peradaban kuno, tanah di gunakan unuk bahan dasar bangunan
seperti bata dan atap rumah. Sekarang penggunaannya lebih luas lagi. Sesuai
dengan perkembangan ilmu tanah, tanah sudah digunakan sebagai bahan
untuk berbagai kebutuhan keteknikan seperti pembangunan perumahan,
fondasi bangunan, jalan raya, bendungan dan tempat pembuangan limbah.
Untuk tujuan keteknikan, sifat, dan ciri tanah yang diperlukan berbeda dari
kebutuhan untuk medium turmbuh. Sifat dan ciri sumber daya tanah untuk-
keteknikan antara lain tanah harus stabil, kompak, dan tidak mengembang-
mengerut . Sifat-sifat mekanika tanah lebih diperlukan dibanding dengan
sifat-sifat edafologis (Brady dan Weil. 2008; Gardiner dan Miller, 2008).

25
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Melalui penggunaan tanah seperti pertanian dan produk si biomassa,
sumber daya tanah dapat menghasilkan pangan, pakan, sandang, papan dan bio-
energi. Oleh karena itu, sejarah penggunaan tanah berkaitan erat dengan sejarah
peradaban manusia. Keberhasilan dan kegagalan dalam membangun peradaban
ditentukan oleh kualitas tanah dan manajemen penggunaan tanahnya.

Sejak ribuan tahun lalu, tanah memang sebagai sumber daya penting yang
mendukung kehidupan manusia. Sebagai contoh, adama adalah kosa kata bangsa
Yahudi yang artinya “tanah” diambil dari nama nabi Adam, yang menurut kitab
suci berasal dari tanah. Kata “human” sendiri merupakan akar kata bahasa Latin
humus, yang artinya bahan organik tanah

Sebagai bagian dari ekosistem bumi (pedosfer), tanah berinteraksi dengan


atmosfer, hirdrosfer, litosfer, dan biosfer. Itulah sebabnya tanah mengandung
udara (dari atmosfer), air (dari hidrosfer), mineral (dari litosfer), dan bahan
organis (dari biosfer).

26
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Ir.Muhajir Utomo,ph D.,M.Sc. dkk. 2016.Ilmu Tanah.jakarta:prenadamedia


group.
utp.ac.id/new/wp-content/uploads/2017/08/DASAR-ILMU-TANAH.pdf.dikses pada 8
september 2018

27

Anda mungkin juga menyukai