Skripsi Hukum
Skripsi Hukum
Skripsi Hukum
SKRIPSI
Oleh:
Nama : Cut Lia Marlina
NIM : 010001600082
P.K. : IV (Hukum Pidana)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2020
TINDAK PIDANA PERCOBAAN PEMBUNUHAN BERENCANA (STUDI
PUTUSAN NOMOR 299/PID.B/2019/PN.PKL)
SKRIPSI
Oleh:
Nama : Cut Lia Marlina
NIM : 010001600082
PK : IV (Hukum Pidana)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2020
ii
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Bagian Hukum Pidana Pembimbing Skripsi
Dr. Vience Ratna Multiwijaya, S.H., M.H. Dr. Vience Ratna Multiwijaya, S.H., M.H.
NIK: 1557/USAKTI NIK: 1557/USAKTI
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Do the best and pray. God will take care of the rest. . . .
Puji beserta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala karunia dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Tindak Pidana Percobaan Pembunuhan
Berencana (Studi Putusan Nomor 299/Pid.B/2019/PN.Pkl)”. Skripsi ini
ditulis guna untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka
mencapai gelar kesarjanaan (S-1) dalam studi ilmu hukum Universitas
Trisakti.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kata sempurna, namun demikian sejauh ini penulis telah
membuat skripsi ini semaksimal mungkin sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis akan siap
menerima segala kritik, saran dan masukan demi perbaikan pada skripsi
ini.
Selama pembuatan skripsi ini, penulis tidaklah membuat skripsi ini
sendirian, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak lain, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Maka dalam kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu penulis selama ini. Dalam hal ini:
1. Bapak Dr. H. I Komang Suka’arsana, SH., MH., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Trisakti.
2. Ibu Dr. Hj. Wahyuni Retnowulandari, SH., MH., selaku Wakil Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Trisakti.
3. Ibu Dr. Hj. Endang Suparsetyani, SH., MH., selaku Wakil Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Trisakti.
4. Bapak Dr. Bambang Sucondro, SH., MH., selaku Wakil Dekan III
Fakultas Hukum Universitas Trisakti.
5. Ibu Dr. Hj. Tri Sulistyowati, SH., MH., selaku Wakil Dekan IV Fakultas
Hukum Universitas Trisakti.
i
6. Ibu Dr. Ermania Widjajanti, SH., MH., selaku Ketua Program Studi S-1
Fakultas Hukum Universitas Trisakti.
7. Ibu Dr. Vience Ratna Multiwijaya, SH., MH., selaku Ketua Bagian Hukum
Pidana Fakultas Hukum Universitas Trisakti, selaku Ketua Koordinator
Program Kekhususan IV (Hukum Pidana), dan selaku dosen
pembimbing skripsi ini yang telah meluangkan waktu dan tenaga, dan
kesabaran untuk memberikan petunjuk, pendapat, arahan serta
dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Rini Purwaningsih, SH., MH., selaku pendamping pembimbing
skripsi, yang telah mengarahkan dan membantu penulis selama
penyusunan skripsi ini.
9. Ibu Dr. Elsi Kartika Sari, SH., Mh., selaku wali dosen yang selalu
membimbing, mengayomi penulis selama mengikuti perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Trisakti.
10. Bapak Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama
penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Trisakti.
11. Untuk kedua orang Tua penulis, Bapak Teuku Saiful Amri dan Ibu Ummi
Salmah MD yang telah membesarkan, mendidik, membimbing,
merawat, menyayangi, mecintai, mendoakan dan selalu memberikan
dukungan atas keluh kesah penulis sampai saat ini.
12. Untuk kakakku Teuku Irwan Amrizal S. Ked, kedua adikku Cut Intan
Fadhillah dan T.M Aulia Amrizal yang telah memberikan dukungan,
bantuan dan perhatian kepada penulis selama ini.
13. Sahabat dan teman Denisa Hafifah Bilkis, Apriana Alriska Amarani,
Yunika Kamilaini, Syarifah Mutia, Sabda Aulia Nuzula, Firly Abdullah,
Rahmi, Shafira Nabila Dewi, Titah Ninie Bethari, Yulinar Havsa
Pasaribu, yang telah memberikan semangat dan dukungan selama
penulis menyelesaikan tugas akhir ini.
14. Pihak-pihak yang tidak semua disebutkan satu persatu disini, terima
kasih telah membantu penulis dalam memberikan semangat, waktu, doa
dan inspirasi.
ii
Jakarta, 13 Juli 2020
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................... iv
ABSTRAK............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................... 1
B. Pokok Permasalahan ................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................... 6
D. Metode Penelitian ..................................................... 6
E. Kerangka Konseptual................................................ 10
F. Sistematika Penulisan............................................... 13
iv
v
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................. 88
B. Saran ........................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
v
ABSTRAK
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bersosial. Tidak
jarang manusia saling berbenturan dengan kepentingan masing-
masing. Bahkan demi mewujudkan kepentingan atau kebutuhan hidup
masing-masing maka banyak dari masyarakat melakukan
kejahatan.Teguh Prasetyo mengatakan bahwa, pelaku kejahatan
adalah orang yang melakukan kejahatan yang sering pula disebut
”penjahat”.1 Perbuatan-perbuatan pelaku kejahatan ini sangatlah
meresahkan masyarakat karena mereka tidak mentaati norma-norma
yang ada, artinya bertentangan dengan atau menghambat akan
terlaksananya tata dalam pergaulan di dalam masyarakat yang baik dan
adil.2
Tidak jarang kejahatan yang dilakukan sangat merugikan
masyarakat seperti mengakibatkan adanya kematian pada korban.
Sedangkan penyebab mereka melakukan hal itu berbagai alasan
pembenaran yang mereka ambil agar perbuatan mereka dianggap
mereka adalah wajar. Sebagai contoh karena merasa sakit hati atas
perbuatan Korban terhadap pelaku atau tidak mau bertanggungjawab
atas perbuatan yang dilakukan sehingga untuk menutupi perbuatan
pelaku menghabiskan nyawa korban. Tingginya tingkat kejahatan
terhadap nyawa dapat dilihat berdasarkan data yang terjadi di
Pekalongan menurut data yang peneliti telusuri dari web Pengadilan
Negeri Pekalongan yaitu sepanjang tahun 2017 s.d tahun 2019 hanya
ada 1 (satu) kasus pembunuhan setiap tahunnya.3 Pada kasus yang
1 Teguh Prasetyo, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, (Bandung: Nusa Media, 2010),
h.11.
2Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), h. 3.
3Internet, “Daftar Perkara Pidana Biasa” Online, Tersedia dilayanan http://sipp.pn-
pekalongan.go.id/list_perkara/search, 9 Maret 2020.
1
2
akan peneliti bahas ini terjadi di tahun 2019 yaitu pada Bulan Januari,
dimana telah terjadi percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh
pelaku. Dari data web Pengadilan Negeri Pekalongan tersebut dapat
dilihat bahwa tingkat kejahatan pembunuhan di daerah Pekalongan
tergolong sangatlah rendah. Namun tetap saja sangat meresahkan
masyarakat, keadaan yang dapat meresahkan ini memerlukan peran
dari aparat dan pemerintah untuk menanggulanginya.
Menurut Moeljatno hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan
hukum yang berlaku di suatu Negara.4 Hukum Pidana menjadi sarana
bagi penanggulangan suatu tindak pidana yang dapat diterapkan
kepada para pelaku kejahatan dengan cara dikenakan sanksi, hukum
pidana ada untuk dapat mencari solusi dan memecahkan segala
problematika yang terjadi dalam segala bentuk kejahatan dikehidupan
masyarakat. Peran pemerintah dan aparat untuk memberikan
perlindungan pada warganya. Hal ini sesuai dengan UUD 1945
menyatakan pemerintah harus melindungi warganya sebagaimana
pada Pasal 28 A Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya”. Khusus perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia
dalam lingkup Hukum Pidana dituangkan dalam KUHP yang terdiri dari
3 (tiga) buku. Buku I tentang Aturan Umum, Buku II tentang Kejahatan,
dan Buku III tentang Pelanggaran. Pada buku II memuat aturan
kejahatan pada Bab XIX dari Pasal 338 s.d Pasal 350 mengatur
kejahatan terhadap Nyawa.
Seseorang yang dinyatakan sebagai pelaku kejahatan atau tindak
pidana haruslah orang tersebut memenuhi unsur-unsur delik. Unsur-
unsur delik yang terdapat dalam perbuatan pidana dipahami ada
kelompok element dan bestandeel, elemen-elemen dalam suatu
perbuatan pidana adalah unsur-unsur yang terdapat dalam suatu
4 I Made Widnyana, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Fikahati Aneska, 2010), h.11.
3
perbuatan pidana, unsur tersebut baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis. Bestandeel mengandung arti unsur perbuatan pidana yang
secara expressive verbis tertuang dalam suatu rumusan delik atau
perbuatan pidana.5
Pelaku kejahatan yang melakukan suatu perbuatan tentu
mempunyai tujuan, namun terkadang yang menjadi tujuan tersebut tidak
tercapai sesuai yang diharapkan, namun jika muncul hal ini bukan
berarti pelaku tidak dapat dipidana. Hal ini didasarkan pemikiran jika ini
tidak dipidana maka akan dapat membuat pelaku akan mengulangi
perbuatannya. Hal ini yang menurut Barda dikatakan sebagai
Percobaan dalam arti perluasan Pelaku Tindak Pidana, menurut pada
pandangan ini jika seseorang melakukan percobaan untuk melakukan
perbuatan pidana walaupun perbuatan tersebut tidak memenuhi semua
unsur delik, orang tersebut tetap dapat dipidana apabila telah memenuhi
unsusr-unsur dalam rumusan Pasal 53 KUHP.6 Sifat percobaan itu
adalah untuk memperluas dapat dipidananya seseorang, bukan
memperluas rumusan-rumusan delik. Dengan demikian menurut
pandangan ini, percobaan tidak dipandang sebagai jenis atau bentuk
delik yang tersendiri (delictum sui generis) tetapi dipandang sebagai
bentuk delik yang tidak sempurna (onvolkomen delictsvorm).7 Hal ini
diatur dalam Pasal 53 KUHP yaitu mengenai Percobaan melakukan
tindak pidana, dimana unsur-unsurnya adalah niat, permulaan
pelaksaan, dan tidak selesainya perbuatan bukan karena kehendak dari
pelaku.
Dalam menerapkan sanksi hukuman bagi pelaku tindak pidana maka
hakim harus menjatuhkan pidana sesuai dengan tujuan pemidanaan
atau Hukum Pidana. Salah satu tujuan teori pemidanaan menurut
B. Pokok Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka dikemukakan tujuan penelitian
dalam sebagai berikut:
1. Untuk menggambarkan dan menganalisa telah memenuhi atau tidak
unsur-unsur dalam Pasal 338 KUHP jo Pasal 53 ayat (1) KUHP
(Studi Kasus Putusan Nomor 299/Pid.B/2019/PN.Pkl)
2. Untuk menggambarkan dan menganalisa pemidanaan yang
dijatuhkan Hakim terhadap Putusan Nomor 299/Pid.B/2019/PN.Pkl
D. Metode Penelitian
1. Obyek Penelitian
Dalam Penelitian ini, peneliti akan mengambil obyek penelitian
yaitu Penelitian tentang “Tindak Pidana Percobaan Pembunuhan
Berencana (studi Putusan Nomor 299/Pid.B/2019/PN.Pkl)”.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif atau yuridis
normatif, penelitian yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang
berdasarkan pada meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang
mencakup penelitian terhadap norma-norma hukum.13 Pengertian
Penelitian hukum normatif menurut Soerjono Soekanto, mencakup
14 Ibid., h. 51
15 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (UI-PRESS,2015), h.10
8
16 Ibid., h.52.
17 Ibid.
18 Soerjono Soekanto, Op. Cit., h. 62.
9
4. Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis secara
kualitatif, data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan metode
kualitatif untuk memperoleh jawaban atas pokok permasalahan,
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.19
Peneliti menganalisis permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini dengan cara meneliti secara hati-hati dan mendalam
sehingga dapat mendapatkan jawaban dan pemecahan dari
masalah-masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu Studi Kasus
Putusan Nomor 299/Pid.B/2019/PN.Pkl.
E. Kerangka Konseptual
Dalam kerangka konseptual ini peneliti akan menguraikan mengenai
pengertian-pengertian berdasarkan teori dan peraturan perundang-
undangan, yaitu sebagai berikut:
21 Moeljatno, Op.Cit., h. 1.
22 Ibid., h. 61.
23 Simons, dikutip dari Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad, Intisari Hukum Pidana,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), h.26.
11
5. Percobaan (Attempt/Poging)
Dalam hukum pidana percobaan melakukan kejahatan diancam
sebagai suatu perbuatan terlarang. Hal ini diatur dalam Pasal 53 ayat
(1) KUHP yang berbunyi: 26
“Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah
ternyata dan adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak
selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan
karena kehendaknya sendiri.”
Dari isi Pasal 53 ayat (1) KUHP diatas, terdapat unsur-unsur yang
terkandung yaitu:
a. “Adanya niat
b. Adanya permulaan pelaksanaan
6. Teori Pemidanaan
Teori pemidanaan ada 4 (empat), yaitu sebagai berikut:
a. Teori Absolut
b. Teori Relatif
c. Teori Gabungan
d. Teori Kontemporer
Terdapat beberapa macam teori Kontemporer yaitu:27
a. Teori Efek Jera
b. Teori Edukasi
c. Teori Rehabilitasi
d. Teori Pengendali Sosial
e. Teori Keadilan Restoratif
F. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, dimana setiap bab
dibagi-bagi dalam setiap bab akan diberi gambaran secara umum
dan singkat seperti dibawah ini:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, pokok
permasalahan yang akan di bahas, tujuan penelitian,
metode penelitian, kerangka konseptual dan
sistematika penulisan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang dapat
diambil dari pembahasan dan penelitian ini, serta
saran-saran yang dapat diberikan penulis sehubung
dengan permasalahan dalam putusan pengadilan
Nomor 299/Pid.B/2019/PN.Pkl.
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PIDANA, PERCOBAAN TINDAK
PIDANA, TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN PASAL 338 KUHP, TINDAK
PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA PASAL 340 KUHP.
28 Moeljatno, Op.Cit., h. 1.
29 Eddy O.S Hiariej, Op. Cit., h. 15
16
17
33 Teguh Presetyo, Hukum Pidana Edisi Revisi, (Jakarta:Rajawali Pers, 2015), h. 5-6.
34 Moeljatno, Op. Cit., h. 61.
35 Fuad Ustafa, Pengantar Hukum Indonesia, (Malang: UMM Press, 2004), h. 31.
19
(sengaja) dan culpa (alpa dan lalai).36 Strafbaar feit dirumuskan oleh
Simons sebagai suatu perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan
seseorang dengan sengaja ataupun dengan tidak sengaja yang dapat
dipertanggung jawabkan oleh seseorang tersebut, perbuatan melawan
hukum tersebut berhubungan dengan kesalahan, lalu atas tindakannya
dan oleh undang-undang telah menyatakan bahwa suatu tindakan
tersebut merupakan suatu tindakan yang dapat dihukum.37
36 Andi Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia, 1995), h. 224.
37 P.A.F Lamintang, Op., Cit, h. 185.
38 Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, (Yogyakarta: Rangkang Education, 2012), h.
20.
39 P.A.F Lamintang, Op.,Cit. h. 25.
40 Ibid, h. 192-193.
20
(3) Ketentuan tersebut dalam ayat (2) hanya berlaku bagi Mahkamah
Agung, Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri”.
50 Ibid,. h. 167.
51 Teguh Presetyo, Hukum Pidana Edisi Revisi, (Jakarta:Rajawali Pers, 2015) h. 85.
52 Moeljatno, Op., Cit, h. 178.
53 Eddy O.S Hiariej, Op. Cit, h. 163
24
2. Kelalaian (Culpa)
Kelalaian (culpa) berada diantara sengaja dan kebetulan,
bagaimanapun juga dibandingkan dengan sengaja culpa
dipandang lebih ringan, karena hal itu delik culpa merupakan
delik semu (quasideliet) dan diadakannya pengurangan
pidana dalam delik culpa.62 Dalam Memorie van Toelichting
yang memandang culpa semata-mata pengecualian dolus
sebagai tindakan umum dan adanya keadaan yang
sedemikian membahayakan keamanan orang atau barang
yang mendatangkan kerugian terhadap seseorang yang
sedemikian besarnya dan tidak dapat diperbaiki lagi, sehingga
undang-undang juga bertindak terhadap kekurang hati-hatian,
sikap sembrono atau sikap teledor.63
Kealpaan dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
1) Kealpaan dengan kesalahan (bewusre schuld)
Kealpaan dalam hai ini adalah bahwa pelaku telah
menduga akan timbulnya suatu akibat tetapi akibat itu
tetap timbul meskipun ia telah berusaha untuk
mencegahnya
2) Kealpaan tanpa kesadaran (on bewuste schuld)
Kealpaan dalam hal ini, adalah bahwa pelaku tidak
menduga atau membayangkan akan timbulnya suatu
akibat, yang akibat tersebut dilarang oleh undang-undang
yang memiliki ancaman hukuman. Padahal seharusnya ia
memperhitungkan akan timbul suatu akibat. 64
2) Unsur Objektif
Unsur objektif merupakan unsur yang ada kaitannya
dengan keadaan, artinya adalah didalam keadaan bagaimana
tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.66 Unsur objektif
dari suatu tindak pidana itu adalah:
1. Perbuatan manusia
2. Akibat
3. Sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkheid;
4. Kualitas dari si pelaku, kausalitas, yakni hubungan antara
sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu
kenyataan sebagai akibat.67
a. Perbuatan manusia
65 Jan Remmelink, Hukum Pidana (Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting Dari Kitab
Undang-Undang Pidana Indonesia), (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2003), h. 179.
66 P.A.F Lamintang dan Fransiscus Theojunior, Op. Cit, h. 192.
67 Ibid, h. 192-193.
68 Mety Rahmawati, Dasar-Dasar Penghapus Penuntutan, Penghapus Peringanan
dan Pemberat Pidana dalam KUHP, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2014), h. 4.
29
73 ibid, h. 96
74 Andi Hamzah, Op. Cit, h. 177.
75 Ibid, h. 179.
32
76 Ibid, h. 179-180.
77 Ahmad Sofian, Ajaran Kausalitas Hukum Pidana, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2018), h. 117.
33
c. Melawan hukum
83 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, dalam Chairul Huda, Dari Tiada Pidana
Tanpa Kesalahan‘ Menuju Kepada ’Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa
Kesalahan’, (Jakarta: Kencana, 2008),141.
84 Eddy O.S Hiariej, Op. Cit, h. 241-243.
36
90 Ibid, h. 299-300.
38
b) Tempus delicti
Tempus delicti adalah waktu dilakukannya perbuatan
pidana, artinya waktu kelakuan dan waktu akibat. Jadi,
boleh dipilih tempat dan dimulainya kelakuan hingga
berakhirnya akibat.91
Menurut Mezger, tempus delicti ini tidak mungkin
diadakan jawaban yang sama untuk semua keperluan,
maka haruslah dibedakan menurut maksudnya yaitu:
1. Untuk keperluan kadaluwarsa dan hak penuntutan
yang perlu ialah waktu perbuatan seluruhnya terjadi,
jadi pada waktu sesudah terjadinya akibat.
2. Untuk keperluan, apakah aturan-aturan hukum pidana
berlaku atau tidak, dan untuk penentuan mampu atau
tidaknya untuk bertanggung jawa, atau ada tidaknya
perbuatan yang bersifat melawan hukum, tempus
delicit adalah waktu melakukan kelakuan dan waktu
terjadinya akibat di sini tidak mempunyai arti.92
Mengenai waktu tindak pidana, ada lima hal waktu
yang menentukan terjadinya delik, yaitu:
1) Menyangkut berlakunya Hukum pidana (Pasal 1 ayat
1 KUHP), yaitu Asas Legalitas, tidak ada suatu
perbuatan yang dapat dipidana selain berdasarkan
pada kekuatan ketentuan perundang-undangan
pidana yang mendahuluinya.
2) Berlakunya peradilan anak Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012, apakah anak itu sudah dewasa pada saat
melakukan delik.
3) Menyangkut ketentuan residive
91 Ibid, h. 88.
92 Ibid, h. 89.
39
c) Keadaan-keadaan
Salah satu unsur delik secara objektif yaitu keadaan-
keadaan. Keadaan disini maksudnya adalah keadaan-
keadaan yang menyertai suatu perbuatan pada saat
perbuatan tersebut dilakukan dan keadaan yang datang
kemudian sesudah perbuatan terebut dilakukan.94
Keadaan-keadaan tersebut memiliki perbedaan:
(1) Keadaan pada saat perbuatan dilakukan.
Keadaan ini menyertai suatu perbuatan pada waktu
perbuatan tersebut dilakukan, yang merupakan
keadaan penyerta yang dirumuskan dalam suatu
perbuatan pidana. Contohnya:
95 Ibid.
96 Ibid, h. 75.
97 Moeljatno, Op, Cit. h. 69.
41
D. Percobaan (Attempt/Poging)
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) hanya merumuskan
batasan tentang kapan dapat dikatakan telah adanya suatu percobaan
untuk melakukan kejahatan yang dapat dipidana, yaitu dalam Pasal 53
(1) yang berbunyi sebagai berikut:98
“Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah
ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya
pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya
sendiri”.
Percobaan yang dalam Bahasa Belanda disebut “poging”, menurut
doktrin adalah suatu kejahatan yang sudah dimulai, tetapi belum selesai
atau belum sempurna.99
a) Niat
Para sarjana seperti Simons, van Hamel, van Dijck, van
Hattum, Hazewinkel Suringa, Jonkers, Mezger, dan
Langemeyer berpendapat bahwa unsur niat sama dengan
sengaja dalam segala tingkatan atau coraknya. Sedangkan
menurut VOS, ia hanya mengartikan secara sempit yaitu niat
sama dengan kesengajaan dengan maksud (opzet
alsoogmerk) jadi tidak meliputi kesengajaan dengar sadar
kepastian (opzet met
zekerheldsbewustzijn/noodzakelijkheidsbewustzijn) dan
kesengajaan dengan sadar kemungkinan (voorwaardelijk
opzet atau dolus eventualis).102
103 Ibid., h. 9
104 Ibid., h. 10.
105 Teguh Prasetyo, Op. Cit. h. 156.
45
E. Teori-teori Pemidanaan
Tujuan pidana secara garis besar terbagi menjadi tiga, yakni teori
absolut, teori relatif dan teori gabungan. Tetapi, dalam
perkembangannya selain dari ketiga teori tersebut ada juga teori-teori
kontemporer tentang tujuan pidana.111
1) Teori Absolut
Menurut teori ini, pembalasan adalah legitimasi pemidanaan.
Negara berhak menjatuhkan pidana karena penjahat telah
melakukan penyerangan dan perkosaan pada hak dan kepentingan
hukum yang telah dilindungi. Vos berkomentar bahwa, teori absolut
terutama bermunculan pada akhir abad ke-18, mencari dasar hukum
pemidanaan terhadap kejahatan: kejahatan itu tersendiri dilihat
sebagai dasar dipidananya pelaku.112
Pidana dijatuhkan terhadap pelaku karena just deserts,
bahwa mereka dihukum karena mereka layak untuk dihukum atas
perilaku tercela mereka. Hal ini berarti bahwa konsep “just deserts”
di dalam restribusi didefinisikan dengan mengacu pada alasan yang
spesifik dan pemikiran dasar yang ada di balik penjatuhan
pemidanaan, yaitu ill-desert pelaku, dan dapat terpenuhi melalui
sesuatu bayaran yang negatif, atau balas dendam dengan sebuah
pemidanaan.113
Penganut teori absolut antara lain adalah Immanuel Kant,
Hagel, Herbart, dan Julius Stahl. Menurut Kant, pidana adalah etik,
praktisnya adalah suatu ketidakadilan, oleh karena itu kejahatan
harus dipidana. Menurut Hegel, kejahatan adalah pengingkaran
terhadap hukum, kejahatan tidak nyata keberadaannya, dengan
penjatuhan pidana kejahatannya dihapus.114
2) Teori Relatif
Menurut teori relatif, pemidanaan bukanlah untuk memuaskan
suatu tuntutan absolut dari keadilan dan pembalasan bukanlah
sesuatu yang mempunyai nilai, melainkan sebagai suatu sarana
untuk melindungi kesejahteraan masyarakat. J. Andenaes
112 Ibid.
113 Ibid, h. 38.
114 Ibid.
48
3) Teori Gabungan
Vos menyatakan bahwa, dalam teori gabungan ini terdapat
suatu kombinasi antara pembalasan dan ketertiban masyarakat.
Selain titik berat pada pembalasan, maksud dari sifat pembalasan itu
dibutuhkan untuk melindungi ketertiban hukum. Vos menyatakan titik
115 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung: P.T
Alumni, 2010), h. 16.
116 Ibid, h. 18.
117 Eddy O.S Hiariej, Op. Cit, h. 40
49
4) Teori Kontemporer
Teori kontemporer berasal dari teori-teori tersebut di atas, yaitu
teori absolut, teori relatif, dan teori gabungan dengan beberapa
modifikasi.
124 Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa Dan Tubuh, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2000), h. 22.
53
A. Identitas Terdakwa
1. Nama lengkap : Pranyoto alias Pantet bin Ali Ridho
2. Tempat lahir : Pekalongan
3. Umur / tanggal lahir : 22 tahun / 16 April 1997
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Tempat tinggal : Dukuh Pejaten, RT. 02/RW. 02, Desa
Tosaran, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan.
7. Agama : Islam
8. Pekerjaan : Buruh Jahit
B. Penahanan
Terdakwa ditahan dalam tahanan Rumah Tahanan Negara oleh:
1. Penyidik sejak tanggal 31 Juli 2019 sampai dengan tanggal 19
Agustus 2019.
2. Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 20 Agustus 2019
sampai dengan tanggal 25 September 2019.
3. Penuntut Umum sejak tanggal 26 September 2019 sampai
dengan tanggal 9 Oktober 2019.
4. Majelis Hakim sejak tanggal 10 Oktober 2019 sampai dengan
tanggal 8 November 2019.
5. Perpanjangan ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 9
November 2019 sampai dengan tanggal 7 Januari 2020.
55
56
C. Kasus Posisi
Awalnya pada hari Minggu tanggal 6 januari 2019 Terdakwa
berniat ingin membunuh saksi Irma Fitrianingsih, karena saksi Irma
meminta pertanggungjawaban terhadap Terdakwa karena telah
mengahamilinya, Terdakwa tidak mau bertanggungjawab dengan
alasan belum siap dan orangtua Terdakwa tidak merestui hubungan
tersebut, Terdakwa juga beralasan bahwa bukan Terdakwa yang
menghamili saksi Irma. Kemudian sekira pukul 18.30 WIB Terdakwa
menghubungi saksi Irma Fitrianingsih melalui inbox Facebook dan
berpura-pura minta tolong dijemput untuk diantar ke teman
Terdakwa, tidak lama kemudian saksi Irma datang membawa
sepeda motor dan bertemu ditempat pembakaran batu bata Desa
Tosaran dan ditempat tersebut Terdakwa pinjam Handphone saksi
Irma dengan alasan ingin menghubungi teman Terdakwa kemudian
Terdakwa melihat ditempat tersebut masih rame orang selanjutnya
Terdakwa mengajak saksi Irma pindah tempat dengan cara
Terdakwa didepan dan saksi Irma membonceng menggunakan
sepeda motor milik saksi Irma menuju bendungan kletak kel.
Kedungwuni timur kec. Kedungwuni kab. Pekalongan, sesampai
ditempat tersebut Terdakwa mengajak ngobrol dipinggir bendungan,
Terdakwa menyuruh untuk menggugurkan janin tersebut dengan
cara meminum jamu penggugur tetapi saksi Irma tetap meminta
pertanggungjawaban dari Terdakwa, posisi berhadapan kemudian
Terdakwa mendorong saksi Irma dengan kedua tangan Terdakwa
hingga akhirnya saksi Irma terjatuh kedalam bendungan air, setelah
Terdakwa melihat ke air dengan samar-samar Terdakwa melihat
kepala saksi Irma muncur di atas air dan teriak minta tolong, namun
justru Terdakwa mengambil batu yang ada disekitaran lokasi
bendungan dan melemparkan kearah kepala saksi Irma sebanyak 4
(empat) kali, namun saksi Lutfi Maulana bin Wasidi yang ketika itu
57
sedang minum kopi disebuah warung yang tidak terlalu jauh dengan
bendungan dan saksi Slamet Murjoko bin Casbidin yang ketika itu
sedang mencari ikan yang juga tidak terlalu jauh dari bendungan
kemudian mendengar teriakan minta tolong dari Saksi Korban dan
kemudian mendatangi sumber suara permintaan tolong tersebut.
Setelah itu karena mengetahui kedatangan kedua orang saksi itu
Terdakwa menghentikan perbuatannya dan lari meninggalkan
tempat tersebut. Terdakwa meninggalkan tempat tersebut dengan
berjalan kaki kemudian Terdakwa bertemu dengan teman Terdakwa
dan minta diantarkan ke Pekalongan yang kemudian Terdakwa pergi
ke Jakarta naik bus dan bekerja disana sebagai buruh jahit selama
beberapa bulan.
Akibat perbuatan Terdakwa maka saksi Irma Fitrianingsih
binti Tarjuki mengalami rasa sakit bagian kepala sebagaimana Pro
Justisia Visum No: 587/IV.6.AU/I/2019 tanggal 26 Maret 2019 yang
dibuat dan ditandatangani oleh dr. Muhammad Najmi Habibi sebagai
Dokter Umum pada RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan dengan Kesimpulan:
- Terdapat luka memar dikepala bagian kanan dengan ukuran
lima centimeter kali empat centimeter kali dua centimeter
kemungkinan diakibatkan trauma benda tumpul.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 340 KUHP Jo Pasal 53 ayat (1) KUHP.
D. Tuntutan Jaksa
Terhadap kasus yang terjadi, tuntutan jaksa sebagai berikut:
1. Menyatakan Terdakwa Pranyoto alias Pentet bin Ali Ridho, telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “percobaan pembunuhan berencana” sebagaimana diatur
dalam Pasal 340 KUHP Jo Pasal 53 ayat (1) KUHP sebagaimana
Dakwaan Kesatu Penuntut Umum.
58
E. Pertimbangan Hakim
Dalam memutuskan perkara dengan Terdakwa saudara Pranyoto
alias Pantet bin Ali Ridho, Hakim mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan
alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan fakta-
fakta hukum memilih langsung dakwaan alternatif ke-Dua
sebagaimana diatur dalam Pasal 338 KUHP Jo Pasal 53 ayat (1)
KUHP.
2. Oleh karena semua unsur dari Pasal 338 KUHP Jo Pasal 53 ayat
(1) KUHP telah terpenuhi maka Terdakwa haruslah dinyatakan
telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak
pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan alternatif ke-
Dua.
3. Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penuntut Umum
sebagaimana terurai dalam surat tuntutan pidananya bahwa
Terdakwa telah melakukan tindak pidana dalam dakwaan ke-
Satu yaitu Percobaan Pembunuhan Berencana dengan
pertimbangan fakta hukum yang didapat Majelis Hakim adalah
bahwa Terdakwa baru mempunyai niat untuk membunuh Saksi
Korban pada sore harinya Minggu tanggal 6 januari 2019,
sedangkan terjadinya percobaan pembunuhan itu adalah pada
59
F. Putusan Hakim
Memperhatikan Pasal 338 KUHP Jo Pasal 53 ayat (1) KUHP dan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkuta, Hakim
memutuskan:
1. Menyatakan Terdakwa Pranyoto alias Pantet bin Ali Ridho telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “Percobaan Pembunuhan” sebagaimana diatur dalam
dakwaan ke-Dua.
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa tersebut oleh karena itu
dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun.
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah
dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan.
4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan.
5. Menetapkan barang bukti berupa 1 (satu) buah Kardus HP merk
Samsung J2 warna Gold dikembalikan kepada saksi korban
(Irma Fitrianingsih).
6. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara
sejumlah Rp 2.000,- (dua ribu rupiah).
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN TERHADAP TINDAK PIDANA
PERCOBAAN PEMBUNUHAN BERENCANA YANG DIPUTUS PASAL
338 KUHP JO PASAL 53 AYAT (1) (STUDI PUTUSAN NOMOR
299/PID.B/2019/PN.PKL)
61
62
kasus ini Pranyoto alias Pentet Bin Ali Ridho melakukan tindak
pidana percobaan pembunuhan yang mengakibatkan saksi korban
Irma Fitrianingsih Binti Tarjuki mengalami rasa sakit bagian kepala,
terdapat luka memar dikepala bagian belakang kanan dengan
ukuran lima centimeter kali empat centimeter kali dua centimeter.
Dalam peristiwa tersebut korban sempat berteriak minta tolong tetapi
terdakwa mengambil batu dan melempari korban sebanyak 4
(empat) kali yang mengenai kepala korban. Percobaan pembunuhan
terjadi karena terdakwa tidak mau bertanggung jawab atas
kehamilan korban, terdakwa merasa bukan terdakwa yang
menghamili korban, serta terdakwa belum siap untuk menikah
karena tidak memiliki pekerjaan dan orang tua terdakwa tidak
merestui hubungan asmara mereka. Karena korban terus mendesak
meminta terdakwa untuk bertanggung jawab, timbul niat terdakwa
pada hari Minggu sore tanggal 6 Januari 2019 untuk membunuh
saksi korban Irma Fitrianingshih, lalu terdakwa menghubungi Saksi
korban dengan SMS lalu berpura-pura minta dijemput dan minta
Saksi korban untuk mengantarnya kerumah teman terdakwa dengan
mengendarai sepeda motor Beat hitam yang dipinjam dari
keluarganya Saksi korban menjumpai terdakwa ditempat
pemabakaran batu bata Desa Tosaran Kec. Kedungwuni Kab.
Pekalongan, ditempat tersebut terdakwa lalu meminjam Handphone
Saksi korban dengan alasan ingin menghubungi temannya.
Masih ditempat pembakaran, karena masih ramai orang lalu
terdakwa mengajak Saksi korban untuk pindah tempat, dalam
perjalanan terdakwa yang mengemudikan sepeda motor dan
terdakwa berhenti di Bendungan Kletak Kel. Kedungwuni Timur,
Kec. Kedungwuni, Kab. Pekalongan. Sesampai di Bendungan
terdakwa dan Saksi korba sempat mengobrol dan terjadi
pertengkaran, karena terdakwa menuyuruh saksi korban untuk
menggugurkan janin dnegan meminum jamu penggugur janin, saksi
63
a. Niat
b. Adanya permulaan pelaksanaan
c. Tidak selesainya pelaksanaan bukan semata-mata disebabkan
karena kehendaknya
Guna membuktikan apakah benar ada Tindak Pidana Percobaan
Pembunuhan berdasarkan Pasal 53 ayat 1 KUHP jo Pasal 338
KUHP maka akan peneliti uraikan unsur-unsur percobaan tersebut
dengan menghubungkan pada delik pembunuhan sebagai berikut :
a. Niat
Ini merupakan unsur subyektif dalam kasus percobaan.
Dalam bahasa Belanda niat merupakan voornemen yang artinya
kehendak diri seseorang pelaku atau terdakwa untuk melakukan
suatu perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum pidana. Dalam
pengertian asal kata bahasa Belanda adanya kehendak dalam
perbuatan pidana percobaan menunjukkan adanya unsur
kesengajaan. Hanya yang menjadi pertanyaan selanjutnya
apakah kesengajaan ini dalam percobaan diartikan kesengajaan
dalam arti sempit yaitu kesengajaan dengan tujuan ataukah
kesengajaan dalam arti luas yaitu meliputi semua bentuk gradasi
kesengajaan dalam arti baik kesengajaan dengan tujuan,
kesengajaan dengan sadar kepastian dan kesengajaan dengan
sadar kemungkinan. Mendasar pada pendapat ahli maka
kesengajaan dalam tindak pidana percobaan memiliki dua aliran.
Berdasarkan Vos maka bentuk niat disini disamakan hanya
dengan kesengajaan dengan tujuan, sedangkan sarjana lainnya
Simon, Hanzawinkel dan van Hamel menyatakan bahwa niat yang
ada dalam diri pelaku atau terdakwa adalah identik dengan bentuk
kesengajaan dalam berbagai corak atau berbagai bentuk gradasi
kesengajaan. Namun Pompe berpendapat lain sesuai pendapat
Moeljatno bahwa ada hubungan yang erat anatra niat yang timbul
69
b. Permulaan Pelaksanaaan
Adapun permulaan pelaksanaan menurut Penjelasan KUHP
haruslah membedakan antara perbuatan persiapan dan
perbuatan pelaksanaan. Dalam perbedaannya perbuatan
pelaksanaan buatan persiapan merupakan pengumpulan
kekuatan guna mewujudkan perbuatan pelaksanaan dengan
melepaskan kekuatan pelaksanaan itu. Sedangkan Simon
penganut aliran objektif materil membedakan berdasarkan
70
a. Barang Siapa
Barang siapa adalah pelaku dalam subjek hukum. Pelaku
dalam subjek hukum disini adalah orang yang mampu
mempertanggungjawabkan perbuatan yang dilakukannya.
Menurut Moeljatno bahwa arti kemampuan bertanggung
jawab yaitu:
76
b. Dengan sengaja
“Sengaja maksudnya adalah suatu hal atau kehendak yang
secara sadar dikehendaki, serta secara sadar mengetahui akibat
dari suatu perbuatan yang dilakukan. Menurut MvT yang dimaksud
dengan kesengajaan adalah “willens en watens” yang artinya adalah
“menghendaki dan menginsyafi atau mengetahui” atau secara agak
lengkap seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan
sengaja harus menghendaki perbuatannya itu dan harus
menginsyafi atau mengetahui akibat yang mungkin akan terjadi
karena perbuatannya”.131
1) “Teori menghendaki
Teori ini adalah teori yang berisi mengenai kehendak atau
keinginan yang ingin dilakukan oleh pelaku dan ia bermaksud
Dalam kasus ini, terdakwa Pranyoto alias Pentet bin Ali Ridho
telah terbukti bahwa ia menghendaki perbuatan yang ia lakukan,
yaitu melakukan percobaan pembunuhan berencana yang
menyebabkan saksi korban Irma Fitrianingsih mengalami sakit pada
kepala bagian belakang, akibat lemparan batu sebanyak 4 (empat)
kali oleh terdakwa. Dapat dibuktikan bahwa terdakwa secara sadar
melakukan perbuatannya yang dapat membahayakan korban,
terdakwa juga dapat membayangkan akibat yang akan terjadi
kepada saksi korban beserta janin dalam kandungan saksi korban
atas perbuatannya tersebut.
Maka dalam hal ini seperti yang telah diuraikan diatas, unsur dengan
sengaja telah terpenuhi.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pemaparan yang sudah peneliti bahas
dimuka, maka kesimpulan yang dapat diambil terhadap penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. “Perbuatan pelaku tindak pidana percobaan pembunuhan tidak
memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 338 Jo Pasal 53 ayat (1)
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) .
Pasal 338 Jo Pasal 53 ayat (1), berbunyi:
“Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain,
jika niat untuk itu telah ternyata adanya permulaan
pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan
semata-mata disebabkan kehendak sendiri”.
Unsur-unsurnya sebagai berikut:
a. “Barangsiapa
b. Dengan sengaja
c. Merampas nyawa orang lain
d. Jika niat untuk itu telah ternyata
e. Adanya permulaan pelaksanaan
f. Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata
disebabkan kehendak sendiri”.
88
89
B. Saran
Berdasarkan pada hal yang telah peneliti uraikan pada bab-bab
diatas, maka peneliti akan memberikan saran sebagai berikut:
1. Penegak hukum dalam menentukan Pasal yang akan ditetapkan
epada terdakwa haruslah cermat sehingga dapat efektif dan
dengan memperhatikan kronologis kasus. Sebagaimana kasus
ini adanya unsur direncanakan sehingga menurut peneliti lebih
tepat jika dikenakan berdasarkan Pasal 340 KUHP jo Pasal 53
ayat 1 KUHP.
2. Begitupula dalam hal pemidanaan haruslah dijatuhkan sesuai
unsur yang terpenuhi berdasarkan Pasal 340 KUHP jo Pasal 53
ayat 1 KUHP sedangkan pemidanaannya berdasarkan Pasal 340
KUHP jo Pasal 53 ayat 2 KUHP dan melihat akibat adanya
keberbahayaan jika saksi tidak bisa menyelamatkan diri sehingga
seharusnya terdakwa diberikan pidana maksimal selama 13
tahun 4 bulan.
3. Hakim haruslah memperhatikan dasar pertimbangan agar
tercapainya asas keadilan, asas kemanfaatan dan asas
kepastian hukum, agar dapat memberikan putusan yang seadil-
adilnya demi memperhatikan kepentingan korban dengan
membeikan pidana maksimal.
Daftar Pustaka
BUKU
H.A. Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana 1, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
A. Data Pribadi
1. Nama : Cut Lia Marlina
2. Tempat / Tanggal Lahir : Banda Aceh, 15 Maret 1997
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. Ateung Tuha, Komp. Pola
Permai, Lrg. Pola 5 No. 49. Aceh
B. Pendidikan Formal
1. Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta Tahun 2016-2020
2. SMAN 7 Banda Aceh Tahun 2012-2015
3. SMPN 1 Peukan Bada, Aceh Tahun 2009-2012
4. SDN PAESAN 02, Pekalongan Tahun 2008-2009
5. MIN Samahani, Aceh Tahun 2003-2008
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20