New Bab Ii RPS 3 & 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengenceran Ventilasi Udara


Sistem ventilasi pengenceran udara dicapai dengan cara mengencerkan udara
yang terkontaminasi atau mengandung gas yang mudah terbakar dengan meniupkan
udara ketempat kerja dan mengeluarkan kembali lewat saluran buang, dan lebih
efektif jika exhaust/fan terletak dekat dengan pekerja yang terpapar dan udara yang
di make up terletak di belakang pekerja sehingga udara yang tercemar akan jauh dari
zona pernapasan pekerja.
Perancangan sistim ventilasi pengenceran udara didasarkan pada hipotesis
bahwa konsentrasi polutan adalah sama di seluruh ruang, dengan anggapan bahwa
udara yang disuplai ke dalam ruang tersebut bebas dari polutan, dan waktu awal
konsentrasi dalam ruang adalah nol, dan salah satu metode yang digunakan adalah
metode dari. American Society of Heating, Refrigerating, dan Air Conditioning
Engineers (ASHRAE).
Metode ini umumnya digunakan untuk membahas tentang ventilasi umum,
rancangan ventilasi rumah/banguan hunian, dan pelayanan-pelayanan public.
Fungsinya adalah proses "mengubah" atau mengganti udara dalam ruang apapun
untuk memberikan kualitas udara yang tinggi dalam ruangan dalam jumlah yang
sesuai kebutuhan (misalnya untuk mengontrol suhu, mengisi oksigen, atau
menghilangkan bau, asap, panas/menghilangkan kalor yang berlebihan, debu,
bakteri di udara, dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan
dan proses-proses pembakaran).
Pada Juni 2000 Komite Standar ASHRAE (SPC 62.2P), ventilasi perumahan
dan layanan publik, menurut American Lung Association, bagian-bagian dalam
rumah kita sebagai ancaman terhadap kesehatan pernapasan. Asma adalah penyakit
kronis yang serius memapar anak-anak dalam kelembaban yang berhubungan
dengan cacat konstruksi hunian rumah di Amerika Serikat Ventilasi alami terjadi
karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan gedung yang disebabkan
oleh angin dan karena adanya perbedaan temperatur, sehingga terdapat gas-gas
panas yang naik di dalam saluran ventilasi.
Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela,
pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan : jumlah bukaan ventilasi tidak
kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi. Suatu
prosedur perencanaan sistem ventilasi, dengan laju aliran udara, panas dan beban
pendinginan, pergeseran udara menurut penghuni, pasokan prinsip udara Sebuah
sistem ventilasi dapat dirancang lebih atau kurang sesuai prosedur berikut:
1. Menghitung panas atau beban pendinginan, termasuk panas sensibel dan
laten
2. Hitung pergeseran udara yang diperlukan sesuai jumlah penghuni dan
aktivitas mereka, atau dengan proses khusus lainnya.
3. Hitung suhu udara suplai.
4. Hitung beredar massa udara.
5. Hitung temperatur kerugian pada saluran.
6. Hitung output dari komponen -, pendingin pemanas, mesin cuci, humidifier.
7. Hitung boiler atau ukuran pemanasan.
8. Desain dan menghitung sistem saluran

Umumnya digunakan untuk mengontrol uap dari cairan organik dengan NAB
lebih kurang 100 ppm ,atau bds. Keterbatasan untuk sistim ventilasi pengenceran udara
adalah: Jumlah kontaminan yang dihasilkan tidak terlalu besar, dengan laju aliran udara
yang diperlukan untuk pengenceran tidak praktis. Pekerja harus berada pada jarak yang
tepat dari sumber kontaminan , dan harus dalam konsentrasi yang cukup rendah
sehingga pekerja tidak akan memiliki eksposur yang melebihi NAB yang ditetapkan.
Toksisitas kontaminan harus rendah. Tingkat emisi kontaminan harus cukup seragam

B. Prinsip Kerja Aliran Udara

Ada dua prinsip dasar aliran udara dalam sistem ventilasi, yaitu

1. Konservasi massa (persamaan kontinutas)


2. Konservasi energi (persamaan energi)

Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang
menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa.
Fisika modern menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konservasi energi,
dan bahwa energi dan massa saling berhubungan; suatu konsep yang menjadi penting
dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting
mengenai kesetimbangan, termodinamika, dan kinetika.

Hukum Kekekalan Energi (Hukum I Termodinamika) berbunyi: "Energi dapat


berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan ataupun
dimusnahkan (konversi energi)".

Energi kinetis atau energi gerak (juga disebut energi kinetik) adalah energi yang
dimiliki oleh sebuah benda karena gerakannya. Energi kinetis sebuah benda
didefinisikan sebagai usaha yang dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah benda dengan
massa tertentu dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan tertentu.

Energi kinetis sebuah benda sama dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menyatakan kecepatan dan rotasinya, dimulai dari keadaan diam.

C. Perancangan Sistim Ventilasi Dan Pengoksidasian Udara

Efisiensi sistem pengkondisian udara, adalah perbandingan antara keluaran


energi yang terpakai terhadap masukan energi dalam jangka waktu yang direncanakan,
dinyatakan dalam persen (%). 2.1. Ventilasi Alami Ini terjadi karena adanya perbedaan
tekanan dari luar suatu bangunan gedung yang disebabkan oleh oleh angin dan karena
adanya perbedaan temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam
saluran ventilasi. Perancangan sistem ventilasi alami dilakukan sebagai berikut :
a. Tentukan kebutuhan ventilasi udara yang diperlukan sesuai fungsi ruangan.
b. Tentukan ventilasi gaya angin atau ventilasi gaya termal yang akan digunakan
c. Sedangkan faktor- faktor yang mempengaruhi laju ventilasi yang disebabkan
gaya angin termasuk :
1) Kecepatan rata-rata.
2) Arah angin yang kuat.
3) Variasi kecepatan dan arah angin musiman dan harian.
4) hambatan setempat, seperti bangunan yang berdekatan, bukit, pohon dan
semak belukar
Persamaan di bawah ini menunjukkan kuantitas gaya udara melalui ventilasi
bukaan inlet oleh angin atau menentukan ukuran yang tepat dari bukaan untuk
menghasilkan laju aliran udara :

Q = CV.A.V
Dimana:
Q = laju aliran udara, m3 / detik.
A = luas bebas dari bukaan inlet, m2 .
V = kecepatan angin, m/detik.
CV = effectiveness dari bukaan (CV dianggap sama dengan 0,5 ~ 0,6
untuk angin yang tegak lurus dan 0,25 ~ 0,35 untuk angin yang
diagonal).

Inlet sebaiknya langsung menghadap ke dalam angin yang kuat. Jika tida ada
tempat yang menguntungkan, aliran yang dihitung dengan persamaan diatas akan
berkurang, jika penempatannya kurang lazim, akan berkurang lagi.

Penepatan outlet yang diinginkan :


a. pada sisi arah tempat teduh dari bangunan yang berlawanan langsung dengan
inlet.
b. pada atap, dalam area tekanan rendah yang disebabkan oleh aliran angin yang
tidak menerus.
c. pada sisi yang berdekatan ke muka arah angin dimana area tekanan rendah
terjadi.
d. dalam pantauan pada sisi arah tempat teduh,
e. dalam ventilator atap, atau
f. pada cerobong. Inlet sebaiknya ditempatkan dalam daerah bertekanan tinggi,
outlet sebaiknya ditempatkan dalam daerah negatip atau bertekanan rendah.

Jika tahanan di dalam bangunan tidak cukup berarti, aliran disebabkan efek
cerobong dapat dinyatakan dengan persamaan:

Ventilasi Gaya Termal


Q = K.A,√ 2𝑔. ∆ℎ𝑛𝑝𝑙 (𝑇1−𝑇𝑜) 𝑇1
Dimana:
Q = laju aliran, m3 / detik.
K = koefisien pelepasan untuk bukaan.
∆hNPL = tinggi dari tengah-tengah bukaan terendah sampai NPL ,
m Ti = Temperatur di dalam bangunan,
K. To = Temperatur luar, K.

Persamaan diatas digunakan jika Ti > To , jika Ti < To , ganti Ti dengan To, dan
ganti (Ti-To) dengan (To – Ti). Temperatur rata-rata untuk Ti sebaiknya dipakai jika
panasnya bertingkat. Jika bangunan mempunyai lebih dari satu bukaan, luas outlet dan
inlet dianggap sama. Koefisien pelepasan K Koefisien pelepasan K, dihitung untuk
semua pengaruh yang melekat, seperti hambatan permukaan, dan campuran batas.
Perkiraan DhNPL sulit. Jika satu jendela atau pintu menunjukkan bagian-bagian yang
besar (mendekati 90%) dari luas bukaan total dalam selubung, NPL adalah tinggi
tengah-tengah lubang, dan DhNPL sama dengan setengah tingginya.

Untuk kondisi ini, aliran yang melalui bukaan dua arah, yaitu udara dari sisi
hangat mengalir melalui bagian atas bukaan, dan udara dari sisi dingin mengalir melalui
bagian bawah. Campuran batas terjadi dikedua sisi antar muka aliran yang berlawanan,
dan koefisien orifis dapat dihitung sesuai dengan persamaan (Kiel dan Wilson, 1986) :

K’ = 0,40 + 0,0045.( Ti – To)

Jika ada bukaan lain yang cukup, aliran udara yang melalui bukaan akan tidak
terarah dan campuran batas tidak dapat terjadi. Koefisien pelepasan K = 0,65 sebaiknya
dipakai. Tambahan informasi pada cerobong yang disebabkan aliran udara untuk
ventilasi alami bisa dipenuhi pada referensi Foster dan Down (1987). Aliran terbesar per
unit luas dari bukaan diperoleh jika inlet dan outlet sama.

Persamaan pertama dan kedua didasarkan pada kesamaan ini. Kenaikan luas
outlet di atas luas inlet atau sebaliknya, menaikkan aliran udara tetapi tidak proportional
terhadap penambahan luas. Jika bukaan tidak sama, gunakan luas yang tgerkecil dalam
persamaandan tambahkan kenaikannya. Kenaikan aliran disebabkan kelebihan dari satu
bukaan di atas lainnya
1) Ventilasi Mekanik
Persyaratan teknis :
a. Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang
memenuhi syarat tidak memadai.
b. Penempatan Fan harus memungkinkan pelepasan udara secara
maksimal dan juga memungkinkan masuknya udara segar atau
sebaliknya.
c. Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut
dihuni.
d. Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi
mekanis untuk membuang udara kotor dari dalam dan minimal 2/3
volume udara ruang harus terdapat pada ketinggian maksimal 0,6 meter
dari lantai.
e. Ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih
satu lantai, gas buang mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu
udara bersih pada lantai lainnya.
f. Perancangan Sistem Ventilasi Mekanis
 Perancangan sistem ventilasi mekanis dilakukan sebagai berikut
 Tentukan kebutuhan udara ventilasi yang diperlukan sesuai
fungsi ruangan.
 tentukan kapasitas fan.
 Rancang sistem distribusi udara, baik menggunakan cerobong
udara atau fan yang dipasang pada dinding/atap.

2) Jumlah laju aliran udara yang perlu disediakan oleh sistem ventilasi mengikuti
persyaratan.
3) Untuk mengambil perolehan kalor yang terjadi di dalam ruangan, diperlukan
laju aliran udara dengan jumlah tertentu untuk menjaga supaya temperatur
udara di dalam ruangan tidak bertambah melewati harga yang diinginkan

D. Menghitung Kosentrasi Pengenceran Udara.


Konsentrasi gas atau uap pada kondisi mapan dapat dinyatakan oleh persamaan
material sebagai berikut,

G
Q’ = C

Untuk perhitungan konsentrasi awal tidak nol, (ACGIH -1992). Biasanya udara
yang akan diinjeksikan ke dalam suatu ruang untuk mengencerkan kontaminan tidak
sepenuhnya kontaminan tersebut dihilangkan, untuk diketahui bahwa jumlah polutan
bervariasi. Besarnya kosentrasi gas, atau uap yang diperkenakan dalan suatu ruang
harus sesuai dengan peraturan atau, norma, yang berunjuk pada rekomendasi teknis (i)
Nilai Ambang Batas (NAB – Permenakertrans No.PER.13/MEN/X/2011 tahun 2011,
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di tempat kerja), atau (TLV-
American Conference of Governmental Industrial Hygienists - ACGIH). Perhitungan
kosentasi pengenceran udara dihitung dengan rumus, sebagai berikut:

403 x SG x ER
G=
MW
dimana ;
G = generation rate
SG = berat jenis
ER = tingkat emisi, dalam liter/menit
MW = berat melekul
C = kosentari gas atau uap, dalam ppm atau bds
403 = nilai yang ditetapkan, cairan gas STP

G
Untuk, Q’ =
C

Contoh Masalah:
Methyl Chlorofom berevaporasi dari tangki pada tingkat 1,5 per 60 menit.
Temukan aliran udara; Q’efektif aliran udara dan aktual ventilation rate Q yang
diperlukan untuk mempertahankan tingkat pemaparan di bawah TLV/NAB?.
Jawaban:
TLV = 350 ppm, (ACGIH)
SG = 1,32 ,
MW = 133,4,
K = diasumsikan (K=5)

Mengingat tingkat emisi : ER = 1,5/60 liter /menit, maka efektif laju aliran udara
(Q’), adalah sebagai berikut :

Untuk aktual ventilasi rate (Q), adalah;


Q = (Q') (K)
Q = (285)(5)
= 1425 cfm

Dari kasus diatas maka besar aliran udara untuk setiap menit disuplay sebesar
1425 cubik udara kedalam ruang untuk mempertahan tingkat pemparan (TLV 350 ppm),
sehinga penghuni tidak menerimah dampak kesehatan .

E. Pengkondisian Udara
1) Prosedur.

Prosedur perancangan sistem pengkondisian udara pada bangunan gedung.


Fungsi ruang dalam gedung. Terdiri dari :

a) kegiatan utama yang berlangsung dalam ruang (aktifitas).

b) waktu kegiatan puncak.

c) pola pakaian penghuni.

2) Kondisi termal dalam gedung. Terdiri dari :

a) temperatur udara.
b) kelembaban udara relatif.

c) kuantitas udara yang diperlukan.

d) tuntutan ketelitian untuk pengendalian besaran termal dalam ruangan.

3) Data gedung. Terdiri dari :

a) data fisik bangunan gedung.

b) karakteristik termal selubung bangunan.

c) data pemakaian gedung, seperti misalnya profil beban pendinginan.

4) Data cuaca dan iklim. Terdiri dari :

a) data cuaca tahunan.

b) data temperatur udara luar di lokasi.

c) data kelembaban udara relatif di lokasi.

6. Beban Pendinginan.

a. Jenis Kalor.

a) Kalor Sensibel. adalah suatu kalor yang berhubungan dengan perubahan


temperatur dari udara. Penambahan kalor sensibel (sensible heat gain) adalah kalor
sensibel yang secara langsung masuk dan ditambahkan ke dalam ruangan yang
dikondisikan melalui konduksi, konveksi atau radiasi. b). Kalor Laten. adalah suatu
kalor yang berhubungan dengan perubahan fasa dari air. Penambahan kalor laten
(latent heat gain) terjadi apabila ada penambahan uap air pada ruangan yang
dikondisikan, misalnya karena penghuni ruangan atau peralatan yang menghasilkan
uap.

b) Beban Pendinginan Ruangan. adalah laju aliran kalor yang harus diambil dari
dalam ruangan untuk mempertahankan temperatur dan kelembaban udara relatif
ruangan pada kondisi yang diinginkan.

Beban pendinginan ruangan dibagi dalam 2 bagian :


a). Beban Pendinginan Luar (external cooling load) Beban pendinginan ini terjadi
akibat penambahan panas di dalam ruangan yang dikondisikan karena sumber kalor dari
luar yang masuk melalui selubung bangunan (building envelope), atau kerangka
bangunan (building shell) dan dinding partisi. Sumber kalor luar yang termasuk beban
pendinginan ini adalah :

a. Penambahan kalor radiasi matahari melalui benda transparan seperti kaca.


b. Penambahan kalor konduksi matahari melalui dinding luar dan atap.
c. Penambahan kalor konduksi matahari melalui benda transparan seperti kaca.
d. Penambahan kalor melalui partisi, langit, langit dan lantai.
e. Infiltrasi udara luar yang masuk ke dalam ruangan yang dikondisikan.
f. Ventilasi udara luar yang masuk ke dalam ruangan yang dikondisikan

b). Beban Pendinginan Dalam (internal cooling load).

Beban pendinginan ini terjadi karena dilepaskannya kalor sensibel maupun kalor
laten dari sumber yang ada di dalam ruangan yang dikondisikan. Sumber kalor yang
termasuk beban pendinginan ini adalah :

1) penambahan kalor karena orang yang ada di dalam ruang yang dikondisikan.

2) penambahan kalor karena adanya pencahayaan buatan di dalam ruang yang


dikondisikan.

3) penambahan kalor karena adanya motor-motor listrik yang ada di dalam


ruang yang dikondisikan.

4) penambahan kalor karena adanya peralatan-peralatan listrik atau pemanas


yang ada di dalam ruangan yang dikondisikan.

F. Perencanaan Sistim Ventilasi Pengenceran Udara

Perencanaan sistim ventilasi pengenceran udara, menggunakan standard


Desain ASHARE SATANDAR,
Gambar.Satndar desain sistim ventilasi pengenceran uadara, menurut ASHARE
SATANDAR dalam Arief (2013)

ASHARE SATANDAR, yang telah ditetapkan ,

 Flowrate = 0.25 – 0.5 m/s atau (50 – 100) fpm


 Flowrate difusser : (50- 100) fpm ;
 Temperatur udara = 800F atau (24 – 26) 0C

 Kelembaban nisbi/relative humaddity = 30 – 50 %


 Ruang kerja = 4 m2/person
 Flowrate (Q) = 20 cfm/person
 Dimensi Diffuser (40 cm x 40 cm ) x 20 %
 Standar exhaust : (20 cm x 20 cm ) x 50 %
 Jam kerja : 8 jam /hari
 Perbandingan Luas ruang kerja : luas lantai : 1: 4
 Oksigen di ruang kerja = (15 – 20) % udara
 Inhalasi manusia = 30 m3/hari atau = 44,14 ft3/jam

G. Contoh Pengenceran Udara pada Ventilasi Rumah


Ventilasi rumah memiliki banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga pertukaran aliran udara dalam rumah tersebut agar tetap segar dan optimal.
Beberapa fungsi lain dari ventilasi dalam rumah adalah membebaskan udara
ruangan dari bau, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara
pengenceran udara, sehingga pertukaran udara bersih menjadi lancar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan untuk penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi dalam rumah akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah
yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun akan meningkat. Fungsi kedua adalah
untuk membebaskan udara dari bakteribakteri, terutama bakteri patogen. Ada dua
macam ventilasi yakni ventilasi alamiah dan ventilasi buatan.
Ventilasi alamiah adalah di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut
terjadi secara alamiah melalui jendela, lubang angin maupun lubang yang berasal
dari dinding dan sebagainya. Ventilasi buatan adalah ventilasi yang menggunakan
alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya kipas angin dan mesin penghisap
udara (AC).Ventilasi yang baik berukuran 10% dari luas lantai. Ventilasi yang baik
akan memberikan udara segar dari luar, ventilasi juga berperan penting dalam
mempengaruhi intensitas pencahayaan alami dalam rumah Apabila ventilasi
digunakan sesuai dengan fungsinya, maka sinar matahari yang masuk ke dalam
rumah tidak akan terhalang oleh ventilasi itu sendiri. Ventilasi yang kurang baik
dapat membahayakan kesehatan khususnya saluran pernapasan (Zairinayati & Putri,
2020).
Daftar Pustaka

Arief, Latar Muhammad. 2013. Sistem Ventilasi Pengenceran Udara. Jakarta:


Universitas Esa Unggul.

ACGIH 1995, Industrial Ventilation a manual of recommended practice. 22 ed. 5,.


ACGIH Industri Ventilasi manual praktek yang disarankan. 22 ed. ACGIH; 1995.

Zairinayati & Putri. 2020. Hubungan Kepadatan Hunian dan Luas Ventilasi Dengan
Kejadian Ispa Pada Rumah Susun Palembang. Indonesian Journal for Health
Sciences, 4 (2), hal.121-128.

Anda mungkin juga menyukai