New Bab Ii RPS 3 & 4
New Bab Ii RPS 3 & 4
New Bab Ii RPS 3 & 4
PEMBAHASAN
Umumnya digunakan untuk mengontrol uap dari cairan organik dengan NAB
lebih kurang 100 ppm ,atau bds. Keterbatasan untuk sistim ventilasi pengenceran udara
adalah: Jumlah kontaminan yang dihasilkan tidak terlalu besar, dengan laju aliran udara
yang diperlukan untuk pengenceran tidak praktis. Pekerja harus berada pada jarak yang
tepat dari sumber kontaminan , dan harus dalam konsentrasi yang cukup rendah
sehingga pekerja tidak akan memiliki eksposur yang melebihi NAB yang ditetapkan.
Toksisitas kontaminan harus rendah. Tingkat emisi kontaminan harus cukup seragam
Ada dua prinsip dasar aliran udara dalam sistem ventilasi, yaitu
Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang
menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa.
Fisika modern menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konservasi energi,
dan bahwa energi dan massa saling berhubungan; suatu konsep yang menjadi penting
dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting
mengenai kesetimbangan, termodinamika, dan kinetika.
Energi kinetis atau energi gerak (juga disebut energi kinetik) adalah energi yang
dimiliki oleh sebuah benda karena gerakannya. Energi kinetis sebuah benda
didefinisikan sebagai usaha yang dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah benda dengan
massa tertentu dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan tertentu.
Energi kinetis sebuah benda sama dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menyatakan kecepatan dan rotasinya, dimulai dari keadaan diam.
Q = CV.A.V
Dimana:
Q = laju aliran udara, m3 / detik.
A = luas bebas dari bukaan inlet, m2 .
V = kecepatan angin, m/detik.
CV = effectiveness dari bukaan (CV dianggap sama dengan 0,5 ~ 0,6
untuk angin yang tegak lurus dan 0,25 ~ 0,35 untuk angin yang
diagonal).
Inlet sebaiknya langsung menghadap ke dalam angin yang kuat. Jika tida ada
tempat yang menguntungkan, aliran yang dihitung dengan persamaan diatas akan
berkurang, jika penempatannya kurang lazim, akan berkurang lagi.
Jika tahanan di dalam bangunan tidak cukup berarti, aliran disebabkan efek
cerobong dapat dinyatakan dengan persamaan:
Persamaan diatas digunakan jika Ti > To , jika Ti < To , ganti Ti dengan To, dan
ganti (Ti-To) dengan (To – Ti). Temperatur rata-rata untuk Ti sebaiknya dipakai jika
panasnya bertingkat. Jika bangunan mempunyai lebih dari satu bukaan, luas outlet dan
inlet dianggap sama. Koefisien pelepasan K Koefisien pelepasan K, dihitung untuk
semua pengaruh yang melekat, seperti hambatan permukaan, dan campuran batas.
Perkiraan DhNPL sulit. Jika satu jendela atau pintu menunjukkan bagian-bagian yang
besar (mendekati 90%) dari luas bukaan total dalam selubung, NPL adalah tinggi
tengah-tengah lubang, dan DhNPL sama dengan setengah tingginya.
Untuk kondisi ini, aliran yang melalui bukaan dua arah, yaitu udara dari sisi
hangat mengalir melalui bagian atas bukaan, dan udara dari sisi dingin mengalir melalui
bagian bawah. Campuran batas terjadi dikedua sisi antar muka aliran yang berlawanan,
dan koefisien orifis dapat dihitung sesuai dengan persamaan (Kiel dan Wilson, 1986) :
Jika ada bukaan lain yang cukup, aliran udara yang melalui bukaan akan tidak
terarah dan campuran batas tidak dapat terjadi. Koefisien pelepasan K = 0,65 sebaiknya
dipakai. Tambahan informasi pada cerobong yang disebabkan aliran udara untuk
ventilasi alami bisa dipenuhi pada referensi Foster dan Down (1987). Aliran terbesar per
unit luas dari bukaan diperoleh jika inlet dan outlet sama.
Persamaan pertama dan kedua didasarkan pada kesamaan ini. Kenaikan luas
outlet di atas luas inlet atau sebaliknya, menaikkan aliran udara tetapi tidak proportional
terhadap penambahan luas. Jika bukaan tidak sama, gunakan luas yang tgerkecil dalam
persamaandan tambahkan kenaikannya. Kenaikan aliran disebabkan kelebihan dari satu
bukaan di atas lainnya
1) Ventilasi Mekanik
Persyaratan teknis :
a. Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang
memenuhi syarat tidak memadai.
b. Penempatan Fan harus memungkinkan pelepasan udara secara
maksimal dan juga memungkinkan masuknya udara segar atau
sebaliknya.
c. Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut
dihuni.
d. Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi
mekanis untuk membuang udara kotor dari dalam dan minimal 2/3
volume udara ruang harus terdapat pada ketinggian maksimal 0,6 meter
dari lantai.
e. Ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih
satu lantai, gas buang mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu
udara bersih pada lantai lainnya.
f. Perancangan Sistem Ventilasi Mekanis
Perancangan sistem ventilasi mekanis dilakukan sebagai berikut
Tentukan kebutuhan udara ventilasi yang diperlukan sesuai
fungsi ruangan.
tentukan kapasitas fan.
Rancang sistem distribusi udara, baik menggunakan cerobong
udara atau fan yang dipasang pada dinding/atap.
2) Jumlah laju aliran udara yang perlu disediakan oleh sistem ventilasi mengikuti
persyaratan.
3) Untuk mengambil perolehan kalor yang terjadi di dalam ruangan, diperlukan
laju aliran udara dengan jumlah tertentu untuk menjaga supaya temperatur
udara di dalam ruangan tidak bertambah melewati harga yang diinginkan
G
Q’ = C
Untuk perhitungan konsentrasi awal tidak nol, (ACGIH -1992). Biasanya udara
yang akan diinjeksikan ke dalam suatu ruang untuk mengencerkan kontaminan tidak
sepenuhnya kontaminan tersebut dihilangkan, untuk diketahui bahwa jumlah polutan
bervariasi. Besarnya kosentrasi gas, atau uap yang diperkenakan dalan suatu ruang
harus sesuai dengan peraturan atau, norma, yang berunjuk pada rekomendasi teknis (i)
Nilai Ambang Batas (NAB – Permenakertrans No.PER.13/MEN/X/2011 tahun 2011,
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di tempat kerja), atau (TLV-
American Conference of Governmental Industrial Hygienists - ACGIH). Perhitungan
kosentasi pengenceran udara dihitung dengan rumus, sebagai berikut:
403 x SG x ER
G=
MW
dimana ;
G = generation rate
SG = berat jenis
ER = tingkat emisi, dalam liter/menit
MW = berat melekul
C = kosentari gas atau uap, dalam ppm atau bds
403 = nilai yang ditetapkan, cairan gas STP
G
Untuk, Q’ =
C
Contoh Masalah:
Methyl Chlorofom berevaporasi dari tangki pada tingkat 1,5 per 60 menit.
Temukan aliran udara; Q’efektif aliran udara dan aktual ventilation rate Q yang
diperlukan untuk mempertahankan tingkat pemaparan di bawah TLV/NAB?.
Jawaban:
TLV = 350 ppm, (ACGIH)
SG = 1,32 ,
MW = 133,4,
K = diasumsikan (K=5)
Mengingat tingkat emisi : ER = 1,5/60 liter /menit, maka efektif laju aliran udara
(Q’), adalah sebagai berikut :
Dari kasus diatas maka besar aliran udara untuk setiap menit disuplay sebesar
1425 cubik udara kedalam ruang untuk mempertahan tingkat pemparan (TLV 350 ppm),
sehinga penghuni tidak menerimah dampak kesehatan .
E. Pengkondisian Udara
1) Prosedur.
a) temperatur udara.
b) kelembaban udara relatif.
6. Beban Pendinginan.
a. Jenis Kalor.
b) Beban Pendinginan Ruangan. adalah laju aliran kalor yang harus diambil dari
dalam ruangan untuk mempertahankan temperatur dan kelembaban udara relatif
ruangan pada kondisi yang diinginkan.
Beban pendinginan ini terjadi karena dilepaskannya kalor sensibel maupun kalor
laten dari sumber yang ada di dalam ruangan yang dikondisikan. Sumber kalor yang
termasuk beban pendinginan ini adalah :
1) penambahan kalor karena orang yang ada di dalam ruang yang dikondisikan.
Zairinayati & Putri. 2020. Hubungan Kepadatan Hunian dan Luas Ventilasi Dengan
Kejadian Ispa Pada Rumah Susun Palembang. Indonesian Journal for Health
Sciences, 4 (2), hal.121-128.