Makalah Kultur Jaringan Anggrek

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keanekaragaman spesies anggrek di indonesia sangat besar,diperkirakan sekitar 5000
spesies anggrek yang tersebar di hutan Indonesia. Keadaan ini merupakan potensi yang
sangat berharga bagi pengembangan anggrek di Indonesia. Terutama berkaitan dengan
sumber daya genetik angger yang sangat diperlukan untuk menghasilkan anggrek-anggrek
silang yang baik dan unggul.
Sangat disayangkan keanekaragaman jenis anggrek tersebut terancam kelestariannya
karena maraknya penebangan hutan dan konversi hutan. Penyebab lainnya adalah banyaknya
pencurian terselubung oleh orang asing terhadap anggrek-anggrek asli alam. Oleh karena itu
perlu melestarikan serta menginventariskan plasma nutfah jenis-jenis anggrek yang kita
miliki. Sehingga terjamin kelestarian keanekaragaman jenis anggrek tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu kultur jaringan ?
2. Apa manfaat dari kultur jaringan ?
3. Bagaimana menerapkan kultur jaringan pada tanaman anggrek?
4. Apa kelebihan dan kekurangan kultur jaringan pada tanaman anggrek ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah mengacu pada rumusan masalah di atas
sebagai berikut.
1. Mengetahui proses kultur jaringan tanaman anggrek.
2. Mengetahui manfaat dari kultur jaringan tanaman anggrek.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan kultur jaringan pada tanaman anggek.
4. Mengetahui perbedaan kultur jaringan dan cara perkembangbiakan lainnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kultur Jaringan


Kultur jaringan tanaman pertama kali berhasil dilakukan ole White pada thaun 1934.
Pada tahun 1939, Whiter melaporkan keberhasilannya dalam membuat kultur kalus dari
wortel (animasi kultur kalus wortel) dan tembakau. Pada tahun 1957, tulisan penting Skoog
dan Miller dipublikasikan dimana mereka menyatakan bahwa interkasi kuantitatif antara
auksin dan sitokinin menentukan tipe pertumbuhan dan morfogenik yang akan terjadi.
Penelitian mereka pada tembakau mengindikasikan bahwa perbandingan auksin dan
sitokinin yang tinggi akan menginduksi pengakaran, sedangkan rasio sebaliknya akan
menginduksi pembentukan tunas. Akan tetapi pola respon ini tidak berlaku universal.
Temuan penting lainnya adalah hasil penelitian Morel tentang perbanyakan anggrek melalui
kultur jaringan pada tahun 1960, dan penggunaan yang meluas media kultur dengan
konsentrasi garam mineral yang tinggi, dikembangkan oleh Murashige dan Skoog tahun
1962.
Kultur jaringan, cara ini disebut juga cara non konvensional karena membutuhkan
teknologi dan biaya yang tidak sedikit untuk memulai dan melakukannya, juga dibutuhkan
pengetahuan yang lebih rumit. Perbanyakan ini menggunakan bagian kecil dari tanaman
(dapat berupa daun, akar, ujung batang, atau bunga) yang ditanam dalam kondisi aseptik dan
lingkungan yang terkendali (Wattimena et al., 1992).
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif.
Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan
dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.
Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin),
berarti "di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan
medium dan kondisi tertentu. Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi. Teori ini
mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh bagian
tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup. Oleh karena itu, semua organisme baru yang
berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya.

2.2 Jenis-jenis Kultur Jaringan


Menurut jaringan yang dipilih untuk melakukan kultur, kultur jaringan dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu :
1. Kultur Polen
Kultur jenis ini merupakan kultur jaringan yang menggunakan serbuk sari sebagai eksplannya
(jaringan yang dipilih untuk melakukan kultur).

2
2. Kultur Embrio
Merupakan jenis kultur yang memanfaatkan bagian tanaman berupa embrio tanaman.
Misalnya embrio kelapa kopyor.
3. Kultur Protoplas
Merupakan jenis kultur yang menggunakan sel jaringan hidup tanpa dinding sebagai
eksplannya.
4. Kultur Kloroplas
Merupakan jenis kultur yang menggunakan kloroplas (sel hijau) dari suatu tumbuhan untuk
membuat tanaman baru yang lengkap.
5. Kultur Meristem
Merupakan kultur yang menggunakan bagian tanaman berupa jaringan yang masih muda
yang aktif membelah (meristem) sebgaai eksplan kultur.
6. Kultur Enter
Yaitu jenis kultur jaringan yang menggunakan bagian tanaman berupa kepala sarinya sebagai
eksplan.

2.3 Manfaat Kultur Jaringan


Menurut Zulkarnaen (2009), aplikasi kultur jaringan tanaman memiliki manfaat utama yaitu
perbanyakan klon atau perbanyakan masal dari tanaman yang sifat genetiknya identik satu
sama lain. 

Contoh Kultur Jaringan Tanaman


(Sumber foto: http://c4himoet.wordpress.com)
Perbanyakan klon secara tepat

3
Pada prinsipnya, dengan menggunakan tekni kultur jaringan setiap sel dapat diinduksi untuk
beregenerasi menjadi individu tanaman lengkap dengan sifat genetik yang identik satu sama
lain. Dalam waktu singkat dapat dihasilkan individu tanaman dalam jumlah yang besar.
Kondisi aseptik
Kultur jaringan tanaman mampu menyediakan bahan tanaman yang bebas patogen dalam
jumlah yang besar. Melalui kultur meristem, dapat diregenerasikan tanaman yang bebas
virus.
Produksi tanaman sepanjang tahun
Teknik kultur jaringan tidak tergantung pada musim  sehingga melalui teknik ini, terbuka
peluang untuk memperbanyak tanaman di sepanjang tahun.
Pelestarian plasma nutfah
Kebutuhan akan ruang yang kecil dan mudahnya menciptakan kondisi yang sesuai
menjadikan kultur jaringan sebagai suatu cara yang praktis untuk menyimpan bahan tanaman
dari genotip terpilih bak tanaman pertanian maupun tanaman langka yang terancam punah.
Perbanyakan tanaman yang sulit diperbanyak secara vegetatif konvensional
Melalui teknik kultur jaringan dapat dilakukan manipulasi terhadap lingkungan kultur
(perlakuan hormon, cahaya, suhu) atau dengan menggunakan bahan eksplan yang memiliki
daya meristematik tinggi. Hal ini terutama dilakukan terhadap jenis tanaman yang sangat sulit
diperbanyak secara vegetatif konvensional.

2.4 Kultur Jaringan pada Tanaman Anggrek

a.      Jenis Tanaman


Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain: Vanda
tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarna ungu berbintik-
bintik berasal dari Sumatera, anggrek larat/Dendrobium phalaenopis, anggrek
bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrek Paphiopedilun praestans yang
berasal dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal dari Jawa
Tengah.
Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:

4
1)      Anggrek Epifit, adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang/pohon lain tetapi
tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai untuk menempel adalah
akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara. Anggrek
epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Di habitat aslinya, anggrek ini kerap
menempel dipohon-pohon besar dan rindang. Contoh anggrek epifit antara lain: Dendrobium,
Cattleya, Ondocidium, dan Phalaenopsis.
2)      Anggrek tanah/anggrek Teresterial, adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah.
Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh atau cahaya matahari langsung.
Contoh anggrek teresterial antara lain Vanda, Renanthera, Arachnis, dan Aranthera.
3)       Anggrek saprofit, adalah anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus
atau daun-daun kering. Anggrek saprofit dalam pertumbuhannya membutuhkan sedikit
cahaya matahari. Contoh jenis ini antara lain: Goodyera sp.
4)      Anggrek litofit adalah jenis anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Anggrek jenis ini
biasanya tumbuh dibawah sengatan cahaya matahari penuh. Contoh jenis ini antara lain:
Dendrobium dan Phalaenopsis.

2.5 Teknik Kultur Jaringan pada Tanaman Anggrek


Anggrek merupakan tanaman hias asli indonesia yang sangat bagus prospeknya untuk
dijadikan suatu peluang usaha. Terbukanya peluang usaha didorong tumbuhnya minat
masyarakat penggemar yang semakin bertambah, dan kurangnya produksi oleh produsen
lokal sendiri, serta kualitas produk yang seadanya.
Pengusaha tanaman hias khususnya anggrek berperan memberi sumbangan besar bagi
peningkatan ekonomi masyarakat. Sebenarnya, sektor ini bisa berperan lebih besar lagi, sebab
keanekaragaman hayati Indonesia akan anggrek terdapat ribuan spesies merupakan potensi
besar untuk membentuk Industri yang kokoh. Salah satu alternatif untuk memperbanyak
tanaman anggrek dengan melalui kultur jaringan. Bila dikembangkan secara cermat dan
bersungguh-sungguh, tentu dapat menyediakan lapangan kerja yang amat besar..
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara modern,
teknik perbanyakan tanaman ini dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata
tunas, biji serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik
yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman
lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril

Media

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan
perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum
sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang

5
dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan
sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya
sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen
bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap
persenyawaan.
Media yang digunakan biasanya berupa garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu
diperlukan juga bahan tambahan seperti agar-agar, gula, arang aktif, bahan organik dan lain-
lain. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya.
Medium yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Medium
yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf agar
tidak terjadi kontaminasi dari bakteri maupun cendawan. Komposisi media yang digunakan
dalam kultur jaringan dapat berbeda jenis dan konsentrasinya. Perbedaan komposisi media
dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan
secara invitro.
Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat berdasarkan komposisi larutan yang
digunakan untuk hidroponik, khususnya komposisi unsur-unsur makronya. Unsur-unsur hara
diberikan dalam bentuk garam-garam anorganik. Koposisis media dan perkembangan
formulasinya didasarkan pada jenis jaringan, organ dan tanaman yang digunakan serta
pendekatan dari masing-masing peneliti. Beberapa jenis sensitif terhadap konsentrasi
senyawa makro tinggi atau membutuhkan zat pengatur tertentu untuk pertumbuhannya. Pada
periode tahun 1930an, formulasi media terutama ditujukan untuk menumbuhkan akar, tuber
dan kambium. Media untuk penumbuhan akar yang dikembangkan oleh White 1934, pertama
White menggunakan media yang berisi garam anorganik, yeast ekstrak dan sucrose, tetapi
kemudian yeast ekstrak digantikan dengan 3 macam vitamin B, yaitu pyridoxine, thiamine
dan nicotinic acid.

Peralatan

Peralatan yang paling penting dalam kegiatan kultur jaringan adalah autoklaf, fungsinya
adalah untuk mensterilakan semua peralatan dan media kultur agar tidak terjadi kontaminasi
oleh mikroorganisme. Autoclaf dapat diganti dengan menggunakan panci presto atau rice
cooker, sedangkan Laminar air flow cabinet/ meja tanam dapat diganti dengan enkas
harganya relatif murah, botol kultur dapat menggunakan botol bekas selai yang harganya
lebih murah. Sedangkan tutup botol menggunakan bungkus plastik yang tahan suhu tinggi
dan diberi karet gelang. Rak kultur tidak harus terbuat dari almunium atau besi tetapi dapat
menggunakan kayu, yang penting bahan tersebut kuat untuk menampung botol-botol kultur.
Air Conditioner (AC) diperlukan untuk mencegah suhu tetap stabil, namun penggunaan. AC
dalam laboratorium kultur jaringan  bukan suatu keharusan terutama untuk anggrek yang
penting dapat mengkondisikan suhu sekitar 25-28 C. pH meter digunakan untuk mengukur
pH media, ketika membuat media, alat ini harganya mahal sehingga dapat diganti dengan pH
indikator harganya lebih murah,  Alat diseksi merupakan peralatan untuk menanam eksplan
ke dalam botol kultur mutlak diperlukan, bunsen atau lampu pembakaran.  Timbangan
diperlukan untuk menimbang bahan kimia/ nutrisi  yang diperlukan dalam pembuatan media

6
kultur. Hot plate magnetik stirer digunakan untuk mengaduk sekaligus pemanas dapat diganti
dengan menggunakan panci biasa dan diaduk secara manual saja, hand sprayer digunakan
untuk menyemprot dalam sterilisasi,

Bahan

Glukosa digunakan sebagai sumber energi untuk eksplan dan planlet yang dapat diganti
dengan gula biasa yaitu gula pasir.  Unsur hara adalah bahan kimia anorganik yang
diperlukan dalam membuat media kultur dengan menggunakan bahan kimia yang pure
analisis dan harganya sangat mahal, ini dapat digantikan dengan menggunakan pupuk
Growmore atau pupuk gandasil sebagai unsur hara makro dan mikro] untuk pemadat
menggunakan agar bacto, tetapi dapat menggunakan agar biasa harganya relatif murah,
sedangkan zat pengatur tumbuh biasanya menggunakan yang pure analisis harganya sangat
mahal, ini dapat diganti dengan menggunakan ekstrak tomat, ekstrak pisang dan air kelapa
muda, sterisasi bahan dapat menggunakan bayclean/ clorok, untuk vitamin bisa menggunakan
vit B1 dan arang aktif dapat menggunakan norit, alkohol digunakan sebagai bahan sterilisasi
pada saat menanam eksplan.

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan anggrek
adalah Sterilisasi media, Pemilihan Eksplan, Inisiasi (pengambilan eksplan dari bagian
tanaman yang akan dikulturkan), Sterilisasi, Multiplikasi (kegiatan memperbanyak calon
tanaman dengan menanam eksplan pada media), Pengakaran, dan kemudian mengeluarkan
calon tanaman dari tempat sterilisasi tersebut (Aklimatisasi).  Pengeluaran ini harus dilakukan
dengan hati-hati dan harus segera di tempatkan ditempat yang aman sebab individu baru ini
(bibit) masih sangat rentan terhadap hama dan penyakit tanaman. Setelah dirasa bibit baru
telah mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya, maka bibit tersebut sudah dapat
dipindahkan ke tempat luar atau bersinggungan langsung dengan udara luar.

7
Sterilisasi media

Metode untuk sterilisasi media yang umum digunakan yaitu sterilisasi dengan autoclave dan
filter membran. Media kultur, air destilasi dan campuran yang stabil dapat disterilisasi dalam
autoclave dengan menggunakan wadah yang ditutup dengan kapas, aluminiun foil atau
plastik. Akan tetapi, larutan dari bahan-bahan yang bersifat tidak stabil (heat-labile) harus
menggunakan filter.

Pemilihan eksplan

Eksplan adalah suatu sel atau irisan jaringan tanaman secara aseptik diletakkan dan dipelihara
dalam medium padat atau cair yang cocok dalam keadaan steril. Dengan cara demikian
sebagian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami proliferasi dan membentuk
kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan kedalam medium diferensiasi yang cocok,
maka akan terbentuk tanaman kecil yang lengkap dan disebut planlet, dengan teknik kultur
jaringan ini hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang
dapat menjadi planlet dalam jumlah yang besar. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilah
eksplan yakni eksplan haruslah dalam keadaan bagus dan sehat, jadi yang dipilih dari plantlet
yakni masih terlihat sehat tanpa cacat. Karena jika cacat kemungkinan eksplan tidak akan
tumbuh atau kalaupun tumbuh akan menjadi tanaman yang kualitasnya jelek.

Inisiasi

Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiata kultur adalah tunas. Inisiasi pembentukan kalus
dimulai dari hasil pembelahan sel yang terus menerus pada jaringan induk yang tidak perlu
harus berhubunagan langsung dengan medium kultur. Pertumbuhan yang tercepat terjadi di
daerah perifer. Hal ini disebabkan karena pada daerah tersebut ketersediaan hara dan

8
oksigennya lebih baik. Pertumbuhan kalus merupakan hasil interaksi yang sangat komplek
antara eksplan, komposisi medium dan kondisi lingkungn selama periode inkubasi. Dalam
tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan
baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang
tumbuhnya paling kuat, untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya.

Multiplikasi

Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada
media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari kontaminasi. Tabung
reaksi yang telah ditanami eskplan diletakan pada rak-rak yang steril dengan suhu kamar.
Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanama yang diperbanyak
seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-
waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya.

Pengakaran

Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang
menandai bahwa proses kultus jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mengecek pertumbuhan akar anggrek serta untuk
melihat adanya kontaminasi oleh bakteri maupun jamur

Aklimatisasi  

Akliimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan secara kultur jaringan yang
semula kondisinya terkendali kemudian menjadi berubah pada lingkungan yang tidak
terkendali. Apabila dalam tahap aklimatisasi berhasil maka secara keseluruhan
perkembangbiakan secara kultur jaringan berhasil pula. Masa aklimatisasi ini merupakan
masa kritis bagi tanaman karena tanaman yang semula mendapat nutrisi dari media secara
tiba-tiba harus mencari makanan (nutrisi) sendiri, caranya adalah sebagai berikut :

1. Buka tutup botol dan masukkan air sampai setengahnya, goyan botol hingga tanaman
dan akarnya terpisah dari agar-agar.
2. Keluarkan anakan anggrek menggunakan pinset atau kawat yang ujungnya
dibengkokkan membentuk huruf “U”. Caranya dengan mengaitkan dan menarik akar
anakan anggrek keluar sampai terjatuh ke dalam baskom yang berisi air bersih dan
steril.
3. Cuci anakan anggrek hingga bersih dan tidak terdapat agar-agar
4. Rendam anakan anggrek di dalam wadah (fungisisda) dengan dosis 2-3 mg per liter
air agar tidak ditumbuhi jamur.
5. Letakkan planlet anggrek di atas wadah dan diangin-anginkan agar bebas dari air.
Setelah kering, pindahkan anggrek ke dalam kompot. Satu kompot bisa digunakan
untuk 20-40 anakan anggrek, tergantung pada ukuran kompot dan besarnya anakan,
kemudian dilakukan pembesaran

9
Tanaman anggrek banyak diminati oleh banyak orang karena dari warna, penampilan dan
harga yang ekonomis. Perbanyakan tanaman anggrek melalui kultur jaringan melalui
beberapa tahapan yaitu diawali dari pembuatan media, persiapan eksplan, inisiasi
(penanaman), multiplikasi (sub kultur) dan aklimatisasi.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan


KEUNTUNGAN PEMANFAATAN KULTUR JARINGAN

Pengadaan bibit tidak tergantung musim

 Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat
(dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal
10.000 planlet/bibit)
 Bibit yang dihasilkan seragam
 Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
 Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
 Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan
lingkungan lainnya
 Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki
 Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa

iklan

 KEKURANGAN PEMANFAATAN KULTUR JARINGAN

 Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit.
 Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium
khusus), peralatan dan perlengkapan.
 Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur
jaringan agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan
 Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh 

10
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas bisa disimpulkan bahwa bioteknologi sangat berpengaruh
dalam bidang pertanian, khususnya teknik kultur jaringan pada tanaman anggrek. Kultur
jaringan merupakan teknik pembudidayaan tanaman atau teknik memperbanyak tanaman
secara aseptik tanpa harus merubah atau menghilangkan sifat asli dari tanaman induknya.
Namun, teknik ini membutuhkan biaya yang relatif besar untuk pengadaan laboratorium dan
juga membutuhkan keahlian khusus.
Teknik kultur jaringan termasuk salah satu upaya untuk melestarikan anggrek.
Dengan teknik kultur jaringan, masyarakat dapat melestarikan atau membudidayakan
tanaman anggrek dengan cara cepat dan menghemat waktu untuk memperoleh jenis tanaman
anggrek yang ingin dibudidayakan dalam skala yang besar atau banyak. Upaya menjaga dan
melestarikan tanaman anggrek juga bisa kita lakukan dengan lebih mengenal dan
memanfaatkannya dengan baik.

3.2 Saran
Anggrek merupakan salah satu asset bangsa yang tidak ternilai harganya. Untuk itu sudah
selayaknya kita menjaga dan melestarikannya. salah satu penyebab teknologi kultur jaringan
menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya persepsi bahwa diperlukan
investasi yang ‘sangat mahal’ untuk membangun sebuah lab kultur jaringan, dan hanya cocok
atau ‘feasible’ untuk perusahaan. Alangkah baiknya apabila kita bisa memodifikasi peralatan
dan bahan yang digunakan,  sehingga sangat dimungkinkan kultur jaringan seperti ‘home
industri’. Hal ini dapat dilihat pada kelompok petani ‘pengkultur biji anggrek’ di Malang
yang telah sedemikian banyak.

11
DAFTAR PUSAKA

Anggrek.org. 2005. Budidaya Tanaman Anggrek. http://www.anggrek.org/ budidaya tanaman-


anggrek.html. 8 November 2008.
http://kuantannet.blogspot.co.id/2016/12/makalah-kultur-jaringan-anggrek.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kultur_jaringan
https://niviavia.wordpress.com/2013/04/23/kultur-jaringan-pada-anggrek/
http://meymey-meliaprilahsp.blogspot.co.id/2013/12/kultur-jaringan-anggrek.html
http://petanitop.blogspot.com/2016/03/tutorial-lengkap-cara-kultur-jaringan.html
http://www.academia.edu/11048194/MAKALAH_KULTUR_JARINGAN_ANGGREK
Anonim. 2012. Media Kultur Jaringan Anggrek
Astarini, Ida Ayu. 2010. Kultur Jaringan Angrek.

12

Anda mungkin juga menyukai