DHEA ELLEN (Asuhan Keperawatan Anak DGN DHF)
DHEA ELLEN (Asuhan Keperawatan Anak DGN DHF)
DHEA ELLEN (Asuhan Keperawatan Anak DGN DHF)
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN ANAK
OLEH :
AMILIA CANDRASARI
201920461011077
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN ANAK
KELOMPOK 11
NIM: 201920461011077
No Kompetensi Nilai
1. Presentasi Kasus
2. Presentasi Jurnal Kelompok
3. DOPS
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................2
LEMBAR PENILAIAN........................................................................................................3
DAFTAR ISI.........................................................................................................................4
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................................5
A. Definisi........................................................................................................................5
B. Etiologi........................................................................................................................5
C. Epidemologi................................................................................................................6
D. Tanda dan Gejala.........................................................................................................6
E. Patofisologi.................................................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................9
G. Penatalaksanaan........................................................................................................12
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)..........................................12
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI).................................................................................15
J. Luaran Keperawatan (SLKI).....................................................................................15
K. Intervensi Keperawatan (SIKI)..................................................................................15
L. Daftar Pustaka...........................................................................................................16
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................18
A. CASE REPORT........................................................................................................18
B. Pengkajian (Focus Assesement)................................................................................19
C. Analisa Data..............................................................................................................22
D. Diagnosa Keperawatan (SDKI).................................................................................25
E. Luaran Keperawatan (SLKI).....................................................................................25
F. Luaran Keperawatan (SIKI)......................................................................................25
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)............26
A. Masalah Keperawatan...............................................................................................26
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal).........................................................26
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)..........................................................................29
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)............................30
1. Judul Tindakan Keperawatan....................................................................................30
2. Judul Tindakan Keperawatan....................................................................................31
3. Judul Tindakan Keperawatan....................................................................................32
4. Judul Tindakan Keperawatan....................................................................................32
5. Judul Tindakan Keperawatan........................................................................................
BAB V. MEET THE EXPERT (MTE)..............................................................................34
Daftar Pustaka....................................................................................................................35
A. Pendahuluan
I. DEFINISI
Menurut World Health Organization (WHO), Dengue Hemmorhagic Fever
(DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis hemoragik (WHO, 2011).
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD)/dengue
haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue, yang merupakan penyakit infeksi tropis. Manifestasi klinis
pada pasien DHF demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik.
Pada BDB/DHF terjadi perembasan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh (Sudoyo, 2007 dalam buku Nurarif, 2013).
II. KLASIFIKASI
Menurut WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi
4 derajat, yaitu sebagai berikut:
1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, hanya
terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquiet positif).
2. Derajat II : Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan
perdarahan lain.
3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya
nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun (kurang dari 20 mmHg)
atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah
4. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan
darah yang tidak dapat diukur
1. Demam tinggi sampai 40oC demam akut, demam tinggi dan continue, dua
hingga tujuh hari di kebanyakan kasus.
2. Anoreksia
3. Mual muntah
4. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
5. Nyeri kepala
6. Nyeri otot dan sendi
7. Uji tourniquet positif
8. Perdarahan, petechiae, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan
pada gusi, hematemesis dan melena.
9. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan
nadi, hipotensi kaki dan tangan dgin, kulit lembab, dan pasien tampak
gelisah.
10. Trombositopenia (< 100.000/ mm3)
V. PATOFISIOLOGI
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia, masa dimana virus berada didalam
aliran darah sehingga dapat ditularkan kepada orang lain melalui gigitan nyamuk,
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit
(petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks
virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta
efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF .
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang
diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah
trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian
cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah
terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan
cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan
dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan
limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah
kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum,
pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan
plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic
dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat.
Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan
system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi
tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.
PATHWAY
Mengaktifkan system
HIPERTERMI PGE2 di membentuk dan
Hipotalamus melepaskan zat c3a c5a
Peningkatan
reabsorbsi Na+ dan Permeabilitas
H2o membrane meningkat
Agresi trombosit Kerusakan endotel
risiko hipovolemia
pembuluh darah
Trombositopenia
Risiko perfusi
jaringan tidak efektif
abdomen
Paru-paru hepar
VI. KOMPLIKASI
POLA NAPAS NYERI NAUSEA
TIDAK EFEKTIF AKUT
Menurut (Soedarto 2012) komplikasi DHF ada 6, yaitu :
Manajemen Muntah
1.Observasi
-identifikasi karakteristikk muntah
-periksa volume muntah
-identifikasi riwayat diet
-idetifikasi faktor penyebab muntah
-identifikasi kerusakan esophagus dan faring
posterior jika muntah terlalu lama
-monitor efek manajemen muntah secara
menyeluruh
-monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
2.Terapeutik
-kontrol faktor lingkungan penyebab muntah
-kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah
-atur posisi untuk mencegah aspirasi
-pertahankan kepatenan jalan napas
-bersihkan mulut dan hidung
-berikan dukungan fisik saat muntah
-berikan kenyamanan selama muntah
-berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi
minimal 30menit setelah muntah
3.Edukasi
-anjurkan membawa kantong plastik untuk
menampung muuntah
-anjurkan memperbanyak istirahat
-ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
mengelola muntah
4.Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
6. Risiko - Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan :
perdarahan intervensi keperawatan 1.Observasi
dibuktikan selama 1x24 jam Tingkat -monitor tanda dan gejala perdarahan
dengan faktor Perdarahan Menurun -monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan
risiko gangguan dengan kriteria hasil : setelah kehilangan darah
koagulasi -kelembapan membran -monitor tanda-tanda vital ortostatik
mukosa meningkat -monitor koagulasi
-kelembapan kulit 2.Terapeutik
meningkat -pertahankan bedrest selama perdarahan
-hemoptisis menurun -batasi tindakan invasif, jika perlu
-hematemisis menurun -gunakan kasur pencegah decubitus
-hematuria menurun -hindari pengukuran suhu rektal
-hemoglobin membaik 3.Edukasi
-hematokrit membaik -jelaskan tanda dan gejala perdarahan
-anjurkan menggunakan kaos kaki saat ambulasi
-anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
-anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
-anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vit K
-anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
4.Kolaborasi
-kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdaarahan, jika perlu
-kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
-kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Tim PPNI. Sandart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: DPP
PPNI 2019.
Tim PPNI. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta Selatan:
DPP PPNI 2017
Tim PPNI. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan:
DPP PPNI 2018.
World Health Organization. Operational protocol for clinical management of
Diphtheria. 2011